Tumgik
#tembang gamelan jawa kuno
maestromediacoid · 2 years
Text
Lir Ilir Instrumental Musik | Digital Mantra
Lir Ilir Instrumental Musik | Digital Mantra
Tembang Lir Ilir Instrumental Jawa Cipt. Sunan Kalijaga Arr. Digital Mantra Ilir-ilir lir-ilir, tandure wus sumilir Tak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyar Cah angon cah angon, penekna blimbing kuwi Lunyu-lunyu ya penekna, kanggo mbasuh dodot ira Dodot ira dodot ira, kumitir bedah ing pinggir Dondomana jlumatana, kanggo seba mengko sore Mumpung padhang rembulane Mumpung jembar kalangane Yo…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
adestraayubs · 4 years
Text
Solo Embrio Gerakan dan Indikator Bangsa
(Untuk motivasi kuliah di Solo)
Kota Solo merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang menyimpan berbagai peninggalan kebudayaan dari bermacam etnik, baik pada jaman sejarah maupun prasejarah. Penemuan Pithecanthrophus Soloensis oleh W.F. Oppennorth dan C. Ter Haar (Kartodirdjo, 1975) di tepian Bengawan Solo dapat membuktikan bahwa manusia purba telah pernah hidup di wilayah Solo pada masa prasejarah. Sementara itu, peninggalan pada masa sejarah, seperti candi, keraton, pura maupun bangunan-bangunan kuno masih dapat dijumpai di berbagai sudut Kota Solo. Pada saat sekarang ini, ruang Kota Solo selain dibentuk oleh bangunan-bangunan modern seperti kota-kota lainnya di Indonesia, maka secara arsitektural ruang kotanya masih mampu memperlihatkan bangunan-bangunan yang bercirikan era kerajaan (feodal) Jawa dan era kolonial Belanda, bahkan pada beberapa bagian kota masih terdapat bangunan-bangunan dengan arsitektur etnik Cina, Arab dan Indoland/ Campuran.
Kehadiran dua nama, yaitu ‘Surakarta’ dan ‘Solo’, menambah keunikan tersendiri bagi eksistensi kota tua ini. ‘Solo’ diambil dari nama tempat bermukimnya pimpinan kuli pelabuhan, yaitu Ki Soroh Bau (bahasa Jawa, yang berarti kepala tukang tenaga) yang berangsur-angsur terjadi pemudahan ucapan menjadi Ki Sala, yang berada disekitar Bandar Nusupan semasa Kadipaten dan Kerajaan Pajang (1500-1600). Sementara ‘Surakarta’ diambil dari nama dinasti Kerajaan Mataram Jawa yang berpindah dari Kraton Kartasura pada tahun 1745. Perpindahan kraton dilakukan oleh Raja Paku Buwono II karena Kraton Kartasura sudah hancur akibat peperangan dan pemberontakan yang terkenal dengan Geger Pecinan tahun 1742. Pemberian nama kraton baru dengan membalikkan suku kata dari nama kraton lama, yaitu dari ‘Karta-Sura’ menjadi ‘Sura-Karta’, sampai sekarang sudah menjadi cerita umum masyarakat Solo (Qomarun dan Budi, 2007).
Solo merupakan kota budaya dan seni, maka banyak musisi kenamaan yang erat kaitannya dengan Solo, ada Didi Kempot dengan tembang Stasiun Balapan, ada pula Gesang dengan lagu kondangnya Bengawan Solo yang melegenda bahkan sampai ke mancanegara. Solo menyimpan segudang keunikan dan sejarah yang unik dan menarik untuk diungkap. Misalnya, sebagaimana lagu dari Gesang itu tadi, Sungai Bengawan Solo memiliki sejarah Panjang dan berperan penting bagi peradaban kehidupan masyarakat Jawa, khususnya area Solo.
