Tumgik
fauzianggoro · 3 months
Text
"Jika aku boleh berharap, maka aku ingin kembali ke masa laluku untuk memperbaikinya"
Apapun yang terjadi di masa lampau akan menorehkan sebuah cerita dimana kita akan belajar banyak hal dari itu. Hidup yang penuh dengan warna ini tak selamanya cerah dan enak dipandang. Terkadang kita sendiri enggan untuk melihatnya, tentang masa lalu. Tapi percayalah, setiap warna yang kita miliki dalam hidup kita, adalah sebuah visual dimana kita pernah merasakan banyak hal.
7 notes · View notes
fauzianggoro · 1 year
Text
Kepergian akan dibuat lupa oleh kesibukan, dan nanti sesekali akan diingatkan oleh kesepian.
DDF
615 notes · View notes
fauzianggoro · 1 year
Text
Komitmen
Ada yang bilang bahwa sembilan puluh persen dari pernikahan adalah tentang komitmen, selebihnya adalah usaha untuk menjaga cinta.
Meskipun demikian, bukan berarti kita baru akan “memulai” berkomitmen ketika sudah ijab sah. Melainkan semenjak fase sebelum pernikahan, dimana kita sedang masa persiapan dan penentuan calon, itu juga sudah butuh komitmen yang cukup besar.
Komitmen itu dimulai ketika kita sudah yakin terhadap diri ini bahwa kita siap untuk melanjutkan perjalanan menuju pernikahan. Meskipun belum ada calonnya, tapi paling tidak kita sudah mampu untuk memutuskan untuk mengambil komitmen ini atau tidak.
Utamanya untuk laki-laki, nanti akan banyak tuntutan-tuntutan dan tanggung jawab di pundak, ketika sudah sah menjadi seorang pemimpin keluarga. Ya meskipun di model keluarga modern ini, banyak masalah yang diselesaikan dengan cara musyawarah suami-istri, namun tetaplah suami menjadi punggawa keluarga.
Memutuskan berkomitmen saat pra nikah dapat dimanifestasikan melalui tindakan komunikasi aktif dengan calon pasangan, tidak ghosting, atau tidak semi-ghosting hilang timbul tenggelam kemudian.
Menyadari bahwa ini merupakan fase terpenting sebelum menikah juga merupakan bentuk komitmen itu sendiri sebenarnya. Kita tau bahwa pernikahan adalah medan juang yang luar biasa. Ketika sudah menyadari tantangannya, tentunya kita ngga akan main-main dalam fase persiapan ini.
Tidak akan ada cerita orang mau winter-hiking tidak persiapan padding tebal, makanan proper, dan segala sesuatunya yang proper dan terencana.
Jikapun ada dari sebagian teman kita yang pada fase persiapan ini tak sungguh-sungguh, mungkin bisa jadi ia belum mengambil penuh komitmen tersebut, bahkan untuk dirinya sendiri.
Hati-hati, nanti netizen indo akan bertanya lo, “lha kalo sama diri sendiri aja belum bisa komit, lalu gimana buat keluarga nanti?”
Ah semoga tidak.
Tapi bisa jadi ada pendekatan lainnya juga. Memang ada orang-orang yang tidak bisa memutuskan sesuatu bahkan untuk dirinya sendiri. Mereka butuh faktor eksternal atau pendapat orang lain yang mereka percaya. Barulah, mereka dapat memutuskan sebuah persoalan. Memang unik sebenarnya. Seperti kehidupan kita tergantung kepada orang lain. Tapi untuk studi kasus ini, bisa jadi “orang lain” itu ya calon pasangan kita sendiri. Jadi saling menguatkan.
So, pilih yang mana? Medan juang sudah jelas. Tinggal sudah siapkah mengambil komitmen itu?
Yang terpenting, jangan ghosting!
57 notes · View notes
fauzianggoro · 1 year
Text
Tersambar Nasihat Lama
@edgarhamas
Adakah prinsip baik yang dulu kau yakini, namun makin bertambah umurmu kau mulai melupakannya?
Beberapa malam lalu, seorang guru membahas satu hal sederhana. Tapi bagiku ia bagai sambaran petir luarbiasa. Tausiyah itu berjudul: "Uluwwul Himmah", semangat yang tinggi.
"Kita tidak bangkit dan maju, karena himmah kita receh. Semangat kita redup", sebuah kalimat yang sebenarnya biasa, tapi ia menggugat kepala para manusia dewasa yang mulai menyerah pada mimpi-mimpinya.
