Tumgik
#Sunan Prawoto
maestromediacoid · 2 years
Text
Biografi Sunan Kudus (Ja'far Shodiq)
Biografi Sunan Kudus (Ja’far Shodiq)
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
kerajaan Islam pertama dan paling besar di pantai utara Jawa ("Pasisir")
Masa Kejayaan Kerajan Demak - Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak ialah kerajaan Islam pertama dan paling besar di pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut adat Jawa, Demak awalnya sebagai kadipaten dari kerajaan Majapahit, akhir ada sebagai daya baru mewariskan legalitas dari kebesaran Majapahit.
Kerajaan ini terdaftar jadi perintis penebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia kebanyakan. Walaupun tidak berusia panjang dan selekasnya alami kemerosotan karena terjadi persaingan perebutan kekuasaan di selang famili kerajaan. Di tahun 1568, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Papang yang dibangun oleh Jaka Tingkir. Salah satunya warisan monumental Kerajaan Demak adalah Masjid Mulia Demak, yang menurut adat dibangun oleh Walisongo.
Lokasi keraton Demak, yang pada periode itu ada di pinggir laut, ada di daerah Bintara (dibaca "Bintoro" dengan bahasa Jawa), periode ini sudah jadi kota Demak di Jawa Tengah. Panggilan kerajaan pada masa saat beribukota di situ dikenali sebagai Demak Bintara. Pada periode raja keempat ibu-kota dipindah ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk masa ini kerajaan diberi nama Demak Prawata.
Periode awalnya
Mendekati kesudahan ratus tahun ke-15, bersamaan dengan kemuduran Majapahit, secara ringkas banyak wilayah kekuasaannya mulai pisahkan diri. Bahkan juga daerah-daerah yang menyebar atas kadipaten-kadipaten sama-sama serang, sama-sama mengeklaim sebagai ahli waris tahta Majapahit.
Sementara Demak yang ada di daerah utara pantai Jawa ada sebagai wilayah yang mandiri. Dalam adat Jawa dilukiskan jika Demak sebagai penganti langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dipandang seperti putra Majapahit terakhir. Kerajaan Demak dibangun oleh peluang besar seorang Tionghoa Muslim namanya Check Ko-po. Peluang besar puteranya ialah orang yang oleh Tomé Pires dalam Suma Oriental-nya dipanggil "Pate Rodim", kemungkinan ditujukan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan wafat sekitaran tahun 1504. Putera atau adinda Rodim, yang namanya Trenggana bertahta dari tahun 1505 sampai 1518, akhirnya tahun 1521 sampai 1546. Di selang ke-2  periode ini yang bertahta ialah iparnya, Raja Yunus (Pati Unus) dari Jepara. Sementara pada periode Trenggana sekitaran tahun 1527 pengembangan militer Kerajaan Demak sukses menundukan Majapahit.
Periode keemasan
Di awal ratus tahun ke-16, Kerajaan Demak sudah jadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu juga kerajaan lain di Jawa yang sanggup menyaingi usaha kerajaan ini dalam meluaskan kekuasaannya dengan menundukan banyak daerah dermaga dan pedalaman di nusantara.
Di bawah Pati Unus
Demak di bawah Pati Unus ialah Demak yang berpikiran nusantara. Misi akbarnya ialah jadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang akbar. Pada periode kepimpinannya, Demak berasa terancam dengan wargaan Portugis di Malaka. Akhir seringkali dia mengirim armada lautnya untuk serang Portugis di Malaka.
Di bawah Trenggana
Trenggana melakukan perbuatan tingkah laku yang bermanfaat atas penebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai kuasai beberapa daerah Jawa yang lain seperti merampas Sunda Kelapa dari Pajajaran dan menepis tentara Portugis yang hendak landing di situ (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu paling akhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Trenggana wafat di tahun 1546 pada suatu pertarungan mengalahkan Pasuruan, dan akhir diarahkan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak saat itu ialah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang jadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati diperintah oleh Trenggana untuk tundukkan Banten Riang. Akhir hari turunan Maulana Hasanudin jadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Dan Sunan Kudus sebagai imam di Mushola Demak pimpinan khusus dalam penguasaan Majapahit saat sebelum berpindah ke Kudus.