Sungai bengawan solo telah memberi banyak cerita dan penghidupan bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Dalam kurun waktu abad ke – 10, aliran sungai bengawan solo berperan sangat vital sebagai sarana perdagangan tingkat domestik. Usaha pendistribusian barang dagang seperti beras, palawija, jagung, buah, dan lainnya datang dari daerah Wengker (ponorogo) dan dijual di pelabuhan-pelabuhan yang telah disinggahi oleh para pedagang. Bentuk perdagangan yang terjadi ialah para pedagang dari kerajaan majapahit membawa hsil bumi dan para pedagang dari cina umumnya membawa kain sutera, keramik, dan peralatan rumah tangga lainnya yang terbuat dari logam sebagai barang dagangan (Fauzi: 2015).
Hingga kini, Aliran Sungai Bengawan Solo masiih digunakan sebagai sarana transportasi, irigasi pertanian, sumber air untuk keperluan pribadi masyarakat dan tambak ikan di hulu sungai hingga arah Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Aliran sungai sepanjang 548 Km ini sudah menjadi nadi penghidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Tidak hanya sebatas sebagai nadi penghidupan semata, Aliran Sungai Bengawan Solo ternyata menyimpan sejarah kemaritiman nusantara khususnya pada masa kerajaan majapahit. Sejarah kemaritiman tersebut membuktikan bahwa Indonesia pada abad ke-14 tidak hanya berjaya dalam perniagaan dan kekuasaan agrarian saja, melainkan berjaya dalam penguasaan sumber daya kemaritiman hingga mampu memiliki kekuasaan yang luas sampai negeri seberang
Solo sebagaimana diuraikan di atas memiliki daya taraik tersendiri, berbagai agenda atau Gerakan nasional banyak lahir atau berimbrio di Solo. Kita bisa mengenal perhimpunan pers di Indonesia 2 lahir di Solo. Berkenaan itu maka bisa kita temui Monumen Pers Indonesia berada di Solo karena Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) lahir di Solo. Bangunan Induk Monumen Pers Nasional terletak di Jalan Gajah Mada Nomor 59, Desa Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Gedung yang memiliki luas 2.998 m2 ini dibangun diatas lahan seluas 2907,26 m2. Bangunan Induk Monumen Pers Nasional dibangun sekitar tahun 1918 atas perintah Mangkunegoro VII, Pangeran Surakarta, sebagai balai perkumpulan dan ruang pertemuan. Gedung ini dulunya bernama "Societeit Sasana Soeka" dan dirancang oleh Mas Aboekassan Atmodirono. Pada tahun 1933, Sarsito Mangunkusumo dan sejumlah insinyur lainnya bertemu di gedung ini dan merintis Solosche Radio Vereeniging, radio publik pertama yang dioperasikan pribumi Indonesia. Pada tahun 1937, diperkirakan Solosche Radio Vereeneging menyiarkan musik gamelan secara langsung dari Solo untuk mengiringi Gusti Nurul (Putri Mangkunegoro VII) yang membawakan tari Bedhaya Srimpi di Istana Kerajaan Belanda di Den Haag, tanggal 7 Januari 1937 (cagarbudaya.kemdikbud.go.id).
Aspirasi perjuangan wartawan dan pers Indonesia memperoleh wadah dan wahana yang berlingkup nasional pada tanggal 9 Februari 1946 dengan terbentuknya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Kelahiran PWI di tengah kancah perjuangan mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman kembalinya penjajahan, melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan Indonesia dalam tekad dan semangat patriotiknya untuk membela kedaulatan, kehormatan serta integritas bangsa dan negara. Bahkan dengan kelahiran PWI, wartawan Indonesia menjadi semakin teguh dalam menampilkan dirinya sebagai ujung tombak perjuangan nasional menentang kembalinya kolonialisme dan dalam menggagalkan negara-negara noneka yang hendak meruntuhkan Republik Indonesia (www.pwi.or.id).
