Tumgik
Text
St Cikini
Sebelumnya, terakhir kesini menunggu di peron ternyata kereta terakhir setelah berjalan kaki dari taman ismail marjuki ke stasiun cikini. Aku sangat hafal
0 notes
Photo
Tumblr media
((Sketsa Kegelisahan yang Partikular))
Malam telah meneken perjanjian dengan gelisahku. Ternyata ini (bukan) tentang jalan di Margonda, hujan yang tak kunjung reda, kerlap kerlip lampu kota atau pun luka. Ini tentang puisi yang tak dapat ku lanjutkan. Kegelisahan selalu datang saat aku ingin melanjutkan untuk menulisnya. Katamu puisi adalah kegelisahan. Tapi bagiku puisi adalah kamu
Desember, 2017
0 notes
Quote
Penyair adalah pembaca pertama puisinya sendiri, begitu menurut aksioma. Ia tidak ingin memperdebatkan benar tidaknya kata-kata mutiara itu yang tentu saja jauh sekali jaraknya dari masalah lucu atau tidak lucu. Ini masalah komunikasi, katanya kepada dirinya sendiri. Hujan Bulan Juni - SDD
0 notes
Text
Pacitan dan Jogja
Penasaran yang menarikku dalam alam bahasa yang sukar ku terka ketika ku datangi dua kota itu, akan menjadi satu-satunya ingatan yang membuat dunia, bagiku, menjadi lebih luas dari yang kuketahui. sudut-sudut kota yang lengang itu akan memulangkan ingatanku disuatu malam yang membawa ku melewati stasiun demi stasiun, juga percakapan tentang masa lalu usai makan malam di sebuah homestay yang tak jauh dari pantai Klayar Pacitan yang kemudian membuat ku menyimpan rasa haru seakan malam panjang ‘tak akan pernah membuat aku dan kamu kembali bertemu lantas kurekam lekuk jalan yang kulalui pohon jati, bukit yang entah apa namanya, papan nama jalan di sudut Kota Jogja, Goa-goa yang seakan bercerita indahnya Pacitan, Kerasnya bunyi suara ombak di Banyu Tibo, pasir putih di Pantai Klayar, hujan di jalan Malioboro, rindangnya pohon beringin kembar, suasana taman sari, hangatnya senyum penjual bakpia 25 dan hiruk pikuk Stasiun Lempuyangan serta kawan-kawan yang baru ku kenal... Hingga akhirnya aku dan kamu dipisahkan oleh jalan-jalan dan harapan-harpan yang membuat kita saling mengingat atau barangkali perlahan melupakan maka apa yang tengah kukatakan melalui tulisan ini, barangkali hanya menjadi gema di antara ruang yang terbentang begitu panjang, yang membuatmu sejenak terdiam sebelum akhirnya rindu menjadi patut diucapkan Nrml Hpsr Minggu, 27 Januari 2013
0 notes
Text
Ikan Teri
Aku anak negeri Yang sering menangis dan merintih Karena penghasilan 'tak mencukupi Untuk kebutuhan sehari-hari Kadang pagi makan puasa siang dan malam hari Itu pun dengan lauk hanya beberapa lembar ikan teri Karena jatahku sebagai anak negeri Banyak dikebiri dan dikorupsi Wahai .... pegawai negeri TNI Polisi DPR-DPR RI dan penguasa bumi pertiwi Janganlah engkau pada korupsi Kalau kau korupsi rakyat akan membenci Mungkin di dunia kau tidak tertangkap polisi Atau bahkan tak masuk jeruji besi Tapi ingat suatu saat kau akan mati Di dalam kubur kau sendiri 'Tak ada yang menemani Ada malaikat munkar nakir kau tak bisa lari Api neraka siap menanti Itu pasti ..... Umar Jaya Santika (Umar Santoso) Karya Papa
0 notes
Text
Menuju
Tiga tahun. Masih di bulan Syawal. Aku liat ia sedang berbaring di ruang tengah. Aku tunggu. Aku hanya ingin menikmati waktu-waktu bersamanya.
