Tumgik
dodiskandar · 2 years
Text
Tanpa Tapi.
Banyak yang masih terjaga malam ini. Entah sedang berjalan pulang dari hiruk pikuk pekerjaan dan jalanan kota. Atau sekedar menunggu kantuk menyelam lebih dalam, masih tak rela menyerahkan malam yang belum sampai sepertiganya.
Barangkali ada diantaranya, yang mengurai kalut dan rentetan gambar gambar masa depan sembari rebahan atau menyibukan diri dengan tiktok dan instagram. Sesekali tersenyum, sesekali merenung. Sudah hampir kepala tiga rupanya.
Ada tetangga yang mengusik status, kapan katanya datang pendamping yang asyik berjalan beriringan setiap sabtu pagi, menuju alun alun kota. Ada teman sekolah yang sibuk bercerita lewat sosial media, tentang study S2 yang sebentar lagi usai. Cerita tentang salju, musim semi dan hal hal menyenangkan di negeri orang.
Tak apa apa.
Kita juga sedang berjuang, dibalik pertanyaan dan keheranan orang orang. Nanti, kalau tiba waktunya, kita berjanji tak akan usil dengan status dan perjuangan mereka. Tanpa tapi.
44 notes · View notes
dodiskandar · 3 years
Text
Hi, aku sedang duduk menatapmu yang baru terlelap. Kamu, memilih untuk berselimut lebih cepat dari biasanya. Tadi, ketika ketika kita tarawih bersama, kamu mengeluh tentang kantuk yang datang dan sulit nian kamu lawan.
Aku menatapmu, menyaksikan dan mencoba menerka apa yang kamu pikirkan sebelum tidur. Apakah tentang sepaket makanan yang tiba tiba datang sore tadi? Atau sedikit gelisah yang kadang kau ucap kala menahan mual di trisemester pertama ini?
Kita sedang menunggunya, si kecil yang semoga hadirnya menjadi berkah untuk semesta.
3 notes · View notes
dodiskandar · 3 years
Text
Kita masih sering mendengar, ejekan orang orang tentang ketidakmampuan kita menjadi seperti orang kebanyakan. Seperti mengejek kita yang kerjanya tak berdasi, atau kebetulan tak mampu secara hasrat dan finansial untuk sekedar duduk dibawah atap kampus terkenal.
Kadang kadang kita mulai lelah, menjawab harapan dunia pada kita. Harapan dari dunia yang sebenarnya bukan dunia kita. Enyah saja.
4 notes · View notes
dodiskandar · 4 years
Text
Bukan Perlombaan
Menikah bukan perlombaan, siapa yang lebih dulu maka dia yang menang. Bukan. Lebih dari itu, menikah adalah perjalanan panjang yang pada tahapan menujunya pun banyak aral melintang, banyak keragu raguan. Apalagi jika dia yang kamu usahakan adalah yang tak pernah kamu kenal sebelumnya. Ada banyak kira kira dan prasangka, imajinasi berisi tanda tanya dan ketakutan akan banyak hal sebelum menghalalkan.
Istri, bahagia rasanya sebutan ini sudah beberapa hari menemani terbit dan terbenam matahari. Berdiri satu shaf dibelakang pada shalat shalat fardhu dan sunnah. Ia memberi warna dalam work from home dan PSBB yang membuat enggan beranjak kemana mana. Indah? Tunggu dulu, kadang kadang kita berbeda pandangan untuk banyak hal. Tapi yang paling penting dalam hal ini rasa rasanya adalah menyamakan persepsi tentang rasa syukur. Karena dengan bersyukur, yang kurang tak membuat kekurangan, yang berlebih tak membuat jumawa. Belajar, tentu kami sedang banyak belajar. Mungkin belajar dari kamu juga.
Lalu karena hadirnya si dia pun akhirnya kami banyak bercerita, diskusi dan belajar memahami banyak hal tentang penikahan. Saya banyak buruknya tentu saja, ada sikap dan sifat yang mungkin dia tak suka. Saya pun menuntut ini dan itu darinya. Tapi dari semua itu akhirnya kita memasrahkan satu hal; menerima pasangan dengan baik dan memperbaiki diri agar lebih baik. Allah yang paling tau siapa pasangan yang paling tepat untuk kita bukan? Saling belajar untuk mengenal, apalagi proses perkenalan kami amat singkat; pertamakali bertemu dia dan keluarganya, dia bertemu keluarga saya, saya bertemu keluarganya lagi, khitbah, bertemu perwakilan keluarga mengurus persiapan akad, dan satu dua kali pertemuan singkat setelahnya untuk persiapan hari H.
Menikah bukan perlombaan. Bukan.
Kalau ada diantara kamu yang sedang berjuang, boleh mungkin kami sedikit berbagi tentang taaruf kami dengan orang lain yang gagal. Tentang do'a do'a agar didekatkan dengan jodoh yang terbaik versi Allah saja. Kadang kadang kita banyak berekspektasi pada impian tentang sosok jodoh terbaik versi drama korea atau kisah romansa di novel dan film pendek dari channel channel youtube Islami. Kita berandai mendapatkan jodoh yang rupawan, baik akhlaknya, santun bicaranya, bergelar tinggi, banyak hartanya atau imajinasi lain yang kadang menjadi klise dan membuat kita lupa bahwa segala hal tentang impian soal jodoh pastilah Allah yang lebih tau mana kriteria yang terbaik untuk kita. Kita pun sering lupa kalau cobaan rumah tangga mungkin berawal dari ketidaksiapan kita menerima pasangan, hancurnya ekspektasi karena pasangan ternyata jauh dari yang kita bayangkan. Kami belajar bahwa menikah bukan tentang seberapa tinggi kriteria pasangan. Bukan.
Tapi barangkali menikah versi kami adalah tentang merawat dan mensyukuri apa apa yang Allah hadirkan setelah berlelah lelah memperjuangkannya.
Dan kami pun masih belajar.
Akan terus belajar.