Untuk bersemangat saja, banyak di antara kita yang mulai enggan.
Sihir rutinitas membuat kita mati rasa. Semangat besar yang dulu pernah berkobar bahkan kita senyumi sinis karena kita menganggapnya polos dan tak berguna. Beberapa di antara kita, sekadar semangat saja sudah tak punya. Apatah lagi untuk menyelesaikan impian dengan sempurna.
Dulu, kita yakin betul dengan mimpi. Dulu, kita antuasias untuk lakukan banyak hal dengan penuh energi.
Ya, aku tahu realitas membuat kita kaku. Kenyataan meremukkan ekspektasi. Komentar orang membuat kita enggan mencoba lagi. Tapi, apa cuma segitu kita pernah punya nyali?
Tausiyah malam itu, tentang "Uluwwul Himmah", tentang memiliki semangat nan tinggi untuk mewujudkan hal besar. Itu kan yang sering kita bahas ketika masih berseragam putih abu-abu? Ia hadir lagi menggedor pikiran dewasamu yang mulai menjalani hidup sekadarnya saja.
Pantas saja ada orang yang hidupnya hanya sampai usia dua puluh lima, tapi baru dikubur ketika umurnya tujuh puluh lima.
Mari merenung kembali atas perjalanan yang sudah lumayan jauh ini. Adakah ia telah menyerah; atau masih yakin dan punya kemauan mengubah keadaan?
278 notes · View notes
fauzianggoro · 1 year
Text
Lama Tak Berjumpa
Dalam proses perjalanan untuk berkembang lebih baik setiap harinya, tiba-tiba muncul hasrat kembali untuk menulis. Sudah berapa cerita yang terjadi, indah maupun pahit yang tak terdokumentasikan. Pada akhirnya hasrat kembali untuk menulis mengalir deras dalam diriku.
"Apa kabar diriku yang dulu ?"
Alhamdulillah, aku yang dulu dengan sekarang masih menjadi satu. Tak terpisahkan hanya karena tempaan hidup yang biaa merubah seseorang. Aku berproses ketika dunia sedang "sakit". Iya, pandemi membuat banyak hal dalam hidupku cepat berubah. Fase yang membuat pasang surutnya motivasiku begitu drastis. Bahkan aku pernah kehilangan kontrol.
"Lalu bagaimana kabar diriku yang sekarang ?"
Alhamdulillah, aku baik dan aku lebih untuk selalu menerima keadaan. Proses yang sudah aku tapaki memberiku sebuah pandangan bahwa proses yang telah aku lewati membawa diriku untuk sampai di titik ini.
Aku rindu untuk kembali menulis, mendokumentasikan kembali cerita dalam bentuk narasi.
0 notes
fauzianggoro · 2 years
Text
Agaknya penat lika liku setiap langkah yang sudah terjadi memberikan banyak cerita dan juga sudut pandang baru. Bukan untuk menuju level terjauh dalam hidup, namun hanya untuk memastikan kebenaran dari setiap rasa ingin tahu yang selalu mengambang dalam benak dan pikiran. Selalu saja, setiap habis satu pertanyaan terjawab, tumbuh beragam pertanyaan setelahnya. Aku terlalu menjadi seseorang yang ingin tahu, meskipun terkadang belum siap untuk mengetahui nya
0 notes
fauzianggoro · 4 years
Photo
Tumblr media
31K notes · View notes
fauzianggoro · 4 years
Text
Aku menikmati setiap buku yang ku baca.
Aku menikmati saat-saat berkumpul dengan orang-orang yang ingin aku bersama.
Aku menikmati waktu yang aku habiskan untuk sekedar merenung untuk kehidupanku.
Terkadang aku sering lupa untuk menikmati hidup agar aku bahagia.
1 note · View note
fauzianggoro · 4 years
Text
Pengingat untuk diri sendiri.
Jangan pernah putus asa dengan kegagalan yang kita alami, pada hakekatnya, itu pembelajaran yang mendewasakan diri kita.
Dunia terus berputar dan waktu terus berjalan. Jangan hanya diam disatu titik karena ketakutan yang menghantui kita. Bergeraklah ke arah yang lebih baik.
Dan yang terakhir, sederhanakan diri untuk kehidupan agar semuanya terlihat bermakna dan patut untuk disyukuri
Apa-apa yang telah kita alami merupakan bagian dari hidup kita. Saat kita menerimanya, maka kita akan tenang dan damai. Saat kita menolaknya, bersiaplah untuk menerimanya di lain waktu.
