Tumgik
#Hizbul Anwar
dai-ilallah · 1 month
Text
0 notes
Text
Ketua Askab PSSI Jepara Lantik Pengurus PS HW Plajan
Ketua Askab PSSI Jepara Lantik Pengurus PS HW Plajan
Ketua Askab PSSI Jepara, Syamsul Anwar melantik pengurus PS HW.
Askab PSSI Jepara bertambah lagi anggotanya. Ini setelah Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PS HW) Plajan resmi mengajukan diri sebagai anggota. Permintaan menjadi anggota disetujui oleh Askab PSSI Jepara.
Ketua Askab PSSI Jepara H Syamsul Anwar melantik pengurus PS HW Plajan periode 2019-2023, di  Gedung Madin Boto Plajan,…
View On WordPress
0 notes
seputarmedan-blog · 7 years
Text
Siang Ini Umat Islam Turun ke Jalan
Siang Ini Umat Islam Turun ke Jalan
Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Muslim Bersama Umat (AMMBU) mengelar aksi solidaritas untuk warga Rohingya di Jalan Gatot Subroto Medan, Rabu (6/9). Mereka mengutuk aksi kekerasan terhadap etnis muslim Rohingya dan mendesak PBB untuk memberikan sanksi tegas untuk pemerintah Myanmar yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kecaman dan kutukan terhadap Myanmar, terus disuarakan ormas Islam di Sumatera Utara. Sedikitnya, seribu massa akan turun ke jalan hari ini, Jumat (8/9). Masjid Agung Medan akan menjadi titik kumpul. Usai Salat Jumat, massa longmarch ke Vihara Borobudur, Jalan Imam Bonjol Medan.
Aksi ini bakal melibatkan banyak organisasi masyarakat Islam di Sumatera Utara, sebagai bentuk keprihatinan dan solidaritas terhadap Muslim Rohingya di Myanmar, serta memrotes rezim refresif Myanmar dan menekan organisasi Budha Sumut untuk bersikap serta meminta Pemerintah Indonesia turut membantu penyelesaian konflik sesuai dengan amanat UU.
Koordinator Gerakan Anti Penistaan Agama Islam (GAPAI) Sumut, Ustadz Heriansyah berharap, aksi hari ini akan berjalan damai karena hanya diisi dengan orasi dan penggalangan dana untuk bantuan kepada Muslim Rohingya. “Tuntutan kita, pertama meminta pemerintah putuskan hubungan diplomatik dengan Myanmar. Kedua, Umat Islam seluruh dunia supaya memobilisasi bantuan kepada Muslim Rohingya. Dan ketiga, mengimbau negara-negara Muslim agar membentuk aliansi militer untuk menghadapi negara-negara radikal seperti Myanmar itu,” kata Heriansyah.
Diakuinya, saat ini pembantaian sudah berhenti karena Umat Muslim Rohingya di Rakhine sudah tidak ada lagi. Mereka sudah melarikan diri dan kini sedang bertahan di penampungan pengungsian di perbatasan. Untuk itu, Heriansyah menyebut, perlu ada solusi permanen untuk Rohingya, yakni dengan memerdekakan Rakhine menjadi negara sendiri.
“Tadinya Rakhina memang Kesultanan Arkan milik Rohingya yang direbut dan diserahkan kepada Burma, jadi Myanmar sekarang. Jadi, kembalikan lagi ke fakta sejarah bahwa itu sebuah Negeri Muslim bernama Arkan. Kalau nggak begitu, nanti yang sakit diobati, yang lapar dikasih makan, itu hanya menunda saja. Nanti suatu saat akan disembelihin lagi sama orang-orang radikal itu. Makanya solusi permanennya, kasih negara mereka,” imbuh Heriansyah.
Dia juga berharap, ada penegakan hokum atas tindakan pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohongya. Selain itu, nobel perdamaian yang diberi kepada Aung San Su Kyie juga harus dicabut. Karena dinilainya, pemberian nobel itu tidak relevan lagi dan bertolak belakang dengan apa yang tejadi di Myanmar.
