Tumgik
ichsanfath · 3 months
Text
Diantara alasan bekerja.
Selalu dibangunkan dengan pekerjaan, lalu mulai beraktivitas untuk bekerja. Perlahan namun pasti memudarkan alasan-alasan yang pernah muncul ketika tanda tangan kontrak bekerja. Kenapa begini dan begini. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan seperti ini. Diantara alasan untuk bekerja ada yang memilih karena waktu yang pas untuk bekerja dan diri sendiri, ada yang memilih karena lingkungan yang bertumbuh, ada yang memilih karena idealisme, ada yang memilih karena jarak tempuh dan jarak orangtua, ataupun karena nominal. Alasan itu semua adalah pilihan diri masing-masing.
Diantara alasan yang dipilih, prosesnya sulit kadang bikin galau juga, terlebih proses menerima kenapa harus ada disini begini dan begini, sampai pada akhirnya berada di satu titik menyadarkan kalau Allah tuh yang merencanakan jalan cerita ini, yang terbaik menurutNya. Kemudian dihiasi dengan kebaikan-kebaikan. Tinggal memilih mau melanjutkan kebaikan atau cukup saja demikian. Kadang gak sadar aja
Diantara alasan yang dipilih, seharusnya ada kesamaan. yakni sama-sama mendatangkan kebaikan. Kebaikan yang setidaknya untuk sendiri, syukur dapat bermanfaat untuk orang disekitar. Yang baik akan dipertemukan dengan yang baik, Begitu sebaliknya. Menyandarkan hanya satu alasan 'semua karena Allah' saja itu sulit, tapi yakin aja semua pasti ada balasan.
Karena ya siapa lagi yang bisa membalas semua yang kita lakukan kalau bukan Allah yang maha pemberi balasan.
39 notes · View notes
ichsanfath · 4 months
Text
Dapat bekerja mencari uang sesuai dengan keinginan dan tetap dekat dengan kedua orangtua adalah salah satu bentuk syukur yang nikmat.
Nikmat itu berlipat sebab masih dapat mendengar dhawuh mereka, atau cerita apa saja.
Teringat dulu pernah ada doa yang tersebut ketika masih 'merantau' jauh dari rumah. Semoga di dekatkan dan dapat diandalkan orangtua di masa tuanya sampai kapanpun.
Mereka tentu setiap hari akan menua, dan banyak yang tidak punya kesempatan ada bersama mereka.
Alhamdulillah.
97 notes · View notes
ichsanfath · 7 months
Text
Oktober yang masih berkabut.
Tumblr media
Pict by @boohwanj
Berdoa itu, erat sekali hubungannya dengan kesadaran bahwa kita itu teramat lemah, fakir ilmu, dan tidak berdaya tanpa pertolongan Allah.
Semakin kita sadar, kita tidak punya apa-apa selain iman dan amal shalih kita...yang mungkin tak seberapa dan belum tentu pula diterima dengan sempurna. Maka semakin kita merasa kerdil dan redamlah ego dalam jiwa yang menjelma sebagai bentuk sujud dan berserah diri pada Allah untuk mengharap ampunan dan rahmat-Nya.
Berdoa itu, erat sekali hubungannya dengan harapan juga ketakutan yang bermuara sebagai keimanan pada takdir-Nya. Ketika kita memanjatkan doa, hati kita penuh harap agar pinta kita menjadi nyata, dilain sisi, ketakutan pun menyergap, menghadirkan banyak kemungkinan, akan berbuah sebagai apakah kiranya harapan kita nanti?
Hanya keteguhan iman dan baik sangka yang membuat kita tak berputus asa dari rahmat-Nya. Baik sangka bahwa setiap garis takdir-Nya pasti akan berbuah baik untuk kita, meski untuk dapat memetik buah baik itu, kita harus bersabar untuk waktu yang panjang dan belajar bersyukur dengan penuh tantangan. Semoga Allah menuntun hati kita, untuk selalu bertaut, berdoa, dan bertawakkal pada-Nya.
Kabut, 9 Oktober 2023 07.23 wita
267 notes · View notes
ichsanfath · 7 months
Text
0 notes
ichsanfath · 9 months
Text
JARAK AMAN
Hidup, kata John W. Gardner, ialah seni menggambar tanpa penghapus. Apapun yg kita jalani hari kemarin, tak akan bisa kita hapus, bila kemarin berjalan baik bagimu, ia akan mengesankan, bila sebaliknya, ia hanya akan melahirkan penyesalan. Tersebab demikian, rasanya penting bagi kita menjaga jarak aman, jarak yang melahirkan keseimbangan, berhenti pada titik cukup, tidak berlebihan.