Kemerosotan
Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak berjalan mulus. Pemilihannya sebagai sunan dilawan oleh adinda Trenggana, yakni Pangeran Sekar Seda Lepen. Dalam pembasmian perlawanan, Pangeran Sekar Seda Lepen akhir-akhirnya terbunuh. Namun, di tahun 1561 Sunan Prawoto dan keluarganya dihabisi oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang akhir jadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang membunuh Pangeran Hadiri, raja muda Jepara, dan ini mengakibatkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi Arya Penangsang, satu diantaranya ialah Raja muda Pengging.
Arya Penangsang akhir-akhirnya sukses dibunuh dalam peperangan oleh Sutawijaya, anak naikkan Joko Tingkir. Joko Tingkir mengalihkan pusat pemerintah ke Papang, dan di situ dia membangun Kerajaan Pajang. info oki, infooki.
3 notes · View notes
sitemenoreh · 1 month
Text
Berdirinya Mataram dan Kepopuleran Sultan Agung Dipicu oleh Fatwa Sunan Kalijaga
Berdirinya Mataram dan Kepopuleran Sultan Agung Dipicu oleh Fatwa Sunan Kalijaga MENOREH.CO, Wonosobo – Joko Tingkir, yang kemudian menjadi Sultan Pajang dengan nama Hadiwijoyo atas restu Sunan Giri, terlibat dalam serangkaian konflik yang meruncing ketika kakak iparnya, Sultan Prawoto, dibunuh oleh Aryo Penangsang. Tidak hanya Sultan Prawoto, Aryo Penangsang juga mengincar nyawa…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bujsblog · 2 years
Text
Kisah Ki Ageng Selo Menangkap Petir Dijadikan Pintu Bledeg Masjid Demak
Kisah Ki Ageng Selo Menangkap Petir Dijadikan Pintu Bledeg Masjid Demak
Sepeninggal Sultan trenggono pada tahun 1546 Maasehi, terjadi kekosongan kepimpinan di kerajaan Demak. Karena sunan Prawoto Sunan Prawoto yang merupakan pewrais tahta  Demak,  Tidak menginginkan menjadi Raja . Sunan Prawoto lebih memilih menjadi priyayi Mukminin atau susuhunan di daerah prawata yaitu sebuah daerah tempat peristirahat raja. Menurut Serat Kandha, Joko Tingkir memanfatakan situasi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hizriyandaputra · 5 years
Text
WALI SONGO (The Nine Men' Guardians/Sunans of Allah SWT in Indonesia)
Tumblr media
The Nine Men' Guardians (Sunans) of Allah SWT in Indonesia, and because of his proximity to God through the worship that they do and his submission to try to follow all the rules of the creator, they are given some "karamah"* because of his imposition. *) Karamah/Karomah is a thing / case or an extraordinary event which is beyond the reason and ability of a layman to occur in a wali Allah. The emergence of "karamah" in the person of a wali Allah is as an honor / glorification of himself and as a sign from God for the acceptance / acceptance of the existence of a wali himself in the sight of Allah SWT. They are one of the symbols of the spread of Islam in Indonesia, especially on the island of Java (Indonesia), which made an era in which the start of the development of Islamic culture and the end of Hindu-Buddhist domination in the culture of the archipelago, creating various forms of manifestation of new Javanese civilizations, ranging from health, farming, commerce, culture, art, society, and government. They lived and lived on the island of Java from the beginning of the 14th century to the 16th century, in three important regions of the northern coast of Java, namely East Java (Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban), Central Java (Demak, Kudus, Muria ), West Java (Cirebon). Each other has a close relationship either the blood ties or the relationship between the teacher-student. Sunan Ampel is a child of Sunan Gresik. Sunan Giri is the nephew of Sunan Gresik, meaning cousin of Sunan Ampel. Sunan Bonang and Sunan Drajat are Sunan Ampel's children. Sunan Kalijaga is a best friend of students from Sunan Bonang. Sunan Muria is a child of Sunan Kalijaga. Sunan Kudus is a student of Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati is a friend and student of other Sunan except Sunan Gresik.