Sementara, Muhammadiyah Kota Medan yang ikut dalam aksi hari ini sudah menyuarakan kecaman dan mengutuk keras, tindakan biadab, kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) atas serangan yang dilakukan militer dan Umat Budha terhadap Muslim Rohingya di Myanmar.
“Lebih dari 2.600 rumah Muslim Rohingya telah dibakar di Rakhine Myanmar Barat, pekan lalu. Peristiwa ini merupakan serangan paling biadab yang melibatkan umat Muslim dalam beberapa dasawarsa terakhir,” kata Ketua PD Muhammadiyah Kota Medan Anwar Sembiring kepada wartawan, usai rapat PD Muhammadiyah Kota Medan, ihwal persiapan aksi masyarakat Kota Medan bela Muslim Rohingya, Kamis (7/9).
Menurutnya, sebagaimana informasi dari Badan Pengungsi PBB, UNHCR dari para pekerja bantuan kemanusiaan di sana, sekitar 58.600 Rohingya telah melarikan diri menuju ke perbatasan Bangladesh dari Myanmar. Terlebih tindakan serangan mematikan yang mengakibatkan korban ratusan sipil massal tewas.
“Apalagi laporan media muncul menyampaikan, pasukan keamanan Myanmar telah memindahkan ribuan penduduk desa-desa Muslim Rohingya, bahkan membakar rumah-rumah mereka dengan mortir dan senapan mesin. Ini sungguh suatu kekejaman dan perbuatan biadab yang tidak laik ditoleransi,” kecam dia didampingi Wakil Ketua dan Sekretaris PD Muhammadiyah Kota Medan Rafdinal, dan Hasrat Efendi Samosir.
Pihaknya menyerukan segenap umat Muslim melakukan jihad dengan cara apapun untuk bela Muslim Rohingya dari pembantaian kafir musyrik Budha dan militer Myanmar. “Maka kita mendesak Pemerintah Rl mengusir duta Besar Myanmar dari Indonesia dan tarik pulang dubes RI dari Myanmar. Putuskan hubungan diplomatik dan keluarkan dari keanggotaan ASEAN Myanmar,” katanya.
Muhammadiyah Kota Medan juga meminta Pemerintah RI mampu  membuka jalur dan memberikan bantuan untuk warga dan pengungsi Rohingya, dengan menyiapkan tempat atau satu daerah yang dulu pernah dilakukan terhadap pengungsi Vietnam di daerah pulau Galang.
Hasrat Efendi Samosir menambahkan, dari hasil rapat PD Muhammadiyah Kota Medan, majelis dan lembaga beserta organisasi otonom Muhammadiyah, sepakat melakukan gelora infak saat sebelum atau sesudah Salat Jumat guna membantu mengatasi penderitaan Muslim Rohingya.
Sementara itu Rafdinal, yang sekaligus koordinator aksi utusan Muhammadiyah menyampaikan, kegiatan aksi damai bela Muslim Rohingya, ormas dan masyarakat Kota Medan dilakukan pada hari ini, usai Salat Jumat. “Lebih dari 30 ormas atau direncanakan sekira 5.000 orang, Jumat ini berencana melakukan aksi unjuk rasa sebagai reaksi atas penindasan Muslim etnis Rohingya di Myanmar. Aksi unjuk rasa bertajuk ‘Selamatkan Muslim Rohingnya’ itu rencananya berpusat di depan Vihara Borobudur Jalan Imam Bonjol, dengan titik kumpul untuk warga Muhammadiyah di halaman Kantor PD. Muhammadiyah Kota Medan,” ucapnya.