49 notes · View notes
dodiskandar · 4 years
Text
Kamu tau? Ternyata menjadi teman hidupmu itu tak mudah. Kita berbeda, sangat berbeda. Kamu adalah si diam yang tak mudah bertutur andai tak suka. Sementara aku adalah si gak bisa diem yang kadang melompat lompat, melempar bantal dan sajadah tepat ke wajahmu. Menunggu ekspresi datar yang biasa kamu tunjukkan.
Kenapa kita seberbeda ini?
Gapapa, toh kita belajar untuk mensyukurinya.
1 note · View note
dodiskandar · 4 years
Text
Rahasia
Aku tak tahu, apakah kamu juga sama. Memikirkan masa depan setelah lusa. Pasti ada ketakutan, cemas dan penuh harap diantaranya. Takut tak mampu menjadi seseorang yang kamu mau, lebih lebih menjadi seseorang yang Allah ridhoi jejak hidupnya. Cemas akan masa depan, lalu menaruh harap bersamamu. Kita akan berjalan bersama, saling mengingatkan, saling menyemangati, berbagi cerita dan do'a.
Tumblr media
Sejak Desember, saat aku pertamakali melihatmu yang nampak malu dan lebih sering tertunduk. Walau sesekali kita sama sama tau. Kita berusaha untuk mencuri padang. Ingin menatap tapi rasanya saat itu belum waktunya. Kita menjaga sabar, agak tak berontak. Membujuknya untuk menunggu, seperti anak kecil yang ingin dibelikan mainan. Kitapun begitu, membuncah rasa. Tapi entah apa yang kamu rasa hari itu, waktu itu aku belum berani menaruh cinta. Berharap pun takut rasanya. Bukankah mencintai itu artinya bertanggung jawab untuk membangunkannya juga?
Hari hari setelahnya barangkali kita saling menitipkan do'a, memohon agar diberikan yang terbaik. Memohon petunjuk dan keberkahan dari lorong waktu yang kita lewati. Berharap apa yang ada didepan adalah seperti inginnya kita, sembari memasrahkan kalau pun akhirnya memang berbeda, pastilah Allah lebih tau yang terbaik untuk kita.
Aku, lelaki yang kemarin mendo'akan dari jauh. Bukan hanya do'a untukmu. Lebih dari itu, untuk rahasia rahasia yang Allah akan tunjukkan di depan. Kalau kita memang berjodoh semoga Allah meridhoi, berjodoh di dunia dan akhirat.
Tangerang 19 April 2020.
H+1 With @zekhlin
46 notes · View notes
dodiskandar · 4 years
Text
Sehidup Sesurga...
Dulu Ummi dan Bapak buka warung makan, tiap harinya ramai betul. Pelanggannya adalah para penggali pasir yang jumlahnya banyak nian. Hampir 24 jam, site galian pasir beroperasi. Begitupun dengan warung, kadang ada aja orang yang tengah malam mencari makanan. Gw belum sekolah jadi bisa dengan mudah memperhatikan mereka. Kadang gw naik truk yang dipakai untuk angkut pasir, duduk di kursi supir atau kalau kebetulan ummi ajak belanja kita akan duduk di kursi sebelah supirnya.
Beberapa dari supir truk adalah temen bapak, dan dengan senang hati mereka mengizinkan gw bermain diatas truk sepuasnya.
Gw gak punya temen selain Aa dan Teteh. Tapi mereka pun sibuk. Satu teteh masih sekolah di Sukabumi, satu Aa lagi di pesantren. Satu teteh sibuk karena bantuin Ummi masak dan kursus menjahit. Satu Aa tinggal di rumah paman.
Sebelum sekolah dan punya temen, gw suka jalan jalan di pematang sawah, nyusurin tempat galian pasir yang masih hijau. Suatu waktu gw jualan es mambo sendirian, nawarin ke para pekerja yang kebanyakan cengar cengir ngeliatin tingkah gw. Kadang kadang gw nyari ikan yang bebas berenang di aliran irigasi, jarang banget dapet. Kalo dapet pun bingung mau ditaro dimana. Di waktu lain gw bikin rumah rumahan dari semak semak, bawa koran untuk alas, terus tidur tiduran sampe kadang ketiduran beneran. Kadang bawa pistol pistolan, main perang perangan meski sendirian. Imajinasi.
Bekas galian pasir itu lama lama akan menjadi kolam yang luas, terlalu kecil kalau disebut danau, tapi terlalu besar juga sebetulnya kalau disebut kolam. Dibawahnya kadang kadang ada mata air yang bikin kolamnya jadi jernih. Kolam yang jernih ini biasa akan dipakai mandi dan berenang orang orang.
Aa sering ngajak gw berenang, sambil ngajarin gw berenang tentunya. Suatu waktu kita ngeliat ditengah kolam itu ada gundukan tanah, seperti pulau buatan. Aa ngajak gw berenang kesana, dia gendong gw di punggungnya sambil berenang. Tiba tiba dia balik lagi sendiri, ninggalin gw sendirian ditengah gundukan tanah itu, gw blm bisa berenang! Aa ngancem bakal ninggalin kalo gw gak bisa berenang ke ketepian. Gw kesel, nangis, berontak, tapi bingung. Akhirnya gw berenang sebisanya dan sampe ke tepian. Gw marah sambil nangis, Aa cuma ketawa tawa, abis itu kita pulang. Dia lelaki yang ngajarin gw berenang meski kadang cara ngajarnya menyebalkan.
Di lain waktu, dia ngajarin gw baca, tiap salah sebut huruf, tangannya nampar pipi gw. Ya pasti nangis lah orang namparnya kenceng. Sementara Ummi cuma ngeliatin, antara gemes dan bingung ngeliatin gw ditampar berkali kali. Ditengah tangisan, gw selalu minta udahan belajar bacanya, pengen berenang! Tiap hari begitu sampe gw bisa lancar baca. Setelahnya gw mulai rajin baca dan beli koran pos kota atau majalah bobo. Ngerakit robot yang sering jadi hadiah dari majalah bobo.