Salah satu bentuk perjuangan kemerdekaan yakni melalui penyiaran berita radio dan padanya ada kisah menarik yang berkaitan dengan kota Solo. Agresi Militer Belanda melakukan pemblokiran akses informasi yang bisa menjangkau masyarakat luas yaitu radio. Belanda melakukan penghancuran kantor radio yang ada. Belanda mengetahui keberadaan radio di Solo, sehingga berusaha mencarinya. Radio tersebut kemudian diberi nama kambing,karena kisahnya.
Radio Kambing bukan sembarang radio. Radio dengan nama binatang yang biasa mengembik ini memiliki nilai sejarah tinggi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat agresi militer Belanda tahun 1948, radio ini menjadi barang yang paling dicari tentara Belanda. Radio ini menjadi alat siaran TNI pada masa perang mempertahankan kemerdekaan RI. Agresi militer Belanda tahun 1948. Tentara Belanda menghancurkan semua stasiun radio yang ada di Indonesia. Sangat beralasan karena Belanda tidak ingin pemerintah Indonesia kala itu menyiarkan keberadaannya ke luar maupun dalam negeri. Setelah menghancurkan semua stasiun radio yang ada. Belanda mengincar keberadaan stasiun radio RRI di Surakarta. Pada saat itu, status stasiun radio RRI Surakarta sebagai stasiun paling tua atau yang pertama. Gelagat Belanda untuk menghancurkan pemancar radio RRI di Surakarta sudah tercium para pejuang kala itu. Para pejuang yang terdiri TNI dan penyiar mengungsikan perangkat siaran dan pemancar radio dari kantor RRI ke tempat persembunyian di wilayah Karanganyar (www.kpi.go.id).
Pembahasan mengenai Solo belum selesai, kota budaya yang satu ini memiliki sejarah pergerakan yang penting bagi rakyat Indonesia. Terbukti dari gerakan ekonomi kerakyatan salah satunya muncul di Solo. Pergerakan nasional Indonesia dimulai pada awal abad ke-20 dengan munculnya beberapa organisasi modern. Salah satunya adalah Sarekat Islam. Organisasi ini bermula dari sebuah perkumpulan para pedagang batik untuk mengimbangi kemajuan para pedagang batik Cina (Yasmis Yasmis, 2009).
Lahirnya Sarekat Dagang Islam berawal dari persaingan dagang antara penduduk pribumi dengan penduduk Cina (Tionghoa) peranakan. Kemajuan yang sangat pesat dapat di capai oleh orang-orang Cina dalam hal perdagangan kain dan sikap superioritas orang-orang Cina terhadap kalangan pribumi, sehubungan dengan revolusi Sun Yat Sen tahun 1911 yang menimbulkan perasaan tinggi hati mereka, dan tak lupa, keahlian mereka dalam memonopoli harga kain batik, semakin menambah kejengkelan para pedagang pribumi, sehingga merasa sangat dirugikan sekali dengan adanya peristiwa tersebut. Keberhasilan kalangan Cina dalam mengusai dunia perdagangan, yang selanjutnya mendapat dukungan dari Belanda dalam melancarkan usaha-usaha mereka sehingga mereka dapat mendirikan perkumpulan Tionghoa Hwee Koan pada tahun 1900 di Jakarta yang bergerak dibidang pendidikan serta membentuk kamar-kamar dagang dikota-kota besar di Indonesia. Aktifitas mereka menjadi semakin meningkat setelah adanya gerakan pembebasan yang terjadi di Cina pada tahun 1901(Roeslan A. Gani, 1902).
Ketulusan perjuangan ini bisa dilihat dari ucapan pendirinya, “Dengan ikhlas, untuk kemurnian sejarah pergerakan Indonesia, dengan ini saya terangkan bahwa SDI dilahirkan pada tanggal 16 Oktober 1905, di rumah saya di kampung Sandokan, Solo, dengan delapan orang teman, yaitu: Saudara Sumawardoyo, Wiryotirto, Suwandi, Suporanoto, Jarmani, Zhardjosuwarto, Sukir dan Martodikono”( M. Mansyur Amin, 1996). Gerakan Sarekat Islam yang bermula di Solo terus berkembang hingga memiliki banyak cabang yang tersebar di Indonesia.