Gombong, 4 September 2020
Fauzi Anggoro
1 note · View note
fauzianggoro · 4 years
Text
Kapan terkahir kali kita bisa bangun dengan segar lalu saat malam tertidur dengan tenang ? Bagaimana hari-hari kita bisa dijalani dengan sebuah gairah untuk menikmati setiap prosesnya ? Aarghhh terlalu sensitif sekali dalam berharap yang kebahagiaan yang sederhana. Tapi heii, kapan terakhir kali kita bisa bersyukur ? Bersyukur atas nikmat-Nya sehingga sepenat apapun kita dalam menjalani hari, kita masih bisa merasakan kebahagiaan.
Lantas apakah salah menuntut banyak kebahagiaan ?
"Tak juga, boleh kita berharap untuk diri kita sendiri"
Namun kekecewaan terkadang lebih menghantui pikiran daripada menjadi bahagiaa....
"Iya, kita suatu saat akan kecewa, namun jangan berlebihan dalam memikirkanya dan juga jangan berlarut-larut dalam merasakanya"
Baiklah, aku sadar beberapa hal memang mudah datang dan mudah berlalu. Namun kekawatiran sering menambah ruwet keadaan sehingga terjebak dalam situasi yang tak terkendali.
Menepilah sejenak, coba rasakan udara sekitar dan hiruplah dalam-dalam lalu hembuskan secara berlahan. Kita hanya perlu menepi sejenak.
#reminder #selfhealing #bersyukur #menggorespena #hidupbermakna #kecewaseperlunya #bahagiasecukupnya #hidupseutuhnya #loveyourself
1 note · View note
fauzianggoro · 4 years
Text
Ada jalan bagi seseorang yang ingin menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya
Aku yang Sedang Belajar Menyayangi Diri Sendiri
Beberapa bulan ini, saya merasa ada sesuatu yang koyak dalam jiwa saya. Menghadapi kegagalan yang rasanya bertubi-tubi datang, kecewanya dengan banyak orang karna merasa tak ada yang mampu mengerti, bahkan khawatir akan masa depan yang begitu tabu dipandang.
Bicara mengenai masalah, setiap dari kita pasti pernah menghadapi suatu masalah. Pernah mengalami tekanan bahkan stres. Apalagi di usia-usia seperti sekarang, mengenai "quarter life crisis". Sungguh menyiksa jika kita tak mampu menerima.
Insecure, overthinking, cemas, stres dan beranak pinak lainnya. Kepala rasanya membawa beban jutaan kilo. Dada sesekali sesak. Aktivitas harian mager. Bahkan yang paling parah tiba-tiba nangis tanpa sebab. It's okay not to be okay.
Dan, hari ini saya harus melakukannya kembali. Saya harus bangkit.
Saat kita tertekan, lemah tak berdaya. Tidak dapat dipungkiri pasti kita dibayangi tidak akan mampu mengatasi, merasa sendiri, bahkan kadang merasa dunia akan segera berakhir karna tekanan tersebut.
Saat saya merasa tertekan, saya akan melakukan self healing. Tak ada obat untuk luka uang lebih mujarab selain diri kita sendiri. Saya akan menepi sejenak, memilih waktu untuk sendiri. Bagi saya, sendiri untuk beberapa waktu adalah fase untuk menenangkan diri, yang akan memberikan ruang untuk mengambil keputusan dan mengumpulkan energi untuk bangkit dan merapihkan jiwa kembali.
Jangan takut pula untuk berbagi cerita. Ceritakan apa yang ingin kamu ceritakan dengan orang yang paling kamu percaya. Meskipun kadang tidak kamu temukan solusi, tapi pasti akan kamu temukan sudut pandang baru dan akan meringankan tekanan yang kamu hadapi. Ceritakan pengalaman kita dalam mengatasi sebuah masalah agar semakin banyak yang tau bahwa semua persoalan ada jalan keluar.
Menulis, iya menulis.
Dalam beberapa situasi, saya merasa menulis itu seperti obat. Ketika tak ada lagi tempat untuk dipercaya, menulis adalah salah satu cara untuk mengurangi segala gundah penuh luka. Tulislah semua yang kamu rasakan. Pena-mu akan menjadi teman saat kau ingin mengurai segala hal dikepala.
Hari ini, tetaplah berjuang. Meski harus tertatih,percayalah kita hanya sedang dilatih. Kesehatan mental perlu dijaga. Sayangi dirimu, sayangi orang-orang disekitarmu.
