Tumgik
bang-taqiem-blog · 4 years
Text
2/366 "Resolusi"
Dulu, tiap jelang pergantian tahun, saya selalu menyiapkan resolusi. yah kira2 harapan2 baru yang akan saya realisasikan di tahun selanjutnya. Tapi di beberapa tahun terakhir ini, cara pandang saya sedikit berubah tentang obsesi dan harapan2. Tahun2 terakhir ini memang beberapa pencapaian yang di raih tidak pernah di "resolusi" kan sebelumnya. semua mengalir begitu saja.
4 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 4 years
Text
1/366 "Kalender"
Apa yang berganti di tahun baru selain kalender yang mulai di pasang bapak di dinding ruang tengah, tak ada. kami memang tak biasa "merayakan" nya. Tidak karena dogma agama yang perdebatannya tak pernah selesai dari tahun ke tahun. Hampir di setiap tahun, bapak selalu menutup akhir tahunnya didepan TV. acara TV lebih menarik bagi dia dibanding ramai jalan-jalan protokol dan gemuruh petasan di langit kota. Memang di tahun ini, saya tidak melihat ada gegap gempita panggung akhir tahun di alun2 kota Watampone, Sunyi.
Tidak ada yang berganti di rumah selain kalender yang dipasang bapak. Tapi ada yang rutin dilakukan tiap mengganti, kalender lama yang di buka tidak langsung dibuang atau disimpan, tapi dpindahkan ke dinding lain, digantung pada sisa2 paku yang terpasang di didinding lain. Perlakuan istimewa bapak kepada kalender lama seperti ini saya lihat si beberapa tahun terakhir.
Mungkin sejatinya seperti itu cara berfikirnya. waktu berganti tidak berarti tiba2 jadi kenangan, disimpan dalam lemari, lalu dikunci rapat. Pergantian tahun tidak lebih hanya perpindahan penanggalan. 1 paket waktu telah dihabiskan, lalu berlanjut ke paket waktu yang lain. tapi perjalanan kita masih sama, semangat masih tetap hidup, harapan yang perlu diselesaikan, atau masih ada beberapa pekerjaan yqng belum kita selesaikan di tahun lalu, "jangan lupa itu", mungkin begitu naksud bapak.
Watampone, 1 Januari 2020
0 notes
bang-taqiem-blog · 4 years
Text
“Nak, ketetapan Allah ada dalam ketepatan waktu. Bersabarlah, karena itu sikap yang paling bijak. Berdoalah, untuk tiap-tiap harapan terbaik. Karena itu sebaik-baiknya bujuk.”
— @quotezie
143 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
Hujan
Hujan bulan November selalu punya cerita.
Cerita tentang daya juang, kekuatan bertahan, keberanian melampaui batas, keteguhan memegang prinsip.
November selalu datang dengan hujan cerita. Hujan kisah. Hujan kata-kata.
Dua bulan sebelum 2020, semoga banyak kebaikan yang mengalir dan berakar kuat.
1 November 2019
22 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
Aku sayang payung.
Hujan menyambut november. November menyambut hujan.
Tumblr media
Selamat main, kodok-kodok kehausan. Selamat mandi terguyur, rumput-rumput gundul kesepian. Selamat basah, tanah-tanah yang tabah. Selamat bersyukur, petani-petani perindu mahsyur. Selamat bekerja, mas-mas ojek payung bertudung.
Tumblr media
Dan halo buat payung toska kesayangan. Yang sudah setengah tahun dianggurkan. Cie, dipake lagi. Setelah setengah semester sempat kupikir hilang, ternyata cuma numpang disimpan sama Hazi.
Selamat pagi. Dengan kaki-kaki yang harus loncat kesana-sini untuk menghindari becekan. Dengan ember-ember yang harus disiapkan buat menampung terocohan. Dan tentang jemuran, yang bakal lama diangin-anginkan.
Tumblr media
Si toska udah nemenin dalam banyak kesempatan. Aku kayak jahat banget ya megang payung buat aku sendiri. Wk. Padahal emang Azka dari awal nggak mau payungan. Terus kita foto bareng.
Tumblr media
Orang lain juga.