Solo dari waktu ke waktu memberikan jejak perjuangan Indonesia. Solo memiliki kesan di masyarajat bahwa Solo adalah indicator bangsa. Masyarak sering mengatakan, “Yen Solo uwis geger, berarti Indonesia wis geger”. Begitulah kiranya ulasan tentang Solo yang menjadi kota bersejarah bagi Indonesia. Menjadi mahasiswa Solo layak mengatahui sekelumit ringkas menganainya. Apalagi bila mana hendak mewujudkan perubahan besar maka memulai dari Solo adalah Langkah yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
RG. 2017. Menyambut Harsiarnas ke 84: Mengenal Radio Kambing, Radio Perlawanan Masa Kemerdekaan. http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/33840-menyambut-harsiarnas-ke-84-mengenal-radio-kambing-radio-perlawanan-masa-kemerdekaan (diakses tanggal 18 September 2020)
Amin. M. Mansyur , (1996), Sarikat Islam Obor Kebangkitan Nasional 1905-1944. Yogyakarta: Kelompok IAIN Sunan Kalijaga
Fauzi, Ahmad Nurul. (2015). Studi komparatif peran bengawan solo dan sungai brantas dalam perkembangan ekonomi abad ke10 M – 15 M di Jawa Timur. AVATARA. Vol.3 No. 3
Ghani, Roeslan A. 1902. Politik dan Ilmu. Yayasan Prapanca: Jakarta
Monumen Pers Nasional. https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2015121500015/monumen-pers-nasional (diakses tanggal 18 September 2020)
Rahmawati, et al, (2019). SUNGAI BENGAWAN SOLO: TINJAUAN SEJARAH MARITIM DAN PERDAGANGAN DI LAUT JAWA, Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2
Said, Tribuana. Sekilas Sejarah Pers Nasional.2019. https://www.pwi.or.id/detail/26/Sekilas-Sejarah-Pers-Nasional (diakses tanggal 18 September 2020)
Qomarun dan Budi Prayitno, (2007). Vorstensteden, 1998, Djokja en Solo, Asia Maior, Purmerend. DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 35, No. 1
Vorstensteden, 1998, Djokja en Solo, Asia Maior, Purmerend.
Yasmis, Yasmis. (2009). SARIKAT ISLAM DALAM PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA (1912-1927) Jurnal Sejarah Lontar 32 Vol. 6 No. 1
Tumblr media
4 notes · View notes
bebek-kremes · 3 years
Text
DADI ATI
ahh judulnya aneh bin random ya? Hehehe,kok tumben pakai logat jawa,yupss hari ini saya menghadiri undangan pernikahan teman saya,di salah satu hotel di jogjakarta,biasanya saya ketika menghadiri acara-acara kayak gini tidak ada gamelan/alat musik khas jawa tradisional,paling ya organ atau gitar dan lagu yang dimainkan pun lagu-lagu nostalgia atau lagu manca khas wedding,itu biasanya ma mennn,tapi hari ini ada gamelan komplit masuk hotel,suasana Jawa sangat kental sekali,mulai dari pakaian peserta acara serta crew wedding,
Oke langsung saja setelah duduk sambil makan suguhan terdengar suara MC(master ceremony) mengatakan "Monggo midangetaken dadi ati" yg artinya (silahkan menikmati dadi ati) dadi ati itu adalah sebuah judul lagu Jawa kuno,ketika awal mendengar lirik-lirik nya,saya sedikit mengerti dan otak saya terus menerjemahkan dalam pemikiran saya,(dikit-dikit saya paham saya juga orang Jawa) dan sembari otak bekerja tangan serta jemari saya sedikit bergerak mengikuti alunan lagu tersebut,
Setelah selesai Lagu di mainkan otak ku juga sudah selesai bekerja,saya langsung berkata dalam hati ,(aku ini siapa??) Setelah mendengar lagu tersebut,banyak sekali wisdom yang saya dapatkan,dan serta masalah-masalah yang saya/orang lain alami,sudah tertuang dalam lagu tersebut,lagu itu bahkan tercipta sebelum saya lahir didunia ini,tapi sudah bisa menggambarkan/merefleksikan di kehidupan yang sekarang,
Oke saya tulis arti terjemahan dari lagu dadi ati versi saya pribadi :
Gegaraning wong akrami
Dudu bondho dudu rupo
Amung ati pawitane
Luput pisan keno pisan
Yen gampang luwih gampang
Yen angel, angel kalangkung
Tan keno tinumbas arto
Goleke sing koyo ngopo
Wong nyatane kelakon seprene
Angger-angger gendra
Wekasane malah mbangun tresna
Dudu bondo dudu rupa
Mung atine dadi tetaline
Guyub rukun kadya
Pepindhane mimi lan mintuno
Wus jamak lumrahe yen wong urip coba lan godhane gedhe
Suprandene ora nganti ndadak dadi gawe
Rino wengi dadi ati
Wong prasojo luhur bebudine
Dasare gemati Momong putro alus bebudine
Dimulai dari awal lirik (bowo menggunakan tembang asmarandana) “gegaraning wong akrami... dst..
