Tumgik
voxovoxx-blog · 5 years
Text
Hujan.
Hujan hari ini juga bagian dari pertanda baik, kan?
Dia selalu beranggapan bahwa hujan adalah pertanda baik. Pelangi setelah hujan adalah salah satunya. Klise. Langit biru dibalik awan mendung. Klise. Bau segar tanah mengubur kepulan asap polusi. Klise.
Hujan hari ini menutup jingga di langit.
Jika pada jingga dia bercerita panjang lebar, dengan hujan dia menyampaikan banyak pertanyaan. Salah satunya, pertanda baik, bukan?
“Mengapa bertanya seperti itu?” tanya hujan.
“Tidak percaya padaku?” sambungnya.
“Takut?” tambahnya.
.......ya. Dia takut. Sebenarnya.
Jadi, katakan padanya bahwa ini adalah pertanda baik. Sekalipun bertentangan, sampaikan padanya untuk tetap percaya pada pelangi setelah hujan, langit biru dibalik awan mendung, bau segar tanah yang menguar ke permukaan. Ingatkan dia kepada hal-hal yang teramat klise. Ingatkan dia bahwa semuanya baik-baik saja.
2 notes · View notes
voxovoxx-blog · 5 years
Text
Berbalik.
Aku malu bila mengatakannya. Bahwa aku, dibalik semua ketidakpedulian ini, terkadang masih bertanya pada waktu. Apa benar semua ini?
Lalu, setelahnya aku akan terdiam cukup lama. Mencoba menyusun kepingan gambar yang aku sendiri tidak tau apa artinya. Lalu, aku benar-benar berhenti menyusun kepingan gambar dan pergi berlalu begitu saja. Membiarkan kepingan gambar berserakan tak beraturan.
Iya. Kau benar. Aku memilih untuk tidak peduli.
Namun. Entah di waktu keberapa, rasa ketidakpedulian ini menguar begitu saja. Memaksa rasa-rasa lain keluar dan saling berlomba. Siapa yang cepat mencapai garis akhir. Lagi, sebelum rasa-rasa itu mencapai garis akhir, ketidakpedulian ini datang kembali.
Aku berbalik sebentar. Memastikan bagaimana rasa-rasa itu akhirnya. Mereka berhenti tepat sebelum garis akhir. Memperhatikan. Menunggu kakiku untuk benar-benar berbalik.
Lalu, aku berbalik. Meninggalkan rasa-rasa yang berlomba. Tidak ingin tahu apa hasil akhirnya. Karena aku tidak peduli. Ketidakpedulian ini mengambil alih semuanya.
0 notes
voxovoxx-blog · 5 years
Text
Sunlight.
Dia banyak berdiam diri di dalam ruangan kecil yang kerap disebutnya bunker, dan Dia tidak terlalu suka dengan ruangan kecil. Dia tidak suka matahari tetapi ia jatuh cinta pada matahari dari balik kaca jendela, Dia bilang suka pada matahari tapi kenyataannya ia bukannya suka tetapi juga jatuh cinta. Dia kadang terkekeh ketika matahari menyentuh permukaan kulitnya, walaupun beberapa menit kemudian Dia akan bergumam kesal.
Dia punya banyak keinginan.
Dia bisa mengabulkan.
Dia dan Dia bertemu pada jejak kaki yang sama, namun tepat di ujung sana, matahari meminta keduanya untuk bergeser berlawanan arah.
Dia membenci matahari, kala itu. Dia diam-diam sedikit bersorak, lalu entah di waktu keberapa, Dia berhenti bersorak dan tidak lagi menyukai matahari. Keduanya tidak mempersilahkan matahari membuat hari menjadi hangat.
Ada kala di mana Dia menyerukan ketidaksukaannya. Bagaimana hal itu membuat kakinya bergetar pelan ketika menapak tanah. Bagaimana seharusnya kupu-kupu membuat perutnya geli bukan membuat perutnya mual. Bagaimana irama yang ia dengarkan membuat ia berdebar bukan membuatnya seperti ingin tertidur cukup lama untuk sekedar melupakan. Dia terlalu hebat. Menyimpan terlalu rapat bagaimana matahari membuatnya mengumpat pelan diantara ramainya jejak di atas tanah. Dia diam-diam mengumpat, menyumpah, apa saja yang menyerukan ketidaksukaannya. Tapi, ia terlalu hebat.
Matahari waktu itu membiarkan Dia berseru dan mengadu, Dia bersorak kembali.
--
Unik.
Arah yang berlawanan.
Dia yang punya banyak keinginan.
Dia yang bisa mengabulkan.
Matahari yang menyaksikan.
Dia mengadu.
Dia bersorak.
Matahari memperhatikan.
--
Suddenly, we became strangers Too much time has passed to be sad But don’t forget the memories, don’t hate me too much Because we used to love at one point
The sunlight I longed for Shines after a year Will it become warm again?
--
Dia memperhatikan sisa matahari dari balik kaca jendela.
"Sudah lama ya, ada yang ingin aku katakan padamu. Ini aneh, tapi apakah kau mau mendengarnya?"
Dia mengintip sisa matahari dari balik dedaunan.
"Matahari yang aku rindukan, kembali bersinar setelah setahun. Apakah itu akan kembali menjadi hangat?"
Arah mereka berlawanan.
--
Dan waktu terus berputar.
Sekali lagi, matahari diam-diam menyaksikan keduanya.