Salam hangat. Dari aku yang sedang belajar menyayangi diri sendiri :)
// 25 Juni 2020
71 notes · View notes
fauzianggoro · 4 years
Text
Kekhawatiran kita selama menapaki perjalanan hidup seringkali membuat kita lupa bagaimana menikmati proses dalam kehidupan kita sendiri. Entah mengapa manusia selalu memikirkan kemungkinan terburuk dalam menjalani sebuah proses kehidupan. Tapi ingatlah, bersedihlah secukupnya agar kita bisa berbahagia. Dan berbahagialah seperlunya.
#quote #lifealive #semangat #kepercayaan #melebihkanusaha #berjanji #bahagia #merangkaikata #reminder #loveyourself
18 notes · View notes
fauzianggoro · 4 years
Text
Menyusun sebuah rencana hidup mungkin dapat memberikan gambaran dimana tujuanmu akan bermuara. Lalu dilanjutkan memperjuangkan apa yang telah kita susun sebelumnya. Hingga kesabaran akan mengantarkan kita ke tujuan akhir
#quotes #mencobabersabar #melebihkanusaha #berdamaidengansegalanya #tujuan #memulai #berjuang #memaafkankeadaan #tersenyum #sebuahcerita
2 notes · View notes
fauzianggoro · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
257K notes · View notes
fauzianggoro · 4 years
Text
Renungan Pribadi Soal Takwa
Disclaimer: ini bukan tulisan edukasi tentang konsep takwa. Ini sepenuhnya refleksi pribadi saya. Tidak disarankan untuk menjadikannya referensi. Mohon diproses dengan pikiran sendiri, tidak ditelan bulat-bulat. Jika tergelitik, silakan lakukan penelitian dan perenungan sendiri.
* * *
Pasti kita udah sering denger terminologi “takwa”.
Kalau ditanya apa itu takwa, kebanyakan orang akan menjawab: “Menaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya.”
Saya ngga pernah puas dengan definisi itu. Maaf ya, izinkan saya jujur secara brutal, definisi itu normatif dan ngga inspiring. Ngga menggugah selera untuk bersemangat mendapatkannya. (Pahami bahwa saya bukan bilang takwa itu ngga menarik, tapi pemaknaan/penafsiran kita atas konsep takwa yang belum memuaskan).
Iya, menurut saya, kalau sesuatu itu penting menurut sunnatullah (atau hukum alam, versi bahasa universalnya), maka secara alamiah pasti kita akan tertarik ke arah sana. Maka, saya curiga, jangan-jangan ada definisi yang lebih dalam, lebih menggugah, lebih membuka kesadaran daripada yang diajarkan di sekolah-sekolah.
Misalnya, siapa sih orang waras, berakal yang dalam hidupnya ngga pernah bertanya “Kenapa aku ada?”, “Untuk apa aku ada?”, “Apa yang penciptaku inginkan dengan menciptakan aku ke alam ini?”. Saya percaya ini pertanyaan yang universal, yang kalaupun ngga diajarkan di sekolah, secara alamiah kita akan mempertanyakan ini, cepat atau lambat.
Pertanyaan-pertanyaan itu penting. Mereka akan mendorong kita mencari Tuhan, memahami diri kita, mencari petunjuk dari Sang Pencipta–yang semua jawabannya sudah dipersiapkan oleh Allah untuk kita temukan. Karena itu, Allah sudah tanamkan stimulusnya berupa rasa penasaran yang instingtif. Kita tertarik untuk mengenali pencipta kita secara alamiah.
Nah, takwa itu disebutkan di berbagai ayat Al-Quran, menjadi tujuan dari berbagai perintah–yang salah satunya puasa di bulan Ramadhan, maka pastinya penting. Kalau penting, pastinya insting alamiah kita akan bereaksi secara positif (tergugah, terinspirasi) jika kita memahaminya dengan cara yang seharusnya.
Temuan Saya Akan Makna Takwa
Singkat cerita, saya menemukan definisi takwa yang memuaskan bagi hati saya. Saya menemukannya dalam tafsir Al-Quran “The Message of the Quran” karya Muhammad Asad. Definisinya:
Kesadaran akan kemahahadiran-Nya dan keinginan seseorang untuk membentuk eksistensinya berdasarkan kesadaran ini.
Atau sederhananya, takwa adalah “kesadaran akan hadirnya Allah”.
Buat saya, definisi ini lebih memuaskan daripada yang selama ini saya terima. Coba kita tempatkan kedua definisi takwa dalam konteks perintah puasa Ramadhan.