Kakak gw yg lain, Aa yang ngajarin gw naik sepeda. Kita biasanya beli bola lampu kecil di toko komplit sama kabel dan batre. Terus kita pasang di sepeda, dan voila! Sepeda jadi ada lampunya. Kalo lagi liburan dia bakal ngajak gw nyusurin jalanan, bawa gw entah kemana, cuma bawa duit ratusan perak buat beli minum kalo haus. Dia setia bawa sepeda sementara gw diri di boncengan belakang. Sampe dirumah biasanya betis gw lecet kena ban belakang sepeda. Tapi cerita dan pengalaman yang gw dapet hari itu jauh lebih menyenangkan.
Tapi kakak gw yang satu ini juga kadang nyebelin. Bapak pernah minta dia anter gw ke tukang cukur pake sepeda. Sialnya, dia bilang ke tukang cukur buat ngebotakin gw! Jadilah gw nangis di perjalanan pulang, karena gw malu besok temen temen pasti neriakin "tuyul". Terjadi memang bully-an macan itu gak berenti berhari hari. Sampe hari ini gw gak bakal mau cukur botak lagi.
Setelah makin dewasa dia agak mirip sama gw soal minat main game, kadang kalo dia lagi libur kita bakal sewa PlayStation beberapa hari. Main di rumah sepuasnya dan cuma Ummi yang bisa bikin kita bubar sejenak, buat nyuruh kita shalat dan makan. Kalo main game, terutama bola dia gak pernah mau kalah. Ya iya, siapa juga yang bangga kalah main game sama adek sendiri.
Sementara gw punya dua teteh, yang satu adalah temen rebutan remote TV. Seperti remaja zaman dulu pada umumnya, dia doyan nonton sinetron, nonton ajang pencarian bakat, reality show dan entah masih banyak lagi. Dia bakal jadi ratu yang menguasai TV berhari hari. Tentu gw gak bakal menang kalo rebutan remote. Kadang kadang saking keselnya kita bakal berantem, jambak jambakkan rambut sampe dia nangis dan ngadu ke Ummi. Lemahnyaaaa apa apa ngadu! Pernah juga gw tendang perutnya, sampe dia mental dan nangis. Sementara gw bangga karena bisa nendang sambil muter ala ala film Kung Fu. Cerita selanjutnya kita tau, cowok selalu salah dan kena marah 🥴
Kalo kalah rebutan remote gw lebih suka baca baca buku yang gw pinjem dari perpustakaan sekolah. Atau malah baca buku pelajaran Aa dan Teteh. Perang Dunia adalah bagian yang sering gw baca berulang, keren aja gitu. Meski dibaliknya banyak darah yang tumpah dan kerugian materi dan sosial yang luar biasa besar.
Ummi selalu ngingetin kalau Aa adalah pengganti Bapak nantinya, dan teteh adalah pengganti Ibu. Kita kudu akur katanya. Iya, gw baru bisa bersabar dan banyak mikir tentang mereka justru ketika mulai SMA dan kuliah. Ketika mulai bisa mikir agak dewasa, engga egois sama diri sendiri.
Lalu teteh yang satunya adalah wanita yang beberapa tahun semasa SD jadi tempat gw tinggal. Maka ketika dia punya anak, semua anaknya deket sama gw, ngerasa ada ikatan batin yang kuat mungkin? Entahlah. Dia dan suaminya yang nyuruh gw buat ikutan belajar ngaji di masjid selepas maghrib. Teteh adalah yang hari ini bersemangat menambah banyak ilmu, hari harinya dipake buat belajar, menjahit, belajar tahsin dan belajar bahasa arab. Yang semangatnya nurun ke semua anak anaknya. Yang bercucuran air mata ketika salah satu anaknya berjuang untuk jadi penghafal al-Qur'an, lalu berhasil. Yang selalu bikin gw malu kalo ngomongin berapa banyak ayat dan surah yang udah dihafal. Teteh adalah Kakak yang gw rasa paling dekat secara emosional. Kalo gw gak pulang ke Bogor, video call adalah jalan ampuh melepas rindu dengan anak anaknya. Beberapa kali dia coba ngenalin temen ngajinya buat taaruf, dia pun resah ngeliat adik bungsunya belum juga menikah. Tapi dari semua yang coba dikenalin gak ada satupun yang gw rasa cocok, bahkan gak pernah berlanjut sampe tukeran CV.
Allah adalah sebaik baik tempat bersyukur atas apa yang kita miliki hari ini. Lalu arti memiliki tak melulu tentang harta atau materi. Barangkali keluarga yang gw punya pun masih tak sehebat keluarga lainnya, ada salah dan khilaf kami yang Allah jaga dan tak tercium bau busuknya. Dari mereka gw belajar banyak hal, terutama untuk mandiri. Menyelesaikan apa apa sebisa mungkin tanpa banyak merepotkan orang lain. Kita pun sering minder kalo ngeliat keluarga yang lain. Tapi kita selalu berusaha dan belajar untuk memperbaiki prasangka kita sama Allah. Inilah yang Allah hadirkan buat gw, buat kami. Bagaimana cara bersyukur dengan apa apa yang Allah kasih akhirnya tercermin lewat cara berinteraksi dengan mereka, saling berbalas do'a dalam diam tanpa mengumbar tentangnya.
Sebagai keluarga tentu ada aja hal hal yang kurang, yang kita sesali. Mempertanyakan kenapa begini dan begitu. Lalu akhirnya balik lagi, mengimani segala ketentuan Allah yang baik dan buruknya.
"...Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-NYA..."
Terima kasih ya Allah, atas segala nikmat dan hangatnya dekap mesra mereka. Ya Rabb, surga itu luas kan? Untuk kami berpijak diatasnya bersama sama. Sesurga.
0 notes
dodiskandar · 4 years
Text
Hal Biasa
Gw merasa bersalah dengan hal 'biasa saja' yang gw lakuin. Hampir 1 bulan WFH, dan setiap hari mulai jam 9 pagi masing masing kita bakal update hal hal apa aja yang bakal dikerjain hari ini lewat Zoom. Gw foto tampilan zoom ketika kita lagi conference call dan gw upload di status WA. Buat apa? Buat ngasih tau beberapa client yang kadang ngeliat update gw, biar mereka tau kami tetep siap support kebutuhan project mereka pada kondisi seperti ini. Karena kami masih terkoneksi dengan baik.
