Tumgik
xxsilentatmosphere · 2 years
Text
Ada yang sedang mengupayakan untuk lapang di saat hal-hal yang begitu rumit terus menerus datang bertubi-tubi. Namun ketika ia sedang ada di depan kita, tak nampak sama sekali di raut wajahnya kalau ia sedang menyimpan resah.
Ada yang ingin semua persoalannya cepat-cepat selesai namun belum kunjung jua usai. Berapa banyak orang yang tertawa lepas di depan kita, namun ketika ia pulang, ia kembali lagi berjuang keras menyelesaikan persoalannya?
@terusberanjak
206 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 2 years
Text
Catatan: Menyikapi Kehilangan, Lagi.
Terkadang, kamu harus menerima bahwa tidak semua harapan itu menjadi kenyataan. Mau kamu berjuang sederas hujan pun, pasti ada saatnya ia malah berteduh dan menghindar dari basahnya air hujan. Untuk apapun itu, mungkin mimpimu, atau orang yang sedang kamu perjuangkan di dunia dan di langit dengan doa. Tidak semuanya harus sesuai doa dan usahamu, sebab Allah Maha Tahu.
Redakan dulu gemuruh hatimu dengan diam dan jangan dulu bercerita pada manusia. Sebab lebih baik jika kamu diam daripada menjelaskan apa yang kamu rasakan pada manusia, karena akan jauh terasa sakit ketika ia bisa mendengar kisahmu tapi tidak bisa mengerti hatimu. Sampaikan saja dulu pada Allah, soal kegagalan dan kehilanganmu hari ini.
Teruslah mendoakan kebaikan untuk sesuatu yang hilang itu, sampai kata rela dan ikhlas itu tergambar dalam senyumanmu, seakan tidak terjadi apa-apa meski hati dan rasa sedang tidak akur dan belum bisa didamaikan.
Barangkali Allah sedang tidak ingin kamu jatuh cinta atau menyukai makhluk terlalu dalam, agar kamu bisa melengkapi apa yang kurang dan bisa lebih mengutamakan Allah daripada ciptaan-Nya.
Mungkin rasamu padanya seperti pelangi saat hujan turun, indah bukan? Tapi sayang, saat hujan reda pelangi pun perlahan pudar dan menghilang. Sikapilah kepergian dan kehilangan itu dengan baik, tidak perlu sampai menghina atau mencerca. Jika sudah saatnya kamu layak menerima, pasti akan Allah berikan dan kembalikan semuanya. Tanpa kurang sedikit pun.
@jndmmsyhd 
487 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 3 years
Text
Tumblr media
KEDEWASAAN EMOSI
Salah satu topik yang agak jarang diangkat di Indonesia adalah kedewasaan emosi (emotionally mature).
Yang saya lihat, kebanyakan orang di Indonesia beranggapan bahwa kedewasaan emosi ini akan berjalan seiring dengan umur.
Padahal, berdasarkan pengalaman diri sendiri, kalau nggak sering-sering dikulik, kita jarang sadar bahwa secara emosi, kita kurang dewasa.
Tumblr media
Setidaknya, ada 20 tanda kedewasaan emosi seseorang, diantaranya adalah:
1. Sadar bahwa kebanyakan perilaku buruk dari orang lain itu akarnya adalah dari ketakutan dan kecemasan – bukan kejahatan atau kebodohan.
2. Sadar bahwa orang gak bisa baca pikiran kita sehingga akhirnya kita tau bahwa kita harus bisa mengartikulasikan intensi dan perasaan kita dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tenang. Dan, gak menyalahkan orang kalau mereka gak ngerti maksudnya kita apa.
3. Sadar bahwa kadang-kadang kita bisa salah – dan bisa minta maaf.
4. Belajar untuk lebih percaya diri, bukan karena menyadari bahwa kita hebat, tapi karena akhirnya kita tau kalau bahwa semua orang sebodoh, setakut, dan se-lost kita.
5. Akhirnya bisa memaafkan orang tua kita karena akhirnya kita sadar bahwa mereka gak bermaksud untuk membuat hidup kita sulit – tapi mereka juga bertarung dengan masalah pribadi mereka sendiri.
6. Sadar bahwa hal-hal kecil seperti jam tidur, gula darah, stress – berpengaruh besar pada mood kita. Jadi, kita bisa mengatur waktu untuk mendiskusikan hal-hal penting sama orang waktu orang tersebut sudah dalam kondisi nyaman, kenyang, gak buru-buru dan gak mabuk
7. Gak ngambek. Ketika orang menyakiti kita, kita akan (mencoba) menjelaskan kenapa kita marah, dan kita memaafkan orang tersebut.
