Tumgik
laelans · 10 days
Text
Untuk kita-yang sedang mengusahakan banyak hal, bahkan mungkin sampai bingung harus bagaimana menata dan dari mana memulainya. Rasanya semua bergumul ingin semua terlaksana.
Semoga Allah senantiasa terlibat dalam setiap upaya, hingga Dia perkenankan segala hajat dengan kemudahan untuk mencapainya, ketenangan dalam menjalankan, dan kebahagiaan di sepanjang prosesnya.
0 notes
laelans · 1 month
Text
Di antara kesyukuran seorang manusia adalah diberikannya orang tua yang mendidik kita melalui kacamata akhirat.
Mengajari bagaimana dunia hanya perlu digenggam, namun tidak menempati ruang hatinya.
Tak apa bukan juara kelas, namun disiplin sholat fardhu tak pernah dilepas.
Tak apa jika dalam kompetisi akademik bukan pemenangnya, namun Qur'an selalu jadi yang pertama.
Nyatanya, yang mereka ajarkan adalah proses untuk selalu melibatkan Rabb di setiap langkahnya. Bahwa do'a bukan senjata terakhir kaum muslimin, melainkan awal dari segala ikhtiar dan upaya.
0 notes
laelans · 1 month
Text
Seorang guru pernah menyampaikan,
Ketika kita menganggap Allah itu penting, mencari perhatian Allah itu penting, dekat dengan Allah itu penting, maka sepenting itu pula kita bagi-Nya.
Pun jika saat ini kita anggap ibadah itu sepele, mengingat-Nya itu sepele, bergantung pada-Nya itu sepele. Bisa jadi begitu pula kita bagi-Nya.
Statusmu di hadapan Rabbmu menentukan rezekimu.
0 notes
laelans · 1 month
Text
Hidup tak melulu seputar kita.
Mungkin kita pernah menjadi aktor dalam cerita orang lain, entah mampir dalam pembicaraan atau bahkan hadir sebagai pengalaman.
Tapi percaya deh,
Itu cuma bertahan sebentar, beberapa waktu, beberapa hari saja. Selebihnya, akan ada peran utama lain dalam cerita mereka, dalam perjalanan mereka.
Tentang pendewasaan ini, cukup nikmati, hadapi, dan jangan lari. Hanya butuh waktu sejenak, hingga semua kembali seperti semula.
0 notes
laelans · 2 months
Text
Suatu saat dalam suatu kegiatan organisasi di kampus terjadi keterlambatan suatu rangkaian agenda karena kedatagan armada yang delay hampir satu jam.
Dan di saat-saat ini para peserta mulai gusar dengan menanyakan berkali-kali pada panitia tentang kenapa hal ini bisa terjadi atau tiba-tiba menjadi si paling perhatian dengan menanyakan sedang ada dimana secara berkala.
Panitia lebih gelisah lagi tentunya. Kalau peserta gelisah level 1, panitianya gelisah level 2. Karena terdesak oleh pertanyaan peserta dan ketidakjelasan armada yang terlambat tanpa konfirmasi. Ditambah lagi, kejadian ini terjadi saat peserta sudah menyelesaikan kegiatan 2 hari yang tentunya lelah menjadi oleh-oleh yang dibawa peserta.
Terlepas dari semua itu, seorang teman panitia dengan bijaknya datang mengantarkan sebuah kalimat ajib yang cukup membuat peserta bungkam.
"Mungkin Allah menunda untuk menyelematkan"
begitu katanya.
"Kenapa ya, aku ngga kepikiran kayak gitu? "
Bisa jadi itu batin sebagian besar orang saat itu. Karena setelahnya semua reda (atau mungkin menyisakan rutukan dalam hati saja).
Ternyata satu jamnya kita menunggu, Allah seolah ingin mengantarkan hikmah melalui sebuah kalimat sederhana itu di akhir sebuah penantian.
#muslimahthought
#dailynote
0 notes
laelans · 2 months
Text
Rasanya emang berkali-kali diuji. Tapi nyatanya berkali-kali itu pula ditolong oleh-Nya. Entah di awal atau di detik akhir sebuah ikhtiar.