Tapi diluar itu, gw ngerasa ada yang salah. Hal biasa ini bisa jadi adalah privilege yang gak didapetin orang lain. Sepupu gw masih harus ke kantor, beberapa temen gw pun begitu. Kata WFH jadi sesuatu yang ingin mereka dapet tapi blm bisa mereka nikmatin. Hal biasa ini malah gw rasa bisa bikin orang lain gak nyaman. Berprasangka kalau gw cuma pamer atau apalah itu, dan kita pun engga ada waktu untuk menjelaskan tujuan kita kepada mereka, satu per satu.
Beberapa hari kemarin gw ngobrol cukup lama sama salah satu temen yang tetep menggaji karyawannya, padahal projeknya di postpone semua, gak ada aktivitas yang ngehasilan keuntungan besar buat usahanya, tapi dia ngerasa bertanggung jawab buat ngejaga dapur karyawannya. Kemarin malem gw baca berita tentang gerai ternama yang jualan produk pakaian, mereka juga terpaksa mem PHK puluhan karyawannya karena harus melakukan efisiense. Pagi tadi gw telponan sama temen yang kerja di produsen salah satu merk pakaian, dia selamat dari PHK tapi beberapa temennya mau gak mau dirumahkan. Konsekuensinya, kemungkinan bulan ini dia gak gajian karena kantor pun gak bisa banyak jualan.
Gw mikir, beneran mikir. Tega rasanya kalau harus nunjukin sesuatu yang 'biasa' itu lagi. Tapi berpotensi bikin orang kecewa dan bersedih. Ah semoga badai lekas berlalu, biar setelahnya kita bisa sama sama berjuang lagi.
Lalu semoga wabah yang belum surut ini mendidik kita menjadi hamba yang sabar dan tawakal pada apa apa yang Allah gariskan. Kita belajar lagi, dari renungan renungan sehari hari.
0 notes
dodiskandar · 4 years
Text
Temen Sekelas
Tumblr media
Gw ngeliat foto lama, tahun 2017. Ketika iseng ngajak Jono jalan ke Yogyakarta yang dengan gampangnya dia iya-kan. Kebetulan disaat yang sama Indro masih tinggal disana, sambil kelarin S2nya, sementara temen gw yang lainnya Arif juga kebetulan lagi kerja disana. Jadilah temen satu kelas selama 2 tahun ini berencana. Indro siap nampung kita selama 7 hari di rumahnya, Arif siap ngajak jalan disela sela jam kantornya. Lalu diluar dugaan 3 temen gw yang lain juga ternyata berencana nonton Prambanan Jazz. Jadilah Jogja rasa Bogor. Waktu gw lebih banyak diabisin bareng Jono dan Indro, sementara cewek cewek tadi cuma ketemu 1 hari karena tentu mereka punya rencananya sendiri.
Gw ambil cuti beberapa hari, dengan harapan bisa bebas dari segala macam pertanyaan tentang kerjaan. Tapi ternyata engga begitu, karena beberapa kali tetep aja di telpon soal kerjaan. Yaudah gapapa juga.
Tumblr media
Seperti biasa jalur kereta yang kita ambil dari Jakarta - Yogyakarta via stasiun Pasar Senen ke Stasiun Lempuyangan. Sampe sana malem malem dan meluncur via gocar ke rumahnya Indro. Semua temen temen gw pasti bisa menduga hal apa yang bakal kita lakuin ketika ngumpul, anak anak IPS yang super absurd ini milih beli mainan di alun alun, naik sepeda yang dimodifikasi jadi mobil sambil cerita ngalor ngidul, lari lari dan tentu nikmatin jajanan enak disana. Jogja memang bikin kangen. 
Tumblr media
Tentunya salah satu jajanan yang tidak bisa tidak kita datengin adalah Raminten, Tempo Gelato dan Guded Yu Djum. Raminten pasti udah terkenal sebagai tempat makanan enak dengan harga super terjangkau. Gudeg Yu Djum juga gak kalah terkenal, ngantrinya bikin keki, lamaaa banget. Sementara Tempo Gelato adalah es krim yang keterlaluan enaknya.
Oh ya, salah satu jajanan yang gw datengin bareng Jono, Yuni dan Zahra adalah sate yang ada di sekitaran pasar Beringharjo, harganya agak mahal dan gw gak berani beli banyak banyak. Satenya enak pake banget. Semuanya nambah, andai gak inget duit kita terbatas mungkin gak berenti makannya.
Salah satu best moment di Jogja adalah ketika menikmati sunset di Candi Ratu Boko, tiket masuknya lumayan mahal tapi gapapa lah karena gak tiap hari main kesana. Kudu agak hati hati ketika pulangnya karena jalanan agak gelap dan mungkin papasan sama truk di jalan raya.
Jogja adalah tempat gw jalan bareng temen dari 2 lingkaran berbeda, sama sama alumni SMA tapi punya kedekataan yang tentu beda. Yang satu adalah temen sekelas, tau gw seperti apa. Sementara lingkaran yang satu adalah temen dekat dan beda kelas, dan lebih tau lagi gw gimana. Tahun lalu sempet rencana balik lagi kesana, tapi bingung mau ajak siapa. Semua udah sibuk dengan hidup dan rencananya masing masing. Tahun ini juga pengen kesana, tapi harus ngatur budget dan tentunya harus ngeliat apakah Covid-19 masih betah diem di Indonesia?