Tumblr media
SUNAN GRESIK (1392 M - 1419 M) Maulana Malik Ibrahim | Makdum Ibrahim As-Samarkandy | Asmarakandi | Syekh Magribi | Kakek Bantal | Sunan Thandes | Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo. The 22nd descendants of the Prophet Muhammad SAW, from As-Sayyid Barakat Zainal Alam whose origins came from the descendants of Sayyidah Fatimah Az-Zahra / Ali bin Abi Talib. The biological father of Sunan Ampel.
Tumblr media
SUNAN AMPEL (1401 M - 1482 M) Raden Rahmat | Sunan Ampel Denta The son of Sunan Gresik. Producing santri students, Sunan Giri (Sunan Gresik's nephew from his father, descendant of Maulana Ishak). The 19th descendants of the Prophet Muhammad SAW, from Sayyid Ibrahim Al-Akbar whose origins were from the descendants of Sayyidah Fatimah Az-Zahra / Ali bin Abi Talib. Adhere to the Hanafi' Mahzab. The biological father of Sunan Bonang and Sunan Drajat. Known as the father of the saints.f Sunan Bonang and Sunan Drajat. Known as the father of the saints.
Tumblr media
SUNAN GIRI (1365 M - 1428 M) Raden Paku | Raden Muhammad Ainul Yaqin | Sultan Abdul Fakih | Prabu Satmata | Joko Samudra The son of Mualana Ishak (Islamic Mubaligh from Central Asia). The 23rd descendant of the Prophet Muhammad SAW. Students "Santri" from Sunan Ampel and siblings from Sunan Bonang. Spreaders of Islamic da'wah to Eastern Indonesia (Maluku, Lombok and Bima).
Tumblr media
SUNAN GUNUNG JATI (1448 M - 1568 M) Syarif Hidayatullah The son of Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda / Syarif Abdullah Umdatuddin (Egyptian ruler of descendants of Bani Hasyim from Palestine). Descendants of the Pajajaran palace (Pakuan Pajajaran - Sunda Kingdom Galuh). Founder of the pioneer of the Sultanate of Demak.
Tumblr media
SUNAN KALIJAGA (1450 M - 1550 M) Raden Sahid | Lokajaya | Syekh Malaya | Pangeran Tuban | Raden Abdurrahman Good friend and student "santri" from Sunan Bonang. Son of Duke of Tuban (Tumenggung Wilatikta / Raden Sahur \ Sayyid Ahmad bin Mansu \ Sheikh Subakir)
Tumblr media
SUNAN BONANG (1465 M - 1525 M) Raden Makdum Ibrahim The son of Sunan Ampel, grandson of Sunan Gresik. The 23rd descendant of the Prophet Muhammad SAW. As the first high priest of the Sultanate of Demak.
Tumblr media
SUNAN DRAJAT (1470 M - 1552 M) Raden Qasim/Qosim/Kasim | Raden/Pangeran Syaifuddin | Masaikh Munat | Sunan Mahmud | Sunan Mayang Madu | Sunan Muryapada | Raden Imam | Maulana Hasyim | Syekh Masakeh | Pangeran Kadrajat The son of Sunan Ampel, and also the brother of Sunan Bonang. Learned and became a student "santri" from Sunan Gunung Jati.
Tumblr media
SUNAN KUDUS (1500 M - 1550 M) Jaffar Shadiq The son of Sunan Bonang's younger siblings (Sunan Ngudung (Raden Usman Haji, Muslim Mubaligh and Sultan's son from Egypt) and Syarifah). The 24th descendant of the Prophet Muhammad. Student "santri" from Sunan Kalijaga. As a warlord and advisor to the Sultanate of Demak.