Kata orang jawa, "Kesusu ngoyak opo, kesuwen nunggu opo?" (Terburu-buru, apa yang dikejar? Terlalu lama, nungguin apa?). Karena dasarnya ini adalah hidup kita, maka tidak ada yang paling mengerti apapun soal diri kita melainkan diri kita sendiri. Ada masanya orang lain jadi kaya lebih dulu, ada kalanya kita lulus lebih dulu, ada waktu orang lain bahagia lebih dulu, ada kalanya karir kita melonjak lebih dulu. Hal semacam itu pada akhirnya tidak akan kita risaukan secara berlebihan bila kita tau apa yang kita kejar, apa yang kita tunggu, dan seberapa besar jarak aman kita sehingga tidak membuat hidup kita tidak seimbang.
Kalau sedang berkendara, kita akan paham jarak aman akan membuat kita terhindar dari celaka. Memahami rambu akan menjadikan kita selamat.
Tapi ini bukan hanya soal berkendara.
561 notes · View notes
ichsanfath · 1 year
Text
Imam Zuhri secara sederhana menyebutkan ramadhan intinya dua; tilawatil quran dan memberi makanan berbuka orang yang puasa, sedekah maksudnya. Kalau kita masih kalah sama yang pertama, masa iya harus kalah juga sama yang kedua?
29 notes · View notes
ichsanfath · 2 years
Text
#CeritaPenempatan : Refleksi kenapa kok mau jadi Pengajar Muda
Lama sekali tak mengupdate hastag #CeritaPenempatan ya, tenang sebenarnya akan di lanjut pasca penugasan kok. Karena 24 jam bersama anak-anak dan masyarakat ternyata gak cukup. Selalu aja ada yang dilakukan sampai lupa waktu, asik-asik pokoknya, sampe lupa kalau sedang menulis cerita penempatan. Jadi sekarang di update ya!
Selalu saja ada teman dan kerabat yang punya pertanyaan sama kepadaku, "kok mau jadi guru di pelosok sana?" Atau "kenapa mau jadi pengajar muda? Apa untungnya emang?" Pertanyaan itu banyak. Bahkan sampai pertengahan penempatan, masih ada aja yang bertanya.
Yaudah aku tulis aja sekarang, silahkan di baca, di skip juga boleh kalau gak menarik
1.Mencari Pengalaman Baru
Sejak awal aku selalu merasa wah dengan banyak hal yang menantang diriku. Lalu bertemulah dengan IM ketika acara National Leadership Camp RK tahun 2018, waktu itu presentasinya asik, ditambah lagi, akan di tempatkan di daerah tanpa listrik, tanpa jaringan, tanpa pemanas air, dan dengan kondisi sosio-geografis yang berbeda selama setahun. Ini menantang, bagiku akan menjadi pengalaman baru yang berkesan dalam hidup. Apalagi di daerah pelosok selalu kekurangan guru, terpanggilah aku untuk bergabung.
2. Volunesia
Aku perkenalkan istilah volunesia yang artinya ketika kita menjadi orang yang membantu orang lain melakukan sesuatu, artinya kita sedang meng upgrade diri kita untuk jadi lebih baik.
Berkembang dari apapun, kemampuan dasar hidup dan tentu saja dalam hal kepemimpinan diri.
Semoga saja ya!
3. Membalas Budi
Besar dengan banyak kemudahan mengakses pendidikan, merasa semuanya begitu baik, rasanya tak adil kalau kebaikan yang di dapatkan hanya berhenti di diri sendiri, akan lebih bermanfaat kalau kebaikan itu di tularkan ke orang banyak, termasuk masyarakat pelosok yang masih kesulitan mengakses pendidikan. Aku merasa perlu membalas budi, ini salah satu caranya.
4. Merawat rasa cinta
Masih teringat idealisme yang dibacakan setiap kali apel pagi "Yang kami harap adalah terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Allah pecipta alam semesta" kalimat akhir ini selalu terngiang, merefleksikan diri untuk apa dan bagaimana menjadikan kenyataan, apan yang sudah di upayakan.
Hal itu menjadi pemicu diri untuk melakukan banyak hal, mengupayakan kebaikan. Juga perenungan panjang. Akhirnya aku meyakini dengan pengabdian jalan memupuk rasa cinta itu sendiri.