Allah baik sekali, ngasih kesempetan buat gw main kesana, mungkin gak sehebat temen temen gw lainnya yang udah berkunjung ke banyak negara dan keliling Indonesia. Tapi buat gw apapun yang gw dapet hari ini pasti dibaliknya ada kemudahan yang Allah kasih, dan harus banget disyukuri. Jadi inget obrolan mba Dewi di channel youtube hijab Alila. Tentang apa apa yang dia raih dan jalani hingga hari ini. Lulus S3 di UK, punya suami yang masyaAllah, anak yang shalehah dan smart, semuanya bukan karena dia pintar atau apalah itu. Tapi karena Allah dan segala jalan yang Dia berikan. Orang beriman dan berilmu macam beliau barangkali memang punya sudut pandang yang jauh lebih baik dari orang orang kebanyakan. Melibatkan Allah dalam segala hal, lalu menikmati prosesnya.
Dan tentu saja, insyaAllah gw akan ke Jogja lagi. Kapan kapan.
0 notes
dodiskandar · 4 years
Text
Ada yang bergemuruh, kadang kadang membuat sesak harap, ketika kita sedang berjuang dan meyakini bahwa sebaik baiknya berserah diri hanya pada Allah semata. Kadang kadang yang ada di sekitar tak paham betul maksud perjalanan kita, dan kita pun merasa kebingungan bagaimana caranya mengutarakan tujuan pada mereka, ingin mereka berdamai dengan segala cara yang kita lakukan tapi kadang merasa kesal dengan jawaban dan bedanya cara memandang kehidupan. Kita tak boleh angkuh atau merasa paling benar, bukankah karena itu syetan terbelenggu dalam sifat jumawa?
Pada suatu waktu kita memang membutuhkan orang orang yang mau dan mampu menenangkan, mendengarkan keluh kesah kita sembari menasehati pelan pelan. Membuat kita rindu untuk datang kembali, melingkarkan ukhuwah dan ketika waktunya berpisah, lingkarannya tak putus tapi semakin melebar.
Kita hanya hamba Allah yang diingatkan untuk belajar menjadi sabar, mengambil contoh dari orang orang yang sabar. Tapi seringkali kita juga tak mengerti bagaimana sabar itu sesungguhnya?
Kita sering terjebak dalam masalah masalah yang melemahkan, dan bahagia yang melenakan. Kita merasa tujuan akhir adalah bagian dari rencana hebat yang kerangkanya terpatri kuat dalam pikiran. Padahal hasil akhir adalah milik Allah, dan barangkali tugas kita hanya meng-ikhtiarkan. Lalu bila dalam langkahnya ada salah, khilaf dan keraguan, maka mulailah perbaiki niat sembari meminta agar niat niat kita karena Allah saja. Kepada Allah saja kita pasrahkan segala usaha dan rencana, dan pada Allah saja kita minta agar dikuatkan dalam prosesnya.
2 notes · View notes
dodiskandar · 4 years
Text
Akhir Maret
Melangitkan do’a untuk banyak hal yang sedang di-ikhtiarkan. Memohon ampun atas segala khilaf dan salah.
1 note · View note
dodiskandar · 4 years
Text
Memilliki
Beberapa hari lalu gw dateng ke acaranya Microsoft di Jakarta, bu bos minta gw datang buat nyari calon client potensial terutama dari temen temen startup. Akhirnya gw dan dua orang temen memutuskan dateng. Sayangnya acaranya gak sesuai dengan apa yang kita bayangkan, meski ya tentu tetep bagus.
Pasca shalat zhuhur bareng salah satu temen di hari itu gw bingung ko hape engga ada, nyari dalem tas, tapi nihil, balik lagi ke mushola dan nanya jamaah juga engga ada yang liat. Dalem hati gw cuma mikir, wah lupa sodaqoh kali ya, atau ada hal hal yang belum gw tunaikan? Secepat kilat gw udah mikir ini waktunya mungkin buat ganti hape, padahal lagi nabung dan gak pengen ngeluarin duit agak banyak apalagi buat beli hape.
Temen gw nyuruh nelpon ke nomor gw pake hapenya dan ternyata diangkat, hapenya ada di mba mba penjaga stand penitipan barang di mushola. Allah baik ya, bener bener baik. Hapenya ketinggalan waktu gw pake sepatu dan ada yang nemuin terus dikasihin ke mba mba itu.
Ini bukan pertama kalinya gw kelupaan sama hape, 2 kejadian sebelumnya juga sama sama setelah shalat. Yang satu di perjalanan pulang ke Bogor, gw belok dulu ke masjid, dan setelah shalat lupa hapenya engga dibawa, untung diingetin sama bapak bapak yang tadi shalat barengan kalo hape gw ketinggalan.
Kejadian satunya lagi setelah shalat ashar, perjalanan dari BSD ke Bogor. Sebelum ke rumah, gw mampir dulu ke alfa midi beli jajanan buat orang rumah, tetiba cek saku celana dan tas ko hape gak ada. Gw balik lagi ke masjid dan hapenya masih anteng diatas sajadah.
Gw percaya, apa apa yang memang buat kita akan Allah jaga dan hanya diberikan buat kita aja. Tentu sebaliknya, apa apa yang bukan buat kita, akan Allah berikan kepada orang yang berhak memilikinya. Menurut gw ini berlaku dalam berbagai hal, termasuk harta dan jodoh.
Gw belajar buat gak bimbang pada hal hal yang gak bisa gw dapetin, belajar nerima apa yang Allah kasih, belajar gak banyak ngeluh dan belajar buat banyak bersyukur. Tentu ngejalaninnya gak semudah itu, banyak cobaannya, makanya tulisan tulisan seperti ini sebenernya menjadi nasehat buat diri sendiri, sebagai pengingat buat nanti. 
1 note · View note
dodiskandar · 4 years
Text
May 2017.
MEMANTASKAN
Beberapa tahun lalu, saat saya ingin meniatkan diri untuk menikah, yang kemunculannya lebih karena bayangan kesenangan semata. Berkenalan dengan Salim a Fillah lewat karya dan rekaman videonya di youtube. Membaca dan mengikuti tutur kata beliau ternyata menjadi motivasi yang tumbuh alami, memadu dengan usia yang memang sudah pas untuk beranjak kala itu.