Pokoknya aku sayang si toska lah ya.
Soalnya aku nggak suka hujan-hujanan. Dari kecil. Seingetku aku cuma seneng hujan-hujanan sekali doang. Waktu TK, bareng mamas. Waktu itu bapak ibuk lagi nggak di rumah. Hujannya deres banget. Aku sama mamas garing banget mau ngapa-ngapain. Kalen depan rumah arusnya keliatan asik. Berawal dari bikin kapal-kapalan dari kertas menjadikan mamas ngajak aku mainin di luar.
Seru.
Pas bapak ibuk pulang tak kira bakal marah. Karna setiap hujan suruhnya nggak boleh keluar rumah. Eh ternyata nggak dimarah. Cuma suruh mandi. Setelahnya pun ibuk bikin teh panas sambil aku cerita tentang hujan-hujanan tadi.
Selanjutnya nggak pernah lagi. Kayaknya gegara aku terlatih mageran dari dulu. Liat temen-temen di SD hujan-hujanan aku sih males ya. Nggak pengen aja.
Nyatanya hujan emang bikin mager. Kalo hujan lebih suka di rumah aja. Ngobrol sambil nge-teh. Dan hujan-hujan begitu adalah jadwal bapak buat ndongeng. Meskipun dongengnya itu-itu aja, ya tentang raja gendut, tentang tikus kejepit, ikan ajaib, nenek baik, dan segala cerita awuran bapak lainnya aku tetep suka.
Karna aku nggak suka hujan-hujanan itulah aku sangat sayang sama si toska. Aku ngga suka hujan tapi aku suka keluar. Akhirnya aku beli payung deh. Yang nemenin hari-hari hujan waktu keluar sendirian.
Segoro Amarto, 1 November 2019
10 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
Doa ibu seluas langit. Di manapun kau berada, kau berteduh di bawahnya.
Love for Sale 2
603 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
Ambil peran
Kisah para penghuni gua atau Ashabul Kahfi yang sering kita baca pada hari Jumat mengandung hikmah yang luar biasa, dari sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya.
Adalah seekor anjing yang membersamai pemuda-pemuda saleh itu hingga memasuki gua. Allah SWT ketika firman-Nya membahas perdebatan mengenai jumlah pemuda tersebut tak lupa menyebut seekor anjing yang ikut menyertai mereka!
Nanti (akan ada orang yang) mengatakan "Jumlah mereka tiga orang dan yang keempat adalah anjingnya" dan yang lain mengatakan "Jumlah mereka lima orang dan yang keenam adalah anjingnya" ... (Al-Kahf: 22).
Mengapa seekor anjing ini begitu penting hingga tak luput diberitakan? Apa jenis anjingnya? Warna kulitnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidaklah tepat. Yang penting atau istimewa bukanlah anjingnya, tetapi tindakan dari peran anjing tersebut.
Anjing itu loyal. Membersamai majikannya hingga menjadi tulang belulang setelah ratusan tahun lamanya. Namun, si anjing bukan "hanya" membersamai sang majikan. Anjing itu sedang membersamai barisan pemuda beriman melakukan perlawanan dengan pemimpin negeri yang zalim. Si anjing bahkan membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua, menjaga para pemuda yang terlelap dalam tidur mereka!
Hikmahnya, Allah tak segan mengabadikan peran seekor anjing karena kontribusinya dalam membersamai yang haq. Padahal, ini anjing lho! Bila anjing memiliki siginifikansi karena kontribusinya, bagaimana dengan manusia berbekal segala kelebihannya?
Tulisan ini diinspirasi oleh tausiyah Ust. Salim A Fillah yang berpesan, kepada para pemuda khususnya, agar kita segera mengambil peran dalam membela yang haq, salah satunya dengan berkontribusi dalam agenda dakwah. Siapapun kita pasti dapat berkontribusi, bahkan dari sebuah hobi sekalipun. Bila anda memiliki bakat desain, buatlah poster-poster apik yang sedap dipandang mata. Penting, agar orang-orang tertarik dan tidak malah buang muka sambil berkata, "Ih desainnya nggak menarik!"