5. Memperkaya sudut pandang
Sebagai orang yang berkacamata -orang jakarta- selalu menemui kebijakan publik yang di buat adalah yang paling cocok, keputusan yang baik. Sampai pada akhirnya ada sisi lain menemukan tidak semua kebijakan pusat sesuai dengan kebijakan di daerah. Ada realistas yang di paksakan ketika sampai di daerah. Bahkan banyak yang tidak ketemu antara kebijakan itu.
Bagiku ini merawat dan memperkaya sudut pandang. Tidak hanya dengan kacamata -Jakarta- saja, tapi perlu di diperluas sebagai pelaku kebijakan yang berada di daerah yang serba terbatas.
6. Memupuk interaksi sosial
Lama bersekolah di kampus, interaksi sosialku pun mengecil. Hanya terbatas kalangan mahasiswa dan pendidik. Padahal untuk paham kondisi masyarakat harus ikut berada dan tumbuh bersama masyarakat.
Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru. Untuk bertemu lebih banyak orang, interaksi harus lebih luas lagi, untuk memperkaya ilmu, tentu perlu bertemu lebih banyak orang lagi. Menjadi bagian dari masyarakat berarti menambah ilmu lebih banyak lagi.
Menjadi Pengajar Muda akan di tempatkan bersama masyarakat yang majemuk selama 1 tahun. Artinya akan hidup disana, berkativitas disana, makan dan bencengkrama disana. Tentunya ini memupuk pehamahan akar rumput pengajar muda. Semoga saja terbentuk di diriku.
7. Merawat jiwa kanak-kanak
Aku merasa aku masih anak-anak. Maka dari itu aku coba menyalurkan jiwa anak-anakku pasa porsinya.
Menjadi guru SD salah satunya. Hampir selalu bersama anak-anak sepanjang hari.
Bersama mereka sepanjang hari,
Melakukan banyak hal. Selalu tertawa dan belajar banyak hal. Menyenangkan. Melihat mereka tersenyum, membuatku membayangkan, anak-anak ini akan menjadi pemimpin di masa depan, setidaknya pemimpin dirinya sendiri.
Selain itu, dekat dengan anak-anak, juga melatih kesabaranku, setidaknya untuk nanti menjadi ayah kelak.
8. Memelihara Amal
Mengajar itu cara memperoleh pahala gratis. Kalau satu anak dapat membaca tulis karena kita bantu, apakah bukan merupakan ilmu yang bermanfaat untuk mereka? Dan apakah bukan sesuatu yang bernilai pahala?
Tapi tentu saja kita tidak boleh mengharap apapun dari manusia. Bisa jadi melihara agar mendapat pahala harus di pertanyakan ulang. Yang pasti, menjadi pengajar muda adalah bagaimana berbuat baik
Semoga sampai akhir penugasan nanti dapat banyak pelajaran. Nantikan kisah selanjutnya ya!
36 notes · View notes
ichsanfath · 2 years
Text
Dalam bentuk dan peristiwa yang tak sama kita sering dihajar keadaan agar belajar. Semoga saja, di hadapan banyak peristiwa, selalu kita temukan pelajaran. Semoga.
7 notes · View notes
ichsanfath · 2 years
Text
Saya sangat sepakat dengan mas-mas ini :)
Maaf kalau aku bukanlah tipe orang yang 'gampang' mempublikasi kegiatan yang sedang dilakukan
Juga, ndak sering 'cerita' banyak soal diri sendiri, keluarga, dan teman-teman
Bukan, bukan karena aku ndak bangga dengan apa yang dilakukan
Bukan juga karena merasa malu dengan diri sendiri, keluarga, atau teman-teman
Justru aku sangat bangga dan bersyukur akan semua hal itu
Tapi, aku hanya ingin, semua cerita ini, pengalaman, dinamika, hal-hal yang membuatku tersenyum dan menangis, diketahui oleh orang-orang yang spesial saja
Dan, mungkin kamu salah satunya😷
222 notes · View notes
ichsanfath · 2 years
Text
Ya Allah, sesungguhnya ini adalah siang-Mu yang telah menjelang dan siang-Mu yang tengah berlalu serta suara-suara penyeru-Mu, maka ampunilah aku.
9 notes · View notes
ichsanfath · 2 years
Text
Cukuplah Allah sebagai penolong kita.
10 notes · View notes
ichsanfath · 2 years
Text
Silahkan mampir, kegelisahan saya selama ramadhan di desa penugasan.