Kini -meski status belum berubah- paling tidak saya sedikit tau, menikah tak melulu tentang mesranya berjalan bersama pasangan, menceritakan roman yang membuncahkan cinta atau mendongengkan kisah seperti apa indahnya berjalan menemukan masa depan bersama. Dulu, yang terbayang hanya indahnya saja. Padahal indahnya rumah tangga yang nampak tak melulu menjadi cerminan sakinah, mawaddah, warahmah.
Lalu, saya pun merasa betapa telatnya mempersiapkan diri untuk menikah, soal ilmu dan finansialnya. Barulah saya tau bahwa siap dan kesiapan dalam menikah adalah dua hal yang berbeda, nyatanya memiliki niat saja belum cukup, ia harus beriringan dengan tekad dan komitmen yang semuanya dilakukan tidak semaunya saja, melainkan dengan se-benar benarnya proses dan usaha untuk memantaskan diri, berbenah agar lebih baik dan layak untuk melangkah lebih jauh. 
Pernikahan barangkali adalah fasilitas yang Allah hadirkan agar kita mampu menjaga kesucian, menaati ikatan lahir batin dengan pasangan, lalu menguatkan kecenderungan hati dan pikiran, hingga lahir ketentraman sejati kala bersama maupun berjauhan. Itulah Sakinah yang berulang ulang dijelaskan Salim a Fillah dalam nasehat nasehatnya. 
Menikah, adalah jembatan agar kita sama sama terhindar dari perbuatan keji dan munkar, menjaga kesucian, mengingat Allah kala hati bergemuruh pada keburukan hingga timbul ketenangan dari kesucian yang membuat hati menjadi tenang, tunduk patuh pada ketentuan, aturan dan batasan sebagai seorang muslim.
Ada persiapan saat akhirnya kita membulatkan tekad untuk menikah, paramater siap yang bisa kita jadikan ukuran apakah kita memang sudah benar benar siap untuk melangkah, menembus tirai keraguan, mendaki tebing ketakutan, lalu berdiri diatas puncak keyakinan tanpa sedikit pun rasa khawatir karena yakin bahwa Allah akan selalu membersamai.
Mempersiapkan ruhiyah, mengubah diri untuk melunakkan ego, mau berbagi dan lebih banyak berlapang dada kala masalah melanda, lalu lebih bertanggung jawab dari biasanya.
Mempersiapkan ilmu, kepahaman agama, komunikasi pada pasangan nantinya, ilmu menjadi orangtua saat waktunya tiba agar lahir generasi terbaik yang mampu menggetarkan zaman dengan kebaikan. Lalu ilmu menata ekonomi juga ilmu ilmu lainnya yang saling melengkapi.
Mempersiapkan fisik, kebersihan diri, berikhtiar mengobati sakit, termasuk memastikan kehalalan makanan yang di konsumsi dan hal lainnya yang barangkali lebih elok kalau kita meniatkan untuk mencari tau sendiri. 
Lagi lagi, ternyata menikah tak sesederhana yang terbayangkan dulu. Ia menuntut untuk bersiap menerima seseorang yang asing dalam hidupnya, baik dan buruknya, sepenuh hati, menuntunnya, memahami hingga sama sama mengerti bahwa Allah menakdirkan baik dan buruk dalam fragmen hidup kita. Hingga saat buruk melanda ia tak lupa betapa selalu ada kebaikan yang mengiringi duka, dan tak terlena saat suka datang berlama lama karena duka setia menanti menunggu bertamu.
Pada titik inilah kita belajar untuk sadar, barangkali ada dosa tertawan yang masih menghalangi kebaikan kebaikan untuk hadir menyapa. Bersabar, menundukkan sujud lebih lama dari biasanya, bercucuran air mata lebih deras dari biasanya, hingga Dia mendekap mesra lewat jawaban do'a - do'a dan harap yang tulus terucap. Bila belum terkabulkan, barangkali Dia merindukan mesra dan romantisnya kita yang sudah sekian lama tak merajuk penuh harap.
Dalam perjalannya mempersiakan dan bersiap juga berarti menjaga hati agar semakin hati hati, menjaga niat agar selalu bulat, menjaga tekad agar tak berpaling dari kesungguhan yang kuat. Lalu pasrah, tunduk patuh pada setiap kejutan dan ketentuanNYA. Memahami bahwa yang dekat belum tentu semakin dekat dan yang jauh tak melulu berakhir dengan semakin menjauh. 
1 note · View note
dodiskandar · 4 years
Text
Hari kamis lalu gue udah ngerasa kurang sehat, bangun tidur ko tenggorokan gak enak, ngerasa badan gue gak sehat. Pertanda apakah ini. Barusan pas gue lg ngetik ini eh tetiba ada yang ketawa cekikikan, suara cewe yang gue rasa (memaksa merasa sambil positip thinking) adalah suara sodaranya bapak kost yang lagi berkunjung. Balik lagi ke kondisi badan, ternyata di hari kamis 3 orang temen engga masuk. Gue mulai investigasi, siapa penyebar sakit ini? Karena kita yang tetep masuk kantor ternyata banyak yang tepar, termasuk gue. Karena biasanya kalo ada satu orang yang sakit, bakal nyebar ke yang lain. Apa karena sirkulasi udara di kantor tuh kurang bagus? Mungkin.
Hari Jum'at gue tumbang, badan panas, batuk. Lalu seperti cowok pada umumnya, biasanya males ke dokter. Ya ini hipotesa gue aja sih. Tentu bukan cuma gue yang akhirnya gak masuk kantor mba Jen, sang GA di kantor pun tumbang, dan minta maap karena baru bales chat gue jam 2 siang, itu chatnya penting karena ada dokumen yang kudu dikirim ke client. Ditambah ada rikues dari temen kantor yang sebenernya dia bisa kerjain sendiri, disini gue mulai kezel, gue tuh pas sakit pengen istirahat eh ternyata tetep kudu buka laptop! Aku kesal wahai warga bumi! Tapi setelah berpikir jernih gue jadi ngerasa bersalah. How dare you dod! Ngerasa bisa lari dari tanggung jawab gitu aja hah?
Iya, kalo lagi sakit tapi tetep bisa bantu orang lain kan bagus. Berarti kita masih ada manfaatnya. Jadi malu sendiri.