Tumblr media
SUNAN MURIA (1518 M - 1530 M) Raden Prawoto | Raden Umar Said The son of Sunan Kalijaga. The younger sibling of Sunan Giri (Dewi Saroh). Brother-in-law of Sunan Kudus. PHILOSOPHICAL SEVENTH SAF STARIS by Sunan Drajat 1. We always make other happy. 2. In a cheerful atmosphere, we have to keep in mind and be alert. 3. On the way to achieving our noble ideals, we don't care about all kinds of obstacles. 4. We must always suppress the passion of lust. 5. In a state of silence, we will obtain silence and in that state of silence, we will achieve lofty ideals. 6. A happiness physically and mentally, can only be achieved by praying five times. 7. Give the knowledge, so the people will become smart, prosperous life of the people who are poor, and provide the protection for people who are suffer. 4 Pokok Ajaran Sunan Drajat: - Berikan tongkat kepada orang buta. - Berikan makan kepada yang kelaparan. - Berikan pakaian kepada yang telanjang. - Berikan paying kepada yang kehujanan. "What is called Allah SWT, is actually what He needs." - by Sunan Gresik THE FIFTH DON'T WANTS (MOHLIMO) by Sunan Ampel 1. Don't want to drink liquor/khamr. (Moh Mabok) 2. Don't want to play gambling, lottery, betting. (Moh Main) 3. Don't want to commit adultery, homosexuals, lesbians. (Moh Madon) 4. Don't want to use drugs. (Moh Madat) 5. Don't want to steal, corruption, robbing. (Moh Maling) Movie URL Links: SUNAN BONANG | SUNAN AMPEL | SUNAN GRESIK | SUNAN DRAJAT | SUNAN KUDUS | SUNAN GUNUNG JATI | SUNAN GIRI | SUNAN MURIA | SUNAN KALIJAGA Read the full article
0 notes
malangtoday-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Politik sang Kiai
Jika dilihat dari rekam jejak sejarah, kiai (baca: ulama/syeh/sunan) memang pernah begitu mewarnai dalam pusaran politik kekuasaan di Nusantara ini.  Misalnya, berdirinya kesultanan Demak, yang tidak bisa dipisahkan dari peran dewan Wali Songo.
Dewan Wali Songo-lah yang memainkan peran dengan bertindak sebagai lembaga ahlul halli wal aqdi (semacam lembaga legislatif).  
Lembaga inilah yang menetapkan Raden Patah sebagai pengemban kekuasaan eksekutif dalam penyelenggaraan negara dan pelaksana aturan syariah melalui kepemimpinan. Jadi, pada saat itu, sultan Demak hakikatnya adalah mandataris majelis Wali Songo.
Kiprah politik Sunan Kalijaga juga disebut-sebut cukup kental dalam hikayat pemerintahan raja-raja di Nusantara. Dari catatan sejarah yang ada, Sunan Kalijaga hidup dalam empat dekade pemerintahan kerajaan.
Yakni masa Majapahit (sebelum 1478), Kesultanan Demak (1481–1546), Kesultanan Pajang (1546–1568) dan awal pemerintahan Mataram (1580-an).  Peran Sunan Kalijaga adalah mengasuh dan mendampingi para raja dari beberapa kerajaan Islam itu.
Di abad ke-19, kiprah politik dari KH Wahab Chasbullah sangat melegenda. Beliau dikenal sebagai pemikir, sekaligus aktivis politik andal di masanya.
Langkah-langkahnya dalam menentukan arah perpolitikan di Indonesia sangat mewarnai.  Pasca kemerdekaan, Kiai Wahab ikut ambil bagian mengatur politik NU hingga menjadi partai politik, hingga NU keluar lagi dari kepesertaan pemilu.
Kiai Wahab juga pernah menyerukan agar NU keluar dari Masyumi ketika beliau menjadi Rais Aam PB NU. Keputusan ini, kala itu sangatlah kontroversial. Belakangan setelah NU keluar, Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno, karena dituduh terlibat dalam pemberontakan PRRI/Permesta.