yang artinya bahwa adanya orang menikah atau menjalin ikatan itu bukan karena wajahnya yang cantik/tampan, bukan karena harta yang dimiliki..
AMUNG ATI PAWITANE =hanya hatilah yang menyebabkannya..
Dari beberapa baris intro langgam tersebut dapat kita simpulkan, bahwa jangan memandang orang dari harta dan wajahnya saja. Karena jodoh itu datang dari rasa suka dihati.
Lalu masuk ke langgamnya yang dimulai dari kalimat “Goleka sing kaya ngapa?” yang artinya “mau cari yang seperti apa??” >>ini bisa disimpulkan bahwa sebenarnya yang dicari dalam jodoh kita atau pasangan hidup nantinya itu apa sih? Apakah kesempurnaan?
Wong nyatane kelakon seprene, angger-angger gendra, wekasane malah mbangun tresna. Bait tersebut dapat diartikan sebagai Hla kenyataanya sampai sekarang (banyak orang yang sering menjalani hubungan dengan apa adanya, gak mandang apa-apa, justru orang-orang yang seperti inilah yang pada akhirnya sampai pada pernikahan dan membangun cinta dalam bahtera rumah tangga.
Dudu banda dudu rupa, amung atine dadi tetaline, guyub rukun kadya pepindhane mimi lan mintuna , pada bait ini bisa kita pahami bahwa bukan kecantikan atau harta yang dijadikan dasar, hanyalah hati yang mengikatnya,, karena hati itulah pada akhirnya mereka menjalani kehidupan yang rukun dan tentram bagaikan mimi lan mintuna .
Nb:(mimi lan mintuna adalah pengibaratan dalam peribahasa jawa terhadap 2 orang yang selalu rukun dan bersama)
Lalu pada bait terakhir ada beberapa lirik: Wus jamak lumrahe yen wong urip coba lan godane gedhe,, suprandene ora nganti ndadak dadi gawe, rina wengi dadi ati, wong prasaja luhur bebudine, dasare gemati...... momong putra alus bebudine. >>> yang mempunyai makna :Sudah sewajarnya orang hidup didunia ini banyak cobaan dan godaannya, namun semua itu seharusnya tidak mejadikannya hal yang bisa merusak kehidupan yang sudah dijalani, ,, siang malam menjadi hati (cinta), orang yang bijaksana luhur budi pekertinya... dasarnya orang-orang yang penyayang.. mendidik anak ya dengan budi pekerti yang halus...