Gue baru maksa ke dokter hari sabtu, setelah berdo'a minta sakit ini diangkat. Terus mikir, lah kalo mau sembuh ya kudu ikhtiar doooong! Ya makanya akhirnya ke dokter dan alhamdulillah antrenya engga lama. Ke dokter adalah bentuk ikhtiar, soal sembuhnya jadi kuasa Allah.
Sakit tuh engga enak, makanan kerasa pait, duduk aja kepala kleyengan, kalo tiduran terus juga bosen. Bingung lah pokoknya kalo sakit tuh. Terus lucunya si Ummi malah bilang "bukannya pulang atuh kalo sakit mah", halo halo Ummi apakah engkau tau BSD - Bogor itu 30km lebih? Bisa tepar dijalan dong. Iya paham ini bentuk cinta seorang ibu. Kalo deket mah paling paling Ummi yang meluncur kesini. Cinta ini kadang kadang tak ada logika.
Makanya kalo lagi sakit tuh mungkin kita disuruh mikir; pas lagi sehat udah dimanfaatkan dengan baik belum? Badannya dirawat ga? Dikasih asupan yang baik ga? Buah buahan? Vitamin? Atau apalah buat jaga daya tahan tubuh. Terus olahraga ga? Ehehehe kurang kayaknya terutama olahraga.
Terus tiap masuk kamar mandi yang kebetulan ada kacanya, gue ngebatin ngeliat kantong mata yang item dan tebel. Mirip kantong matanya pak SBY waktu jadi presiden. I feel you Pak!
Oh iya, gue ketemu bang Yasir Mukhtar pas mau shalat ashar di mushola kantor, so asik aja gue tegur padahal mah dia juga gak inget gue siapa. Dulu banget si abang pernah sharing ke bogor, bawa materi sosial media dan digital marketing. Ternyata doi sekarang jadi UX Lead di Kitabisa. Dulu salah satu materi yang dia share adalah cara dia sebagai tim sukses buat menangin pemilihan ketua BEM UI. Gue masih inget desain pin yang dia pake buat kampanye di UI, terus gue tiru buat dibagiin ke anak anak di SMA. Enak ya jadi orang baik, kebaikannya bakal kita inget.
Ngomong ngomong soal pindah kantor, gue jadi motoran tiap hari minimal 30 menit kalo gak macet. Sebenernya udah nyari kost deket sana tapi secara harga, fasilitas dan lingkungan masih enakan di BSD. Bayangin aja, gue dapet yang sebulan 1,2 juta, tapi sempit, sirkulasi udara juga engga bagus, engga ada dapur dan gak ada ruang jemur baju. Padahal gue perlu dapur buat masak dan ruang buat jemur. Ini sih demi ngurangin pengeluaran. Yang fasilitasnya lengkap ada? Ada, banyak, tapi harganya diatas budget gue.
Sakit ini juga kayaknya pertanda badan gue lagi menyesuaikan diri, sama rutinitas sehari hari. Semoga makin kuat. Karena sakit engga enak, banyak hal hal yang jadi tertunda. Tapi semalem sepulang dari kantor gue ngerasa Allah emang baik banget, gue masih pusing dan kepala kleyengan tapi tetep kudu ngantor pake motor. Ternyata jalanan waktu berangkat dan pulang gak semacet biasanya. Langitnya cerah, dan bikin gue mikir tentang banyak hal. Allah tau yang terbaik buat kita, semoga sakit ini juga. Tapi jangan lama lama ya Allah sakitnya 😭
0 notes
dodiskandar · 4 years
Text
Tumblr media
Thomas, entah gimana cerita ini kucing jadi penghuni sekret yayasan, tiba tiba suka ada di kasur, di kursi, dimana mana. Katanya ini mirip gue banget, mageran kalo weekend. Tiba tiba Thomas gapernah balik lagi, gue kangen juga rasanya.
Tumblr media
Setipen, nama lainnya steven. Gapernah diundang buat ke rumah tapi sering dateng. Suka diusir kalo ganggu Ummi masak, tapi kadang dikasih makan juga, kata Ummi kasian takut belum makan 🥴
Gue gatau siapa namanya, kucing rumah sebelah kost, kasih nama Jessie aja deh. Tapi ini kucing bener bener jual mahal banget deh.
1 note · View note
dodiskandar · 4 years
Text
Yang indie indie itu berarti yang tidak majority. Soalnya kalo band indie itu berarti gak pake label major. Ini tentang apa? Yah tentang indie. Film indie ataupun band indie.
Simplenya band indie itu yang apa apa sendiri, dari rekaman sampe distribusiin lagu lagunya. Keren sih usaha mereka ini. Jadi beda banget sama major label yang punya channel distribusi nan massive dan luas.
Gue tuh gak sengaja nyari lagu indie waktu masih sering main soundcloud, sempet nyasar nemuin banda neira, afternoon talk, juga pidi baiq di The panasdalam. Tapi gue gak baca atau nonton dilan. Gatau gak suka aja. Gue malah nonton film doi yang lain, koboy kampus. Tapi sayang ini film menurut gue alurnya datar terus sampe selesai, kurang greget.
Belakang, rame juga fiersa besari, sempet nemu doi udah lama juga sih tapi gatau meski banyak yg suka lagu atau quotesnya gue tetep biasa aja. Gak begitu suka, ya ini sih soal selera. Ada juga buku buku indie, bukunya kuniawan gunadi misalnya. Sempet gue baca bukunya, asik sih tapi nemu bagian yang akhirnya bikin bukunya gue jual. Karena ngerasa kurang greget. Lagi lagi soal selera kita yang mungkin sering beda.
Sekarang yang indie indie itu juga jadi kurang menarik buat gue. Padahal dulu tuh asik, di soundcloud bisa dengerin Runtlalala atau akun akun lain yang cover lagu lagu, sekarang gue malah dapet kebanyakan referensi dan bingung mau coba dengerin yang mana. Terutama yang bikin gak asik itu karena upload musik atau karya dengan tujuan monetasi, nyari duit. Dulu kan gak gitu, orang upload cover lagu lagu ke youtube misalnya, ya karena pengen cover, kalo sekarang banyak yang sekalian nyari duit. Ya gak salah juga tapi gue ngerasa jadi kumaha ya. Gitu lah.