Ikut hadir dalam rapat persiapan aksi bela Muslim Rohingya itu, Wakil Ketua PD Muhammadiyah Medan Adri K dan M Shafei, Ketua Majelis Tabligh Tanwir Siagian, Ketua Lazis Mu H Zakirman Sutan Sinaro, Ketua Majelis Pembinaan Sosial H Mansyur, Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Isa Anshari, Utusan Majelis Dikdasmen beserta Sejumlah Ketua dan Fungsionaris Ortom Tingkat Kota Medan antara lain Hizbul Wathan, PS Tapak Suci, Pemuda Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Source: Siang Ini Umat Islam Turun ke Jalan Sumber : Siang Ini Umat Islam Turun ke Jalan
0 notes
Text
Musyawarah Daerah ke-2 HW Binjai
Musyawarah Daerah ke-2 HW Binjai
Ka Kwarda HW Binjai, Hairil Anwar memberikan sambutannya
BINJAI, MENARA62.COM –Setelah sukses melaksakan Musyawarah Wilayah beberapa bulan lalu, kali ini Hizbul Wathan sukses pula melaksanakan Musyawarah Daerah ke 2 pada Minggu, (21/5/2017) bertempat di perguruan satu atap, SMP dan SMA Muhammadiyah 12 Binjai.
Sebelum musyawarah berlangsung, peserta dan undangan yang hadir dihibur oleh drumband…
View On WordPress
0 notes
belajarislamonline · 6 years
Photo
Tumblr media
Pergulatan Panjang Perjuangan Politik Ikhwan
Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM) memiliki sejarah pergulatan panjang dalam perpolitikan Mesir. Mereka mulai bersentuhan dengan politik praktis sejak tahun 1942, dimana Muktamar keenam merekomendasikan agar IM mulai mengarahkan dakwahnya ke kalangan pemerintahan. Namun situasi politik Mesir pada masa pendudukan Inggris dan berkecamuknya perang dunia kedua, menghalangi IM meraih kesuksesan.
Pada 1944 – 1945 IM turut berperan dalam pemilihan Majelis Al-Ummah (DPR), akan tetapi tindak kecurangan pada pemilu saat itu dengan campur tangan Inggris menyebabkan tersingkirnya Hasan Al-Banna.
Selanjutnya IM memasuki masa-masa krisis dengan penguasa yang diakhiri dengan terbunuhnya Muryid Am, Hasan Al-Banna, pada Februari 1949. Setelah itu IM benar-benar terjebak dalam kancah pertarungan yang berkepanjangan dengan pemerintah sehingga kondisi itu benar-benar menjauhkannya dari politik praktis sampai tahun 70-an.
Pada tahun 1971 – 1975 beberapa pemimpin IM dikeluarkan dari penjara. Umar Tilmisani yang memegang kepemimpinan IM setelah Hasan Hudhaibi (Mursyid Am ke-2 IM), mulai menata kembali shaf jama’ahnya dan dapat melewati jembatan bencana, sehingga di akhir tahun 70-an IM kembali sukses menarik hati dan telinga rakyat Mesir. Pada masa itu IM telah memiliki massa pemuda yang dapat diandalkan. Hal ini membuat gusar Presiden Anwar Sadat.
Terjadilah penangkapan-penangkapan terhadap para pemimpin IM dan para aktivisnya, terutama pimpinannya, Umar Tilmisani, dalam peristiwa September tahun 1981. Pemenjaraan IM pada masa ini dilakukan oleh Anwar Sadat karena IM dianggap mengganggu stabilitas nasional. Pada masa itu ditangkap pula organisasi-organisasi pelajar dan kelompok kristen koptik dengan tuduhan yang sama. Satu bulan kemudian terjadilah pembunuhan Anwar Sadat oleh Khalid Islambuly, anggota Tanzhim Jama’ah Jihad Mesir yang dipimpin Abdussalam Faraj.
Tahun 1984 IM terjun ke kancah Pemilu Mesir melalui Partai Al-Wafd. Meski dikepung berbagai syarat yang ditentukan Partai Al-Wafd dalam menyusun caleg, ditambah lagi berbagai tekanan yang bertubi-tubi dari penguasa, 9 orang utusan IM dapat menembus Majelis Sya’ab (MPR).