Hari ini bisa saja hati merasa patah, namun esoknya bukan tidak mungkin ia kembali utuh. Semua hanya perkara pada siapa kita menyandarkan sebuah ujian.
Apakah dengan melampiaskan semata pada manusia lantas mengutuk apa yang ada atau mengadu pada Yang Maha Memelihara.
#muslimahthought
#dailynotes
0 notes
laelans · 3 months
Text
Sore ini, sejenak merenung ketika sebuah postingan reel tak sengaja menyapa di antara puluhan reels yang mampir di layar kaca.
Tayangan keluarga harmonis, yang ketika ku lihat sebagian besar komentarnya tertulis "MaasyaAllah tabarakallah" dan kalimat pujian lainnya. "Adem". Mungkin begitu pikir banyak orang.
Tak menampik bahwa ada harap suatu saat Allah karuniakan hal baik itu juga sebagai bagian episode hidup ini.
Lalu aku menyadari lebih jauh dari keluarga ini, ada yang seharusnya lebih utama ditetapkan sebagai family goals dan kiblat dalam berumah tangga. Keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam.
Seberapa hebatnya sang kepala keluarga itu bisa menginspirasi banyak keluarga bahagia yang berlandaskan Qur'an dan sunnah saat ini?
Keluarga yang jika kita melihatnya, bukan hanya terlihat siapa orang-orangnya, tapi justru terlihat Islam di dalamnya.
Islam yang indah, Islam yang Rahmatan lil 'alamiin
1 note · View note
laelans · 3 months
Text
Untuk hal-hal yang sudah lama kita semogakan, namun masih berstatus sebagai harapan..
Mungkin waktu perwujudannya tidak sesuai dengan yang diinginkan, tapi pasti sesuai dengan yang kita butuhkan.
0 notes
laelans · 3 months
Text
Hajat kita mungkin baik.
Namun bisa jadi belum totalitas saja kita dalam mengusahakannya,
Atau belum sepenuhnya percaya pada kuasanya sang Pencipta.
Hajat kita mungkin mulia.
Namun bisa jadi akan menjadi biasa jika sekarang menerimanya.
Atau akan terasa hambar karena lupa makna bersabar jika disegerakan.
Allah lebih tahu, bahkan Dia Maha Tahu. Sedang kita tidak.
#muslimdailythought
0 notes
laelans · 3 months
Text
Tentang dewasa yang tak selalu terukur pada usia.
Karena rasanya tak jarang ku temui ia yang lebih muda, namun lebih lapang menerima apa yang ada.
Sedang banyak pula ku jumpai ia yang terlihat matang secara usia, namun tak pernah merasa cukup dari apa yang dipunya.
Nyatanya, menua adalah pasti. Sedang mendewasa adalah pilihan.
Sebagaimana ia tau dimana harus meletakkan resah dan tau kapan harus menjemput hikmah.
0 notes
laelans · 9 months
Text
Pesan lama.
Sebuah pesan dari seorang guru ketika di bangku sekolah, “Mba, kalau ikut suatu majelis ilmu ngga papa kalau kita ngga bisa memahami semuanya. Tapi setidaknya ada satu hal yang bisa kita ambil. Cukup 1 aja, itu bisa jadi sebuah hikmah”
Maka di sinilah aku. Si pencari 1 hal yang harus bisa ku ambil dari sebuah pertemuan.
Hari itu, sebuah kalimat sederhana yang menjadi oleh-oleh di ingatan pendekku.
“Kalau bukan karena surga, saya ngga mau capek-capek begini” katanya.
Deg. Sederhana bukan?
Tapi itu selalu jadi pelecut bagi si fakir ilmu ini menghadapi “yaudahlah ngga usah dipaksa”. Sadar sebetulnya bahwa kita bukan sedang memaksakan diri. Melainkan kita yang menghindari apa-apa yang masih bisa diusahakan.
Mendewasa emang capek. Tapi mau berhenti pun, apa iya nanti ngga babak belur?
Pada akhirnya berjalan itu harus, dan berhenti bukan pilihan. Dan pada setiap ikhlas yang dijalankan, ada yang tak pernah abai memberi ganjaran.
4 notes · View notes
laelans · 1 year
Text
Just live it.