Gue inget beberapa taun lalu dapet client dari korea yang bikin research tentang influencer di youtube dan instagram di Indonesia. Duit sebagai influencer sukses itu emang gede banget sih, bahkan sampe ada influencer yang jadi responden projet gue itu sampe rela stop kuliah karena ngerasa udah punya income dan akhirnya punya tujuan, memilih mengesampingkan kuliahnya dan fokus jadi influencer.
Ini bahas apa sih sebenernya, ah pokoknya cuma mau nulis biar engga suntuk dan ngejaga ritme menulis aja.
0 notes
dodiskandar · 4 years
Text
Ya Gitu Deh
Dari kemarin, udah nulis lalu berakhir jadi draft saja. Kenapa kamu teh Dod? sedang kebingungan nampaknya.
Iya euy, nulis tapi bingung nyambungin kata katanya.
Karena saya teh pengen main game, eh colokan mouse ketinggalan di kantor. Deket sih ke kantor paling 10 menit juga sampe tapi mager buat kesananya.
Beberapa bulan lalu udah niat bulat buat ngejual ini laptop, biar berenti main game. Tapi ternyata gak jadi, lebih karena ngerasa suatu waktu laptop ini mungkin akan lebih bermanfaat untuk hal hal lainnya. Bulan bulan lalu juga sempet belajar lagi bikin web pake wordpress, eh tapi ya gitu semangat diawalnya aja. Bulan bulan lalu juga semangat dengan podcast dan lagi lagi setelah beberapa episode eh ilang lagi. Sampe ada temen yang nanya “podcast masih?” Bulan bulan lalu, eh kenapa bulan bulan lalu mulu. Laptop ini kan perjuangan banget belinya, sayang ah kalo dijual sekarang.
Kamu teh Dod kenapa suka gak serius kalau ngelakuin sesuatu? eh tapi kalo main game mah serius kamu teh ya. Pun sekarang main gamenya juga sudah semakin jarang, kadang buka laptop nih mau maen game eh berakhir dengan ngerjain hal lain, buka file file lama atau malah browsing sana sini.
Ini mah soal manajemen kebosanan saja sih. Karena kadang bosen dan jenuh, atau pas lagi serius eh mulai sibuk dan pas mau mulai lagi udah ilang momentumnya, dan ketika mau bikin momentum lagi suka agak males.
Tapi di otak gue tuh banyak banget ide yang pengen di eksekusi. kalau misalnya punya modal atau ada investor ada beberapa hal yang pengen gue lakuin, pertama bikin kost, terus warung kelontong, terus warteg, terus benerin ngomongin.com terus kerenin podcast ruang bicara.
Bikin kost, kalo ini buat investasi dan pemasukan bulanan, harga tanah dan bangunan kan lumayan bagus, naik terus masboo, bisa buat tabungan hari tua juga. Selain jadi income rutin tentunya. 
Warung kelontong, serius? ah ini sekarang lagi jadi target beberapa company gede buat ekspansi kesini. jadi target market mereka buat ngembangin layanan. Bukalapak punya Mitra Bukalapak, Tokopedia punya Mitra Tokopedia, belum lagi Grab Kios, Warung Pintar, Ralali, dan lainnya juga banyak yang ngincer warung buat jadi mitra bisnis mereka. kenapa ya? simplenya warung itu deket sama masyarakat, meskipun ada alpamaret dan indomaret tapi tetep aja warung ini masih eksis ko. Kalo menurut gue sih, ikatan emosional dengan warung itu beda deh, lebih bisa ngobrol dan ketemu tetangga juga kadang di warung tuh. Jadi media interaksi yang lebih tradisional dan humanis aja rasanya.
Warteg, sama hal kayak warung, banyak pemain yang jadiin warung sebagai mitra bisnis mereka, misalnya Stoqo, Warung Pintar, Tani Hub dll. Kalu mitra mitraan yang diatas itu jual produk untuk warung, kalo yang ini jual produk mentah yang bakal diolah sama warteg. yah jualan bahan baku warteg gitu lah ya. Jadi nanti dimasa depan, belanja itu ya tinggal via aplikasi terus barangnya sampe ke warung atau warteg kita.
Terus ngomongin.com dan podcast, ah kalo ini impian gue dari dulu. konsepnya masih nempel di otak dan suatu hari sih emang kudu dijalanin, tinggal nyari partner yang serius aja buat garapnya. lebih ke sisi sosialnya sih.
Tentang masa depan, kapan ya MRT sampe ke Bogor? atau LRT juga gapapa deh. Butuh banget buat menunjang aktivitas dan mobilitas. Semalem tuh telponan sama mas Ndro, doi lagi ada tes dari company yang dia apply, dikasih study case tentang industri otomotif, key player, segmentasi dan forecastnya. Jadi kita diskusi 1 jam lebih lah bahas ini dan itu, meski gue bilang bukan ahlinya. Ya emang sih gue kerja di market research, tapi kan bukan sebagai researcher. Bahkan researcher aja gak semua paham case ini, tapi mas Ndro tetep aja bilang gapapa, karena doi butuh asupan informasi. Ya, semoga doi lolos, karena gue udah minta traktiran di KFC, ayam 700rebu wahahaha.
Padahal kalo nolong mah gabole pamrih, eh tapi gue gak pamrih ko, kan ayam KFC itu enak.
Kita bahas juga soal apakah kedepan orang akan tetep pergi dengan mobil, kalo transportasi umum udah enak sih gue rasa better naik angkutan umum. Tapi masalahnya apakah cakupan angkutan umum ini bisa cover semua wilayah? Rasanya engga deh. Tuh kan, kalo bahas ini gue jadi pengen main City Skyline🥴
Udah ah, selamat berakhir pekan manusia bumi!
1 note · View note