Itu baru satu contoh kontribusi dari sebuah hobi. Masih banyak contoh-contoh lainnya yang dapat mendukung agenda-agenda kebaikan. Pastikan, kita adalah bagian dari agenda tersebut dengan memberikan kontribusi semampu yang kita bisa.
Sekian.
8.09 | 29 Okt 2019
30 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
Mengimani takdir
percayalah bahwa; tidak ada nama yang spesial dalam doa doa panjangku.
semua aku generalisasikan menjadi; yang terbaik-yang kubutuhkan- untuk keselamatan dunia akhirat, untuk kebaikan umat.
119 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
Mengajarkan Ibadah yang Menyenangkan pada Anak
Sebuah Catatan Seminar bersama Bunda Elly Risman, Psikolog
Oleh: Yulinda Ashari Bidang Pemuda ASA Indonesia Divisi Riset dan Kajian
Tumblr media
Sebagai orang tua Muslim, kita seharusnya sudah memahami bahwa tugas utama kita dalam pengasuhan anak adalah bagaimana menjadikan anak sebaik-baik hamba yang taat beribadah kepada Allah swt. Konsep ibadah dan keimanan ini harus diajarkan sejak anak masih dini, agar kelak ketika beranjak dewasa mereka sudah terbiasa untuk beribadah tanpa harus disuruh lagi. Metode pengajaran beribadah kepada anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Ibadah bagi anak-anak harus dibuat menyenangkan. Mengapa ibadah bagi anak harus menyenangkan? Karena targetnya anak-anak, maka metode harus disesuaikan dengan cara kerja otaknya. Bagian sinaps pada otak anak belum menyatu dengan sempurna sehingga ibadah harus dikemas secara menyenangkan. Orang tua tidak bisa memberikan pengasuhan dengan mengabaikan perkembangan otak anak. 
Sebelum mengajarkan ibadah kepada anak, orang tua harus mengingat kembali bahwa hal ini merupakan perintah Allah yang harus diperjuangkan dengan bersungguh-sungguh, karena sejatinya tujuan penciptaan manusia di dunia adalah untuk beribadah dan mengagungkan keesaan Allah swt. Mari kita buka kembali QS. Ad-Dzariyat ayat 56-58, yang artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi Rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
Salah satu tanggung jawab orang tua dalam hal beribadah ini adalah bagaimana cara membentuk kebiasaan yang baik serta meninggalkan kenangan yang baik pada anak. Ingatkah dahulu kala mungkin ada yang mendapat “ancaman” jika tidak salat? Barangkali hal itu dapat membentuk kebiasaan yang baik, namun kenangan yang tertinggal di ingatan adalah kenangan yang tidak baik, bukan? Kebiasaan baik dan kenangan yang baik. Ibadah harus dibuat menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani, tidak menolak, dan tentu saja agar mereka merasa senang dan bahagia ketika beribadah. Jangan pernah tinggalkan kenangan buruk untuk anak ya Ayah Bunda!
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah berbicara dengan tutur kata yang benar.“ (QS. An-Nisa ayat 9)
Tugas pengasuhan anak apalagi terkait ibadah ini memang bukanlah hal yang mudah. Namun ingatlah bahwa karakter anak apapun yang Allah anugerahkan kepada Ayah Bunda, tidak akan melampaui batas kesanggupan masing-masing orang tua. Selalu ingatlah bahwa anak kita sejatinya bukanlah milik kita. Anak hanyalah titipan Allah yang dapat diambil kapan saja. Anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada pemilik-Nya. Mereka adalah kenikmatan, tantangan, sekaligus ujian, yang kemudian proses pengasuhannya membutuhkan perjuangan berupa pikiran, perasaan, jiwa, tenaga, serta biaya yang tidak sedikit. Bayangkan jika kita dititipi anak presiden, mungkinkah kita berani memukul, mencubit, atau berkata kasar padanya? Tentu saja tidak. Lalu bagaimana jika kita dititipi anak langsung oleh Sang Pemilik Kekuasaan? Masih beranikah kita mendidik anak tanpa ilmu dan bersikap sewenang-wenang pada mereka? Kira-kira sudah berapa banyak kita melanggar perintah Allah terkait pengasuhan anak ini?