Sesekali aku lihat. Sambil bicara sendiri dalam hati. Ya Allah, aku ingin engkau ridho untuk menyembuhkannya.
Siang itu ia memakai baju kokoh putih. Ia menatapku lalu bicara dengan suara sangat jelas. “Menuju Arsy”.
Aku bingung dan diam. Hatiku bergetar. Badanku lemas.
Ia lalu bicara lagi. “Iya papa diajak ke istana, istananya bagus”.
Setelah itu ia menggenggam lenganku hingga tertidur. Beberapa jam kemudian setelah ia pulas aku pun meninggalkannya untuk sholat dzuhur.
(Percakapan beberapa hari sebelum kepergiannya)
(Semoga selalu ada tempat yang nyaman untukmu, pah)
0 notes
Text
Tentang Travelling....
Traveling Itu Untuk Mikir!
Tumblr media
Ini tentang traveling.
Kau mendatangi tempat-tempat indah mempesona, tetapi jarang mendatangi rumah-Nya..
Kau juga memuji keindahan alam, tapi sedikitpun tidak memuji Sang Pencipta-nya..
Lalu kau pun bernyanyi bahagia di alam bebas, tapi tak pernah berzikir mengingat-Nya..
Syahdan, kau sering berkelana kemana-mana, tapi pulang tidak menambah keimanan kepada-Nya..
Bagaimana bisa?
Padahal di setiap keindahan yang kita lihat dan di setiap kesempurnaan yang kita kagumi, tak akan lepas dari kuasa Allah. Di manapun kaki berpijak, semua pesona adalah milik-Nya. Di setiap decap kagum, harusnya ditujukan untuk Allah, bukan? Sebab Dialah:
“Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.” (QS. 67: 3-4)
Lalu, apakah kesempurnaan ciptaan-Nya itu hanya sekadar untuk dinikmati? Diambil fotonya? Atau sekadar untuk berbahagia? Tidak. Ada hikmah di balik setiap penciptaan. Allah menjamin ini:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah.” (QS. 38: 27)
Well, hikmah itu untuk apa dan untuk siapa? Traveler seharusnya tahu bahwa:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal (ulul albab), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.’” (QS. 3: 190-191)
O zaman (jadi), traveling itu bukan sekadar melepas penat, mencari kebahagiaan, atau mengabadikan momen luar biasa. Sederhananya, traveling itu untuk menjadikan kita manusia yang berpikir. Mengingat Allah dalam segala kondisi sambil memikirkan tentang indahnya alam–sebab hikmah berserakan di situ. Lalu kita memohon agar Allah melindungi dari akhir yang memilukan.
Itu esensi dari traveling. Jadi, mari berpetualang! Yuk!
İstanbul, 29 Nov 2014.
Foto: pagi hari di ujung Jawa Timur.
562 notes · View notes
Text
Takbir
"Suara Takbir Berkumandang Seantero Negeri" Kalimat itu kau rangkai beberapa tahun lalu. Tugasku mengetik pesan singkat tersebut dengan beberapa kalimat tambahan permohonan maaf juga di akhir kalimat yang masih ku hafal "dari hamba-Nya yang berlumuran dosa". Aku sebarkan kepada saudara, kerabat dan rekan kerja yang ada dikontak ponselnya. Dua kali lebaran sudah. Tak ada yang menyuruhku untuk melakukan hal itu. Tahun lalu karena kau sakit dan tahun ini karena kau telah tiada. Malam takbir tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Kali ini aku masih bisa menulis di blog. Berkumpul dengan saudara, makan ketupat, rendang, opor, berkunjung ke rumah saudara dan ku pastikan tak ada air mata. Walau rindu masih terus bertambah setiap harinya. Sesekali aku lihat ponselku yang penuh dengan kalimat copy-paste tentang ucapan selamat dan permohonan maaf. Nanti saja ku balas atau mungkin besok. Malam takbir tahun lalu. Aku melihat kau terbaring lemah tak berdaya. Badanmu masih terlihat gemuk tak terlihat seperti orang sakit dan memang kau tak sakit secara fisik. Aku bacakan ayat-ayat suci Al-Quran. Lalu aku lihat kau agak tenang. Al-Baqarah. Malam itu aku tidak tidur. Menemanimu semalaman. Sampai pada adzan subuh berkumandang aku baru terlelap dan tak sempat sholat Ied seperti kebanyakan orang yang datang pagi-pagi dengan baju baru atau mukena/sarung baru. Tadi sore sebelum aku membeli bunga untuk besok ku pasang lagi bingkai foto di kamar. Setelah beberapa bulan lalu ku taruh di lemari. Banyak yang merindukan. Semoga kelak di tempat yang kekal kita dipertemukan. Selamat Takbiran. Selamat Lebaran. Bekasi, 29 Ramadhan 1436 H NrmlHpsr
1 note · View note
Quote
Seharusnya aku tak perlu sedih. Sebab aku hanya kehilangan orang yang selingkuh, sedangkan kamu?
NrmlHpsr
0 notes
Text
Everything Just Blends into a Perfect Harmony
Ada orang-orang yang bersikeras mempertahankan kenangan
dan stasiun ini seolah diperuntukan bagi orang-orang seperti itu.
Nyaris tak ada yang berubah.
Peron, gerbong kereta, loket, toilet, musholla, minimarket dan ruang tunggu.
Bertahun lalu, tempat ini menjadi titik temu kita. Entah kenapa kali ini kamu memilih tempat ini lagi.
Ramai.
Dengan kondisi seperti ini pun aku masih bisa mengenalimu dari kejauhan di balik badanmu.
Hingga sampai sekarang, saat aku menulis ini, aku tidak tahu, masih tidak paham, kenapa tuhan masih mempertemukan kita untuk kali yang sekian. Padahal dulu ketika pertama kali bertemu, namamu saja aku tak tahu.
Lantas, apa yang kita tuntut dari sebuah pertemuan?
Pertemuan berikutnya dengan (tak) ada harap?
Ditelingaku,
segala diammu terdengar lebih merdu,
syahdu.
Dimataku,
wajah dinginmu masih jauh lebih indah dibanding warna senja di pantai manapun.
Kita mungkin sedang saling menunggu sebuah pertanyaan atau pernyataan. Yang kita sendiri sudah sulit untuk membedakan.
Tapi kita sudah terlanjur percaya pada diam kita masing-masing.
Kita juga percaya bahwa diam kita sebenarnya saling bercerita, saling bercengkrama.
Kita sampai pada tempat yang membuat kita tersesat untuk sampai.
Kerumunan kecil, tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Sekedar menikmati churros green tea dan es jeruk. Menyenangkan.
Hingga akhirnya kita sama-sama memikirkan tentang doa saat kita dipertemukan akankah tuhan menghentikan waktu yang terus berjalan dan terasa cepat.
Dalam lamunanku setelah kita dipisahkan oleh kereta yang berhenti di salah satu stasiun, 'tidak ada puisi untuk kita malam ini, ada saatnya pertemuan harus kita lewati tanpa indahnya metafora apa pun.
0 notes
Text
Untuk Perempuan yang Akan Mendampingi Lelaki Acuh
Untuk Perempuan yang Akan Mendampingi Lelaki Acuh
Mungkin kamu tak akan pernah tahu siapa aku, asal usulku atau tempat tinggalku. Mungkin kamu juga tak akan pernah membaca tulisan ini.
Jika kamu mau, kamu bisa bertanya tentangku pada lelaki acuhmu, itu pun jika dia berkenan untuk menjawabnya.
Kata selamat atau ucapan turut berbahagia hanya basa-basi yang mungkin tidak akan aku berikan untuk kamu  dan lelaki acuhmu.
Untuk perempuan beruntung yang akan mendampingi lelaki acuh. Aku rasa kamu adalah seorang perempuan yang baik.
Mungkin ini terlalu naif. Tapi aku masih yakin dengan tuhanku. Aku yakin tuhanku akan memilihkan perempuan terbaik untuk
mendampingi lelaki acuhmu itu.
Untuk perempuan yang dipilihkan tuhan untuk lelaki acuh, mungkin kamu tak akan pernah tahu. Tapi aku tahu.
Ya, aku lebih tahu sebelum kamu tentang lelaki acuh itu. Aku akan menceritakannya padamu tentang hal-hal apa saja yang harus kamu tahu.
Lelaki acuhmu itu adalah orang yang baik. Jadi, kamu tak perlu khawatuir untuk mengingatkan solat jika dia sedang tak bersamamu.
Dia adalah seorang muslim yang taat, yang selalu menjalankan kehidupan sesuai syariat.
Lelaki acuhmu adalah seorang yang mencintai puisi. Aku rasa kamu tak perlu cemburu pada puisi dengan judul apa atau pengarangnya siapa.
Oh ya, jangan lupa buatkan puisi saat pagi, tengah malam atau kapan pun sesukamu. Tapi jika kamu tidak bisa membuat puisi.
Biarkan hanya senyummu yang mengisi.
Lelaki acuhmu sangat suka minum teh, kopi atau sekedar menikmati chocolate ice cream. Mungkin setiap hari kamu bisa buatkan dan sajikan di meja makan.
Sebelum dia berangkat atau pulang kerja. Kamu juga bisa buatkan cemilan kesukaannya, brokoli crispy dengan saus mayonise. Kamu tak perlu khawatir jika makananmu tidak habis. Karena dengan cepat dia akan bertanya, meminta ijin untuk menghabiskan makananmu yang tidak habis itu.
Tentang selera musik, aku sangat paham selera musik lelaki acuhmu. Kelas. Jadi, jika kamu mungkin asing pada lagu-lagu indie atau ber-genre Jazz
seperti Sore, Payung Teduh, Layur, Frau, Lipstick Lipsing, L'alphalpha, Mocca dan The Trees and The Wild kamu bisa sejenak diam sambil menemaninya mendengarkan lagu-lagu yang sedang dia dengarkan. Mungkin kamu bisa suka pada musik-musik sejenis itu. Jangan lupa ajak dia untuk menonton konser musik jazz. Luangkan waktumu untuk melihatnya menikmati musik ditemani hujan, aku rasa akan semakin syahdu jika bersamamu.
Kamu akan tahu lelaki acuhmu sangat suka travelling. Dia seorang pejalan kaki sejati yang menikmati pantai, senja, ombak, pasir putih, angin, gunung, hutan, bau bunga eddelweis, danau dan lainya. Aku rasa kamu bisa menjadi travel-mate-nya kelak. Atau jika dia ingin travelling sendiri, berikan ijin, berikan kesempatannya untuk mengunjungi kawan lama dan/atau kawan barunya. Mungkin menyenangkan.
Sebenarnya aku benar-benar tak sanggup untuk menuliskan ini kepadamu. Bahkan saat menuliskan ini pun seakan semua kata-kata yang sudah aku rangkai sebulan yang lalu sekejap hilang. Tentang aku, kamu tak perlu cemburu. Aku akan mendoakan kamu dan lelaki acuhmu. Jika tuhan mempertemukan aku dengan lelaki acuhmu. Aku hanya berharap kita sama-sama bertemu dengan kebahagiaan masing-masing. Dan mari tertawakan masa lalu.
Jakarta, Oktober 2015 NrmlHpsr
0 notes
Text
Tengah Malam #1
Sayup-sayup terdengar lagu Wish You Were Here-nya The Sounds. Kali ini menjelang akhir pekan, sengaja aku pulang agak larut. Tapi. Percuma. Lelahku tak seraya menghapus semua rekam dari mu. Satu persatu kejadian-kejadian enam tahun lalu seakan datang, muncul, lalu memenuhi otakku dengan segala detail latar, gaya bicara bahkan baju apa atau warnanya apa yang kamu pakai.
--- Remember the first time when I saw you,
Masih terekam tentang kali pertama kita bertemu di tempat ibadah, kamu memakai baju merah dan bertanya. Maaf kali itu aku benar-benar tidak tahu kalau kamu adalah senior ku. Ternyata setelah itu, kamu malah pura-pura masuk ke kelas, mengaku anak baru setelah itu habislah aku dimaki-maki. Aku juga masih ingat ketika kamu menyuruhku mencari semut perempuan. Tapi setelah itu kita menertawakan akan kejadian yang mengesankan. Aku yakin semua masih terekam. iya kan?
--- Thinking one day we’ll be lucky two
Masih terekam tentang bagaimana kamu memperlakukanku. Menjadikan aku prioritas, bahkan di atas pekerjaanmu. Saat aku telat dan pulsa ku habis. Aku di dalam bis terjebak macet dalam tol. Di tempat biasa, lebih dari satu jam aku telat dan kamu tetap menunggu. Terimakasih juga telah mengenalkan ku dengan Vogel, James E Brady, Fessenden, Pelczar & Chan juga Mc Cabe. Aku juga masih ingat akan pertanyaanmu saat kita bertemu untuk makan siang di hari kamis itu. “Apa rumus Asam Oksalat?”, aku jawab dan iya benar katamu. Yang lebih menyenangkan adalah ketika sore kita duduk di bangku penonton lapangan Gor Ciracas untuk menonton klub favorite kita latihan. Menyenangkan.
--- Give me your hand and we’ll go somewhere
Masih terekam tentang tempat yang kita singgahi. Kamu masih ingat saat aku sudah berencana liburan dengan teman-temanku ke pantai tapi hari itu kamu malah menawarkan untuk liburan ke Jogja dengan teman kantormu dan akhirnya aku ke Jogja. Terimakasih untuk mengajak ku ke setiap sudut kota Jogja, sekedar singgah di Cilacap, berfoto di Candi Borobudur, makan di daerah Magelang juga menemani kamu belanja di Malioboro. Liburan akhir tahun kita ke Taman Safari yang sebelum masuknya kita kelaparan lalu menemukan penjual mie ayam. Masih sangat menyenangkan. Jalan Depok - Bekasi adalah cerita tentang kita, kerlap-kerlip lampu kota, jalanan yang macet, tidak beraturan, bahkan halte tempat kita berteduh saat hujan belum reda. Semuanya masih menyenangkan.
--- If I knew then what I know now, And that one day we would say goodbye.
    So many things that we left unsaid...
Masih terekam saat kita bertemu, kali itu bukan berdua saja, tapi kita bertiga. Dadaku sesak. Kamu bersama pacar mu dan aku bertemu hanya memastikan. Bahwa. Kamu. Bahagia. Lalu aku memilih menjauh, pergi dan terluka. Tidak ada yang salah dari perselingkuhan. Hanya tentang saling mencintai, itu tidak salah bukan? untuk itu aku berusaha untuk merelakan dan ku pastikan kamu bahagia dengan wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrimu, teman hidupmu, pendampingmu. Selamat untuk pernikahan kalian berdua.
#aku #storysong
0 notes
Text
Kedai Kopi
Terakhir kudapati dia tengah asik meracau serta bernyanyi riang dalam harmoni nada yang lumayan berantakan . Aku tau, dia tak bisa nyanyi, suaranya fals . Sementara kami duduk berhadapan di kedai kopi, dia pun tangkas melontarkan lelucon menggelikan diselipi obrolan menyangkut hati dengan telaah dan cukup tajam . Kami sering menghabiskan waktu di kedai kopi untuk sekedar bertemu melepas penat setelah seharian melakukan pekerjaan yang monoton dan membosankan . Aku tau dia sangat menyukai kopi, apapun jenisnya . Aku juga tau dia tidak bisa menegak kopi, walau hanya secangkir, sebab ruang di lambungnya masih belum juga bisa berdamai dengan kopi .
Malam terasa makin riang, tak beda jauh dengan suasana hati pengunjung, termasuk aku . Aku merasa senang bisa bertemu dengannya di kedai kopi . Aku tau dia mengajakku ke sini hanya untuk bisa menikmati harum kopi yang ku pesan . Sekedar menikmati harum kopi saja sudah lebih dari cukup, menikmati coklat panas sudah cukup menyenangkan . Begitu dia bercerita setiap ke kedai kopi ini .
Di kedai kopi itu kami memang tak pernah menemui senja yang murung dan pendiam . Selalu riuh penuh daya membuat malam seakan tergesa memburu pagi . Beruntung tempat itu agak renggang dari permukiman hingga tak mengundang gesekan . Aku tau, dia tau tentang perasaan yang entah mengapa sudah lama ada di hati ini . Aku tau, dia sangat mendambakan sesosok pria dan yang pasti bukan aku, kenalannya yang baru dua bulan terakhir ini dekat dengannya . Aku tau, dia mengerti tentangku yang selalu meradang ketika menikmati senyumnya .
“Bagaimana pria yang sedang mendekatimu dua bulan terakhir itu?”, tanyaku.
“Ah, biasa saja”, jawabnya dengan singkat.
“Apa tidak tertarik ada pria itu?”, tanyaku lagi .
“Aku capek membunuh kecewa pada kehidupan percintaan yang sudah terlanjur berantakan ini, sementara setelah sadar kenangan perih itu kembali menghantui”, dengan lirih dia berkata .
Setelah itu tak ada lagi percakapan aku dan dia di malam itu. Beberapa saat kami saling hening. Dia terdiam dengan pikirannya sendiri, aku pun membisu karena tak ingin membuatnya kurang nyaman.
0 notes
Quote
Kurindu saat kita berhahahihi bersama. Menertawakan hujan yang tak kunjung reda. Setelah itu saling diam. Berpisah. Dan Terluka
NrmlHpsr
0 notes
Text
Kelak
Kelak kita berjumpa lagi, aku berharap kita bisa bercerita lebih lepas tentang kehidupan yang kita jalani. Tentang rencana pernikahanmu atau mungkin tentang bagaimana cara mu mengambil gambar dengan lensa. Tentang tempat-tempat di sudut kota dan juga tentang kecemasan akan masa depan. Tentang kita yang sering membuat kusut dan memperkeruh keadaan. Tentang kita saat menikmati pameran fotografi di pusat kota. Tentang mocca float dan ayam ku di restoran cepat saji yang terlalu kecil. Kelak nanti hari itu tiba, aku harap kita masih bisa menertawakan hal-hal yang kita batalkan, misalnya tentang tiket pesawat untuk liburan dan lelucon lainnya saat kita masih juga rencana kita untuk menghabiskan usia bersama. Kelak kamu membaca tulisan ini. Aku harap kamu sedang tersenyum dengan wanita setelah aku di samping mu.
0 notes
Quote
Yang sudah kenal lama tak menjamin akan hidup bersama
NrmlHpsr
0 notes
Text
Ruang Momen dan Luka
Bukan tentang rindu yang tak sengaja aku balut dengan pilu atau tentang kita yang sama-sama melankolis, sama-sama menganggap semua benda menjadi puitis.
Aku pastikan tulisan ini bukan tentang senja yang terlalu jingga yang saat itu tidak sempat kita nikmati bersama.
Stasiun.
Mungkin bagi sebagian orang ruang itu menjadi saksi bisu kebahagiaan atau kesedihan. Sebab selalu ada kata perpisahan setelah kata pertemuan.
Stasiun yang ternyata menghadirkan pelbagai peristiwa yang sekelebat bertungkus-lumus kepada pengunjungnya.
Rel, peron, gerbong, ruang tunggu, loket, KRL, bunyi bel yang khas seakan ingin membawa aku masuk silih berganti ke dalam ruang dan waktu serta suasana yang silih berganti dari bahagia, sedih, terharu, tersenyum dalam kesedihan atau sedih dalam senyuman.
Malam percaya bahwa kesedihan di tengah kepadatan bukan hanya tentang kesendirian. Ia berdua bersama luka yang memdalam.
0 notes