Jadi, jika membaca napak tilas sejarah di atas, jika pun seorang kiai/ulama terlibat dalam politik kekuasaan, yang menjadi dasar utamanya adalah demi kemaslahatan umat pada umumnya, dan khususnya umat Islam.
Karena itu, jika ada seorang kiai di masa sekarang ini, yang menginisiasi adanya pertemuan silaturahmi menjelang pelaksanaan kontestasi politik, iya sah-sah saja. Karena hubungan antara kiai/ulama dengan politik itu sudah ada rekam jejaknya sejak dulu.
Beberapa waktu lalu, ketika hiruk-pikuk pilpres, para ulama berkumpul mengenalkan adanya ijtimak ulama. Dan ijtimak ulama itu menghasilkan dukungan kepada salah satu calon presiden.
Sementara calon presiden yang lain, juga didukung oleh kiai/ulama yang lain, bahkan di-support oleh organisasinya para kiai/ulama. Menyikapi hal seperti ini, sebagai umat kita tidak perlu bingung. Sebab, perbedaan pandangan, khususnya perbedaan dalam melihat sosok pemimpin  di antara para kiai/ulama, juga sudah terjadi sejak dulu.
Imron Abu Amar (1996) menjelaskan bahwa dalam buku Babad Demak, diceritakan bahwa Sunan Giri suatu ketika mencalonkan Sunan Prawoto untuk menjadi Sultan Demak. Meski saat itu, Sunan Prawoto dianggap tercemar pribadinya karena dituduh yang membunuh Pangeran Sedo Lepen. Sunan Kudus lain lagi. Beliau malah mencalonkan Arya Penangsang.
Alasannya, Arya Penangsang  adalah pewaris (keturunan) langsung Sultan Demak dari garis keturunan yang tertua. Selain itu, Penangsang dianggap sosok yang mempunyai sikap kepribadian yang teguh dan pemberani.  Sunan Kalijaga juga punya calon yang berbeda. Bagi beliau, sosok Hadiwijaya (Adipati Pajang) adalah yang paling pas untuk menjadi Sultan Demak.
Jadi, di antara para wali pun, terjadi perbedaan pandangan dalam hal memilih dan menentukan sosok pemimpin di masa itu. Makanya, umat tidak harus bingung ketika para kiai/ulama kita, berbeda pandangan dalam hal memilih figur pemimpin.
Di Malang, perhelatan pilkada akan digelar tahun depan. Yakni, untuk memilih figur Bupati Malang.  Dari NU, KH Marzuki Mustamar, Ketua PW NU Jatim, menginisiasi mengundang para tokoh dari kalangan kiai/ulama, maupun akademisi di lingkungan NU untuk diajak berembuk, bagaimana caranya agar suara NU tidak terpecah-pecah pada pilkada tersebut.
Sejauh ini, ada beberapa figur dari kalangan Nahdliyin yang disebut-sebut punya kans untuk maju dalam pilkada Kabupaten Malang. Di antaranya, Drs H.M. Sanusi (saat ini Plt Bupati Malang), Ali Ahmad (Anggota DPR RI terpilih dari PKB), Saifullah Maksum (Ketua DPP PKB) dan dr Umar Usman (Ketua PC NU Kabupaten Malang).
Pertemuan di Pondok Pesantren Sabilurrosyad yang diasuh Kiai Marzuki itu, menurut saya, adalah salah satu bentuk ikhtiar untuk kemaslahatan umat melalui proses pilkada. Khususnya kemaslahatan umat Nahdliyin.
Agar suara warga Nahdliyin bisa utuh. Sebab, kalau suara warga Nahdliyin terpecah-pecah, bukan tidak mungkin akan menguntungkan pihak atau kekuatan lain.