8. Belajar bahwa gak ada yang sempurna. Gak ada pekerjaan yang sempurna, hidup yang sempurna, dan pasangan yang sempurna. Akhirnya, kita mengapresiasi apa yang 'good enough'.
9. Belajar untuk jadi sedikit lebih pesimis dalam mengharapkan sesuatu - sehingga kita bisa lebih kalem, sabar, dan pemaaf.
10. Sadar bahwa semua orang punya kelemahan di karakter mereka – yang sebenarnya terhubung dengan kelebihan mereka. Misalnya, ada yang berantakan, tapi sebenernya mereka visioner dan creative (jadi seimbang) – sehingga sebenernya, orang yang sempurna itu gak ada.
11. Lebih susah jatuh cinta (wadaw). Karena kalau pas kita muda, kita gampang naksir orang. Tapi sekarang, kita sadar bahwa seberapa kerennya orang itu, kalau dilihat dari dekat, ya sebenernya ngeselin juga 😂 sehingga akhirnya kita belajar untuk setia sama yang udah ada.
12. Akhirnya kita sadar bahwa sebenernya diri kita ini gak semenyenangkan dan semudah itu untuk hidup bareng
13. Kita belajar untuk memaafkan diri sendiri – untuk segala kesalahan dan kebodohan kita. Kita belajar untuk jadi teman baik untuk diri sendiri.
14. Kita belajar bahwa menjadi dewasa itu adalah dengan berdamai dengan sisi kita yang kekanak-kanakan dan keras kepala yang akan selalu ada.
15. Akhirnya bisa mengurangi ekspektasi berlebihan untuk menggapai kebahagiaan yang gak realistis – dan lebih bisa untuk merayakan hal-hal kecil. Jadi lebih ke arah: bahagia itu sederhana.
16. Gak sepeduli itu sama apa kata orang dan gak akan berusaha sekuat itu untuk menyenangkan semua orang. Ujung-ujungnya, bakal ada satu dua orang kok yang menerima kita seutuhnya. Kita akan melupakan ketenaran dan akhirnya bersandar pada cinta.
17. Bisa menerima masukan.
18. Bisa mendapatkan pandangan baru untuk menyelesaikan masalah diri sendiri, misalnya dengan jalan-jalan di taman.
19. Bisa menyadari bahwa masa lalu kita mempengaruhi respons kita terhadap masalah di masa sekarang, misalnya dari trauma masa kecil. Kalau bisa menyadari ini, kita bisa menahan diri untuk gak merespon dengan gegabah.
20. Sadar bahwa ketika kita memulai persahabatan, sebenernya orang lain gak begitu tertarik sama cerita bahagia kita – tapi malah kesulitan kita. Karena manusia itu pada intinya kesepian, dan ingin merasa ada teman di dunia yang sulit ini.
Written by @jill_bobby
Referensi: https://youtu.be/k-J9BVBjK3o
4K notes · View notes
xxsilentatmosphere · 3 years
Text
“Perasaan tidak bisa disalahkan, waktu juga tidak pantas untuk dituntut. Hanya saja pertemuan kita memang digariskan untuk memainkan peran yang sama. Saling menjadi ujian.”
— Danny Dzul Fikri
158 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 4 years
Text
“Jika bukan karna doa-doa panjang orang tua. Rasanya keberuntungan-keberuntungan dalam hidup, tak akan pernah layak untuk kita punya.”
808 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 4 years
Text
Keluarga Tidak Selamanya Mendampingi
Cahaya dari lampu di pinggir jalan itu terbatas, setelah itu kamu harus tetap berjalan dalam gelap malam, dengan apa yang ada padamu, entah sendiri atau bersama. Seperti itu juga keluarga, tidak selamanya mereka harus menemanimu, kelak kamu akan berjalan dengan cara hidupmu sendiri, menghadapi masalah dan menentukan pilihan. Tidak selamanya keluarga harus menjadi tameng dan tempat meminta bantuan.
Cobalah untuk mandiri, menjadi dewasa dan memiliki hati yang kuat, karena kelak di penghujung perjalanan setiap orang akan bertanggung jawab pada dirinya masing-masing. Harusnya, tiap bertambah usia bertambah pula kualitas hidup, dari cara menyikapi masalah, memandang permasalahan, mengurangi sifat yang buruk.
Jika laut pasti akan ada surutnya, jika gelapnya langit pasti akan ada purnamanya. Maka kamu, pasti akan ada masa bahagianya. Karena usaha dan doamu tidak mungkin Allah tidak dengar. Ia tau kapan waktu yang tepat memberikanmu cahaya dan terangnya kehidupan.