Didiklah anak karena Allah. Jangan pernah mengharapkan kebaikan dari anak jika orang tua tidak mendidiknya dengan baik. Anak-anak kita bukanlah pilihan kita, mereka adalah takdir pilihan Allah untuk kita. Boleh memasukan anak ke sekolah-sekolah agama, namun bukan berarti kewajiban orang tua dalam mengajarkan agama menjadi gugur begitu saja. Tugas orang tua untuk mengajarkan agama harus dituntaskan terlebih dahulu sebelum memasukan anak ke pesantren. Di akhirat kelak, bukan guru-guru pesantren yang akan ditanya, tapi para orang tua masing-masing. Ayah dan Bunda, sudah siapkah mempertanggungjawabkan tugas pengasuhan ini?
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi para orang tua dalam mengajarkan anak beribadah yang menyenangkan, antara lain: 1. Tantangan dari dalam diri sendiri dan pasangan Tantangan utama dalam hal ini adalah terkait bagaimana masalah agama ini ditanamkan pada diri Ayah dan Bunda sendiri. Selalu lihatlah ke dalam diri sendiri sebelum menyalahkan lingkungan. Seberapa pentingkah agama dalam hati dan kehidupan kita? Mungkinkah berharap anak yang salih saat kitapun tidak berusaha menjadi orang tua yang salih? Mungkinkah menginginkan anak yang rajin salat sedangkan Ayah dan Bunda tidak salat? Jadilah teladan yang terbaik bagi anak-anak kita terkait ibadah ini. Pelajarilah ilmu agama lebih banyak. Tumbuhkan kesadaran bahwa tujuan utama mendidik anak adalah menjadikan mereka penyembah Allah. Bagi yang sedang dalam proses pencarian pasangan, sepakatilah di awal pernikahan dengan pasangan untuk bersama-sama mendidik anak menjadi hamba Allah jika telah terlahir ke dunia kelak.
Tahukah Ayah dan Bunda, dalam proses pengasuhan ini, penanggung jawab utamanya ternyata adalah Ayah! Keterlibatan ayah untuk membentuk kebiasaan beribadah anak SANGAT PENTING! Anak yang mendapat keterlibatan pengasuhan ayahnya yang baik akan tumbuh memiliki harga diri yang tinggi, prestasi akademik di atas rata-rata, lebih pandai bergaul, dan saat dewasa akan menjadi pribadi yang senang menghibur orang lain. Maka wahai para ayah, kembalilah! Tugas ayah bukanlah sekadar mencari nafkah, namun juga sebagai penanggung jawab utama pengasuhan anak. Jika ayah terlalu sibuk bekerja—dengan alasan untuk kebahagiaan istri dan anak—maka tanyakanlah kembali pada diri: apa yang sebenarnya sedang ayah kejar? Apa yang ayah sebut dengan kebahagiaan anak dan istri tersebut? Tidak takutkah kelak dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah mengenai hal ini?
2. Mengasuh generasi Alfa • Gen Y lahir pada rentang tahun 1980 – 1994. • Gen Z lahir pada rentang tahun 1994 – 2009. • Gen Alfa lahir pada rentang tahun 2010 – 2025. - Mereka hidup dengan internet (belajar, bikin PR, makan olahraga, tidur). - Semua serba cepat, instan, menantang dan menyenangkan. - Mereka terbiasa multiswitching (melalui gadget). - Mereka memiliki tata nilai yang berbeda. Generasi yang akan kita didik saat ini adalah para Alfa. Jika generasi Alfa ini tidak dididik dengan metode yang tepat sesuai zamannya, maka akan sulit memasuki dunia mereka, bukan? Karenanya, Ayah dan Bunda tidak boleh abai dengan tantangan dan perkembangan zaman ya!