11 notes · View notes
ichsanfath · 2 years
Text
#CeritaPenempatan Satu jam pertama di Desa Mamu
Tak pernah dibayangkan akan menuju tempat yang baru, tempat yang asing, yang penuh tantangan dan tentunya tempat banyak belajar. Hari ini aku sudah lewati penerbangan Jakarta-Makassar-Palu. Lalu naik mobil sekitar 3 jam ke arah selatan Kota Palu, dan baru saja turun dari motor yang membawaku 6 jam melintasi bukit, gunung, tebing, jurang, hutan, sungai dan jembatan kayu.
Inilah pertama kali aku datang ke desa Mamu. Ini desa penempatanku satu tahun kedepan. Tempat belajar dan menjadi masyarakat. Lengkap dengan bahasa yang terdengar asing di telinga. Ada tantangan baru yang berdampingan dengan harapan. Tidak menjadi pelita di gelapan, tapi jadi lampu penerangan.
Kalau mengingat idealisme yang dulu di bacakan tiap agenda asrama. Hari ini aku mengingatnya kembali, 'Yang kami harap adalah terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat, serta kebaikan dari Allah pencipta alam semesta' mengalir kembali semangat itu. Panggilan itu. Hasrat itu, yang akhirnya memilih jalan ini. Menyepi dari banyaknya pilihan hidup nyaman dengan segala kemudahan. Lengkap dengan pilihan hidup enak.
Memilih untuk hidup cukup, berkecukupan. Membawa misi membangun dari daerah, memaknai kembali 'balas budi' apa yang sudah di dapat, harus di bagikan lagi.
Senyum-senyum masyarakat desa selalu hangat, belum sampai satu jam di desa. Sudah di suguhi berbagai macam makanan. Rasanya seperti di kampung halaman. Senyum mereka menguatkanku. Menepis segela asumsi tidak diterima, dijauhkan dan tidak diperdulikan. Ah aku hutang baik pada mereka. Harus segera di balas dengan berbuat baik untuk mereka. Ini aku, yang hari ini menjadi bagian dari desa Mamu. Masyarakat pemilik senyum paling ramah yang pernah aku temui.
Cerita ini baru dimulai, kisah-kisah lainnya akan segera di tulis.
11 notes · View notes
ichsanfath · 3 years
Text
Kepedulian selalu lahir dari kesadaran bahwa kita merupakan bagian dari orang lain. Ketika kita merasa memiliki jarak dengan orang lain, kita akan cenderung susah untuk peduli. Itulah sebabnya kesadaran keimanan menjadi penggerak untuk selalu peduli pada alam dan manusia. Padahal tuhan mengharuskan kita hidup tanpa jeda. Semangat Taawun (saling menolong) perlu di hidupkan kembali di tengah pandemi.
26 notes · View notes
ichsanfath · 3 years
Text
Yang disebut kematian
Tak pernah tau kapan dan dimana, usianya berapa. Ketika sudah di cukupkan waktunya. Kematian itu tak pernah menghianati takdir yang sudah di tetapkannya.
Yang disebut kematian. Rahasia yang tak akan ada yang mampu membongkarnya. Termasuk juga dengan waktu dan tempatnya. Tapi dari sana kita belajar tentang hakikat kematian adalah perintah untuk berkomitmen melakukan kerja-kerja produktif dalam amalan. Kalau memang diri ini selalu di hiasi dengan amalan, peluangnya untuk mendapat predikat 'husnul khatimah' lebih besar, atas izin Allah. Langkah awalnya tentu dengan memastikan niatnya selalu kepada Allah. Titik.
Yang disebut kematian, tak pernah diduga kejar tayangnya. Karena tak pernah menyangka, apakah ucapan ini terakhir atau tidak. Maka berusaha keras yang terucap adalah kebaikan. Karena tak pernah menyangka, apakah tulisan ini terakhir atau tidak, maka berusaha menulis yang baik-baik dan pengingat. Karena tak pernah menyangka, apakah tindakan ini terakhir atau tidak, maka berusaha menjadikan tiap-tiap pertemuan adalah pertemuan yang menghadirkan kebaikan.
Yang disebut kematian, karena tak pernah diketahui tempatnya, maka tiap luka yang tergores atas diri, segara imbangi dengan permintaan maaf. Karena tak pernah diketahui batasnya, maka sebisa mungkin tetap taat kepada-Nya.
Maka, diri ini pun, memohon maaf apabila banyak yang melukai perasaan baik tutur kata dan laku perbuatan. Semoga kita semua tetap dalam jalan menuju ketaatan kepada-Nya.
26 notes · View notes
ichsanfath · 3 years
Text
Patah Hati Terbesar
Kemarin malam, ketika akhirnya bisa kembali ke rumah, setelah satu pekan sebelumnya izin keluar kota untuk "menuntaskan amanah dakwah", begitu izin saya kepada Abi dan Umi, sesampainya di rumah bukannya malah senang ataupun perasaan rindu sebab dapat bertemu dengan mereka kembali, justru perasaan marah dan sedih yang justru mendominasi.
