Tumgik
#manajemenduka
safurahimawari · 1 year
Text
Saat Rasa Sedih itu Datang
Saat rasa sedih datang, hal yang perlu disadari adalah, bahwa rasa sedih itu adalah perasaan yang wajar. Rasa sedih merupakan hal yang juga dialami semua manusia.
Di dalam kesedihan, setiap orang mengalami lima tingkatan-tingkatan, yaitu denial, angger, bargaining, depression dan acceptance. Tingkatan-tingkatan ini dapat kita pangkas jika kita mengetahui syariat dan mengenal Allah Subhanahu wa ta'ala.
Dalam mengelola rasa sedih, kita wajib meneladani bagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, serta orang orang shaleh terdahulu dalam bersikap saat ditimpa musibah yang menimbulkan kesedihan.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam ditinggal wafat oleh lima dari ke-enam anaknya, dan kita belajar bagaimana beliau Shalallahu Alaihi Wassalam bersabar dalam menghadapi musibah tersebut, tidak hanya satu kali namun lima kali merasakan ditinggal oleh orang yang terkasihnya.
Kisah Ummu Sulaim, mengajarkan kita bagaimana tetap berakal ketika ditimpa musibah saat ditinggal wafat anaknya. Dan Kisah Al-khansa, mengajarkan kita tentang keyakinan atas janji Allah yang dapat mengalahkan hawa nafsunya.
Setiap individu memiliki Coping Mechanism-nya masing-masing dalam menghadapi kesedihan. Namun, sebagai seorang muslim kita memiliki aturan dan syariat dalam menghadapi rasa sedih tersebut.
Aturan yang pertama adalah Ikhlas. Di dalam memunculkan rasa ikhlas kita perlu memahami kebenaran akan syariat dan menyerahkan segala sesuatunya hanya sepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan penuh pengharapan dan pengagungan. Aturan yang kedua adalah kita harus ittiba', dengan menuntut ilmu, memiliki himmah aliyah dan menjalani kehidupan dengan benar sesuai yang diajarkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.
Lalu, sebagai seorang muslim bagaimana langkah yang harus dilakukan saat rasa sedih itu datang?
Hal yang pertama yang dilakulan saat rasa sedih itu datang adalah dengan ber-istirja, mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi roji'un (sesungguhnya kami itu milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Allah). Ber-istirja akan memberikan ketenangan kepada kita. Selain itu juga di sunnahkan untuk memanjatkan doa :
اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَ
"Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik"
Tidaklah ada kecewa yang dihadirkan saat kita memanjatkan doa kepada Allah.
Langkah kedua adalah kita harus ber husnuzhan. Carilah semua potensi yang ada agar kita tetap bisa berhuznuzhan kepada Allah dalam semua keadaan dan hadirkan rasa syukur bahwa takdir Allah adalah yang terbaik.
Berikutnya adalah bersabar. Sabar adalah kita menahan diri untuk melakukan hal yang tidak dirihoi Allah Subhanahu wa ta'ala. Kendalikan diri saat rasa sedih itu datang. Jangan lakukan pemakluman pada diri kita, yang membuat kita menormalisasi tindakan-tindakah yang seharusnya tidak dilakukan karena tindakan tersebut bukanlah tindakan yang dirihoi Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan kita harus menyakini bahwa segala hal apapun yang menimpa seorang muslim adalah baik baginya, seperti halnya yang disebutkan dalam hadist berikut :
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999).
Langkah selanjutnya adalah ridho. Ridho merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari sabar. Ridho adalah kita dapat lapang dada atas ketetapan Allah. Jika ridho makin kuat, maka kita akan dapat menghilangkan rasa sedit tersebut. Dan ridho juga dapat menjadi sebab kita menjadi hamba yang mulia disisi Allah Subhanahu wa ta'ala.
Berikutnya setelah ridho, maka kita harus beranjak. Sibukkan diri dengan hal hal yang baik dan tetap penuhi hak dan kewajiban bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Lakukan juga refleksi terhadap diri kita, dengan itu kita bisa mengevaluasi diri dan kemudian berupaya lagi untuk memperbaikinya. Keinginan untuk menjadi lebih baik dan beranjak ini akan memunculkan harapan kembali pada diri kita.
Dan langkah terakhir dan yang harus selalu kita lakukan adalah berdzikir, mengingat Allah. Ingat Allah Subhanahu wa ta'ala dengan shalat, puasa, membaca al-quran serta mentadabburinya dan ibadah-ibadah lainnya. Seperti yang Allah firmankan dalam al quran :
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
QS. Ar-Ra'd[13]:28
Dan memang benar yaa, ilmu dulu sebelum beramal. MasyaAllah, dan segala sesuatunya telah dengan sempurna diatur-Nya. Semoga kita senantiasa dapat mengamalkan ilmu yang telah diberikan-Nya.
Resume Materi Manajemen Duka - Kak Chandra Prahastiwi - 20 mei 2023
5 notes · View notes