3. Beban pelajaran yang berat • 70% anak masuk SD sebelum usia 7 tahun. • 46% anak di sekolah 6 – 7 jam sehari. • 25% sekolah masih memberi materi pelajaran formal setelah jam 12 siang. • 52% guru di sekolah masih memberikan 1 – 2 PR. • 18% anak mengikuti les mata pelajaran setelah pulang sekolah. • 25% anak mengikuti les 2 -3 hari dalam seminggu. • Standar kelulusan Indonesia tertinggi di dunia. Dengan beban pelajaran yang berat bagi anak, kegiatan beribadah seringkali menjadi tidak diutamakan. Para orang tua mendidik anak mereka menjadi orang yang pintar secara akademik, namun hampa secara keimanan. Tanamkanlah tekad dalam diri, “Anakku harus salih dulu, baru pintar”. Jangan salahkan pula jika kemudian anak menjadi mudah emosi karena terlalu lelah di sekolah. Jangan pernah abaikan perasaan mereka. Hindari menasihati mereka saat emosinya sedang tidak baik. Orang tua juga perlu menyelesaikan emosi dengan dirinya sendiri, jangan sampai emosi kita kemudian berimbas kepada anak dan pasangan. 4. Peer Pressure 5. Ancaman dari agama dan kepercayaan lain 6. Perubahan nilai dari masyarakat kita
Mulai dari mana?
Selesaikanlan urusan dengan diri sendiri dan pasangan terkait urusan ibadah ini. Semua kebiasaan beribadah ini bermula dari Ayah dan Bundanya, jadilah role model yang baik dan idola bagi anak kita sendiri. Orang tua juga perlu mengenali keunikan serta tahapan perkembangan otak anak, sehingga metode yang disampaikan dapat sesuai dan tepat sasaran. Kenalkan ibadah pada anak dengan cara yang menyenangkan. Biarlah jika pada awalnya mereka suka sekali bermain air saat berwudhu hingga bajunya basah dan haruss diganti berkali-kali. Biarlah jika gerakan salatnya masih semaunya, suka menarik-narik sajadah, atau menganggu ayah bundanya saat sedang salat. Jangan dimarahi. Biarkan anak senang dan bahagia terlebih dahulu dengan praktik ibadah ini. Masukan target “bahagia” dalam proses pengasuhan anak. Mendidik anak memang harus disertai kesabaran yang tanpa batas. Tidak apa-apa, didiklah anak dengan cinta karena Allah semata. Jika anak senang beribadah, ia akan mau beribadah, kemudian menjadi bisa beribadah, dan terakhir menjadi terbiasa beribadah tanpa harus disuruh dan merasa dipaksa.
Untuk mengajari anak ibadah yang menyenangkan diperlukan niat baik, kejujuran, keterbukaan, serta kerjasama yang baik dari kedua orang tuanya, tidak bisa hanya salah satunya saja. Setelahnya, kombinasikan semua tekad itu dengan mengenali kepribadian anak, sesuaikan dengan cara kerja otak, bakat, serta seluruh kemampuan anak. Setiap anak kita adalah unik, otak anak baru berhubungan sempurna ketika berusia 7 tahun, sedangkan hubungan anatara sistem limbik dan corteks cerebri di otak baru sempurna pada usia 19-21 tahun. Butuh sekitar 20 tahun bagi orang tua untuk mendidik anak dengan baik, maka bersabar dan bersungguh-sungguhlah, karena Allah menyukai orang yang bersungguh-sungguh. Jangan menuntut anak untuk dewasa sebelum waktunya. Anak perlu menjadi anak untuk dapat menjadi orang dewasa, hilangnya masa kanak-kanak akan mengakibatkan masyarakat yang kekanak-kanakan. Bantulah anak-anak kita untuki mekar sesuai dengan usia dan kemampuan serta keunikannya. Ayah dan Bunda harus membuat kesepakatan dan kerjasama di awal, siapa pengambil keputusan dalam hal A dan B, buat perencanaan-pelaksanaan-evaluasi, buat target per anak, pembagian kerjasama, kontrol, dan selalu bermusyawarah dalam setiap keputusan yang melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak. Ubah paradigma dan cara pandang kita, bahwa anak bukan saja harus bisa beribadah, namun juga suka beribadah.