Dalam ratusan target yang kita buat dalam hidup atau puluhan plan yang kita rencanakan, siapakan pula ruang penerimaan di hati. Menerima bahwa mungkin tak semua akan terealisasi atau berjalan sesuai harapan. Entah tertunda atau terganti.
Menyiapkan penerimaan bahwa kita ridha atas setiap yang Allah tetapkan. Percaya bahwa takdir terbaik kita adalah apa yang kita miliki saat ini dan apa yang sedang kita jalani. Kita sadar betul bahwa Allah Maha Tahu sedang kita tak banyak tahu.
Bisa jadi rasanya tangan hampir mencapai puncak, namun Allah tunda karena ada kebaikan di dalamnya. Agar sempurna proses kita mendewasa, agar semakin dalam sujud kita dengan riuh do’a.
Ngga papa capek, hingga suatu saat ketika memang kita diminta berhenti Allah yang akan menuntun kita dalam kebahagiaan yang kekal tanpa henti maupun jeda.
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridho dan diridhoi-Nya dan masuklah ke dalam surgaku”. (Q.S Al-Fajr : 27-30)
7 notes · View notes
laelans · 1 year
Text
Menikmati Perjalanan.
Bahwa ternyata kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang kita punya. Maka Allah memberikan sebuah tuntunan, jika telah selesai dalam suatu urusan, maka bergegaslah kepada urusan selanjutnya. Tanpa diselingi "healing dulu" atau "santai bentaran deh".
Bukan berarti healing dan santai itu dilarang, hanya harus berhati-hati. Kenapa? Karena hakikatnya manusia amat dekat dengan "keterbuaian". Nyantai yang direncanakan 1 jam, bisa tembus 24 jam. Healing yang dirancang satu hari, bisa bertahan 1 pekan atau lebih.
Sampai akhirnya tersadar, tugas menggunung di depan mata dan slogan andalan kita keluarkan "Yaa Allah, hidup aku gini amat" Nurani sebenernya udah bicara, bukan Allah yang memperumit tapi kita yang kadang memperkeruh.
Maha Adil-nya Allah, suatu kesulitan akan selalu sepaket dengan kemudahan. So change our mindset, "Yaa Allah, kenapa banyak banget masalahnya?" to be "Yaa Allah, hadiah apa ya yang sedang Engkau siapkan untukku ke depannya? Selama Engkau ridha, aku ikhlas"
Jangan sampai hanya karena kita melihat dunia dari sisi yang kita pilih, menjadikan kita lupa bahwa Allah lebih kuasa menuntun kita menjajaki sisi lain dari dunia yang lebih indah dan menawan.
4 notes · View notes
laelans · 1 year
Text
Ruang.
Terkadang, kita butuh ruang untuk menepi Bukan untuk membatasi diri Tapi coba menyelami dan berkontemplasi Adakah yang perlu dibenahi? Atas rasa sesak, kesal dan kecewa Yang bergumul dalam satu rasa Lalu menjadi bekal mendekati sang pencipta Sebenarnya, ada rasa malu ketika datang hanya ketika perlu Tapi rasanya juga tak ada tempat lain lagi untuk mengadu Dalam sujud di atas bentangan sajadah mencoba membisikkan keluh pada bumi, namun nyatanya justru terdengar oleh langit. Momen tepat untuk mendekat pada yang Maha Dekat di tengah tumpukan tuntutan yang mencekat. Tapi tak apa, Toh nyatanya kita dilegakan dengan “bersama kesulitan ada kemudahan” Hiburan bagi semesta bahwa akan selalu ada kebahagiaan di balik duka Dan selalu ada tawa setelah air mata.
1 note · View note
laelans · 1 year
Text
Bukan seorang figuran.
Teringat petuah seorang guru saat duduk di bangku sekolah, “Kita adalah tokoh utama dalam cerita kehidupan kita masing-masing.”
Yap.  Karena kita bukan figuran ..
Jadi ngga perlu merasa terlalu "bukan siapa-siapa" sebagai dalih untuk tak menunaikan bakti pada sang Pencipta.
Karena terciptanya kita bukan sebab main-main belaka. Tapi sudah tertulis disertai misi mulia yang harus dibawa. 
Sebagai hamba yang mengabdi kepada Tuhannya, Allah. Sebagai khalifah fil ardh sekaligus yang memakmurkan bumi. Besar sekali bukan?