Walakhir, tidak ada masalah dalam memahami kiprah politik seorang kiai. Masyarakatlah yang pada akhirnya yang akan menilai, apakah kiprah politik seorang kiai itu benar-benar untuk kemaslahatan umat, atau untuk kepentingan golongan/kepentingan tertentu?  Apakah kiprah politik seorang kiai itu dilakukan secara proporsional atau sudah kebablasan? (kritik dan saran:[email protected]/ IG: kum_jp)
  Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/politik-sang-kiai/
MalangTODAY
1 note · View note
riniivanka-blog · 5 years
Text
Video Peringatan Haul Ke-41 Sunan Prawoto
Rini Ivanka Video Peringatan Haul Ke-41 Sunan Prawoto Artikel Baru Nih Artikel Tentang Video Peringatan Haul Ke-41 Sunan Prawoto Pencarian Artikel Tentang Berita Video Peringatan Haul Ke-41 Sunan Prawoto Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Video Peringatan Haul Ke-41 Sunan Prawoto Ribuan orang hadiri Peringatan Haul Sunan Prawoto alias Kanjeng Pangeran Haryo Raden Bagus Hadi Mu'min di Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. UNIKBACA.COM
0 notes
pesantrenpandeglang · 4 years
Text
Wali Songo Angkatan Pertama (1404-1421 M)
Proses masuknya Islam ke Nusantara, terdapat beberapa teori. Teori Mekkah oleh Prof. Dr. Buya Hamka, Teori Persia oleh Prof. Dr. Abubakar Atjeh, Teori Cina oleh Prof. Slamet Mujana, Teori Maritim oleh NA. Baloch dan Teori Gujarat oleh Orientalis Belanda Snouck Hurgronje[1]. Terkait mana yang lebih mendekati kebenaran, bukan di sini pembahasannya”.
Sejarah mencatat bahwa misi dakwah Islam secara khusus pernah dikirim ke Tanah Jawa atas perintah Sultan Muhammad I yang saat itu menjadi penguasa Turki Utsmani (1394-1421 M). Sultan Muhammad I dilahirkan pada 781 H/1379 M dan wafat pada 824 H/1421 M. Sultan Muhammad I dikenal juga dengan nama Muhammad Jalabi. Ia diangkat menjadi penguasa Daulah Utsmaniyah sepeninggal ayahnya, Bazayid I. Pada saat memerintah, ia telah ikut terjun dalam 24 pertempuran dan di tubuhnya ada 40 bekas luka[2].
Pada saat Majapahit telah mengalami keruntuhan setelah jaya akibat perang saudara, yang terkenal dengan sebutan Perang Paregreg, para saudagar Gujarat menyampaikan perkembangan keadaan di Nusantara, khususnya Jawa, kepada Sultan Muhammad I. Kemudian dikirimlah tim dakwah berjumlah 9 tokoh dari berbagai negeri di wilayah Kesultanan Turki Utsmani.
Tidak ada seorang pun di antara 9 tokoh ini yang berasal dari pribumi Jawa. Sultan Muhammad I memberangkatkan tim dakwah ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim. Tim dakwah yang berjumlah 9 tokoh inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Walisanga angkatan pertama. Secara lengkap anggotanya sebagai berikut:
Maulana Malik Ibrahim (Turki), ahli irigasi dan tata negara. Tinggal di Gresik dan wafat tahun 1419 M.
Maulana Ishaq (Samarkand, sekarang Uzbekistan), ahli pengobatan. Maulana Ishaq berdakwah di Jawa Timur. Ketika menjelang wafat, ia hijrah ke Pasai dan akhirnya meninggal di sana.
Maulana Ahmad Jumadil Kubra (Mesir).
Maulana Muhammad Al-Maghribi (Maroko).
Maulana Malik lsra’il (Turki), ahli mengatur negara.
Maulana Muhammad Ali Akbar (Persia, sekarang Iran), ahli pengobatan.
Maulana Hasanuddin (Palestina).
Maulana Aliyuddin (Palestina).