Kelak kamu akan memiliki sebuah keluarga, dan mulai mengajarkan kehidupan pada anak-anakmu, memberikan kekuatan pada mereka bagaimana harus bertahan dan mempertahankan, membisikkan pada mereka bahwa nanti mereka akan menjadi lebih baik darimu. Kapal yang besar akan melahirkan kapal-kapal kecilnya, seperti ini perputaran dunia.
Syukurilah keluargamu, darinya kamu tumbuh, dan darinya kamu belajar kehidupan.
@jndmmsyhd
800 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 4 years
Text
Mas,
Mas, kalau nanti perempuanmu ini meminta pendapatmu tentang pilihan-pilihannya, tapi pendapatmu tidak menjadi keputusannya, ketahuilah, pada dasarnya sejak awal ia sudah menetapkan pilihannya, dan bertanya padamu adalah caranya meminta validasi dan dukunganmu untuk segala pilihannya.
Mas, kalau nanti kaudapati perempuanmu ini menangis, peluk saja. Kau tentu saja boleh bertanya, Mas. Tapi tolong tahan pertanyaanmu sampai ia lebih tenang. Saat menangis, perempuanmu ini hanya butuh ditemani.
Mas, kalau nanti perempuanmu ini cerewet sekali, bercerita tentang banyak hal yang ia alami atau sekadar imajinasinya, dengarkan saja, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri pun tak apa, Mas. Ia hanya perlu mengeluarkan tiga ribu kata per hari demi menjaga kewarasan dirinya.
Mas, kalau nanti kautemukan tulisan-tulisan milik perempuanmu ini, perihal patah dan sedih, tidak perlu risau. Belum tentu ia menulis tentangmu. Ia hanya pandai memosisikan diri menjadi orang lain. Tapi kau juga harus tahu, Mas, kau adalah subjek terbanyak untuk tulisannya. Kau subjek favoritnya.
Mas, kalau nanti perempuanmu ini terlihat kekanak-kanakkan, sungguh hanya padamu ia begitu. Ia perempuan mandiri dan tangguh tapi di hadapanmu hampir semua pertahanannya dilepaskan. Ia percaya padamu seperti ia percaya ayahnya.
1K notes · View notes
xxsilentatmosphere · 4 years
Text
Maaf, Hati Ini Telah Lepas, Pecah, Remuk Berjuta Keping, Rata Dengan Tanah, Larut Dalam Air, Lenyap Terurai Bersama Udara,
Ada banyak raut yang tak berani tergambarkan, layu dalam satu keadaan, tapi lembut dalam buaian dan dekapan.
Ada banyak lelah yang tak kuasa tergambarkan, memaksa terlampiaskan, tapi tertahan dalam satu pertanyaan.
Aku hilang dalam kornea malam yang damai, terpinggirkan oleh risihnya amygdala yang terus-terusan menggertak dalam otak.
Aku musnah dalam satu kedipan malam yang lentik, tak terlihat bahkan di antara silaunya remang lampu jalan.
Satu dari dua hati terpaksa mengalah, menepi dari segala sumber masalah, mencoba hargai satu kebenaran. Seperti tajam sajam dalam sumpah, meski terlanjur payah, satu dari kita harus semakin jauh melangkah.
Satu dari dua genggaman lembutnya tangan harus saling melepaskan, menjauh dari tatapan yang semakin pudar, sedang hati bergetar begitu kencang sampai terdengar diluar nalar.
Malaikat mungkin sampai sudah bosan menunggu, tentang langkah penghapusan dosa manakah yang akan kami tuju sebagai insan pemalu. Malu mengaku bahwa kami harus tidak saling rindu. Sementara sisi lain dari kami masih saling memeluk. Seperti tak ingin terpisah meskipun waktu berjalan mundur.
Kita harus terpaksa saling asing dalam suatu waktu, banyak detik yang bahkan tak mau mengalah, menyelinap memakan dan menyita banyak nafas dari kita yang semakin terengah-engah, mendorog keluar amarah yang semakin membuncah.
Akhir yang damai akan tercipta dalam mimpi, saat semua dari kisah ini terekam dalam dahsyatnya ingatan menyimpan memori, dengan sombong semesta mencoba membuat iri. Membuat kita tak kuasa menangisi apa yang seharusnya kita tangisi.
Kami mencoba mengerti, bahwa jika harus mencintai dengan cara seperti ini, serupa melemparkan anak panah pada masing-masing dari kami tiada henti, terpaksa tersakiti, terpaksa menikmati, mencoba membunuh segala peluh yang bersemayam dalam puluhan pembuluh tubuh.
Tersenyumlah meski sedang-sedang saja, asal ada beribu arti dalam berbagai sisinya.
Menangislah walau tak banyak meneteskan air mata, asal hilang berjuta sedih dalam satu rengekan semata.
Lalu,
Menjauhlah meski langkah sudah teramat lelah, asal mata tak terus-terusan memandang orang yang salah.
Tapi / Dan disisi lain,
Merangkaklah kamu walau jarak terbentang begitu jauh, asal keikhlasan dan kesabaran membawamu dalam hangatnya pertemuan.
2 Maret, 2018
- Kisah Nyata Dalam Mimpi
@badutcerdas
289 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 4 years
Text
Ada Dia Di Tulisanku
Saya percaya semua manusia punya masalalu dan masalahnya masing-masing di dalamnya, saya juga percaya setiap manusia mempunyai kriteria seseorang yang akan dijadikan teman hidupnya masing-masing, simpelnya, dengan orang yang mampu mengerti kita di setiap keadaan, itu benar-benar bisa membuat kesedihan kita menjadi perlahan memudar, tapi susahnya adalah, menemukan orang yang sebenar-benarnya kita butuhkan, tak semudah kita mencoba pdkt sama sembarang orang, lalu tukeran nomor whatsapp, gombal-gombalan, lalu berakhir di ketidak-jelasan.
"Yang dikejar lari, yang dicari hilang, yang ditunggu, pergi."
— NKCTHI The Series
Susah memang buat dapetin feel cerita sama orang yang dia tidak pernah ngerasain apa yang kita rasakan sebenarnya, untungnya satu orang ini telah bisa menjadi wadah yang benar-benar mampu menampung segala cerita saya, simpelnya, enak buat tukeran cerita, langsung nyambung, sat set gitu, nyaman banget.
Beberapa kali menjalin hubungan, baru pertama kali dibersamai dengan seseorang yang benar-benar nyaman buat cerita, ngeluh, tanpa ada rasa khawatir jika ceritanya akan menyebar atau apa, tanpa perlu takut apakah dia paham atau tidak.
Tidak perlu neko-neko, tentang apa yang pernah dan sedang saya alami dan rasakan, dia benar-benar mampu membawaku ke dalam ketenangan, bukannya melebih-lebihkan suatu hal, hanya saja setiap orang pasti punya caranya sendiri-sendiri demi memuji dan mengungkapkan rasa syukur akan bahagianya tentang seseorang yang dia sayangi, dan ini cara saya menceritakan tentang sedikit dari banyaknya kebaikannya, kalian pasti juga punya caranya masing-masing meluapkan rasa cinta pada seseorang yang kalian anggap sangat istimewa.
Sebenarnya dulu, saya benar-benar orang yang sangat susah untuk sekedar dekat dengan seseorang, bahkan untuk menyapa dan larut dalam percakapan singkat, entah karena terlalu berhati-hati dan trauma akan masalah percintaan yang saya pikir itu-itu saja, atau akan kembali ke putaran yang sama pada akhirnya.
Dengan kata lain, Tuhan mungkin "tidak tega" melihat saya terus-terusan menghujami raga dan hati dengan kesendirian.
Untungnya, ada banyak sekali hikmah dari sebelum, saat, dan setelah pertemuan kita, bahkan sampai sekarangpun dia masih menjadi orang yang sama, tak sedikitpun berubah, dengan sifat dan senyum yang sama, dengan caranya menyapa dan mengingatkan tentang hal kecil yang sebelumnya tak pernah saya pikirkan. Yang saya pikir, setiap perempuan mempunyai kelebihannya sendiri-sendiri demi menunjukan rasa nyamannya dengan seseorang, punya caranya sendiri demi mempertahankan laki-laki yang dia anggap pantas untuk dipertahankan, punya caranya sendiri demi memilih seseorang yang pantas untuk tak hanya berbagi kebahagiaan, tapi juga kesedihan dan tangisan.
Tak perlu malu memasukannya di setiap tulisanmu, tak perlu ragu menyebut namanya di setiap doamu, justru itu adalah caramu mengungkapkan perasaan yang tak semestinya terpendam sendiri.
Selayaknya kedua raga yang saling membutuhkan, perempuan butuh bahu untuk bersandar, laki-laki butuh tangan untuk merangkulnya. Cari seseorang yang tepat yang bisa seperti itu, bukan menemukan dengan asal-asalan, bukan waktunya lagi coba-coba, harus tegas, iya ya iya, tidak ya tidak.
Dia yang dengan mudah didapatkan, begitupun dia yang akan dengan mudah dilepaskan.
Saya rasa, juga tak sedikit perempuan yang tak mempermasalahkan fisik dan harta, asal yang pertama mereka merasa nyaman, hal-hal yang lain akan menyusul dengan sendirinya, percaya saja jika Tuhan masing-masing kita, sudah punya skenario dan cerita terbaik untuk memberhasilkan kita.
Jika saya berani memberi pesan pada laki-laki; Tak usahlah banyak gaya, tak usah mempermainkan perasaan perempuan, kalau beneran suka, ya serius, datengin, nyatain, pertahanin, jangan asal penasaran lalu ditinggalin, tak ada perempuan yang akan betah dengan ketidak-jelasan status.
Untuk perempuan; Tak apa jual mahal dan pilih-memilih menentukan seseorang yang tepat untuk hatimu, justru itu yang harus diperhatikan, itu hakmu mencari dia yang tepat untuk membahagiakanmu, itu caramu untuk tau mana yang benar-benar tulus, dan yang tak pernah serius, membuatmu benar-benar berada di rasa yang nyaman saat bersamanya, jangan asal terima, dan asal buang, cinta tidak sebercanda itu, ada yang namanya proses, dan proses ya tidak ada yang enak.
Kembali tentang "dia" yang seakan selalu menjadi nyawa dari ceritaku, terima kasih banyak, jangan pernah bosan menatap dan membersamai.
Aku mengadu, dan dia mendengarkan, sesederhana itu.
@badutcerdas — 9 November 2019, Kisah Nyata Dalam Mimpi
468 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 4 years
Text
Tumblr media
Sedang ambil satu sudut pandang baik di prokontra statement ini. Sejujurnya aku juga nggak setuju sama provokasi semacam ini yaaa.
Tapi sepengalaman aku, meski ada water heater dan gofo*od semacamnya, atau koki sekalipun yg bisa kita hire karena menikahi crazyrich somewhere, atau pembantu yang siap sedia melakukan itu karena dibayar… skill memanjakan suami dan sentuhan personal di rumah tetap butuh untuk merawat pernikahan 😁
Meskipun, pada kenyataannya aku juga nggak tiap hari masakin air atau masak yaaa, tapi aku juga nggak mau meninggalkan hal-hal tsb selagi aku bisa. Apalagi disamain “kamu cari pembantu atau istri”. Ga ga, hal hal kecil semacam ini aku pikir bukan ranahnya pembantu kalau tujuannya membahagiakan suami. Dan kalau bahasa cinta suamimu adalah pelayanan, akan sangat membantu sekali perhatian kecil semacam ini.
Cuma ya seringkali hal-hal semacam ini tu kaya…jadi motivasi untuk menikah padahal seharusnya jangan, karena gak banget realitanya. Karena saling berkasih sayang semacam ini harus tumbuh menjadi budaya keluarga lewat usaha berdua. Gak bisa salah satu aja yang minta dilayani. Apalagi awal berumahtangga, perjuangan banget dua-duanya untuk saling menyeimbangkan dan berlomba-lomba untuk bisa saling meringankan beban satu sama lain.
Laki-laki jadi sering bermindset bahwa mereka satu satunya yang harus dilayani akibat propaganda semacam ini. Padahal contoh dari Baginda Rasul, beliau sangat tanggap juga dalam berbaik-baik kepada istri.
Realitanya…kadang justru istrimu yang seharusnya kamu rebusin air untuk mandi. Kadang juga istrimu perlu kata-kata “nggak usah masak deh yang, kita makan telor ceplok aja kalau kamu capek.”
Jangan jadikan hal-hal semacam ini sebagai senjata bagi kaum adam untuk semena-mena membebankan segala tugas domestik kepada istri karena sebenernya ini kewajiban bersama. Dan jangan juga terlalu keras pada egomu duhai perempuan, kita juga kadang perlu melakukan hal-hal kecil yang berdampak semacam ini–dan tentu saja kita tidak sama dengan pembantu. Tolong menolong dalam keluarga itu indah kok. Jadikan kata saling itu ada di setiap lini rumah tangga.
Saling dukung, saling bantu, saling mengingatkan, saling mengajak pada kebaikan dan takwa, saling menguatkan, dan saling berusaha menumbuhkan cinta-cita yang baru.
Salam, dari yang berusaha ada di tengah-tengah.
1K notes · View notes
xxsilentatmosphere · 4 years
Text
Sekali ini, saya ingin seseorang takut kehilangan saya. Saya selalu menjadi orang yang takut kehilangan orang-orang yang dekat dengan saya, tetapi saya ragu ada orang yang akan berjuang untuk mempertahankan saya dalam hidup mereka.
:')
52 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 5 years
Text
Ada Dia Di Tulisanku
Saya percaya semua manusia punya masalalu dan masalahnya masing-masing di dalamnya, saya juga percaya setiap manusia mempunyai kriteria seseorang yang akan dijadikan teman hidupnya masing-masing, simpelnya, dengan orang yang mampu mengerti kita di setiap keadaan, itu benar-benar bisa membuat kesedihan kita menjadi perlahan memudar, tapi susahnya adalah, menemukan orang yang sebenar-benarnya kita butuhkan, tak semudah kita mencoba pdkt sama sembarang orang, lalu tukeran nomor whatsapp, gombal-gombalan, lalu berakhir di ketidak-jelasan.
"Yang dikejar lari, yang dicari hilang, yang ditunggu, pergi."
— NKCTHI The Series
Susah memang buat dapetin feel cerita sama orang yang dia tidak pernah ngerasain apa yang kita rasakan sebenarnya, untungnya satu orang ini telah bisa menjadi wadah yang benar-benar mampu menampung segala cerita saya, simpelnya, enak buat tukeran cerita, langsung nyambung, sat set gitu, nyaman banget.
Beberapa kali menjalin hubungan, baru pertama kali dibersamai dengan seseorang yang benar-benar nyaman buat cerita, ngeluh, tanpa ada rasa khawatir jika ceritanya akan menyebar atau apa, tanpa perlu takut apakah dia paham atau tidak.
Tidak perlu neko-neko, tentang apa yang pernah dan sedang saya alami dan rasakan, dia benar-benar mampu membawaku ke dalam ketenangan, bukannya melebih-lebihkan suatu hal, hanya saja setiap orang pasti punya caranya sendiri-sendiri demi memuji dan mengungkapkan rasa syukur akan bahagianya tentang seseorang yang dia sayangi, dan ini cara saya menceritakan tentang sedikit dari banyaknya kebaikannya, kalian pasti juga punya caranya masing-masing meluapkan rasa cinta pada seseorang yang kalian anggap sangat istimewa.
Sebenarnya dulu, saya benar-benar orang yang sangat susah untuk sekedar dekat dengan seseorang, bahkan untuk menyapa dan larut dalam percakapan singkat, entah karena terlalu berhati-hati dan trauma akan masalah percintaan yang saya pikir itu-itu saja, atau akan kembali ke putaran yang sama pada akhirnya.
Dengan kata lain, Tuhan mungkin "tidak tega" melihat saya terus-terusan menghujami raga dan hati dengan kesendirian.
Untungnya, ada banyak sekali hikmah dari sebelum, saat, dan setelah pertemuan kita, bahkan sampai sekarangpun dia masih menjadi orang yang sama, tak sedikitpun berubah, dengan sifat dan senyum yang sama, dengan caranya menyapa dan mengingatkan tentang hal kecil yang sebelumnya tak pernah saya pikirkan. Yang saya pikir, setiap perempuan mempunyai kelebihannya sendiri-sendiri demi menunjukan rasa nyamannya dengan seseorang, punya caranya sendiri demi mempertahankan laki-laki yang dia anggap pantas untuk dipertahankan, punya caranya sendiri demi memilih seseorang yang pantas untuk tak hanya berbagi kebahagiaan, tapi juga kesedihan dan tangisan.
Tak perlu malu memasukannya di setiap tulisanmu, tak perlu ragu menyebut namanya di setiap doamu, justru itu adalah caramu mengungkapkan perasaan yang tak semestinya terpendam sendiri.
Selayaknya kedua raga yang saling membutuhkan, perempuan butuh bahu untuk bersandar, laki-laki butuh tangan untuk merangkulnya. Cari seseorang yang tepat yang bisa seperti itu, bukan menemukan dengan asal-asalan, bukan waktunya lagi coba-coba, harus tegas, iya ya iya, tidak ya tidak.
Dia yang dengan mudah didapatkan, begitupun dia yang akan dengan mudah dilepaskan.
Saya rasa, juga tak sedikit perempuan yang tak mempermasalahkan fisik dan harta, asal yang pertama mereka merasa nyaman, hal-hal yang lain akan menyusul dengan sendirinya, percaya saja jika Tuhan masing-masing kita, sudah punya skenario dan cerita terbaik untuk memberhasilkan kita.
Jika saya berani memberi pesan pada laki-laki; Tak usahlah banyak gaya, tak usah mempermainkan perasaan perempuan, kalau beneran suka, ya serius, datengin, nyatain, pertahanin, jangan asal penasaran lalu ditinggalin, tak ada perempuan yang akan betah dengan ketidak-jelasan status.
Untuk perempuan; Tak apa jual mahal dan pilih-memilih menentukan seseorang yang tepat untuk hatimu, justru itu yang harus diperhatikan, itu hakmu mencari dia yang tepat untuk membahagiakanmu, itu caramu untuk tau mana yang benar-benar tulus, dan yang tak pernah serius, membuatmu benar-benar berada di rasa yang nyaman saat bersamanya, jangan asal terima, dan asal buang, cinta tidak sebercanda itu, ada yang namanya proses, dan proses ya tidak ada yang enak.
Kembali tentang "dia" yang seakan selalu menjadi nyawa dari ceritaku, terima kasih banyak, jangan pernah bosan menatap dan membersamai.
Aku mengadu, dan dia mendengarkan, sesederhana itu.
@badutcerdas — 9 November 2019, Kisah Nyata Dalam Mimpi
468 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 5 years
Text
Sejauh Mana Kamu Mengenal Orang Tuamu?
Cobalah sekali saja ceritakan tentang mereka, cobalah beberapa saat ingat orang tua kalian, perlahan, namun tenang, tak usah ada kesedihan, istirahatkan hatimu sejenak, tak usah terlalu berkutat pada rasa kecewa dari seseorang yang entah dari mana janji-janji setianya. Sejatinya, seberapa hebat apapun kalian dikecewakan seseorang, tetap saja mereka adalah tempat terbaik untuk meluruhkan semuanya. Ibu yang selalu sabar menjadi pendengar, atau sang Ayah yang selalu saja khawatir akan masa depan anaknya.
Setiap kalian punya seseorang yang istimewa, membedakannya dari segala sifat manusia lainnya.
Kali ini aku benar-benar menyinggung tentang orang tua, tak banyak, sedikit saja :
Entah tanpa kalian sadari atau tidak, entah seberapa benci kalian pada mereka, entah kalian terima atau tidak kenyataan yang ada.
Tak usah menyangkalnya, tetap saja, kalian telah tumbuh besar dengan meniru cara tersenyum dan tertawa mereka.
Setiap manusia pasti akan ditinggalkan, bukan menyindir tentang usia, hanya saja, jangan cuma persiapkan dirimu hanya pada sebuah pertemuan dan kenangan, jangan cuma persiapkan dirimu hanya pada sebuah tawa dan candaan, ingat, perpisahan butuh tenaga lebih banyak untuk mengikhlaskan. Berikan APAPUN yang terbaik yang bisa kalian lakukan sekarang untuk mereka, tak usah menunda-nunda, atau kecewa akan kalian rasa untuk pertama kalinya.
"Kerutan-kerutan mulai tumbuh di sekeliling kelopak matanya, mereka membahas tata krama, sedang kalian masih saja meminta dan menyinggung soal harta."
Tak usah berlebihan membebani, tak perlu malu mengakui, ada dan tidak adanya mereka, mungkin kalian tetap saja manusia dengan segala kesibukannya, tapi setidaknya, berilah mereka sedetik kabar, entah sejauh apa jarak, dan entah selama apa waktu menyekat, tetap saja, mereka adalah orang tua yang selalu mendo'akan kalian, tak pernah lebih, agar pulang membawa bahagia.
Jujur, aku sendiri tak tahan menulis hal seperti ini, tak pernah suka membahas hal apapun yang berhubungan dengan orang tua, hanya saja, rasa khawatir selalu saja mengusik, senyap-senyap mengetuk hati dan telinga, mengingat mereka yang mulai menua, sedang aku yang tetap saja manja tanpa sautannya.
Sebaik-baiknya anak, adalah yang selalu mendoakan orang tuanya, maka dari itu, hanya kata semoga dan semoga, aku, kalian, dan semua kesombongan remaja, selalu diberi umur yang panjang bagi orang tuanya.
@badutcerdas — 12 Oktober 2019
330 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 5 years
Text
Menerka Ukuran
Usia saya akan menginjak angka 27 pada akhir tahun ini. Dan saya sering mengingat bagaimana masa-masa usia 22-25 dijalani hingga sampai di titik ini. Ada begitu banyak hal-hal yang saya syukur, dan tentu saja ada yang disesali. Tapi, setidaknya saya kini punya pandangan bahwa; apapun yang sudah terjadi, tidak perlu lagi disesali sepanjang saya sudah mengikhtiarkannya semaksimal mungkin sampai batas yang saya bisa.
Kenyataannya memang demikian. Tidak segala hal yang kita inginkan pada masa-masa life crisis akan terwujud. Dan itu jangan menjadi sesal, caranya tentu dengan memperjuangkannya terlebih dulu sampai batasnya. Bagaimana kita tahu batasnya? Ya dengan memperjuangkannya! Karena itu tidak bisa diterka, juga tidak ada panduannya. Yang bisa merasakan batas itu adalah dirimu sendiri!
Hari ini, kita sedang berjuang tertatih-tatih. Sementara kita dipaparkan pada kenyataan paling memilukan menurut saya hari ini, feeds instagram. Satu hal yang perlu kita pahami benar, bahwa ukuran kita tidak akan pernah sama dengan ukuran orang lain. Tujuan kita pun begitu.