0 notes
voxovoxx-blog · 5 years
Text
Hilang.
Petikan gitarnya mengalun ditengah-tengah kebisuan. Senandungnya terdengar sayup-sayup ditengah riuh suara. Suara derap langkah. Suara sendok yang berbenturan dengan gelas. Suara ketukan layar telepon genggam. Suara obrolan yang terkadang tersisip tawa renyah.
Petikan gitar dan senandungnya masih mengalun pelan. Mengiringi setiap suara yang terdengar di muka bumi. Tidak ada yang bertanya, bisakah aku mendapatkan kunci dari lagu yang kau mainkan? Liriknya bagus, kau membuatnya sendiri?
Dunia berputar katanya.
Mereka mengibaratkan itu seperti roda yang berputar. Atau saat kamu menaiki komedi putar. Apa saja yang berputar. Dengan perumpamaan, suatu saat kamu bisa ada di atas dan suatu saat bisa berada di bawah.
Lalu itu tidak masalah. Hingga tidak sadar, sembari memetik gitar, senarnya putus satu per satu. Petikan gitar sumbang. Sembari bersenandung, kerongkongannya sakit, ia terserang radang. Senandungnya sumbang.
Lalu, petikan gitar dan senandungnya tidak terdengar lagi di kemudian hari dan beberapa hari berikutnya.
Lalu, setiap suara di muka bumi tidak lagi terdengar sayup-sayup petikan gitar dan senandung.
Lalu, suara mulai tambah bersuara. Mempertanyakan, kemana perginya petikan gitar dan senandung itu. Oh, bukan kemana!. Tapi, kenapa petikan gitar dan senandung itu pergi.
Roda itu berputar. Katanya.
Senar gitarnya putus. Senandungnya hilang.
Suara mulai satu per satu mencari.
Senar gitar dan senandung, hilang.
0 notes
voxovoxx-blog · 5 years
Text
Berirama.
Dia jatuh cinta pada setiap irama. Sesekali dia akan terhanyut, mencoba memahami seruan irama yang mampir. Setiap orang punya iramanya sendiri. Katanya. Seperti perpaduan antara senar gitar dan ketukan piano.
Dia bilang, irama yang mampir pasti akan meninggalkan bekas. Berdengung. Samar. Lirih. Dia bilang, sepi adalah teman terbaik ketika irama itu mampir atau sekedar menyapa agar ia tidak hilang dari pendengarannya.
0 notes
voxovoxx-blog · 5 years
Text
Monolog.
Aku lupa.
Bagaimana rupanya. Bagaimana wanginya. Bagaimana teduhnya. Bagaimana rasanya.
Aku ingat.
Bagaimana ceritanya. Bagaimana bahagianya. Bagaimana sedihnya. Bagaimana laranya.
Tapi aku lupa.
Rasanya.
"Aku mengabulkan permintaanmu," jelas si waktu.
Aku menari bersama jarum jam. Mengitari ruang demi ruang. Menyapa ramai dan hening. Mengintip terang dan gelap.
Tapi tetap saja. Aku lupa bagaimana rasanya. Walau aku melakukannya berulang-ulang.
0 notes
voxovoxx-blog · 5 years
Conversation
Obrolan Senja.
Senja: Aku tidak begitu menakutkan
Senja: Warnaku indah
Senja: Aku hanya datang sebentar
Senja: Kau bisa menitip apa saja padaku
Senja: Jangan rindu. Aku sudah bosan mendengarnya
Senja: Katakan.
Senja: Aku datang setiap hari, diwaktu yang sama
Senja: Aku menunggu ceritamu.
--
dari 'aku' untuk senja: Tunggu. Aku akan bercerita hari ini
0 notes
voxovoxx-blog · 5 years
Text
Suara.
Ada banyak sekali suara jika kau mendengar. Suara-suara yang saling berlomba menyerukan sebuah cerita singkat.
Kau dengar?
Kau abaikan?
Kau sengaja?
Kau takut untuk mendengar?
Suara itu halus. Halus sekali. Suara itu menari-nari. Menunggu kakimu untuk melangkah mendekat.
Datanglah sesekali.
Sapa.
Lalu setelahnya, kau boleh pergi.
Suara itu juga menyerukan ketakutan seperti segerombol rasa yang kau punya. Aku bilang, kau boleh pergi setelah menyapanya.
Tapi aku tidak ingin menyapanya.
--
Kau bersuara.
0 notes
voxovoxx-blog · 5 years
Text
Ulangi.
Dia berlari. Terus berlari.
Ulangi lagi. Kemudian ulangi lagi.
--
Secangkir teh hangat ditemani gerimis dan merdunya suara pria berkacamata hitam. Helaian rambutnya menari-nari mengikuti irama gendang. Bunyi gesekan logam antara cincin di jari tengahnya dengan pinggiran gendang terkadang membuat suara menjadi sumbang. Seorang anak muda sedang menikmati aroma gerimis sambil menyeruput segelas kopi hitam.
Secangkir teh hangat berpindah posisi. Nyanyian pria berkacamata hitam menyapa nada klimaks. Gendang tidak lagi sumbang dan ia memilih untuk menatap satu sudut dalam sunyi. Seorang anak muda menghabiskan kopi hitam dan menyisakan ampas.
Aku bilang.
Berlari.
Dia bilang.
Berlari.
Lalu ulangi.
Ulangi lagi.
1 note · View note