Ya... begitulah makna yang bisa saya pelajari dari lagu jawa yang berjudul DADI ATI ini. Semua musik itu indah,, seni itu indah. Dan alangkah lebih indah lagi jika selalu tersirat dan tersurat pesan kebaikan didalamnya. Terlebih lagi pesan yang bisa kita jadikan nasehat atau pitutur untuk kehidupan kita kedepannya : )
Sengaja mereview langgam ini karena DADI ATI ini adalah langgam yang cocok dinyanyikan saat pernikahan. Kebetulan banyak sahabat-sahabat saya yang akhir-akhir ini menikah. Jadi ya, saya anggap review langgam ini sebagai ucapan Happy Wedding untuk mereka semua aja. Semoga bahagia menjalani kehidupannya yang baru. Menjadi keluarga yang sakinah, mawadah warohmah.
Kalian semua (semuanya) adalah pelajaran, pengalaman dan inspirasi dalam hidupku.
Terima kasih : )
1 note · View note
vebma · 7 years
Link
Daerah Jawa Barat atau tanah sunda ini tak hanya dikenal karena kulinernya yang enak dan nikmat. Alat musiknya pun tak kalah hebat dengan daerah lainnya. Berikut ini beberapa alat musik dari tanah sunda.
1) Tarawangsa
Tarawangsa
Menurut beberapa ahli, keberadaan Tarawangsa sudah ada sejak abad ke 18, hal ini diketahui dari penyebutan alat musik ini di dalam naskah kuno. Cara memainkan Tarawangsa adalah dengan digesek menggunakan senar yang menempel pada busur. Bentuk badan Tarawangsa memiliki kesamaan dengan rebana namun memiliki perbedaan dalam cara memainkan, jika rebana dimainkan dengan cara dipukul, maka Tarawangsa dimainkan dengan cara digesek. Alat musik tradisional ini berkembang di daerah Rancakalong Sumedang, Banjaran, Kanekes, Cibalong Tasikmalaya dan Cipatujuh Tasikmalaya.
2) Karinding
Karinding
Alat musik Karinding umumnya terbuat dari pelepah pohon aren, namun di beberapa daerah sunda lainnya, karinding dibuat dari bahan bambu. Karinding sendiri berkembang di daerah Pasir Mukti, Malangbong, Citaming Serta Cikalong kulon. Cara memainkan alat musik tradisional ini adalah dengan mendekatkan badan karinding ke bagian mulut pemain dengan satu jari dari tangan yang lain memukul mukul tubuh karinding hingga mengeluarkan suara.
3) Jentreng
Jentreng
Alat musik khas tanah sunda bernama Jentreng ini dapat dimainkan dengan cara memetik dawai pada badan Jentreng. Jentreng memiliki kesamaan bentuk dengan Kecapi namun Jentreng hanya mempunyai 7 buah dawai. Pada umumnya Jentreng dibuat dari bahan kayu nangka, kayu kembang atau kayu Kenanga. Jentreng kerap ditemui pada acara pagelaran pertunjukan seni musik tradisional sunda.
4) Angklung
Angklung
Alat musik khas sunda ini sudah dikenal luas oleh masyarakat. Pada umumnya Angklung terbuat dari bambu dan dapat dimainkan dengan cara menggoyangkan badan Angklung hingga menghasilkan bunyi nada. Angklung sendiri kini tak lagi memiliki fungsi sebagai alat musik dan hiburan semata, namun sudah menjadi identitas budaya bagi masyarakat sunda maupun Indonesia.
5) Kecapi
Kecapi
Alat musik tradisional dari tanah sunda ini merupakan alat musik yang biasanya dimainkan dengan cara memetik dawai pada badan Kecapi. Kecapi merupakan alat musik utama dalam tembang tembang sunda, hal ini karena suara kecapi memiliki suara khas yang dianggap identik dengan tanah sunda. Kecapi sering dimainkan dalam acara agelaran budaya rakyat yang digelar oleh masyarakat sunda.
Baca Juga : 15 Hal Unik Kuda Renggong Yang Harus Kamu Ketahui
6) Calung
Calung
Alat musik cakung merupakan alat musik tradisional sunda yang terbuat dari bambu. Cara memainkan calung adalah dengan cara memukul badan calung dengan bilah kayu. Biasanya calung terbuat dari bambu Tamiang dengan ruas panjang.