Selama sepekan disana, jarang sekali menyampaikan kabar, progres atau hal lainnya (Ya, saya merasa orang paling sibuk di dunia kala itu). Sampai di waktu pagi dimana malam harinya memutuskan untuk pulang, Abi tiba-tiba menelpon. Menanyakan kabar, kenapa belum pulang, masih sibuk apa, dll. Dari sini saya mulai curiga, pasti ada hal yang tidak baik-baik saja.
Ditengah hati yang masih tidak tenang tersebut, saya hanya bisa berdoa agar tidak terjadi apa-apa, sebab saya belum ada bayangan untuk pulang hari itu, karena tanggungan belum selesai. Saya terus berdoa, berdoa agar mereka diberikan keselamatan, kesehatan dan keamanan. Hingga akhirnya selepas sholat ashar, perasaan makin tidak karuan, saya putuskan ba'da Maghrib itu juga, dalam keadaan apapun, pokoknya harus pulang.
Sesampainya di rumah, betapa hancurnya ketika bertemu Abi di kamarnya, dalam keadaan berbaring, Abi terlihat baik-baik saja saat itu, lalu saya menyalaminya. Belum sempat saya menanyai kabarnya, Abi tiba-tiba berkata, "Umimu baru sakit sekarang di kamar depan, udah dari Jum'at malam." Saya terhentak, lalu bertanya,"Kenapa tidak berkabar sedari awal?". Beliau jawab, "Abi nggak mau ganggu amanah kamu disana."
Mendengar jawaban itu, saya hanya terdiam, tidak mampu berkata-kata. Dada terasa sakit, perasaan kecewa, marah terhadap diri sendiri. Air mata mulai jatuh, tapi saya tahan karena tidak mau menunjukkan itu kepada mereka. Di malam itu juga saya memberikan bakti terbaik saya untuk Umi, apapun yang bisa dilakukan, hanya untuk menebus kesalahan.
Belum sampai disana, di pagi harinya, Abi pun menyerah untuk terlihat "baik-baik saja", ternyata Abi juga sudah sakit beberapa hari sebelum itu. Karena sibuk mengurus Umi. Melihat di pagi hari Abi terbaring, dengan wajah yang menahan sakit. Saya menangis, minta ampun sama Allah atas kelalaian yang telah dilakukan.
Masih diberi salah satu nikmat terbesar di dunia ini, nikmat yang dapat "menjamin" kampung akhirat saya, justru sering menyia-nyiakannya. Saya merasa bersalah, karena saya anak laki-laki tertua di keluarga, yang kelak menjadi wali ketika Abi tiada. Saya merasa bersalah karena sibuk dengan urusan pribadi, sampai abai terhadap mereka.
Saya hanya ingin berbagi kisah ini, agar mungkin dapat menjadi hikmah untuk teman-teman yang hari ini mungkin masih disibukkan dengan amanah apapun, dimanapun. Tetap berkabar dengan mereka, sesekali jika sempat pulanglah. Doakan mereka selalu, ketika memang raga belum bisa bertemu. Dan selanjutnya siapapun yang membaca ini, mohon doa terbaiknya untuk kedua orang tua saya.
39 notes · View notes
ichsanfath · 3 years
Text
Jangan semangat, menyerah saja.
Jadilah orang yang gagal!
Bilangnya kemana-mana mau sukses, tapi ketika punya waktu tidak dimanfaatkan dengan bijak, ada kesempatan tapi takut buat nyoba, dikasih kepercayaan eh bilang belom siap, pas dikasih tanggung jawab gak pernah beres urusannya.
Bilangnya kemana-mana mau sukses, nyatanya punya ide cuma mentok di angan-angan. mandeg tanpa realisasi. Ada gitu orang banyak maunya, minim usahanya.
Bilangnya kemana-mana mau sukses baru baca persyaratan aja udah bilang "mas aku nyerah", atau "mas gak dulu deh". Pas di kasih cobaan dikit, milih puter balik alias mundur. Lha kok belum mulai sudah ngaku kalah.
Sudahlah, Menyerah saja! biarkan gemerlap kesuksesan buat orang-orang yang mau berusaha lebih keras, yang mau bertahan berjuang juga buat yang mau belajar lebih banyak.
Coba baca ini pas butuh afirmasi positif. biar sekalian tertampar ya.
20 notes · View notes