Pada Pemilu berikutnya, April 1987, IM beraliansi dengan Partai Amal dan Partai Ahrar. Mereka berhasil meraih 36 kursi parlemen. Namun antara 1990 – 1995, IM menolak terlibat dalam Pemilu. Mereka baru terjun kembali dalam politik pada tahun 2000 – 2005, dan berhasil memasukkan 17 anggota parlemen, dan meningkat pada 2005 – 2010, sebanyak 88 orang.
Pada 20 April 2011, pada masa-masa ‘Musim Semi Arab’ IM mendeklarasikan berdirinya sebuah partai politik dengan nama  Hizbul Huriyyah wal ‘Adalah (Partai Kebebasan dan Keadilan). Pada pemilihan umum 2012 partai ini mendapatkan 47% kursi parlemen.
IM kemudian mencalonkan Muhammad Mursi dalam pemilu Mei – Juni 2012 dan berhasil menjadikannya sebagai presiden Mesir terpilih. Namun pada 30 Juni 2013 kaum oposisi yang menamakan dirinya kelompok Tamarud menggerakkan demonstrasi besar di penjuru Mesir menuntut pengunduran diri Presiden Mursi. Bersamaan dengan demo anti-Mursi, para pendukungnya mengadakan demonstrasi tandingan di lokasi lain di Kairo. Militer kemudian turun tangan dan menerbitkan ultimatum 48 jam, memberi tenggat waktu hingga 3 Juli bagi partai untuk memenuhi tuntutan rakyat Mesir. Militer Mesir juga mengancam akan turut campur bila perselisihan tersebut tidak diselesaikan.
Pada 2 Juli 2013, Presiden Mursi secara terbuka menolak ultimatum 48 jam dan bersumpah untuk menjalankan rencananya sendiri untuk rekonsiliasi nasional dan menyelesaikan krisis politik. Namun esoknya, 3 Juli 2013, Abdul Fattah As-Sisi, Kolonel Jenderal Angkatan Bersenjata Mesir, mengumumkan announced a road map rencana mendatang Mesir, dan menyatakan bahwa Mursi telah dilengserkan serta mengangkat kepala Mahkamah Konstitusi sebagai pemegang jabatan sementara Presiden Mesir.
Merespon hal itu, massa pendukung Mursi sejak 11 Juli 2013 malam mulai memadati lapangan Masjid Rabiah Al-Adawiyah, Kota Nasr, Kairo. Mereka bersiap mengikuti demonstrasi damai besar-besaran yang dijadwalkan 12 Juli 2013 demi menuntut dikembalikannya kekuasaan Mursi selaku presiden terpilih melalui pemilu demokratis pertama negeri itu. Demonstrasi terus berlanjut semakin besar dan meluas di seantero Mesir, berlangsung berhari-hari sehingga As-Sisi kelimpungan.
Puncaknya pada 14 Agustus 2013, tanpa prikemanusiaan, militer Mesir membantai para demonstran damai di Rabiah itu hingga banyak jatuh korban nyawa. Menurut Dewan HAM Nasional Mesir, sejumlah 632 orang tewas—namun jumlah korban tewas sesungguhnya jauh lebih banyak hingga 2.200 orang—termasuk delapan orang petugas kepolisian. Peristiwa itu juga mengakibatkan 1.492 orang mengalami luka-luka dan sekitar 800 orang ditangkap.
Sejak peristiwa itu, para pemimpin dan anggota IM diburu dan dijebloskan ke penjara serta mengalami penyiksaan. Pada 9 Agustus 2014 Hizbul Huriyyah wal ‘Adalah dibubarkan. Menyusul kemudian pada Oktober 2013, IM, mendapatkan vonis dan dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh kabinet Mesir pada Desember 2013.