Landasan Psikologis Anak
Anak Usia 5 – 8 tahun Ibadah untuk anak usia ini bukanlah suatu kewajiban, tapi perkenalan, latihan, dan pembiasaan. Tidak ada kewajiban syar’i bagi anak untuk beribadah, namun ada kewajiban syar’i bagi orang tua untuk membentuk kebiasaan anak dengan cara yang menyenangkan. Didiklah anak dengan modal, misalnya belikan mukena yang disukai anak, membelikan baju koko baru agar anak rajin ke masjid, dan lain sebagainya. Jangan ragu mengeluarkan modal untuk keperluan beribadah kepada Allah swt. Jangan juga hilang kegembiraan anak usia 5 -8 tahun, masuki dunia anak dengan metode 3B: Bercerita/Berkisah, Bermain, dan Bernyanyi. Landasan Psikologis Anak Usia 5 – 8 tahun: • Mudah dibentuk. • Daya ingat yang kuat. • “Dunianya” terbatas. • Meniru: orang tua/ situasi. • Rasa persaudaraan sedunia.
Landasan Psikologis Anak Usia 9 – 14 tahun: • Otak sudah sempurna berhubungan. • Umumnya: Mukallaf. • Emosi sering kacau. • Tugas sekolah semakin berat (ditambah les). • Banyak aktivitas, termasuk bermain internet dan games. • Peer Pressure yang sangat kuat. • Hal yang perlu diperhatikan pada usia ini antara lain: - Fokus pada target tahun ini: tanggung jawab seorang yang sudah baligh. - Perlakuan dan komunikasi sebagai teman. - Bisa menjadi pendamping/ pembimbing adik-adiknya. - Diberi tanggung jawab sosial: mengantar makanan untuk berbuka puasa, membayar zakat, dan kerja sosial yang mudah sesuai usia. - Ajari anak untuk berwirausaha/ berdagang.
Landasan Psikologis Anak Usia 15 – 20 tahun: • Prefontal Corteks hampir sempurna berhubungan. • Dewasa muda. • Semakin banyak aktivitas, games dan internet. • Mulai mengenal pacaran dan pergaulan bebas. • Orientasi semakin di luar rumah. • Hal yang perlu diperhatikan pada usia ini antara lain: - Fokus pada target tahun ini: dewasa muda, ajarkan fiqih pernikahan. - Perlakuan dan komunikasi sebagai sesama orang dewasa. - Bisa menjadi motivator dan pembimbing adik-adiknya. - Jadikan ia penggerak/ koordinator kegiatan anak dan remaja masjid/mushala.
Setelah mengetahui landasan psikologis pada rentang umur anak, maka metode pembiasaan beribadah pada anak dapat disesuaikan dengan perkembangan dan cara kerja otaknya. Ayah dan Bunda harus terus belajar untuk bisa menjelaskan pertanyaan “mengapa?” dari anak, jelaskan apa yang saja yang menjadi perintah dan larangan Allah swt., serta manfaat dan ganjaran dari beribadah. Gunakan pendekatan kognitif secara ringkas serta contoh yang kongkrit pada anak, serta selalu gunakan Al-Qur’an dan Hadis sebagai referensi utama,. Teruslah bersabar dalam mendidik anak karena waktu persiapan setiap anak tidaklah sama, proses pengasuhan harus disesuaikan dengan usia, kemampuan, kondisi fisik, dan karakter anak.
Persiapkanlah diri Ayah dan Bunda untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Gunakanlah kata-kata yang memahami perasaan anak, lebih banyak mendengar aktif, hindari kata-kata yang menghambat komunikasi dengan anak, serta biasakanlah memberi kesempatan kepada anak untuk berpikir, memilih, dan mengambil keputusan. Jika saat ini anak kita dimanjakan oleh fasilitas: kamar pribadi, rumah yang luas, gadget, serta wifi dan akses internet yang tidak terbatas, jangan lupa ingatkan anak untuk menahan pandangan dan menjaga kemaluannya, ingatkan bahwa meski Ayah dan Bunda tidak berada di rumah atau di sekolah, ada Allah yang tetap mengawasi dimanapun mereka berada. Sampaikan tips sukses pada anak yang tidak hanya berupa kemampuan akademik, namun juga berupa salat tepat waktu, sayang pada ibu, puasa Senin dan Kamis, serta mengaji setiap pagi dan sore.
Akhirnya, selamat berjuang! Miliki kekuatan kehendak, bayangkan, dan doakan anak-anak menjadi penyembah Allah yang taat. Semoga Allah karuniakan kita anak-anak yang salih dan salihah.
Tumblr media
4K notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
Meng-ulang tahun
Bagiku ulang tahun bukanlah merayakan
Bukan euforia kanak-kanak yang penuh bahagia
Kadang kita bersambut baik karna ingin diucap
Tapi bagiku dia adalah perenungan di tiap tahunnya
Pembawa pengingat bahwa di dunia bukanlah selamanya
Dan berbangga tuhan telah mempercayakan hidup hingga kini
-Teachersdiary-
5 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
““Ada saatnya dalam hidupmu”, kata Soekarno, “engkau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata.” Setiap orang, sebenarnya, butuh waktu untuk menyendiri dan membangun kembali menara rencananya yang telah ia gambar di waktu-waktu lalu. Kesendirian membuatmu bisa melihat seksama pada diri sendiri; sudah sejauh apa kita bermakna untuk orang di sekeliling kita. Jangan-jangan, ada tidaknya kita bukanlah perkara bagi mereka, sebab sama saja nilainya. Kamu butuh sendiri, untuk merenung tentang kehidupan, kini dan nanti, dulu dan ke depan. Hidup itu, semakin kamu bertambah usia tidaklah bertambah mudah. Perenungan akan membuat kita bijak melewatinya. Just you and your Rabb. Sampaikan romantisme dan ceritamu pada-Nya, sebagaimana anak kecil yang menceritakan keluh kesahnya dengan antusias pada orangtuanya selepas sekolah.”
— @edgarhamas
248 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
Ramadhan; yang akan berlalu dan selalu dirindu
Detik hingga detak kian melaju. Dan pada masanya bulan penuh ampunan akan berlalu, hati sedih nan pilu. Bulan yang selalu dirindukan, semoga aku masih bisa dipertemukan.
Kala itu, beribu ucap syukur dilangitkan. Ribuan ucap kasih diutarakan. Terima kasih telah menyucikan hati, memberi cahaya pada gelapnya jiwa. Semoga hadirmu menjadi penerang keimanan pada hari-hari yang akan datang.
Terima kasih sudah hadir. Semoga Tuhan berkenan mempertemukan kita di tahun-tahun selanjutnya. Aku rindu. Menanti saat-saat kau akan datang di kemudian hari.
Cepat kembali, karena rindu sudah mulai menabungkan diri sebelum kamu pergi. Menghitung satu demi satu putaran garis waktu untuk menyambutmu dengan tumpukan rasa ingin segera mencipta temu.
Lalu, kau kembali seperti pintaku, dan aku memberimu janji menjadi diri yang lebih baik. Kulewati hari demi hari bersamamu, hingga tanpa sadar bahwa janjiku hanya sebatas ingkar. Dan hingga kini kau pergi lagi, sedang janjiku belum juga kulunasi.
Kumohon, jangan dulu pergi, aku masih rindu. Karena dari banyaknya bulan, yang ku tunggu adalah Ramadhan. Karena sebelum pergi saja, rindu itu sudah menenggelamkan.
Ah, masih saja munafik aku ini. Sedih dengan kepergianmu yang sebentar lagi tapi tak segera memesraimu seperti pada kekasih hati.
Sekuat apapun hati melawan, memaksamu agar tetap tinggal. Pada masanya kau akan pergi juga. Meninggalkan rindu yang membara, tangis dan bahagia, sedih tanpa airmata. Maka izinkan hamba meminta, semoga masih kujumpai sinarmu di tahun berikutnya.
Semoga Dia berkenan mempertemukan kita lagi. Semoga aku masih bisa bertemu denganmu di tahun depan dan tahun-tahun berikutnya.
Maka ijinkan aku mencumbu malam-malam di penghujung kehadiranmu tahun ini, dan lekas datang temui aku lagi nanti. Meski aku tahu, beberapa kali kau kecewa; terhadap rinduku yang seolah menipumu.