Perjuangan kita semakin dirusak kemurniannya karena terpukau dengan apa yang tertampil di sana. Perjuangan kita semakin meresahkan karena seolah-olah tak pernah sampai, seperti apa yang kita lihat di orang lain. Tujuan kita menjadi tidak lagi murni, bahwa perjuangan itu tidak perlu ditampilkan, apalagi harus diberitakan ke seluruh penjuru dunia. Hidup kita semakin tidak tenang karena rasa syukur kita yang semakin hilang, kita sibuk membandingkan dan terkagum dengan apa yang dicapai orang lain.
Ada sebuah cerita tentang seekor katak yang berusaha memanjat pohon. Sepanjang usahanya memanjat, katak-katak yang lain meneriakinya dari bawah. Meragukannya, menghinanya, tapi ia tidak bergeming. Ia tetap memanjat.
Sampai pada akhirnya ia hampir mendekati pucuk pohon, seluruh katak yang tadinya menghinanya kini meneriakinya dengan dukungan. Bahkan kekaguman. Dan ia tetap diam saja, sampai ia berhasil sampai.
Dan satu hal yang katak-katak lain tidak tahu, ternyata katak yang memanjat itu tuli. Ia tidak mendengar cacian, juga pujian yang tadi di alamatkan kepadanya.
Kalau dalam konteks kita saat ini, sebagai generasi muda. Mungkin kita perlu untuk membutakan diri. Menutup mata kita dari dunia yang amat semu, yang setiap hari kita buka setelah bangun tidur, di kantor, di jalan, di mana pun. Kita perlu fokus pada apa yang kita perjuangkan, pada apa yang sedang kita jalani, dan pada hal-hal yang sudah kita miliki.
Kita perlu untuk membutakan diri dari dunia luar yang hingar bingar, yang memecah kesunyian kita dengan tawaran-tawaran yang semu. Kita perlu kembali menata diri, dan bahagia dengan setiap waktu dan jerih payah yang kita lakukan.
Kita tidak perlu menjadi bagian dari mereka. Hidup kita tidak perlu mereka ketahui. Kita tidak membutuhkan pengakuan dari siapapun. Kita hanya perlu mengakui diri kita sendiri, betapa berharganya kita dan apa yang sedang kita perjuangkan. Karena kelak, kebahagiaanmu bukan bergantung pada bagaimana orang memperlakukanmu, melainkan bagaimana kamu bisa memperlakukan dan menghargai dirimu sendiri.
Yogyakarta, 7 April 2017 | ©kurniawangunadi
988 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 5 years
Text
Harga Yang Tak Pernah Bisa Kulunasi
Cinta ini begitu, dalam. Aku merasa tak akan pernah sampai di umur yang cukup untuk pantas kau tinggalkan. Aku cinta kau, dan hanya kau. Kadangkala, aku diam. Bagiku diam adalah sebuah taman. Di taman itu tumbuh bunga-bunga yang tak bisa hidup tanpa tawamu. Jika kau bersedih, layulah mereka.
Barangkali ada tiga hal yang dulu membuat aku mengharapkanmu. Yaitu karena kau baik, kau menyenangkan dan kau tak peduli siapa aku sebenarnya. Ada kalanya aku terpukul, sebab kita berdua punya kesamaan. Misal aku orang yang selalu mengulang kesalahan, sedang kau orang yang berulangkali memaafkan.
Aku tahu, air matamu adalah harga yang tak pernah bisa aku lunasi. Namun terima kasih, sebab kau ada dan masih, cinta.
226 notes · View notes
xxsilentatmosphere · 5 years
Text
Sedih gak sih, kalau kamu gak pernah tinggal shalat wajib yang tiap raka'atnya minta ditunjuki jalan yang lurus—ihdinashshiraathal mustaqim, tapi di keseharian kamu malah menolak pemahaman keislaman yang datang padamu?
Sedihnya itu, kamu yang minta petunjuk, tapi kamu juga yang menutup pintu datangnya petunjuk itu.
Sedihnya itu, apa guna shalatmu?
— Taufik Aulia
1K notes · View notes
xxsilentatmosphere · 5 years
Text
Berhentilah bersikap baik untuk disukai. Bersikaplah baik karena kamu yakin itu benar. Karena pada dasarnya kita semua punya potensi tidak baik. Begitu sadar diri tidak baik baik amat. Maka jangan heran kalau nanti kamu punya kecenderungan membuktikan pada orang lain ketidakbaikkanmu sekalian. Sementara kebenaran akan begitu adanya, disukai ataupun tidak disukai. Kebenaran tetaplah kebenaran.
Alizeti, Jakarta
413 notes · View notes