Setelah 1 tahun mendekam di penjara, pada tanggal 19 November 2014, Mursi bersama 35 pemimpin IM lainnya terancam didakwa dengan hukuman mati dengan tuduhan melakukan spionase kepada Qatar. Jaksa Imad As-Sya’rawi menuduh Mursi dan para pembantunya membocorkan dokumen keamanan negara ke badan-badan intelijen asing, selain itu dia juga dituduh bekerja sama dengan organisasi yang diklaim sebagai kelompok teroris, seperti Hamas.
Wallahul Musta’an….
Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2018/01/24/pergulatan-panjang-perjuangan-politik-ikhwan/
0 notes
belajarislamonline · 6 years
Link
Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM) memiliki sejarah pergulatan panjang dalam perpolitikan Mesir. Mereka mulai bersentuhan dengan politik praktis sejak tahun 1942, dimana Muktamar keenam merekomendasikan agar IM mulai mengarahkan dakwahnya ke kalangan pemerintahan. Namun situasi politik Mesir pada masa pendudukan Inggris dan berkecamuknya perang dunia kedua, menghalangi IM meraih kesuksesan.
Pada 1944 – 1945 IM turut berperan dalam pemilihan Majelis Al-Ummah (DPR), akan tetapi tindak kecurangan pada pemilu saat itu dengan campur tangan Inggris menyebabkan tersingkirnya Hasan Al-Banna.
Selanjutnya IM memasuki masa-masa krisis dengan penguasa yang diakhiri dengan terbunuhnya Muryid Am, Hasan Al-Banna, pada Februari 1949. Setelah itu IM benar-benar terjebak dalam kancah pertarungan yang berkepanjangan dengan pemerintah sehingga kondisi itu benar-benar menjauhkannya dari politik praktis sampai tahun 70-an.
Pada tahun 1971 – 1975 beberapa pemimpin IM dikeluarkan dari penjara. Umar Tilmisani yang memegang kepemimpinan IM setelah Hasan Hudhaibi (Mursyid Am ke-2 IM), mulai menata kembali shaf jama’ahnya dan dapat melewati jembatan bencana, sehingga di akhir tahun 70-an IM kembali sukses menarik hati dan telinga rakyat Mesir. Pada masa itu IM telah memiliki massa pemuda yang dapat diandalkan. Hal ini membuat gusar Presiden Anwar Sadat.
Terjadilah penangkapan-penangkapan terhadap para pemimpin IM dan para aktivisnya, terutama pimpinannya, Umar Tilmisani, dalam peristiwa September tahun 1981. Pemenjaraan IM pada masa ini dilakukan oleh Anwar Sadat karena IM dianggap mengganggu stabilitas nasional. Pada masa itu ditangkap pula organisasi-organisasi pelajar dan kelompok kristen koptik dengan tuduhan yang sama. Satu bulan kemudian terjadilah pembunuhan Anwar Sadat oleh Khalid Islambuly, anggota Tanzhim Jama’ah Jihad Mesir yang dipimpin Abdussalam Faraj.
Tahun 1984 IM terjun ke kancah Pemilu Mesir melalui Partai Al-Wafd. Meski dikepung berbagai syarat yang ditentukan Partai Al-Wafd dalam menyusun caleg, ditambah lagi berbagai tekanan yang bertubi-tubi dari penguasa, 9 orang utusan IM dapat menembus Majelis Sya’ab (MPR).
Pada Pemilu berikutnya, April 1987, IM beraliansi dengan Partai Amal dan Partai Ahrar. Mereka berhasil meraih 36 kursi parlemen. Namun antara 1990 – 1995, IM menolak terlibat dalam Pemilu. Mereka baru terjun kembali dalam politik pada tahun 2000 – 2005, dan berhasil memasukkan 17 anggota parlemen, dan meningkat pada 2005 – 2010, sebanyak 88 orang.
Pada 20 April 2011, pada masa-masa ‘Musim Semi Arab’ IM mendeklarasikan berdirinya sebuah partai politik dengan nama  Hizbul Huriyyah wal ‘Adalah (Partai Kebebasan dan Keadilan). Pada pemilihan umum 2012 partai ini mendapatkan 47% kursi parlemen.
IM kemudian mencalonkan Muhammad Mursi dalam pemilu Mei – Juni 2012 dan berhasil menjadikannya sebagai presiden Mesir terpilih. Namun pada 30 Juni 2013 kaum oposisi yang menamakan dirinya kelompok Tamarud menggerakkan demonstrasi besar di penjuru Mesir menuntut pengunduran diri Presiden Mursi. Bersamaan dengan demo anti-Mursi, para pendukungnya mengadakan demonstrasi tandingan di lokasi lain di Kairo. Militer kemudian turun tangan dan menerbitkan ultimatum 48 jam, memberi tenggat waktu hingga 3 Juli bagi partai untuk memenuhi tuntutan rakyat Mesir. Militer Mesir juga mengancam akan turut campur bila perselisihan tersebut tidak diselesaikan.
Pada 2 Juli 2013, Presiden Mursi secara terbuka menolak ultimatum 48 jam dan bersumpah untuk menjalankan rencananya sendiri untuk rekonsiliasi nasional dan menyelesaikan krisis politik. Namun esoknya, 3 Juli 2013, Abdul Fattah As-Sisi, Kolonel Jenderal Angkatan Bersenjata Mesir, mengumumkan announced a road map rencana mendatang Mesir, dan menyatakan bahwa Mursi telah dilengserkan serta mengangkat kepala Mahkamah Konstitusi sebagai pemegang jabatan sementara Presiden Mesir.
Merespon hal itu, massa pendukung Mursi sejak 11 Juli 2013 malam mulai memadati lapangan Masjid Rabiah Al-Adawiyah, Kota Nasr, Kairo. Mereka bersiap mengikuti demonstrasi damai besar-besaran yang dijadwalkan 12 Juli 2013 demi menuntut dikembalikannya kekuasaan Mursi selaku presiden terpilih melalui pemilu demokratis pertama negeri itu. Demonstrasi terus berlanjut semakin besar dan meluas di seantero Mesir, berlangsung berhari-hari sehingga As-Sisi kelimpungan.
Puncaknya pada 14 Agustus 2013, tanpa prikemanusiaan, militer Mesir membantai para demonstran damai di Rabiah itu hingga banyak jatuh korban nyawa. Menurut Dewan HAM Nasional Mesir, sejumlah 632 orang tewas—namun jumlah korban tewas sesungguhnya jauh lebih banyak hingga 2.200 orang—termasuk delapan orang petugas kepolisian. Peristiwa itu juga mengakibatkan 1.492 orang mengalami luka-luka dan sekitar 800 orang ditangkap.
Sejak peristiwa itu, para pemimpin dan anggota IM diburu dan dijebloskan ke penjara serta mengalami penyiksaan. Pada 9 Agustus 2014 Hizbul Huriyyah wal ‘Adalah dibubarkan. Menyusul kemudian pada Oktober 2013, IM, mendapatkan vonis dan dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh kabinet Mesir pada Desember 2013.
Setelah 1 tahun mendekam di penjara, pada tanggal 19 November 2014, Mursi bersama 35 pemimpin IM lainnya terancam didakwa dengan hukuman mati dengan tuduhan melakukan spionase kepada Qatar. Jaksa Imad As-Sya’rawi menuduh Mursi dan para pembantunya membocorkan dokumen keamanan negara ke badan-badan intelijen asing, selain itu dia juga dituduh bekerja sama dengan organisasi yang diklaim sebagai kelompok teroris, seperti Hamas.
Wallahul Musta’an….
Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2018/01/24/pergulatan-panjang-perjuangan-politik-ikhwan/
0 notes