Rumpun Aksara, Penghujung Ramadhan 2107
@duatigadesember @hujankopisenja @ibnufir @gelangkaret @kotak-nasi @biashujan @rizadwi @rayuanhujan @sitimasruroh @ariqyraihan @naskahsenja @sabityangtakterlupakan @ahmedfauzyhawi @arian @tigapuluhnovember @putrawhillyam @risnasanbe @wangsadiredja
85 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 5 years
Text
Kehilangan itu menyakitkan. Apalagi kehilangan ayat yang sudah di hafal. Sungguh, hal itu sangat menyakitkan.
Maka cukuplah hilangnya hafalan Al-Qur'an dari dada seseorang yang hafal maupun yang masih menghafal sebagai siksa atas maksiat yang ia lakukan.
Mengapa demikian? Sebab hafalan itu ibarat tanaman yang bila tidak kita siram dan kita rawat dengan baik sedikit demi sedikit daunnya akan menguning kemudian layu dan mati.
Demikian pula dengan keadaan kita dengan Al-Qur'an. Bila tidak kita muroja'ah maka huruf demi huruf akan hilang sampai hilanglah satu ayat. Dan ayat demi ayat akan hilang sampai hilanglah satu surah. Dan surah demi surah akan hilang sampai pada hal yang menakutkan, yaitu matinya cahaya Al-Qur'an di hati kita.
Ketika tanaman itu layu, ia akan dicabut kemudian diganti dengan tanaman baru yang masih rapuh akarnya. Ketika hilang satu surah, ia akan mulai dihafal kembali. Dan menghafal pada kali kedua lebih sulit dibanding menghafal pertama kali surah itu.
Ini masih satu surah. Bayangkan jika yang hilang satu juz bahkan lebih…
Maka sering-seringlah menyirami tanamanmu. Rawatlah baik-baik. Itulah mengapa waktu muroja'ah lebih di khususkan atau diperpanjang waktunya bila dibandingkan dengan menambah hafalan.
Sebab menjaga itu lebih sulit bila dibandingkan dengan mendapatkannya atau ketika pertama kali kita memutuskan untuk menghafal Al-Qur'an.
Sebab hal tersulit bagi seorang penghafal Al-Qur'an adalah menjaga hafalan. Maka perbanyaklah waktu untuk selalu dekat dengan Al-Qur'an. Sebagai upaya penjagaan terbaik kita adalah menjaga surah cinta-Nya.
Apa kabar hati kita pagi ini? Apa kabar hafalan kita pagi ini??
©Ibn Syams (Self Reminder)
659 notes · View notes
bang-taqiem-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
~~~ Cuma butuh duduk sedekat mungkin dengan laut. Merasakan angin mempermain rambut, sinar matahari memantul di setiap benda untuk mempercayai bagaimana semesta bekerja, dan semakin mengenal bagaimana dan mengapa kita ada, semakin sedikit kamu merasa kecewa. #streetphotography #motoyuk #photomakassar #indonesia_photography #fotokita #fotokitaID #maklumfoto #indonesiadiversity #village #bone #bajoe #sulsel #latepost (di Bajoe)
1 note · View note
bang-taqiem-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
~~~ Tak ada yg lebih berat selain menaklukkan hari2 terakhir ini, tapi saya tak kuasa mempersingkat waktu, kecuali semesta yg menenggelamkan senja. #senja #streetphotography #motoyuk #photomakassar #indonesia_photography #fotokita #fotokitaID #maklumfoto #indonesiadiversity #village (di Di Kota Pare-pare)
0 notes
bang-taqiem-blog · 7 years
Audio
Tak ada yg tak mungkin. Seperti memiliki (kembali) dirimu.
1 note · View note
bang-taqiem-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
~~~ Para ibu selalu mempunyai tempat untuk menampung duka, lalu mengecupnya dan bangkit. Dan kepada siapa dirimu menampung gundah saat ia telah tiada? 11 tahun berlalu dan puncak kerinduan kami berpindah ke nisan serta doa2 terbaik yg terus melangit untukmu ma' اللهم اغفر لها وارحمها .... (di Kelurahan Majang Kec.tanete Riattang Barat)
0 notes