Syekh Subakir (Persia, sekarang Iran), ahli ruqyah; mengatasi daerah angker yang dihuni Jin Jahat[3]
Kerajaan Islam Demak Bintara adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di seluruh tanah Jawa. Sebuah kerajaan yang juga disebut dengan Daulah Islamiyah itu, meskipun berusia tidak sampai seabad, namun memiliki pengaruh besar bagi perkembangan umat Islam Indonesia. Dilanjutkan oleh Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram Baru, sampai Kerajaan Kartasura, dan pengaruh proses Islamisasi daerah lainnya, hingga kini umat Islam Indonesia menjadi mayoritas.
Masa pemerintahan Kerajaan Islam Demak Bintara berlangsung selama sekitar 68 tahun, yaitu antara tahun 1478-1549 M. Dalam masa puncak kejayaannya itu, dipimpin oleh empat penguasa lslam, yaitu Raden Fattah (1478-1518) selama 30 tahun, Patih Yunus atau Patih Unus (1518-1521) hanya selama 3 tahun, Sultan Trenggono (1521-1546) selama 25 tahun, dan Sunan Prawoto (1546-1549) selama 42 tahun18.
Pembagian wilayah dakwah ditetapkan menjadi tiga bagian, yaitu Jawa bagian barat, tengah, dan timur;
Syekh Maulana Malik Ibrahim mengemban amanah dakwah bersama Maulana Ishaq dan Maulana Ahmad Jumadil Kubra di Jawa bagian timur.
Maulana Muhammad Al-Maghribi dan Maulana Syekh Subakir memulai dakwah di bagian tengah Jawa.
Maulana Malik Isra’il, Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, dan Maulana Aliyuddin memulai dakwah di Jawa bagian barat.
Foot Note:
[1] Api Sejarah. Ahmad Mansur Suryanegara. hlm. 99-102
[2] Lihat: Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi, hlm. 77
[3] Lihat: Misteri Syekh Siti Jenar. Prof. Dr. Hasanu Simon, hlm. 52.
[WARDAN/DR]
from WordPress https://ift.tt/37xa76e via IFTTT
0 notes
mzuhdymcorp · 6 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
  from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
pondokpesantren · 6 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
sdislamdarunnjah · 6 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
zoemalang · 7 years
Text
Kerajaan Kalinyamat
Kerajaan Kalinyamat merupakan sebuah kerajaan yang berasal terdapat di Jepara, Dahulunya Kalinyamat dan Jepara merupakan sebuah Kadipaten bawahan dari Kerajaan Demak, tetapi karena ketika Kerajaan Demak yang saat itu di pimpin Sunan Prawoto dan Arya Penangsang membunuh Sultan Hadlirin, Maka Wilayah Kalinyamat dan Jepara mendirikan Kerajaan sendiri dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Kalinyamat…
View On WordPress
0 notes
riniivanka-blog · 5 years
Text
Bupati Haryanto: Haul Sunan Prawoto Merupakan Wisata Religi yang Dibungkus Kebudayaan Lokal
Rini Ivanka Bupati Haryanto: Haul Sunan Prawoto Merupakan Wisata Religi yang Dibungkus Kebudayaan Lokal Artikel Baru Nih Artikel Tentang Bupati Haryanto: Haul Sunan Prawoto Merupakan Wisata Religi yang Dibungkus Kebudayaan Lokal Pencarian Artikel Tentang Berita Bupati Haryanto: Haul Sunan Prawoto Merupakan Wisata Religi yang Dibungkus Kebudayaan Lokal Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Bupati Haryanto: Haul Sunan Prawoto Merupakan Wisata Religi yang Dibungkus Kebudayaan Lokal Ribuan orang hadiri Peringatan Haul Sunan Prawoto alias Kanjeng Pangeran Haryo Raden Bagus Hadi Mu'min di Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. UNIKBACA.COM
0 notes
pesantrenpandeglang · 5 years
Text
Para Wali Allah di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan.
Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
1. Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid).
Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera : Dewi Murtasiyah, Asyiqah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih) Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3. Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam.
Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. Masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit.
Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam.
Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad.
Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa.
Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7. Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk.
Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8. Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi.
Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10. Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit.
Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11. Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga.
Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
Facebook WhatsApp Twitter
from WordPress https://ift.tt/2nulcDL via IFTTT
0 notes
mzuhdymcorp · 6 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes