Tumgik
#ekstrovert
booindonesia · 11 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Mood Board 16 Tipe Kepribadian
Cek tipe kepribadian kamu di sini https://signup.boo.world/indonesianTB
127 notes · View notes
marvinaanan · 1 year
Photo
Tumblr media
Hujan dan ngantuk seperti sejoli yang tau waktu. Makanya harus ada kopi diantara mereka haha.
Btw, memang hujan itu waktu yang enak buat ngelamun dan merenung ya. Kalian gitu juga ga sih? Diatas motor pake jas hujan kecepatan 30-40 km/jam. Hidup itu memang melelahkan, hal baik dan buruk jadi samar-samar. Terbiasa melakukan nya membuat dua hal tadi menjadi susah dibedakan. Awalnya melakukan hal buruk sekali duakali sangat jelas nampak rasa bersalah dan dosanya. Lama-lama karna terbiasa, menjadi sukar merasakannya. Apa ini ya yg dinamakan hatinya sudah keras karena terlalu banyak dosa? 
Dunia menjadi mentoleransi hal-hal negatif yang seharusnya dijauhi. Tampilan orang-orang tak menjamin hati dan perilaku sebenarnya. Ada yang hobi mengumbar, ada yang cari aman dengan sembunyi. Padahal... 
Padahal siapa yang tau kan? 
1 note · View note
palupiyuliyani · 2 months
Text
Teruntuk ekstrovert-ektrovert tersayang dari si introvert.
Declaimer : Bukan mau menisbatkan diri jadi introvert, karena bagiku menjadi introvert juga bukan hal yang spesial.
Hanya ingin kalian tahu, bahwa lelah berinteraksi itu nyata adanya.
Aku juga tidak tahu kenapa? Tidak paham teorinya apa? Juga apa yang terjadi di kepalaku? Tapi seharian mengajar ditambah terus memaksakan diri berinteraksi dengan rekan guru di kantor membuatku merasa begitu lelah dan butuh waktu untuk menepi sejenak.
Jadi jangan tanya kenapa aku diam, jangan paksa aku untuk bercerita atau sekedar nimbrung dalam obrolan.
Jangankan untuk nimbrung, untuk bertahan dengan ekspresi "senyum" saja sudah harus memaksakan diri.
Biarkan aku menepi sejenak, biarkan aku sendiri dengan pikiranku, menenangkan diri sekaligus mengisi energi. Setelah itu aku bisa kembali tersenyum ramah dan kembali dalam obrolan dengan kondisi yang lebih baik.
:)
10 notes · View notes
iradatira · 2 months
Text
Pada umurku yang menjelang dua puluh enam ini, aku telah memiliki lima ponakan yang gemas dan unik. Tapi empat ponakan sebelumnya tidak tinggal bersamaku, aku hanya bertemu mereka saat mereka berkunjung ke rumah, atau saat lebaran dan libur tahun baru.
Tahun lalu, lahirlah keponakan kelimaku, persis sebelum ramadan, namanya Hasan. Meski ia makhluk yang mungil, hadirnya mengubah seisi rumah. Tak hanya kehidupan kedua orang tuanya yang berubah, peran kami pun juga bertambah; sebagai kakek-nenek, tante-om dari si bayi menggemaskan ini.
Butuh berminggu-minggu untuk kami beradaptasi dengannya. Memahami caranya menangis, kapan ia lapar, kapan popoknya harus diganti, kapan ia mengantuk, kapan ia bosan dan ingin diajak bermain. Kami seisi rumah saling bergantian satu sama lain terus belajar memahami maksudnya dan mengasuhnya.
Kini bayi ini tumbuh sebagai bayi yang riang dan banyak energi. Umurnya sudah genap satu tahun. Hasan sudah bisa melangkah dengan dititah, hobinya mengajak orang dewasa di sekitarnya untuk terus mentitahnya mengelilingi rumah. Setiap hari ia bangun jam lima pagi, membangunkan paksa ibunya untuk mengganti popoknya. Bapakku, mengajaknya bersepeda keliling kampung setiap pagi. Entah sejak umur sekian bulan, bersepeda merupakan kegiatan favoritnya. Jika bapak sedang bekerja di luar kota, Hasan tetap bangun jam lima pagi, lalu meminta digendong menghampiri bapak untuk diajak bersepeda pagi. Kalau kakeknya tak ada, ayahnya lah yang menggantikan untuk mengajaknya bersepeda. Lho memangnya kenapa kalau tidak diajak ke luar bersepeda? Wah, ia bisa rewel seharian. Keliling ke luar rumah adalah caranya mengisi energi untuk seharian beraktivitas. Yash, he is ekstrovert sejak bayii hahaha.
Meski aku sudah punya empat ponakan sebelumnya, namun Hasan tetap menjadi ponakan pertama yang tinggal bersama kami. Karena aku tinggal 24/7 dengannya, otomatis aku juga belajar menggendong, membuatkan susu, mengajaknya bermain, menyuapinya makan, hingga membacakan cerita dan mendongeng untuknya.
Aku masih ingat bagaimana senangnya aku saat ia berhasil menirukan apa yang kuajarkan pertama kali yakni "menjulurkan lidahnya". Kemudian ia berhari-hari menjulurkan lidahnya itu kepada siapapun yang ia temui hahahah. Selanjutnya aku juga membacakan buku tentang emosi untuknya, ku kenalkan ekspresi marah, sedih, takut, jijik, senang, kutunjukkan bagaimana mengekspresikan emosi tersebut. Saat itu ia masih berumur dua bulan, baru bisa melihat tapi belum bisa menunjukkan emosi. Pada bulan berikutnya, ternyata ia sudah menunjukkan beberapa ekspresi tak nyaman seperti marah, sedih, dan jijik. Inilah awal mula Hasan menjadi bayi yang sangat ekspresif haha. Ia tak mau duduk kalau popoknya penuh, ia marah dan menangis kalau lapar, ia sedih kalau ditinggal pergi orang dewasa yang mengasuhnya.
Hasan tumbuh begitu cepat, setiap perkembangannya kami ikuti dengan riang gembira. Bonus sakit punggung dan tangan kebas sebab menggendongnya dan menemaninya bermain sepanjang hari. Tetep capek ternyata, padahal kami sudah bergantian "shift" untuk mengasuhnya haha.
Ternyata bayi sekecil ini membawa banyak warna baru di rumah, juga membuat kami saling bahu-membahu untuk mengasuhnya. Akupun menghempas rasa magerku untuk menemaninya bermain, atau sekedar makan bersamanya. Hasan ini bayi yang sangat meniru sekelilingnya. Kalau ia melihatku makan dengan lahap, ia pun juga ikut makan bersamaku dengan lahap. Biasanya aku menanyakan "Hasan mau mam sama Te Yaa (tante Ira), nggak?" "Enak yaa makanannya? Hmmm enak bangeett nyam nyam nyam. Alhamdulillaah" lalu ia menirukan "nyam nyam nyam" sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala tanda ia menyukai makanannya.
Peran pengasuhan memang tidak mudah ya, membutuhkan dukungan lingkungan sekitarnya untuk mengasuh bersama. Salut untuk para pasutri yang mengasuh anak-anaknya hanya berdua saja, apalagi single parent, wah perjuangannya sungguh luar biasa.
Perks of being aunty, sudah trial parenting sebelum married wkwkw. semoga bisa menjadi jam terbang yang berguna saat menikah dan punya anak nanti. Ya walaupun, bisa jadi nanti pas memiliki anak akan berbeda lagi pengalaman mengasuhnya. Tapi seenggaknya, aku sudah memiliki sedikit bekal dan tahu lubang mana yang perlu aku tambal dengan belajar parenting lagi, sebelum benar-benar menjadi orang tua nanti.
15 notes · View notes
anisahmahar · 3 months
Text
Terlalu Ramai
Seringkali aku menemukan seseorang tidak ingin muncul dalam forum pembicaraan, tetapi jika ku sapa dalam pesan singkat kesannya menjadi berbeda.
"Hey, kenapa jarang muncul di grup? Padahal kamu ini anaknya rame."
Sontak ia menjawab, "Di grup terlalu ramai."
Ya, setiap orang punya caranya sendiri dalam berkomunikasi. Kadang, orang mengira aku introvert, padahal ekstrovert. Dan sebaliknya, aku mengira temanku ekstrovert, padahal sebaliknya.
Semua yang tampak di permukaan bukanlah hal yang sebenarnya. Menyelami hati seseorang itu perkara gampang-gampang susah. Kalau sudah memahami, akan lebih mudah mengenali.
8 notes · View notes
pengagumkata · 8 months
Text
Dulu ekstrovert, teman dimana-mana, jago ngomong, aktif disegala tempat. Kenapa makin kesini makin ngerasa introvert, punya teman baru aja mikir-mikir, ngomong blibet dan kamar adalah tempat ternyaman.
7 notes · View notes
Text
Min kæreste er meget ekstrovert og har ofte meget travlt. Jeg er ambivert på den måde, at min ekstroverthed kommer i bølger; jeg har nogle gange bare brug for at lade op og slappe af. Jeg tror, noget af det er en side effect af, hvad jeg gik igennem, da jeg var yngre. Lige nu har jeg brug for at lade op (jeg får også menstruation snart, så the fatigue & brain fog is real). Jeg kan til gengæld mærke, at jeg skal lære at “give mig selv lov” på ny; nu hvor vi nærmest bor sammen - og jeg officielt flytter ind i næste uge - kan jeg få helt dårlig samvittighed over ikke at være så aktiv som ham. Levn fra fortiden, men ikke mindre reelt lige nu.
I dag havde jeg et møde om et event, jeg skal stå for i maj; så sad jeg på en cafe og ordnede nogle praktiske ting i forhold til både uni og udveksling til efteråret; og til sidst hentede jeg lidt flere ting fra mit “hjem” til min kærestes lejlighed. Og nu er jeg hjemme hos ham, har købt B&J is og har egentlig planer om bare at lade mig selv crashe, læse, se Netflix. Det må jeg godt! Jeg ved godt, at min kæreste ikke dømmer mig for det. Jeg skal bare (gen)lære ikke at dømme mig selv for at mærke efter, hvornår jeg har brug for ro
4 notes · View notes
ngisiteko · 1 month
Text
Perjalanan Perjumpaan
Berjumpa dengan manusia adalah hal yang menyenangkan bagi orang ekstrovert sepertiku. Aku si manusia sponge yang suka menyerap energi yang ada di sekitar. Ibarat baterai, chargerku ada di luar tubuhku. Ketika rasanya sudah penat dengan aktivitas yang membuatku harus berdiam diri di dalam suatu ruangan dalam waktu yang lama, maka aku tidak akan menyia-nyiakan waktu luangku untuk keluar walau hanya sekedar berkeliling menghirup udara segar. Rasanya kadar oksigen dalam otakku yang taidnya rendah menjadi kembali tinggi.
Pekerjaanku sebagai freelance di industri kreatif membuatku lebih dominan menggunakan otak kanan. Saat mengalami kebuntuan dalam mendapatkan inspirasi, terkadang aku harus keluar terlebih dahulu dari rumah atau kos-kosan. Bisa saja aku pergi ke cafe, pasar, supermarket, duduk-duduk di taman, atau sekedar berkendara keliling kota.Sungguh aneh namun nyata, di perjalanan, seringkali otak kanan ini aktif lebih kencang dibandingkan saat aku berpikir keras di balik meja kerjaku. Mungkin karena aku mendapatkan penyegaran secara visual dengan melihat pemandangan yang tersaji di sepanjang jalan. Begitu juga saat aku mengunjungi cafe, terutama cafe dengan konsep alam terbuka. Cukup dengan duduk, mencoba menikmati suasana sekitar seperti sejuknya angin, daun-daun yang bergerak melambai, kicauan burung ditambah alunan musik dari gawai. Semua itu menjadi mood boosterku.
Seseorang sepertiku sepertinya memang tak betah berlama-lama di rumah jika situasinya terlampau membosankan. Yap! aku adalah orang yang bosan dan gampang ngantuk jika situasi sangat monoton. Jika pun aku lama berdiam di rumah, sudah dipastikan lebih banyak kugunakan waktuku untuk tidur. Aku menyebutnya sebagai mode kebo. Tapi enggak apa-apa kan ya, karena sekalinya aku sudah keluar rumah, bisa seharian waktu kugunakan. Meski senang namun badanku merasakan lelah. Tentunya aku butuh istirahat dong.
Mungkin kamu berpikir, aku hanya buang-buang waktu, uang dan tenaga saja ketika aku menghabiskan waktu di luar rumah kan? Kadang penilaianmu benar, tapi itu hanya di saat aku butuh waktu untuk refreshing tanpa memikirkan tanggung jawab. Bertemu dengan kawan untuk sekedar bertukar cerita atau melakukan hal menyenangkan lainnya. Selebihnya aku telah mengatur waktuku untuk melakukan pertemuan dengan orang-orang untuk membahas hal-hal penting baik itu terkait pekerjaan atau urusan pribadi yang harus segera diselesaikan.
Jika kamu bertanya, siapa artis yang merepresentasikan diriku, maka aku akan menjawab Vidi Aldiano. Seorang penyanyi yang dilabeli sebagai social butterfly. Dia ada di banyak momen-momen dari yang sakral sampai hura-huranya para artis papan atas. Yah, seperti itulah diriku. Punya banyak teman, mudah bergaul, supel, hobi ngelawak. Hemmm, terdengar menyenangkan? Tentu saja bagiku iya. Aku senang mendengarkan cerita orang lain, sebab dari situlah aku mendapatkan banyak pelajaran. Karena gemar mendengarkan, aku jadi pandai berempati. Mudah merasakan apa yang sedang temanku rasakan dan mencoba berada di posisinya. Mungkin saja, dari kemampuanku itu, teman-temanku merasa nyaman berada di dekatku.
Mudahnya aku bertemu serta berkenalan dengan orang baru serta beradaptasi dengan linkungan baru, sedikit banyak membentuk mental sosialku yang cukup bagus. Termasuk dalam hal perjumpaan dengan beberapa lelaki yang dikenalkan atau kutemukan sendiri. Khusus dalam ranah ini, memang tidak semudah seperti aku menambah kenalan atau teman baru. Beban perasaan dan harapannya tentu saja lebih berat. Berbagai macam karakter kutemui. Dari yang baik, modus receh, modus murahan hingga modus kejahatan pernah kuhadapi. Apa yang kudapatkan saat ini dari semua yang pernah datang, baru sebatas pelajaran belum menjadi pasangan. Sekuat-kuatnya diriku, aku tetaplah manusia biasa yang punya rasa lelah. Aku harus mengambil jeda dari perjumpaan satu ke perjumpaan berikutnya ketika aku sudah siap membuka kembali hatiku. Setidakknya aku tidak merasa trauma hingga menyebabkan aku menyerah begitu saja.
Dari banyaknya jungkir balik yang telah aku lalui, akhirnya membawaku pada titik perenungan terdalam. Pantas saja aku lelah seoalah tak berkesudahan. Semua karena aku lebih berfokus mengejar makhluk. Tekanan dan rasa cemas telah mencambukku untuk berlari kencang bagai kuda balap. Aku lepas dari pacuan dan menerjang apa yang ada hingga berlari ke hutan belantara dan tersesat. Terjatuh dan tersungkur dengan banyak luka menganga. Aku sendiri terkapar di gelapnya buana. Bersyukur, Allah hadir kembali di dalam hatiku membawa cahaya yang menuntunku perlahan-lahan untuk keluar dari lingkaran fana menyesatkan itu. Kini, aku hanya ingin tenang dan percaya bahwa perjumpaan dengan dia yang terbaik sudah Allah atur hanya dengan jalan dan waktu yang Dia ridloi. Pun, sebenarnya perjumpaan yang sudah jelas akan kita temui adalah perjumpaan dengan-Nya bukan? Kenapa kita tidak mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk perjumpaan itu?
2 notes · View notes
adrianelinerush · 4 months
Text
Tumblr media
what if scenario: Actor!AU
di alternate universe Kwaidan Actor!AU, [Seki] diperankan pendatang baru di dunia akting. Awal dipilih pun pure luck, kebetulan aplikasi pendaftaran yang dikirim adiknya, Denki, menarik perhatian sutradara dan investor.
A!Enkai > 30 Tahun
A!Tendou > 25 tahun
A!Takuma > 23 tahun
A!Seki > 17 Tahun
Sejak direkrut sebagai salah satu cast utama, salah satu aktor lawan main (Tendou, 25) berbaik hati menawarkan Seki tinggal di apartemennya. Alasannya supaya gampang pulang pergi ke tempat syuting. Tidak hanya itu, Tendou juga rajin mengantar Seki ke sekolah juga pulang ke rumah orang tua Seki setiap akhir pekan. Tidak disadarinya, Tendou sedang merencanakan sebuah plot jangka panjang untuk Seki.
Seki punya sifat ekstrovert, supel, dan periang. Mudah bergaul dan akur dengan kru TV; barangkali karena dibesarkan di kawasan perbelanjaan dan sudah disuruh menjaga toko kelontong sejak kecil.
3 notes · View notes
kalakata-kalacerita · 1 month
Text
kita yang tak temu
berawal dari masa SMA yang penuh bullying, aku mengembara di kota santri. Dengan mempunyai kepribadian yang terlalu takut untuk mengungkapkan, takut untuk tak di anggap dan di hargai, dan selalu sendiri. Beberapa hal ini membuatku menjadi bahan bully an teman-teman di kelas atau di organisasi.
Sebenarnya bukan seorang introvert, tapi keadaan yang membuatku introvert. Hampir setiap hari konsultasi semenjak sekolah mempunyai guru BK baru yaitu pak Ahmad. Beliau mengungkapkan bahwa aku bukan seorang introvert juga bukan ekstrovert hingga ia bingung.
Dalam satu kelas, aku mempunyai seseorang yang amat dekat dan hanya dia yang mampu memahamiku. "Aisyah Nurhasanah". Kita mempunyai beberapa kesamaan sebelum kita saling memahami, yaitu :
Sama sama belajar tazwid untuk pelajaran inti pesantren
Sama sama punya keluarga di gunung Tanjung
Dan sama sama punya hobi ke perpus untuk baca buku atau sekedar menenangkan pikiran.
Berawal dari bertemu di perpustakaan, lalu berlanjut jadi teman sebangku, dan akhirnya kita saling memahami satu sama lain. Kita tak mempunyai tanggal untuk persabahatan, apalagi nama! Kita sekedar bersama kala itu dengan takdir-Nya, dan mungkin Allah kasih aku dia untuk menemani segala kerisauan selama aku di kota orang.
Persabahatan kita cukup mendalam, tak segan untuk aku menginap di pesantren dia, meski hanya sekedar untuk curhat atau aku sedang tidak betah di pesantren, ya aku larinya ke dia.
Hp ku jadul, ga bisa untuk foto-foto bagus, apalagi untuk mempunyai WhatsApp. Sampe suatu saat aku pernah di beritahu olehnya, bahwa foto ku sedang tidur di kelas di share di grup. Aku tak terima, dan akhirnya pergi ke perpustakaan untuk menyendiri. Sejak itu aku merasa orang yang paling tersiksa di masa SMA. Boro boro disebut masa yang selalu dikenang, menurutku masa sekolah selama 12 tahun selalu tak menyenangkan.
Kerap banyak sekali agenda sekolah yang aku lewatkan dengan begitu aja, tetapi sejak bersama Aisyah, aku bisa mengabadikan moment itu dengan sedikit mengambil gambar di hp nya.
Beberapa orang kerap memanggil kita kembar, padahal menurutku kita beda jauh. Jelas dia lebih baik dariku, putih, hidung mancung, cantik, berbudi baik, ramah. Sedangkan aku kusam, tukang tidur di kelas, gampang terpancing emosi, tak berani mengungkapkan, dan si paling menyendiri.
Di sekolah aku ikut organisasi Pramuka, alasannya 1. Aku suka Pramuka, dan 2. Untuk melanjutkan organisasi SMP lalu. Kala itu aku mengajak Aisyah untuk gabung karena tak ada teman dekat lagi di Pramuka. Tapi, katanya dia sudah cukup di SMP mengenai organisasi Pramuka, dia mengajari aku untuk mandiri dan tak bergantung pada orang lain. Dia percaya aku bisa.
Hal apapun selalu dia support, termasuk bagaimana aku di pramuka. Banyak cerita yang tak bisa terhitung yang pernah aku lupakan di saat saat jam istirahat sekolah ataupun saat aku menginap di pesantrennya.
.........
Itu kenanganku 6-7 tahun yang lalu. Kini 2024 adalah ceritaku dengan dia mengapa judul cerita ini adalah "kita yang tak temu". Saat ini aku sadar, saat itu Allah titipkan kamu untuk menghibur dan menemani kesepianku selama di kota orang. Tapi aku bertanya tanya hingga hari ini, mengapa Allah tak takdirkan untuk kita saling bercerita tentang masa tua?. Aku masih berharap kamu ada Aisyah.
Di 36 hari sebelum kamu pergi, aku melihat postingan mu di Facebook mengenai anakmu yang tak lagi melihat dunia. Aku turut berduka dan sedih, aku harus menghubungimu untuk memberikan sedikit pesan semangat dan mendoakan anakmu. Ternyata WhatsApp mu sudah berganti no, lalu aku meminta no baru mu Aisyah. Kala itu kita membuat percakapan singkat yang intinya kita akan bertemu sebelum ramadhan karena aku ada agenda keluarga ke Tasik.
Namun satu hari sebelum aku pergi ke Tasik (Senin, 07 Maret 2024) beberapa orang mengabariku tentangmu. "Aisyah kelas MIA 2 telah berpulang".
Astaghfirullah... saat itu aku melamun beberapa saat. "Aisyah, besok aku ke Tasik untuk menunaikan apa yang kita katakan di percakapan WhatsApp. Aisyah, aku adalah teman yang buruk, aku tak bisa menunaikannya!". Kala itu yang tertinggal hanya perasaan sesak dan terpukul.
Beberapa jam berlalu aku tak bisa lagi memikirkan yang lain selain mu Aisyah, aku berharap kita masih bisa bertemu meski hanya di dalam mimpi. Tapi ternyata malam itu, kamu mampir di mimpiku untuk menyemangatiku, menghibur, dan mengajak untuk kembali menghafal. Luarbiasa singkat tapi banyak pelajaran dari mimpi itu. "Aisyah, kamu benar-benar menemuiku di mimpi. Kenapa kamu selalu menunaikan nya?kau temen yang baik Aisyah".
Esok adalah perjalanan ke Tasik yang penuh Ina-inu. Aku berharap bisa melaluinya.
Maafkan aku Aisyah!!
3 notes · View notes
bintangbiru · 2 months
Text
Sulit Memahami
Semakin hari aku semakin sulit memahami diri sendiri. Bahkan hanya berbicara aku ini introvert atau ekstrovert saja aku tidak menemukan jawabanya.
Melelahkan sekali, berbicara banyak hal bahkan aku sendiri kadang mempertanyakan. Kenapa sih dirimu begini.
Aku mudah akrab (jika aku mau) tapi disisi lain aku juga mudah risih dengan seseorang. Seperti beberapa waktu lalu, entah memang pada dasarnya begitu cara seseorang mendekati seorang perempuan atau bagaimana akupun tidak tau. Beberapa waktu lalu ada orang yang bahkan baru aku kenal dalam beberapa minggu dan mengajak pergi hanya berdua. Tentu aku menolak, tapi akupun tidak bisa menyalahkan mungkin karena saat awal perkenalan kita sedang dalam satu pekerjaan yang sama dan pembawaanku yang mudah akrab membuatnya salah memahami atau bagaimana entahlah dan jujur aku semakin risih dengan sikapnya 🙃 Andai bisa di ulang waktu sepertinya aku akab memilih mode cuek saja.
Sial memang aku beberapa kali terjebak pada situasi menginginkan orang yang tidak bisa dimiliki dan sering terjebak tidak mampu memaksakan diri menerima orang yang mau datang dengan senang hati ketika aku tidak memiliki keinginan atasnya.
Entah sampai kapan,awalnya aku tidak terlalu memikirkan karena mungkin dulu aku masuh cukup muda untuk belum perlu memikirkan pasangan. Tapi pada usia-usia ini agaknya sudah harus perlu untuk menyiapkan diri.
Aku benar2 gagal memahami diri sendiri, bahkan aku merasa sedang hidup tak hidup
2 notes · View notes
booindonesia · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Ada yang pahit tentang 16 tipe kepribadian
16 notes · View notes
asrisgratitudejournal · 8 months
Text
Peaking
Hola amigos…
Sudah memasuki minggu ke-2 bulan September WOW… 2023 ini cepet banget gaksih, apa perasaan w aja…
Ni hari Senin awalnya mau wfh aja karena semaleman diare kebangun 2x jam 2 pagi dan 4 pagi padahal baru tidur jam 1… Akhirnya juga bangun jam 8.30 karena pengin ke belakang lagi HUHU. Yang jam 2 langsung minum Imodium 2 tablet + tolak angin, terus yang jam 4 minum norit 5 biji + oralit. Ku tuh sebetulnya punya 1 strip neo-entrostop pas kemarin otw ke UK juga sakit perut tapi gatau nyelip di mana itu obat… Yaudahlah abis ini beli lagi aja di Boots… Kemudian jam 9-an Oliv ngajak lunch bareng karena dia sudah kembali ke Oxford… Ku yang ekstrovert ini tentu saja tidak bisa resist the urge untuk ngobrol dan ketemu orang sehingga ku memutuskan untuk mandi dan berangkat jam 12 teng, setelah sebelumnya sarapan es kopi (di rumah masih panas banget) dan sandwich telor + gimbap beef dibikinin Listi huhu terharu.
Di linacre barusan makan fish dan cabbage + carrot (gaada karbonya samsek baru sadar w), lalu ke office deh sekarang. Ini tuh lagi bingung selain 1 stip obat hilang, gunting kuku juga gatau ada di mana… Padahal ini kuku udah mulai panjang (terutama kaki)… Semoga ada di pouch makeup deh ya, nanti sampai rumah cek lagi.
Kemarin weekend lumayan lah ya istirahatnya… Walaupun ku sebetulnya belum merasakan efek relaxing dari rumah yang sekarang seperti rumah Headington sih… Apa karena panas banget ya? Di rumah headington tuh buka gorden langsung view halaman belakang pohon-pohon dan emang under shade banget sih, window kamar tuh, ngadepnya ke utara jadi gapernah dapet direct sunlight, dan apa karena di ground floor juga ya, beneran ADEMMM banget, to the level it gets REALLY cold sih kalau lagi winter, tapi ya gapapa juga, I prefer cold tinggal layering aja yang banyak daripada kepanasan gabisa di-apa-apa-in.
Sabtu ke rumah Bu Yani PANAS-PANASAN HUHU. Untungnya dari rumah cuma sekali sih naik X1 dari stasiun… TAPI jalan ke stasiunnya yang HELLISH banget. I eventually decided to pake payung aja deh tu jalan… bebas deh orang mau nge-judge apa gimana gua mah ga peduli ye, yang penting ni sunlight ga directly menyerang my skin… Terus di rumah Bu Yani banyak makan enak (walaupun pedas sekali, which might’ve been contributing to my diarrhea now). Ada es teler juga!!! Sangat senang. Kayanya di rumah bisa deh ini bikin es buah/es teler kalau masih panas juga ke depan… Kemarin habis dikasih kalengan buah-buahan sama Wian… Tapi barusan cek weather forecast harusnya ke depan udah mulai masuk weather autumn sih (HAMDALAH). Yaudah itu buah buat buka puasa aja kali ya tahun depan… Semoga belum expired deh.
Dari rumah Bu Yani, Nadia ikut pulang karena mau nginep di rumah. Malemnya ya curhat-curhat relationship aja biasa, dilanjut nonton Jeongwaja dan Workman sangat lucu ternyata nonton video absurd youtube tu memang lebih enak kalo ramean ya, kalo sendirian ada aja yang lucu tapi missed. Lalu tidur. Kepanasan juga sih ini beberapa kali kebangun saking keringetannya. Paginya Nadia ada meeting terus I decided to look at pics from SKZ albums I bought from Nadia (karena udah lewat juga sih fasenya dia). Sekarang juga lagi mikir gimana caranya naroh ni poster-poster without ruining the wall…
[Dari sini udah mulai teks yang ditulis besoknya aka 12/09/2023 yaitu ulang tahunnya Kim Namjoon, karena kemarin udah keburu harus cabs ketemu sama teman dari London]
Barusan seharian ini literally belom buka kerjaan wkwk malah ngurusin akun abal geologi gitu lagi HUHU. Semua cerita lengkapnya ada di akun X aku ya ges.
Duh ni post tuh awalnya dikasih judul “peaking” karena mau bahas periode di mana orang-orang peaking bisa beda-beda: ada yang di high-school, [PELATNAS!], kuliah S1, kuliah S2, kerja di tempat A, B, dst. Terus pengennya sih bahas panjang lebar gimana ciri-cirinya orang-orang yang peaking di past ini dan mau bilang kalo kasian ya mereka... tapi sekarang otak udah dipenuhi hal-hal lain huhu (saking banyaknya yang terjadi pada hidupku dalam 24 jam terakhir). Intinya tapi doaku untuk semua orang semoga kalian selalu peaking in the present! Jadi semoga sekarang kalian lagi merasa peaking: “I’m at my best in my life!” Terus besok datang dan kalian peaking lagi. Jadi grafiknya akan naik terus! Walaupun ga mungkin sih ya, life kan akan ada ups and downs, tapi minimal general trendnya selau naik! Ku salah satu yang ngerasa Alhamdulillah hidup selalu peaking sampai sekarang: pas high school ya senang sekali, lalu pelatda pelatnas juga senang, masuk ITB senang, ke Paris S2 senang, ke UI kerja senang, sekarang Alhamdulillah di Oxford walaupun depressed kadang-kadang tapi tetap senang juga in general. Senangnya to the level yang bisa bilang “Oh ini kayanya the best period of my life deh, the best achievement I am working on.” Semoga bisa gini terus sampai meninggal. Selalu ada yang bisa dikerjain with me being proud and happy doing it. AAMIIN.
Btw postingan ini ku-akhiri di sini ya karena berikutnya akan bahas hal yang berbeda lagi juga dan pengin dikasih judul beda sendiri. Ciao!
VHL, 18:16 12/09/2023
6 notes · View notes
nurulputrihanifah · 3 months
Text
Ingin ceritaaa.
Seminggu ini...
Chat dua orang yang menurutku dekat, dan saya ada waktu senggang untuk yang memulai mengawali komunikasi, yaa memang dengan "menanyakan kabarnya?"
Yang satu, belum dibalas sampai saat ini, tapi dia sempat buat status beberapa kali.
Kedua, dia balas pertanyaan lain tapi ga jawab pertanyaan kabarnya. Jawaban pun singkat to the point.
.
Hampir 2 tahun sebelum saya ikut berbagai macam kelas, tentang komunikasi, bagaimana sebaiknya membangun relasi, tentang kesehatan mental, tentang mengenal diri sendiri dan banyak lainnya.
Belajar bahwa di respon dan tidak respon itu sendiri adalah sebuah respon.
Dulu, saya khawatir, saya salah apa ya? Pokolnya cemas wehh sama diri sendiri, kenapa sih dia teh? Tapi saya belajar, bahwa banyak hal yang gabisa kita kendalikan, selain respon kita sendiri, sekarang saya belajar untuk lebih santai dalam merespon sesuatu dan itu dampaknya cukup baik.
.
Saya juga mungkin pernah ada diposisi itu, terkadang ada masanya ingin mindfull, atau mungkin memang seperti banyak hal yang bilang pesannya tenggelam, atau perasaan udah balas, atau mungkin bukan prioritas untuk dibalas pesannya :) Sungguh tak apa, itu semua benar² diluar kendali kita.
Singkat cerita...
Sebagai seorang yang cukup ekstrovert sebenarnyaa energi saya bertambah yaitu saat ketemu banyak orang dan saling bercerita, tapi 2 tahun belakang ini setelah memutuskan untuk mengambil 2 kerjaan . Saya merasa energi saya sudah cukup terkuras, saya juga merasa lebih fokus sama prioritas dalam hidup saya.
Tapi, memang terasa lebih cuek dan ga banyak basa basi, terlalu kaku, dan gabanyak mulai untuk bercerita banyak hal, saya selagi ada waktu luang, lebih banyak share di media sosial baik IG, WA, ataupun Tumblr yang kutulis saat ini.
Temen deketku mungkin hanya teman kantor itupun satu, dan banyak cerita hanya pas ditempat kerja. Jarang lewat media pesan. Sahabatku dari sd-kuliah satu persatu pun mulai fokus dengan prioritas kehidupannya masing².
Kadang saya merasakan sepi juga. Tapi, saya tau begitulah hidup.
Banyak perubahan, adaptasi, dengan apa yang terjadi.
Saat ini yang kufikirkan, semoga yang datang ataupun yang pergi dalam hidupku, semoga semuanya baik² saja dalam kehidupannya, begitupun saya.
Semoga takdir baik itu selalu menghampiri.
Terimakasih dan maaf dengan segala kekurangan diri ini.
Selamat dan berjuang untuk setiap kehidupan kita masing². Semoga Allah selalu yang jadi satu²nya tujuan apapun keputusan kita dalam kehidupan ini.
Salam sayang,
Nurul Putri Hanifah
Yang mungkin kamu kenal dekat ataupun tidak🤍
3 notes · View notes
sistiadinita · 4 months
Text
Bagaimana Jika?
'Bagaimana' dan 'Jika' adalah dua kata yang terdengar biasa saja bila berdiri sendiri. Namun gabungkan keduanya secara berdampingan dan mereka memiliki kekuatan untuk menghantui Anda seumur hidup: Bagaimana… jika? Bagaimana jika? Bagaimana jika*…? – Letters to Juliet
Kemarin, aku baru saja menonton film romantis berjudul Letters to Juliet. Kisah yang bercerita tentang seorang wanita yang telah lanjut usia bernama Claire yang kembali mencari cinta sejatinya lantaran sebuah surat balasan dari salah satu penulis yang mengaku ‘sekretaris Juliet’. Di dalam surat itu ia menceritakan bagaimana ia harus merelakan cintanya lantaran gagal mendapat restu orangtua. Di Verona, Italy, para wisatawan wanita menempelkan surat di tembok rumah yang dipercaya sebagai rumah dari Juliet, salah satu karakter fiksi William Shakespeare. Surat itu biasanya berisikan curahan hati para wanita mengenai kisah cintanya. Di dalam kisah legendaris Romeo and Juliet, Juliet merupakan karakter wanita yang percaya pada kekuatan cinta sejati dan rela mengorbankan apapun demi bersama dengan seseorang yang ia cintai, Romeo. Yang berkesan dalam cerita ini bukanlah kisah cintanya, melainkan dua kata yang diulang- ulang oleh sang penulis dalam surat balasannya; ‘Bagaimana jika?’
Dalam hidup, dilihat dari sudut pandang apapun, dua kata ini memang cukup berpengaruh pada seseorang yang sedang dilanda dilema atau dalam penentuan keputusan. Kata ‘bagaimana jika’ adalah awal dari imajinasi, harapan, dan cita- cita.
“Bagaimana jika aku memperjuangkan dia?”
“Bagaimana jika aku membahagiakan orangtuaku?”
“Bagaimana jika aku kembali saja? dan ‘bagaimana jika’ yang jika dilanjutkan akan mengubah mimpi menjadi impian, imajinasi menjadi realita, wacana menjadi rencana.
Dalam kaidah penulisan cerita pun, ‘bagaimana jika’ digunakan untuk memberi kekuatan pada kisah. Diinisiasi oleh hasrat kita untuk sebuah ide, dan dipersenjatai dengan makna yang ingin disampaikan, penulis fiksi biasanya berfokus pada ‘bagaimana jika’ untuk menggerakkan alur. Tujuannya bukanlah untuk membuatnya sempurna, melainkan mencoba mengeksekusinya, agar cerita tidak hanya menjadi sekedar wacana. Tujuan langsung dari ‘bagaimana jika’ kita bukan untuk memberi tahu orang asing tentang isi buku yang kita tulis, atau untuk memikat pembaca. Namun, untuk memberi tahu diri sendiri, apa saja yang perlu ditemukan sebelum kita mulai menyusun alur.
Coba kita lihat hidup kita sekarang. Sudahkah kita menjadi apa yang kita inginkan di masa lalu?
Ketika saat ini kita ditanyakan apa ‘bagaimana jika’ yang paling disyukuri dalam hidup? Apa kemungkinan jawabannya?
Mari kita coba telusuri salah satu dari ‘bagaimana jika’ yang membuat aku sebagai penulis cukup bersyukur.
Bagaimana jika aku tidak membuka diri?
Sedari kecil, ketika bertemu dengan orang asing, orangtua selalu menyarankan kita untuk berkenalan dengan orang baru, bersalaman, bahkan bermain dengan teman- teman sebaya. Tentunya, itu bukan hal mudah bagi sebagian orang. Untuk bisa mengenal seseorang, kita butuh observasi, melihat respon mereka terhadap kehadiran kita, dan berusaha meninggalkan kesan yang baik. Sebagai manusia, kita cenderung menjadi imitator, meniru apa yang telah orang lain lakukan. Diperlakukan baik, kita akan baik. Diperlakukan buruk, begitulah kemungkinan balasan kita. Kecenderungan ini, layaknya buku, membuat manusia ‘menunggu untuk dibaca’. Jika tidak ditanya, maka tidak bertanya. Jika tidak ditegur, maka tidak menegur. Sama seperti anak kecil yang menunggu untuk diajak bermain, begitulah beberapa orang belajar beradaptasi.
Dahulu aku belum memahami ada sebuah istilah bernama introvert; seseorang yang lebih berfokus pada pikiran dan perasaannya sendiri. Aku melihat disekelilingku didominasi oleh para ekstrovert; seseorang yang senang bersosialisasi. Aku sempat berpikir, mungkin aku tidak cocok berada di tempat aku berada saat itu, karena aku pribadi yang pemalu. Tapi selanjutnya aku belajar, para ekstrovert sukses dalam pergaulan bukan karena mereka selalu menyenangkan, tapi karena mereka memberanikan diri untuk tidak bersikap tertutup. Nyatanya, setiap orang menanti hal yang sama; menanti ketertarikan orang lain pada dirinya. Dengan memulai untuk mengenali orang lain dan membuka diri untuk berkenalan, merupakan gerbang pertama terjadinya sosialisasi.
Sebelumnya, aku selalu takut untuk membuka diri dan mengekspresikan sesuatu. Belajar mengenai tipe- tipe kepribadian manusia dan akhirnya melatih diri untuk tidak tertutup, membuka banyak jalan pada kesempatan baru. Mendengar cerita orang lain secara tidak langsung mengisi ruang dalam memori yang lowong, dan menambah inspirasi dalam literasi. Semenjak belajar membuka diri, aku menuliskan ceritaku pada secarik kertas yang penasaran dan membuat bukuku tidak lagi menunggu, melainkan menawarkan diri untuk dibaca.
Setiap orang adalah penulis yang meramu ‘bagaimana jika’ masing- masing dengan perjuangan asam manisnya. Nantinya, kita akan melihat, ‘bagaimana jika’ hal- hal hebat di masa lalu tidak kita lakukan? Apakah hidup kita akan tetap menjadi wacana? Atau dapat beralih menjadi rencana?
2 notes · View notes
kitu-nya · 8 months
Text
Apakah introvert sebentuk kelainan?
Tidak, introvert bukanlah sebuah kelainan. Seorang introvert adalah seseorang yang memiliki jenis kepribadian yang cenderung lebih suka mendapatkan energi dari waktu sendiri, refleksi, dan kontemplasi. Mereka sering merasa lebih nyaman dalam situasi yang tenang dan memiliki sedikit interaksi sosial. Kepribadian introvert adalah salah satu dari berbagai jenis kepribadian yang ada, yang sering dibandingkan dengan ekstrovvert yang cenderung mendapatkan energi dari interaksi sosial dan situasi yang penuh stimulasi.
Penting untuk diingat bahwa kepribadian adalah spektrum yang luas, dan tidak ada satu jenis kepribadian yang lebih baik atau lebih buruk daripada yang lain. Setiap jenis kepribadian memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Introvert cenderung memiliki kekuatan dalam analisis mendalam, kreativitas, dan empati, sementara ekstrovert sering kali unggul dalam komunikasi sosial dan kepemimpinan.
Kepribadian introvert adalah bagian normal dari variasi kepribadian manusia, dan banyak individu yang sangat sukses dan bahagia memiliki sifat introvert. Penting untuk menerima diri sendiri apa adanya dan memahami bagaimana cara terbaik untuk mengelola kepribadian kita agar mencapai kesejahteraan pribadi dan sukses dalam kehidupan. Jika seseorang merasa bahwa sifat introvertnya mengganggu kesehariannya atau mengalami masalah kesehatan mental, konsultasi dengan seorang profesional kesehatan mental dapat membantu mereka mengatasi tantangan tersebut.
3 notes · View notes