Tumgik
myyyshoes-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
FILM REVIEW “BEFORE THE FLOOD”: THE FOOT STEPS OF A MAN WHO TRIES TO SAVE THE MOTHER NATURE
Saya suka bagaimana cerita film ini dimulai. Sangat kental dengan unsur sejarah dan filosofi dari sebuah lukisan karya Hieronymus Bosch bertajuk, “The Garden of Earthly Delights”. Dibuat sekitar tahun 1500, lukisan tersebut sudah memprediksi kerusakan dan kekacauan yang mungkin akan terjadi antara manusia dengan alam di bumi. Dulu lukisan tersebut pernah terpasang di atas langit-langit ranjang seorang bayi. Dan bayi yang setiap malamnya menatap lukisan tersebut dengan matanya yang polos, saat ini telah menjelma menjadi sosok yang termasuk berpengaruh, populer, dan penting di dunia.  
Leonardo Dicaprio, ia terpilih menjadi seorang Duta Peduli Lingkungan oleh PBB pada tahun 2014. Sejak saat itu ia memulai perjalanannya menjelajahi berbagai negara, serta menelusuri permasalahan-permasalahan mengenai kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang terjadi di bumi. Jejak perjalan dan penelusurannya selama dua tahun tersebut terekam dalam film dokumenter yang diproduksi bersama Nat Geo berjudul “Before The Flood”.
Langkahnya dimulai dengan mengunjungi wilayah ekploitasi operasi pasir minyak di Kanada. Lalu ia berlanjut ke arah lebih utara, Pulau Baffin dari gugus Kepulauan Artik yang gunung esnya telah mencair sebanyak berkilometer kubik dalam kurun waktu hanya 5 tahun. Menyebabkan kenaikan air laut, berdampak pada negara tetangganya Amerika Serikat, tepatnya negara bagian Florida yang sering dilanda banjir. Kesinambungan sumber masalah dan dampaknya yang ditunjukan dalam film ini dapat menjadi tolak ukur dan bukti nyata untuk penonton betapa parahnya pemanasan global.
Perjalanan Leo berlanjut, ia terbang ke benua Asia untuk melihat kondisi beberapa di negara berkembang. India, memperlihatkan kondisi yang miris. Harga bahan bakar yang mahal menyebabkan masih banyak penduduknya tidak memiliki akses listrik, yaitu sekitar 30% atau sekitar 300 juta orang sama seperti penduduk AS, negara maju yang malah pemakaian bahan bakarnya sangat boros.
Ia juga mengunjungi China. Negara dengan sektor industri raksasa, namun menyebabkan berbagai polusi terutama udara dan air yang serius. Untungnya secara bertahap, China beralih menjadi lebih ramah lingkungan dijadikan contoh untuk negara besar lainnya. Pembuat film mengemas peliputan kondisi di China cukup lengkap dengan adanya vox pop bersama beberapa penduduknya, memperlihatkan kegiatan keseharian mereka struggle hidup dalam bahaya kepungan polusi.
Saya mengaggumi honest journalism yang tampak dianut oleh Leo dan Nat Geo dalam projek film ini. Mereka secara terang-terangan menampilkan logo perusahaan dan wajah pihak mereka kontra terhadap masalah ini. Dan walaupun mereka sama-sama berasal dari Amerika Serikat, namun tetap menunjukan kesalahan dan hal buruk yang ada di negaranya. Tentu untuk tujuan memberikan kesadaran.  
Film ini tampak juga ditujukan untuk membungkam mereka yang menyangkal permasalahan ini, Leo telah membuktikan bahwa pernyataan mereka salah dengan penjelasan dari parah ahli dan bukti-bukti kerusakan lingkungan yang selama ini ia kumpulkan dari berbagai belahan dunia. Permasalahan yang ditunjukan Leo bukan hanya permasalahan besar yang tampak merupakan tanggung jawab mereka yang memiliki posisi tertentu di suatu negara, seperti pemerintah dan pengusaha. Namun juga masyarakat biasa juga memiliki andil dan memberikan dampak. Dari hal kecil, seperti pola konsumsi berlebihan terhadap produk-produk berbahan tidak ramah lingkungan.
Berbagai gambar dan info grafis yang diberikan seiring dengan berjalannya narasi, dapat membuat penonton memahami setiap penjelasan dengan mudah dan logis.
Tidak hanya menerangkan masalah-masalah yang ada, namun dalam film ini Leo juga memperlihatkan adanya solusi yang bisa kembangkan dan dilakukan seperti, energi berkelanjutan, yaitu Gigafactory oleh Testa, dan pemberlakuan kebijakan untuk meningkatkan tanggung jawab sosial, carbon tax.
Bagian akhir film, menyuguhkan perbincangan Leo bersama seorang mantan astronot AS, menjelaskan masih adanya harapan untuk menyembuhkan bumi ini dengan proses yang disebut pendinginan. Perbincangan ini kiranya dapat membuat penonton terketuk hatinya. Mantan astronot yang sudah berusia senja ini ternyata tengah mengindap kanker stadium akhir, namun tetap memiliki semangat dan keinginan untuk memberikan kontribusi yang baik untuk bumi. Semangat tersebut diharapkan dapat menginspirasi penonton.
Sebagai klimaks, adegan penutupnya adalah cuplikan pidato Leo di gedung PBB berseru, “You are the last best hope of t earth. We ask you to protect it or we and all living things we cherish are history.” Iringan backsound di bagian ini  semakin berhasil mendebarkan hati penonton.
Tampilan bagian akhir dari lukisan Hieronymus Bosch dengan tajuk yang sama seperti judul film ini, “Before The Flood” adalah mimpi buruk yang ditakutkan jangan sampai menjadi kenyataan. Dan setelah menontonya di sebuah kelas, film ini berhasil membuat saya merasa berdosa ketika terpaksa membeli sebotol air mineral di kantin kampus karena lupa membawa botol minum.
Secara teknis, terdapat beberapa kekurangan yang saya perhatikan dalam film ini, yaitu:
* Banyak gambar yang goyang, bahkan ketika objek/subjek gambarnya tidak melakukan banyak pergerakan yang mengharuskan kamera untuk mengikutinya. Seperti ketika Leo mewawancarai seorang wanita India.
* Terdapat beberapa pengambilan gambar atau framing yang terlihat tanggung, terlalu cepat, dan terpotong. Seperti ketika Leo memegang sapu tangan kulit dan foto-foto hewan di ruang pembuatan film Revenant.
* Pada sekitar menit ke-15, ketika Leo sedang bercakap dengan penduduk Kanada, ada pengaturan zoom yang patah dan kasar.
Rating: 4 dari 5 bintang.
1 note · View note
myyyshoes-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Under the blue sky, upon the green grass. Somewhere, someday… I’ll lay 🍃
0 notes
myyyshoes-blog · 8 years
Quote
Have the courage to follow your heart and intuition.
Steve Jobs
0 notes
myyyshoes-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Take a leap of faith.
All of the bittersweetness.
(Ps. They were my favorite pair of shoes.)
0 notes
myyyshoes-blog · 8 years
Text
Langkah Pertama (Sebuah Perkenalan )
     Hai, kepada kamu yang sudah mau datang mengunjungi blogku ini dan yang hendak membaca tulisan ini. Welcome! ✌ Di lembaran ini aku ingin memperkenalkan diri sambil bercerita untuk yang sudah mengenaliku di dunia nyata ataupun yang belum sama sekali. Salam kenal, namaku Cindy. Sebuah panggilan yang diambil dari nama lengkap Cindy Cornelia Hienarta yang diberikan oleh Mamaku. The story begin to the day when I was born. It was late at night about past the 12 o’clock, the time when day was changing between 13 to 14February 1997. Ya, saat hari kasih sayang (Valentine’s Day) dirayakan di seluruh dunia, tapi tidak di tanah kelahiranku pada hari itu. Sanggau, kota kecil yang terletak di provinsi Kalimantan Barat memang tidak banyak dikenal oleh orang luar. Namun, peristiwa berdarah bersejarah kerusuhan antar suku pernah terjadi disini. Tapi syukurlah, menurut cerita Mama, sekitar hari-hari kelahiranku kerusuhan itu sudah mulai mereda till it’s clearly past. Now I’m proudly say, our hometown that lived by multicultural citizens are living in peace and harmony. 🌿 I love my hometown. As you grow up, you might go to many different places and meet different kind of people, but still nowhere else can make your heart and soul feel warm and safe just like the home does. And I always love the feeling everytime I get home in the holiday and say, “It feels so good to be home.” or “Home sweet home.” I think it’s the kind of something that will never gets old. One day, I’m pretty sure I’ll find myself saying, “Aku ingin menghabiskan masa tuaku disini.”                                                    
     Usiaku kini 19 tahun, masanya aku menjadi salah satu dari kebanyakan kaum muda yang pergi dari kampung halamannya merantau ke tempat lain demi pendidikan dan cita-cita. Dan tempat lainku adalah Tangerang. Saat ini aku sedang menempuh pendidikan di Universitas Multimedia Nusantara. Memasuki tahun kedua kuliah, aku mengambil fokus jurusan Jurnalistik dari prodi Ilmu Komunikasi. Ketika pertanyaan cliché seperti “Kalau udah lulus nanti mau jadi apa?” dilemparkan oleh orang-orang, aku belum ingin dan bisa menyebutkan profesi apa yang akan kutekuni kelak. For me, the future is a very very unpredictable thing. And I’m just gonna stick with my old life philosophy, “Just let it flow.”
     At the moment I write this, I am at home. It reminds me back to the memories when I was at high school. Saat itu aku berusia 16 tahun, just like other young souls kuingat dulu berhayal adalah hobi kesukaanku terutama mengenai masa depan. Dibarengi dengan rasa ingin tahu yang juga mulai meningkat dan aware mengenai berbagai hal termasuk pengenalan diri, and figure out what is the thing that can make me happy. Dua hal yang sebenarnya masih kulakukan sampai sekarang. Waktu itu masa peradaban kita mulai semakin dalam menyelemai dunia maya. Through all the controversies, we can not deny that internet also gives us silver lining.  Including the one that can unexpectedly come, then change or mean so much to you. And I think I got one. Karena ketika itulah keinginanku untuk memiliki sebuah blog pertama kali muncul. Keinginan ini terinspirasi dari seorang blogger perempuan luar negeri. Kagum akan kehidupannya yang begitu beruntung bisa travelling melihat dan merasakan hal-hal yang luar biasa unik dan menarik dari berbagai belahan dunia yang dia kunjungi. And most importantly, how she’s not take things for granted. Dia tidak menikmati anugrah tersebut sendiri, she shares them back to the world through her blog.  Ever since then, she had helped me to open my eyes to see mine. I was really want to be like her, dan hayalan itu kuterjemahkan dalam kehidupanku. Aku mulai mencoba melihat kehidupanku dan kehidupan disekitarku dengan cara yang lebih berbeda dan aku merasa menjadi lebih peka. Berbekal dari kemampuan kebiasaan menulis diary yang seadanya, dan walaupun kehidupan yang kumiliki biasa saja I am just an ordinary girl who lives in an ordinary life indeed, I am nobody. But you know what? I believe, even in the ‘ordinary’, we all actually still have and find those gifts from The Creator. Even in a simple thing, and that’s interesting and wonderful to notice, right? And I also realize everything and everyone has something worth to tell (our own story). Membuat pikiranku ingin menggali dan jariku gatal untuk menuliskannya. Lalu lama-kelamaan, menulis terkadang menjadi caraku untuk memahami dan menghargai adanya dan terjadinya sesuatu di kehidupan, and myself.
     All those excitement tidak serta merta membuatku langsung ingin membuat blog. It might sounds weird, but making a blog is not easy for me. It’s a big deal. Bukan karena kegaptekanku, it’s just something deep inside of me. My insecurity. Aku takut tulisan-tulisanku dan hal lainnya yang juga kubuat tidak cukup bagus untuk dilihat. Aku merasa tidak pantas untuk make my appearance di blog yang dulu aku pandang hanya dimiliki orang hebat saja. And some others reasons I can not say. Lalu ketika sekarang aku sudah punya blog dan mulai menampilkan diri, apakah aku sudah berubah dari gadis yang takut menjadi berani dan percaya diri? Jawabannya belum. Off course like everybody else, I want to feel free of myself. Be brave. It’s one of my goals in life, to reach that point. But I still have my insecurity even now. It’s the reason why it took me so long since the day I made this blog to finally send out this page. Until I finally realized one most important thing, aku tidak bisa terus menunda. The time is keep running, and I don’t want to be being passed by for the thing that I really want to do and feel regret that may be can last for the rest of my life. Aku tidak harus menunggu untuk menjadi hebat untuk memiliki blog, I can start from who I am and where I am right now. That why I named my blog, “Myyy Shoes”.
     Mungkin ketika melihat nama blog ini, “Myyy Shoes” (y-nya ada 3 karena “My Shoes” mungkin sudah ada yang punya) beberapa orang akan berasumsi konten blog ini mengenai fashion because shoes is one of the items and symbols of fashion. Asumsi itu salah besar! Lol. Because to be honest, the girl who owns this blog a.k.a me is the kind of person who have no idea about fashion the same as I’m being dumb in math and clumsy in technology! Just horrible. 🙈 So, I have my own meaning for the name. Meminjam sebuah pengibaratan entah dari mana persisnya, “shoes” selain berarti sebagai menyatakan posisi tempat tapi juga mengenai keadaan psikologis seperti apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang. Lalu aku memberikan “my” kata yang diartikan sebagai kepunyaan. Personally, “Myyy Shoes” for me is sesuatu yang aku berikan (buat) berdasarkan 3 aspek. First is from the eyes, sudut pandangku dalam melihat apa yang berada disekitarku. Second is from the heart, apa yang aku rasakan. Then the last one is from my mind, apa yang aku pikirkan dan imajinasikan. All in the moment, place, and age I stand in. From those view and perspective, I just want to share the things that I think are important for others to know or the things that meant just for fun. Oh iya,  selain suka menulis, terkadang dalam mengisi waktu kosong (dan kalau lagi mood) I also enjoying photography, painting, and stuffs. Memang masih belum terlalu bagus, but just like writing and all those stuffs above: Aku masih belajar. And I think I don’t have to always center my worry over my insecurity, because I try to genuinely deliver the ‘thing’ purely. I believe special things can speak truthfully for them self, because they have the power to stand out. And most of all, I just want my blog to be one of the places I can put and make memories in.  The thing that we actually have to aware about internet, it’s an ageless. The things that we put in here, (maybe) would stay forever… till we press the “delete” button. And we know that as our age is getting old, we’ve been to places, experiencing things, every step of the way will make us gain lessons in life, some stay and shape us into a person we are and will be. I think that’s what I want every thing that I’ll post represent. And I just want to be more open.
     Before I end this page, looking back again to when 16 I said to myself, “Aku pingin punya blog nanti kalau udah 18 atau 19 tahun. Saat aku mungkin udah hidup jauh, sendiri, dan life become so much more complex.” And now I got a happy smile in my face because I finally made my little dream came true. *the 16 years old me is hugging me right now* 💞 As the ending, I just want to say thank you to whoever still reading this pages even until this point. Just for you to know, that I really appreciate your visit and would love to see you come in another time. Maaf, tulisan ini mungkin terlalu panjang dan banyak mengandung unsur yang dirasa tidak penting. Please pardon me, cause I think I’m a high context culture person. Ugh. Aku sadar dalam post ini dan yang akan datang pasti memiliki kekurangan dan kesalahan, for that I’m so open to receive any advice, opinion, and critic. Once again, thank you!  
     Because this is the window to share sights. This is a journal that will filled by the things I’ve been through and be remembered. Just like a baby who is learning to walk, this page is my first step out from the shell. Hopefully this is the beginning for more adventure to come. Here it is, I’m genuinely present, “Myyy Shoes”.
Hope you have a nice day. God bless!
Sincerely,
Cindy 🍁
0 notes
myyyshoes-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Identitas Buku
Judul: Andy Noya: Kisah Hidupku
Penulis: Robert Adhi KSP
Penerbit: Kompas      
Tebal: 418 halaman
Tahun terbit: 2015
                         Dalam Balut Sepia, Andy Noya Bernostalgia
           Nama Andy Noya dikenal sebagai salah satu wartawan dan presenter yang paling sohor di Indonesia, terutama semenjak acara talkshow Kick Andy yang di pandunnya disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Karakternya yang humoris, friendly kepada siapa saja, bersahaja, memiliki hati yang peka terhadap keadaan sosial, dia juga bisa berubah menjadi tajam dan berani ketika melayangkan pertanyaan kepada narasumbernya. Seperti itulah kiranya ciri khas pribadi seorang Andy yang sudah akrab di mata penggemar Kick Andy maupun sosok Andy Noya sendiri. Lantas, apa dan bagaimana proses yang membuat Andy menjadi Andy yang sekarang? Ternyata, karakter tersebut bukan hanya aksen panggung belaka. Di dalam buku ini, pembaca akan menjadi lebih mengenal bagaimana sosok dirinya yang sebenarnya di luar dari layar kaca, dan di luar dari dirinya yang biasanya menampilkan kisah-kisah hebat nan inspiratif orang lain. Dengan buku ini, spotlight diarahkan khusus pada Andy untuk menceritakan kisahnya.
           Jika dipandang secara kasat mata, tampilan buku biografi ini terkesan simple, tidak ‘wah’ seperti buku-buku lain yang sampulnya sengaja didesain meriah agar menarik perhatian dan segera diangkat dari rak toko buku atau perpustakaan. Judulnya pun bukanlah konsonan kalimat yang memiliki estetika sastrawi yang tinggi. Namun, segala kesederhanaan tampilan buku ini sejatinya melukiskan harmonisasi antara pribadi Andy Noya dan kisah hidupnya dengan apik dan mempunyai makna yang lebih mendalam. Warna sepia yang digunakan sebagai latar belakang baik sampul dan seluruh isi buku, jika diartikan secara simbolik dalam bidang fotografi khususnya, adalah nuansa warna zaman dulu atau masa lalu, membalut Andy yang sedang perpose duduk menghadap ke kirinya seolah ada seseorang bersamanya, tertawa menunduk layaknya seseorang yang sedang bernostalgia dan menceritakannya kepada seseorang yang bersamanya tadi. Dipotret dengan begitu alami sehingga bisa menghantarkan energi hangatnya. Begitulah kiranya proses pembuatan buku ini bersama penulisnya, “…Adhi mewawancarai saya di rumah. Di teras belakang, kami ngobrol mengenai perjalanan hidup saya…” .  Kesan “ngobrol dengan akrab” itulah yang sepertinya ingin dia berikan juga kepada pembaca saat membaca buku biografinya, Andy Noya: Kisah Hidupku.
           Buku biografi ini ditulis oleh seorang wartawan kenamaan Kompas, Robert Adhi KSP ini dikemas juga serupa layaknya sebuah diary. Penggunaan bahasa tulisannya dibuat serupa dengan bagaimana gaya bahasa Andy dalam bertutur dan bercerita yang terkadang formal, informal, atau diberikan percikan bahasa daerah dan bahasa Inggris.   Maka, Adhi sebagai penulis dapat dinilai berhasil dengan baik dapat menampilkan karakter Andy Noya begitu autentik. Penggunakan kata subjek informal “aku” menambah kesan gaul kesehariannya. Begitu pula dalam segi menceritakan kisah perjalanan hidup Andy yang dikemas serupa layaknya sebuah diary seakan membuat pembaca merasa membaca langsung  oleh Andy Noya sendiri.  
           Andy Kecil yang Malang
           Lahir pada 6 November 1960 di Surabaya membuat Andy mengatakan dia menyesal lahir di tahun yang dianggapnya salah tersebut. Kenapa begitu? Sebagai anak keturunan Belanda, Andy memberikan kesaksian bagaimana pada tahun 1960an pasca kemerdekaan Indonesia, masyarakat Jawa Timur khususnya Surabaya  masih mempunyai api kebencian yang menyala-nyala terhadap Belanda. Termasuk pada warga Indonesia yang memiliki darah keturunan Belanda yang dipanggil mereka “Londo” akan mengalami diskriminasi bahkan kekerasan fisik dan psikis, seperti yang dialami Andy yang diakuinya masih membekaskan luka trauma hingga dia dewasa.
           Andy adalah bungsu dari 3 bersaudara kandung Yoke (sulung), dan Gaby (anak ke-2). Mereka memiliki seorang ayah, Ade Wilhelmus Flores Noya pria sederhana berdarah Ambon dan Portugis. Penggemar Andy Noya akan menjadi tahu dari mana Andy asal sifatnya yang jenaka dan pandai menghidupkan suasana itu, ternyata sifat tersebut dituruni dari ayahnya. Keduanya juga memiliki bakat dibidang seni melukis.  Namun dibalik sifatnya yang mencerahkan itu, ayah Andy memiliki sisi misterius dimana sosoknya sempat menghilang di tengah keluarganya selama beberapa tahun. Sementara sang ibu, Nelly Mady Ironne Klaarwater berdarah blasteran Ambon, Jawa Timur, dan Belanda. Namun sayang, setelah mengalami perjuang untuk bisa bersama, ayah dan ibu mereka pun berpisah juga.
            Pada saat itulah hidup keluarga ini menjadi lebih sulit dan terpuruk. Andy kecil bersama kedua saudari perempuannya ikut bersama ibunya yang terpaksa menjadi seorang single parent. Diceritakan betapa perjuangan ibunya dalam menghidupi dirinya dan ketiga anaknya sangat amat berat dan keras. Sosoknya patut dikagumi sebagai wanita yang tangguh. Dengan hanya seorang ibu yang bekerja, ekonomi mereka sangat pas-pasan membuat Andy dan keluarganya hidup dalam kondisi serba kekurangan. Mereka juga tidak memiliki rumah tinggal tetap, beberapa kali mereka harus berpindah-pindah dengan ibunya yang selalu hanya mampu menyewa ruangan kecil sebagai kamar untuk mereka tempati.
            Musibah mengerikan pernah menimpa Andy dulu saat usianya belum genap setahun. Andy yang masih bayi polos tak berdosa, terkena sebuah teluh yang salah sasaran yang sebenarnya ditujukan untuk ayahnya dari seorang pesaing kerjanya. Ada lagi peristiwa mengerikan lainnya. Saat kanak-kanak dia pernah menjadi saksi mata saat seorang teman kecilnya mengalami kecelakaan dan akhirnya meninggal dunia. Lambat laun sebagai seorang anak yang hidup dalam keadaan keluarga yang broken-home, Andy kecil merasa kurang perhatian dan kasih sayang membuatnya jadi berontak. Dia sempat memiliki masa jaya kenakalannya pada saat tinggal di daerah Cisadane, Surabaya. Andy tergabung dalam geng berandalan yang digaungi oleh “Tiga Bersaudara” yang mengenalkannya pada berbagai aksi kriminal, yaitu mencuri dan berkelahi. Tentunya hal tersebut memberikan pengaruh yang sangat buruk baginya. Melihat kenakalan Andy yang dinilai sudah luar biasa, oleh kedua kakaknya dia diramalkan besarnya Andy akan seorang penjahat.
Menulis adalah Asetnya
           Untunglah masa kelam tersebut tidak berlangsung lama. Andy ‘tobat’ setelah dia merasa kasihan kepada ibunya dan tidak ingin menyakitinya dengan menjadi anak nakal terus. Dia juga kembali pada kesenangannya yang sesungguhnya. Andy pernah membuat karya komik dengan kolaborasi dua bakatnya melukis dan menulis. Andy adalah penggemar berat seni pertunjukan tradisional seperti ludruk dan sering menonton pertujukan tersebut meski dengan cara yang tidak dibenarkan, yaitu dengan menyelinap secara sembunyi-sembunyi. Andy kecil sungguh lihai mencari akal.
           Saat duduk di kelas 4 SD, Andy beserta ibu dan kakaknya Gaby pindah ke Malang. Sementara si sulung Yoke tinggal di asrama yang tidak jauh dari tempat mereka. Selama di Malang, Andy yang sudah menjadi anak baik mulai bersinar dalam pendidikan. Dia termasuk dalam kriteria anak yang memiliki kemampuan dan hasil nilai pelajaran di atas rata-rata. Ada momentum yang bersejarah bagi hidup Andy tak kala seorang guru perempuan memberikan pencerahan bahwa kemampuan menulisnya  bisa membuatnya menjadi seorang wartawan. Sejak saat itu, Andy menetapkan cita-cita hidupnya.
           Impiannya untuk menjadi wartawan harus dipendam dulu. Karena setahun kemudian, Andy berlayar ke Jayapura hidup bersama ayahnya yang sudah bertahun-tahun tidak pernah dijumpainya. Bersama ayahnya, hidup Andy tidak jauh berbeda seperti ketika dia bersama ibunya. Ayahnya yang hanya bekerja sebagai tukang reparasi mesin tik membuat Andy malu akan profesi ayahnya tersebut yang dia anggap “tidak keren”. Andy disekolahkan ayahnya di Sekolah Teknik (ST). Walaupun terjun dalam bidang yang berbeda dari minatnya, di ST ini Andy tetap menyalurkan kesukaannya menulis meski mendapatkan pandangan aneh dan olokan dari teman-temannya yang merasa heran ada seorang siswa teknik seperti dirinya yang menyukai sastra. Andy pernah mengikuti sebuah perlombaan menulis. Namun, karyanya didiskualifikasi karena tulisannya dianggap terlalu bagus oleh dewan juri dan tidak mungkin ditulis oleh anak seusianya.
           Menginjak usia remaja, Andy mulai bereksplorasi dalam gaya penampilannya yang gemar bergaya ala penyanyi rock lengkap dengan sepatu boot mirip milik Ahmad Albar yang menjadi andalan dan rambut kribonya. Pada masa ini juga dia mulia merasakan cinta pertamanya yang disamakannya seperti sebuah film 1977, Cintaku di Kampus Biru. Namun, keceriaan remajanya suatu hari dihantam duka. Secara tiba-tiba, ayahnya Andy meninggal tepat dipangkuannya setelah sebelumnya mereka berdua sempat bertengkar.
Pendakian Andy pada Gunung Jurnalistik
           Untuk melanjutkan alur hidup dan pendidikannya, Andy pindah ke sebuah tempat baru yang kontras dengan Jayapura, yaitu Ibu Kota Jakarta. Sebagai anak daerah Andy merasa nyalinya kecil dengan kehidupan kota metropolitan yang kejam. Dia menempuh pendidikan di sekolah STM lagi. Andy bergaul anak kota yang berkarakteristik cenderung lebih bebas dan berani, namun memberikan kenangan tersendiri baginya yang dia sebut “konyol”. Tamat dari STM, Andy sangat bersemangat ingin melanjutkan pendidikan di bidang yang selama ini menjadi passion dan impiannya,  jurnalistik. STP (Sekolah Tinggi Publisistik) menjadi tempatnya menimba ilmu jurnalistik, setelah susah payah ‘mengemis’ masuk bersama ibunya. Andy tergolong anak yang rajin memiliki inisiatif dan kreativitas yang tinggi. Untuk mendapatkan uang tambahan untuk kehidupan sehari-harinya, dia mulai membuat artikel, cerpen,dan karikatur untuk di kirim ke majalah. Bila diterima dia akan mendapatkan uang tambahan yang lumayan jumlahnya. Selain itu, dia juga menjual kartu ucapan karya tangannya di kampus.
           Tidak berhenti sampai disitu saja, titik awal Andy terjun ke dunia wartawan ditapakinya pada tahun 1985 yang pada saat itu terdapat lowongan menjadi wartawan untuk proyek buku Apa & Siapa Orang Indonesia. Andy ikut mendaftar dan tepat pada hari ulang tahunnya Andy diumumkan lulus seleksi menjadi salah satu dari 11 orang yang diterima sebagai wartawan. Sebagai seorang wartawan untuk proyek buku ini, Andy banyak mendapatkan kesempatan langka yang mungkin tidak akan didapatkannya di bangku kuliah, yaitu melakukan wawancara bersama tokoh-tokoh terkenal. Dan siapa sangka, karena dia mengikuti proyek buku ini membuatnya bertemu dengan sosok perempuan yang menjadi pasang hidupnya sekarang. Upiek sapaan akrab istrinya, dulunya bekerja sebagai asisten di kantor Grafitipers, penerbit proyek buku buku Apa & Siapa. Karena sering bertemu, tumbuhlah bunga-bunga cinta di antara keduanya.  
           Kisah cinta mereka pun tergolong unik dan lucu. Usia Andy terpaut 2 tahun lebih muda dari Upiek. Begitu pun dengan status mereka. Andy yang masih mahasiswa dan Upiek sudah bekerja. Namun, hati Andy terus mendorong diri untuk berlabih pada Upiek. Pada 21 Febuari 1987, mereka berdua menikah. Karena keadaan keuangan Andy tidak mencukupi, Upiek lah yang membiayainya. Itu dilakukan Upiek dengan ikhlas, dan gengsi pria yang dimiliki oleh Andy juga terpaksa dikesampingkan demi mereka dapat hidup bersama. Beruntung, selepas dari kelulusannya di perguruan tinggi, Andy termasuk sarjana yang laku. Dia diperebutkan oleh 4 surat kabar sekaligus pada saat hampir bersamaan. Andy tahu jika dia ingin menjadi wartawan yang hebat dia mengutamakan bekerja surat kabar yang dapat membuat kemampuan menulisnya diasah dan berkembang. Dengan penuh pertimbangan akan surat kabar mana yang sesuai dengan apa yang dia, akhirnya yang Andy pilih adalah Bisnis Indonesia.
           Sekitar tahun 1990an, Andy yang masih wartawan junior ‘dipinang’ oleh wartawan senior, Surya Paloh yang saat ini masih dekat dengannya. Awal mula perkenalan mereka adalah saat Surya Paloh mendirikan surat kabar Prioritas yang sempat diberedel oleh Menteri Penerangan Harmoko saat era Reformasi Baru. Kemudian, surat kabar tersebut hidup kembali dengan berganti nama menjadi Media Indonesia. Maka awal kerja sama antara duo ini pun mulai terjalin. Surya Paloh jatuh hati kepada bakat dan pribadi Andy yang dianggapnya sangat istimewa. Dia menaruh kepercayaan dan harapan yang besar kepadanya. Walaupun selama bertahun-tahun mereka bekerja sama sering terjadi perdebatan, perbedaan sikap dan keputusan, bahkan Andy sudah 3x mengajukan pengunduran diri, namun selalu ditolak olehnya.
           Andy lalu pernah ‘dipinjamkan’ oleh Surya Paloh ke acara berita Seputar Indonesia kepunyaan stasiun RCTI pada saat itu sedang terpuruk dengan tujuan membiarkannya belajar dan mencari pengalaman dalam bidang pertelevisian. Menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi, tidak disangka Andy yang pada saat itu masih awam dan dianggap “anak kemarin sore” oleh para senior RCTI berhasil membangkitkan kembali Seputar Indonesia dengan gaya sikap memimpinnya yang tegas dan pandai memberikan solusi yang semula dianggap kontroversial terbukti berhasil menyelesaikan masalah dan tantangan yang ada. Setelah dianggap menyelesaikan tugasnya dengan baik, Surya Paloh menariknya kembali untuk diajak mendirikan sebuah stasiun telivisi berita pertama di Indonesia, Metro TV. Meski awalnya banyak mendapatkan tanggapan pesimis, Metro TV dengan misinya yang ingin memberikan edukasi kepada masyarakat membuktikan bahwa dirinya bisa kokoh berdiri dan diterima oleh masyarakat Indonesia.
           Sepanjang karirnya sebagai wartawan, Andy memegang kuat prinsip bahwa dia tidak akan menerima amplop dari siapapun. Ketika dia menjabat sebagai pemimpin, tidak pandang bulu dia tidak segan-segan memecat wartawannya yang kedapatan melakukan perbuatan yang tercela di dunia jurnalistik tersebut. Surya Paloh melihat Andy mempunyai talenta istimewa, akhirnya memintanya untuk membuat program talkshow. Dan lahirlah acara Kick Andy yang saat ini menjadi salah satu tayangan unggulan Metro TV dengan mempunyai nilai humanisme yang tinggi. Tayangan yang berhasil membuka mata dan menyentuh hati penontonnya, dengan kisah-kisah hebat nan inspiratif dari kalangan pinggiran maupun yang tersohor. Sepertinya di mata Andy setiap orang memiliki kisah tersendiri yang mempunyai nilai pembelajaran yang dapat dibagi, termasuk juga kisahnya.
           Buku biografi ini memiliki kelebihan tersendiri yang mungkin tidak banyak ditemukan pada buku biografi lainnya. Gaya bahasa tulisan yang flexible, komunikatif, dan tulisannya sama persis dengan cara Andy berbicara. Bagi yang sudah akrab dengan sosok Andy Noya, ketika membaca buku ini rasanya seperti ‘mendengar’ suara Andy di kepala yang menceritakan secara langsung kisah hidupnya. Bukan hanya bernostalgia sendiri, bagi pembaca yang merasa mempunyai kesamaan pengalaman, tempat, dan waktu dengannya akan ikut larut bernostalgia bersama. Di dalam biografinya, menariknya sebagai ‘pemeran utamanya’  Andy tidak melulu menceritakan tentang dirinya saja. Di luar itu, Andy banyak bercerita mengenai keluarga dan kerabatnya. Beberapa diantaranya ada “Kakekku Kepala Penjara”, “Eyen Meninggal”, “Gaby Kena Polio” dan lainnya. Selain itu, Andy yang menyukai pertunjukan tradisional juga memberikan ‘ruang’ tersendiri untuk menyuguhkan hal favoritnya tersebut. Terdapat beberapa judul, yaitu “Dari Lutung sampai Sarip”, “Sam Pek Eng Tay’ dan lainnya. Andy seperti memperkenalkan dan mengedukasi pembaca mengenai seperti apa cerita budaya dan tradisional tersebut. Ada juga Andy yang menceritakan sejarah nasional yang berkaitan dengan pengetahuan atau dialaminya sendiri.  Dia juga murah hati dalam menyelipkan foto-foto zaman dulunya yang beberapa diantaranya unik dan lucu apalagi ketika rambutnya masih kribo, sungguh mengambarkan karakter dirinya dengan apa adanya. Bukan Andy Noya namanya jika tidak memberikan energi humor dan kekuatan menghantar emosinya yang baik. Ya, ketika membaca buku ini ada kalanya pembaca akan dibuat seru tertawa, kasihan, serius, sedih dan lainnya.
           Namun, selayaknya segala sesuatu pasti ada cela dan kelemahannya, termasuk buku biografi Andy Noya ini. Beberapanya terletak pada tidak banyak diberikannya definisi arti di beberapa pengunaan bahasa daerah dan bahasa tidak umum lainnya akan terdengar asing dan tidak dipahami oleh beberapa pembaca, tentu menjadi sesuatu yang mengganggu dalam menikmati isi bacaan. Lalu minimnya pemberiaan keterangan waktu dan usia Andy dalam peristiwa-peristiwa tertentu akan mengurangi tingkat imajinasi dan pemahaman pembaca dalam menghayati kisahnya. Dan ada kekecewaan yang cukup besar dimana Andy tidak menceritakan mengenai keluarganya yang sekarang. Terlepas dari kisah pernikahannya, pada halaman selanjutnya yang semestinya dapat dia gunakan untuk menceritakan dan memperkenalkan bagaimana kehidupan berkeluarganya sama sekali tidak dibahas oleh Andy. Dia malah dominan fokus pada perjalanan karirnya. Andy hanya memberikan dua pasang foto keluarganya sebagai penutup buku dengan manis. Namun, rasanya ada yang kurang dan timpang bagaimana Andy begitu banyak bercerita tentang keluarga bersama ayah, ibu dan kakaknya, tetapi tidak dengan keluarga yang dibangunnya  bersama istri dan anak-anaknya. Bagi penggemar yang ingin mengenal kehidupan keluarganya tersebut mungkin akan merasa kecewa.
           Saat ini, bersama istrinya Andy lebih memilih menyibukan diri dengan menjalankan kegiatan sosial yang didirikannya bersama istrinya, Kick Andy Foundation. Dia berkata, “Aku mendapatkan kebahagiaan yang tak terhingga dari kegiatan membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Apa yang lebih membahagiakan dibandingkan kesempatan untuk membantu orang lain?” Pada akhir buku ini, Andy menutupnya dengan menceritakan keluarga yang membesarkannya bagaimana satu per satu dari mereka meninggal, dan hanya dia saat ini yang menjalani hidup dengan percaya pada panggilan Tuhan terhadapnya dalam menjalankan “tugas” kehidupannya. Ternyata seorang anak yang dulunya lahir dan hidup penuh penderitaan, saat ini telah menjelma dan membentuknya menjadi seorang wartawan yang sukses dengan memiliki prinsip kehidupan yang menjunjung tinggi nilai keadilan, kejujuran, dan kemanusiaan.
0 notes