Iya, karena ternyata hidup tak sebercanda itu. Menganggap hidup hanya sekali dan menikmati dengan sesuka hati lantas lupa bahwa sesungguhnya akan kembali dan menetap di tempat yang abadi.
“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mengerti ?”  (QS. Al-An’am: 32).
Meskipun mungkin belum bisa memberi cahaya bagi yang lainnya, setidaknya hati kita sendiri tak redup. Syukur-syukur jika bisa menjadi pelita bagi sesama:)
2 notes · View notes
laelans · 1 year
Text
Aku dan perjalanan.
Sebagaimana aku menyukai perjalanan, juga semua kisah di dalamnya. Kisah pagi hari, di tengah sibuknya para manusia pagi memulai pagi. Tentang anak berseragam yang dibonceng ayah ibunya menuju gedung sekolahnya. Tentang si tukang sayur yang sungguh penuh motornya mengangkut aneka keperluan pangan dapur. Tentang para pemuda dan orang tua, dari yang berkaos hingga berseragam menapaki jalan rezeki yang telah dibuka untuknya. Tentang penjual koran yang dengan gigihnya menawarkan dagangannya sembari membacakan headline berita terhangat. Tentang seorang laki-laki yang berdiri di tengah persimpangan mengatur lalu lintas di tengah riuh klakson kendaraan dan kepulan debu pagi. Semuanya menyenangkan saat ku pandang. Meski saat itu banyak juga yang tengah berkompetisi dengan waktu. Lalu berpacu dengan gas motor yang semakin menderu, namun juga diiringi harap agar tetap selamat. Hingga akhirnya selalu ada hal yang membuat tersadar,
  Bahwa berhenti atau terus bergeraknya kita, dunia akan tetap berjalan. Di tengah pilihan malas atau terus bersiapnya kita, dunia tak akan menunggu. Entah memutuskan menyerah atau terus bertahan, dunia tak akan kepayahan karena kehilangan seorang saja. Karena setiap masa memiliki orang-orangnya. Semua akan ada penggantinya. Dan semua akan tetap seperti biasanya. Seperti halnya rutinitas bumi yang akan tetap berputar pada porosnya.
2 notes · View notes
laelans · 1 year
Text
Kita bukan gagal.
Semoga kita tak mengira perjuangan Nabi Nuh a.s yang lebih dari 9 abad menyampaikan ajakan agar manusia hanya menyembah yang satu namun hanya segelintir manusia yang mengikuti itu gagal.
Hampir 1000 tahun, berdakwah selama 3 generasi dan tak kurang dari 100 orang yang mengikuti. Bahkan istri dan salah satu anaknya turut juga turut mengingkari. Tak terbayangkan rasanya, tapi memang nyata adanya. Di antara curahan hati Nabi Nuh yang disampaikannya kepada Allah swt :
“Dia Nuh berkata, Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam. Tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya aku setiap kali menyuruh mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya ke wajahnya dan mereka tetap (mengingkari)  dan sangat menyombongkan diri.” (QS. Nuh :5-7)
Semoga kita tak mengira Hamzah bin Abdul Muthalib itu gagal menjadi singa Allah karena tertombak dadanya dan gugur padahal baru masuk dalam perang kedua antara kaum muslimin dengan kafir quraisy saat itu. Karena nyatanya Rasulullah bahkan menyematkan gelar sayidus syuhada kepada pamannya.
Di hadapan jenazah Hamzah, Rasulullah saw berkata:
“Penghulu para syuhada di hadapan Allah swt pada hari kiamat adalah Hamzah.”
Semoga kita juga tak mengira Khadijah binti Khuwailid gagal sebagai istri dan pendamping Nabi karena telah berpulang ketika Islam bahkan belum tersebar ke seluruh penjuru bumi. Karena nyatanya istana dari emas dan perak telah disiapkan Allah untuknya di surga.
Kita sadar, mereka bukan gagal. Bahkan mulia di sisi Rabbnya.
Entah kita menjadi bumi yang ditapak atau langit yang ditatap, tugas utama kita sama sejak diciptakan. Dan pilihan kita hanya menuntaskan dengan semaksimal kemampuan.
2 notes · View notes