7) Arumba
Arumba
Alat musik Arumba dibuat dari bahan bambu dan merupakan alat musik tradisional yang menghasilkan nada diatonis. Nama Arumba sendiri merupakan singkatan dari Alunan Rumpun Bambu. Meski pada awalnya Alat musik Arumba menghasilkan nada pentatonis namun kini pada umumnya Arumba menghasilkan nada diatonis. Arumba sering digunakan dalam pagelaran pertunjukan musik tradisional yang diadakan oleh masyarakat sunda dan acara – acara tradisional lainnya.
8) Celempung
Celempung
Alat musik ini adalah alat musik tradisional sunda yang terbuat dari kulit bagian luar bambu. Celempung biasanya dimainkan dengan cara dipukul. Dibutuhkan teknik tertentu untuk dapat memainkan Celempung dan dibutuhkan keahlian khusus untuk dapat menghasilkan suara Celempung yang bervariasi.
9) Suling Sunda
Suling Sunda
Suling sunda adalah alat musik tradisional sunda yang mudah ditemui, alat musik ini biasanya dibuat dari bambu Tamiang dengan ruas panjang, terdiri dari 4 hingga 6 buah lubang yang dapat menghasilkan nada. Cara memainkannya adalah dengan cara meniup badan suling lalu pemain menutup beberapa lubang nada sehingga menghasilkan suara alunan yang diinginkan. Suling juga dapat ditemui pada daerah lain, namun suling dari tanah sunda memiliki suara yang khas.
10) Rebab
Rebab
Alat musik rebab ini dapat menghasilkan suara bergetar dengan nada pentatonis. Cara memainkan rebab adalah dengan menggesekkan dawai pada badan Rebab dengan busur yang memiliki senar. Ketika senar pada busur dan dawai pada badan rebab bergesekan akan menimbulkan suara dengan nada nada tertentu.
11) Kulanter
Kulanter
Kulanter adalah alat musik tradisional dari daerah sunda yang memiliki fungsi sebagai pelengkap dan pengiring alat musik lainnya yakni kendang, Kulanter biasanya dimainkan bersamaan dengan kendang. Bentuk kulanter jauh lebih kecil dari kendang.
12) Jengglong
Jengglong
Alat musik ini memiliki bentuk yang hampir serupa dengan gong, namun menghasilkan suara yang berbeda dengan tingkat suara yang lebih ringan dari gong. Biasanya Jengglong memiliki 5 buah bundaran yang digantungkan pada sebuah kayu. Cara memainkan Jengglong adalah dengan memukul badan Jengglong dengan bantuan alat pemukul.
13) Saron
Saron
Alat musik Saron memiliki bentuk seperti rak yang diisi dengan bilah - bilah lempeng yang dibuat dari logam perunggu, dimainkan dengan cara memukul bilah bilah logam perunggu tadi dengan menggunakan alat pemukul yang dibuat dari kayu dengan bantalan yang dibuat dari ikatan tali. Biasanya bilah pada Saron berjumlah 7 atau 14 bilah. Saron biasanya dimainkan bersamaan dengan perangkat gamelan lainnya. Sarong seringkali digunakan dalam pagelaran acara rakyat.
14) Degung
seperangkat Degung
Degung merupakan sekumpulan dari gamelan sunda yang memiliki suara khas.
15) Bonang
Bonang
Bonang memiliki kesamaan bentuk dengan gong, namun memiliki ukuran yang jauh lebih kecil. Cara memainkan Bonang adalah dengan cara dipukul dengan bantuan dari alat pemukul. Biasanya Bonang dibuat dari logam besi atau perunggu, namun kebnanyakan pemain Bonang menilai bahwa Bonang yang terbuat dari bahan perunggu memiliki kualitas suara yang jauh lebih baik dari Bonang yang terbuat dari bahan besi.
Demikianlah ulasan mengenai 15 alat musik dari tanah sunda yang wajib kita ketahui. Semoga bermanfaat.
via Vebma.com - Tempat Menulis Online
0 notes