Dalam definisi takwa pertama, kita diwajibkan berpuasa dengan tujuan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam definisi takwa kedua, kita diwajibkan berpuasa dengan tujuan agar kita selalu sadar akan kehadiran Allah.
Kita tempatkan juga kedua definisi takwa itu dalam konteks ayat permulaan Al-Baqarah.
Dalam definisi pertama, Al-Quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, yang menginfakkan sebagian rezeki yang Allah berikan.
Dalam definisi kedua, Al-Quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang sadar akan kehadiran Allah. Yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, yang menginfakkan sebagian rezeki yang Allah berikan.
Gimana?
Apa lebih bisa dipahami? Apa lebih membuka kesadaran? Apa lebih menggugah? Kalau buat saya, iya banget.
Contoh Implementasi Pemaknaan Takwa
Ketika berpuasa, kita bisa aja minum atau ngemil di siang hari, selama ngga ada manusia yang liat. Tapi yang menahan diri kita apa? Kesadaran akan hadirnya Allah, yang mungkin ngga begitu kita ingat kalau kita ngga puasa.
Ketika berbuka, kita seneng banget tuh, kita berdoa sebelum berbuka, “Ya Allah, terimalah puasaku dan segala amal ibadahku hari ini”. Lagi-lagi, kita distimulasi untuk menghadirkan kesadaran bahwa apa yang kita lakukan ini disaksikan oleh Allah.
Dari situ, sebenarnya kita bisa lihat bahwa menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (khususnya shaum Ramadhan) adalah jalan menuju kesadaran akan kehadiran Allah.
Dengan syarat, ketaatan dalam perintah dan larangan-Nya dilakukan dengan benar ya: kalau shalat khusyu’, kalau puasa ikhlas (mindful, aware, niat dari dalam hati), kalau sedekah bukan untuk ngebuang recehan.
Nah, kesadaran akan kehadiran Allah juga akan memperkuat kemampuan seseorang untuk menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (”Oke, mau menghadap Allah nih, masa’ aku shalat pake baju bekas bobo?”). Jadi, saya pikir ini seperti continuous feedback loop.
Tips Mengasah Kesadaran Akan Kehadiran Allah
Oke, meskipun ini perenungan pribadi, karena ini dipublikasikan maka saya tetap harus bertanggung jawab menutupnya dengan baik.
“Mengasah kesadaran akan kehadiran Allah” adalah closing yang berat, tapi paling engga saya bisa bagikan beberapa usaha saya untuk melatihnya.
Pertama, bangun mental model hubungan antara kita dan Allah yang lebih personal. Alih-alih berpikir bahwa kita cuma satu makhluk yang ngga signifikan dan mungkin ngga Allah pedulikan karena Dia “sibuk” dengan alam semesta dan manusia lain yang istimewa, ingat bahwa Allah juga Maha Dekat, Maha Tahu, Maha Mendengar, Maha Menyayangi, Maha Memperhatikan sehingga kamu bisa berkomunikasi secara personal dengan Allah.
Dia tidak seperti manusia yang kalau banyak kerjaan pusing dan skip, Dia menunggu kamu untuk datang kepada-Nya. Berkomunikasi, berterima kasih, meminta maaf, berharap, menangis.
Ingat juga bahwa Dia available setiap waktu, ngga cuma di waktu shalat–misalnya. Lagi kerja, lagi ngasuh anak, lagi beberes rumah; lagi senang, lagi marah, lagi sedih; kamu bisa berkomunikasi dengan Allah tentang hal seremeh apapun.
Kedua, pahami bacaan dan doa-doa dalam ibadah. Iya, misalnya bacaan shalat, coba dipahami. Caranya jangan cuma baca artinya secara keseluruhan, tapi pelajari kata per kata.
“Rabbi”–wahai Tuhanku, “ighfirli”–ampuni dosaku, “warhamni”–sayangi aku, “wajburni”–cukupilah aku, “warfa’ni”–tinggikan derajatku, “warzuqni”–berilah aku rezeki, “wahdini”–berilah aku petunjuk, “wa’afini”–sehatkan aku, “wa’fu’anni”–maafkanlah aku.
Bisa pelajari juga akar katanya, misal “ighfirli” dari kata “ghafara”, yang artinya “mengampuni”, asal maknanya “menutup”. Wah ini bisa didalami lebih jauh lagi, silakan cari sendiri ya.
Sedikit belajar Bahasa Arab, biar setiap kita mengucapkan doa dalam shalat, hati kita tahu betul kita sedang berkomunikasi apa dengan Allah.  Biar setiap beristighfar, bertasbih, bertahmid, hati kita benar-benar mean it.
Ketiga, sering-sering mikirin what this life is all about. Bayangin setelah membaca ini kamu terkena serangan jantung lalu meninggal, kamu ngerasa siap apa engga? Kalau engga, kenapa? Karena ngga ada amal yang bisa dibanggakan? Kalau gitu itu PR kamu, segera bikin amal yang bisa kamu banggakan saat dihisab nanti.
Atau karena banyak dosa? PR kamu adalah taubat + mengubur dosa-dosa dengan amal baik yang banyak.
Kalau ingat bahwa kita belum siap dihitung amal dan dosanya di hadapan Allah, kita jadi bisa melihat apakah karir, bisnis, investasi yang kita upayakan itu adalah sarana mempersiapkan diri atau menjadi distraksi dari apa yang benar-benar penting.
Coba bikin daftar yang harus kamu siapkan agar jika suatu hari kamu terbaring di rumah sakit, sadar ga lama lagi kamu akan mati, hati kamu ngerasa tenang dan siap menghadap Allah, seperti yang dideskripsikan di Al-Fajr:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”
Misalnya, jika profil kamu adalah seorang ayah dan suami:
1. Sedekah rutin untuk anak yatim (misalnya ini amal andalan kamu) 2. Istri dan anak yang siap ditinggalkan secara mental dan bertekad untuk menyusul saya di surga (melanjutkan berbagai amal sholeh sepeninggal kamu) 3. Rumah untuk anak dan istri biar mereka punya tempat bernaung 4. Passive income untuk menafkahi keluarga meski saya ngga ada, biar mereka ngga susah dan menyusahkan orang lain (3 dan 4 sekilas materialistis, tapi tujuannya bernilai amal sholeh)
Itu daftar simplistik dan contoh aja.
Poinnya adalah sering-sering melatih diri kita mengingat apa yang paling esensial dalam hidup (yaitu siap ketika sudah saatnya kita menghadap Allah) dan mengkalibrasi terus menerus kesibukan kita supaya selalu dalam kerangka membuat Allah ridha sama kita.
So, mari kita membangun, mengasah, dan menjaga kesadaran kita akan ke-Maha-Hadiran Allah.
Wallahu’alam.
2K notes · View notes
fauzianggoro · 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Jika harus bergantung, gantungkanlah semua keinginan kepada Allah. Jika harus bertumpu, tumpukanlah semua harapan kepada Allah.
Kepada manusia, berharaplah secukupnya. Kepada Allah Yang Kuasa, berharaplah sepenuhnya.
Begitulah seninya.
Taufik Aulia
1K notes · View notes
fauzianggoro · 4 years
Text
Inspiratif
Ajaklah Hatimu Bicara
Banyak orang ingin hidup senang dan tak mau hidup susah. Tapi tak banyak yang berhasil punya definisi komprehensif tentang susah dan senangnya hidup.
Mereka berjalan tak tentu arah, berlari tapi tak tau kemana, seperti sudah sampai di tujuan tapi ternyata tersesat di persimpangan.
Kalau ukurannya adalah materi, orang susah adalah yang sedikit penghasilannya, sedikit hartanya, dan sedikit tabungannya.
Kalau ukurannya adalah hati, orang susah adalah yang banyak serakahnya, banyak sombongnya, dan banyak dengkinya.
Banyak orang sebenarnya hanya ingin bahagia, tapi mati-matian mengejar materi dan lupa pada hati. Padahal susah dan senang itu letaknya di hati.
Tak ada yang salah dari mengejar materi. Yang masalah adalah jika kamu ingin bahagia tapi tak tau caranya. Mengejar tapi tak mengerti apa yang dicari. Sekadar ikut-ikutan atau hanya manut apa kata orang.
Karena bahagia tempatnya di hati, maka ajaklah hatimu bicara. Apa yang diinginkannya, apa yang menenangkannya, apa yang melegakannya. Ada kalanya kamu perlu mengambil jeda, menepi dari kerumunan, dan mendengar kata hati.
Tak apa tertinggal satu putaran. Pencapaian tak selamanya tentang menang kalah. Kebahagiaan tak melulu soal siapa yang lebih dulu mencapai garis finish.
Ajaklah hatimu bicara...
Taufik Aulia
1K notes · View notes