Tumgik
short-note · 5 years
Text
Kenapa kalo perkara nikah nikah tuh suka di-kamu kapan-in?
Semua orang akan nikah pada waktunya, tapi ga tau siapa duluan siapa belakangan. Kan ga lagi balapan. Jadi yang duluan ga menang, yang belakangan juga ga kalah
Yang belom nikah, mudah mudahan disegerakan kalo udah siap dan mapan semuamuanya. Yang udah juga gosah belagu bully bully yang belom. Yang baru akan, apalagi. Tiba tiba kunfayakun batal mo gimana u?
Yoklah, ngehargain perasaan orang kan ga susah?
587 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
Dengan ini, secepatnya akan membuat orangtuaku bahagia. Soon ya bapak ibuk💙
1 note · View note
short-note · 6 years
Text
Adalah bohong jika aku diingatkan dengan hal yang tidak aku inginkan dan aku tidak sedih.
0 notes
short-note · 6 years
Text
Just curious
Siapa yang masih bisa akses Tumblr, cung!
*kan diblok sama pemerintah.
145 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
Setelah aku timbang-timbang, kisah Dilan aku simpan. Mereka ulang kisah yang kita sudah paham ujungnya…butuh banyak tenaga. Akhir-akhir ini cukup melelahkan. Menceritakan ulang kejadian yang menguras perasaan tampaknya bukan ide cemerlang. Mari kita fokus saja ke depan. Ya?
- Hana kepada Hanalea.
134 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
Cantik Itu Mahal
Cantik itu mahal harganya. Bagaimana tidak, di zaman sekarang…mencari yang begitu menjaga malunya, susah. Mencari yang senyumnya dan perangainya santun, susah. Mencari yang cemerlang tapi bersahaja, susah. Mencari yang begitu menjaga harga dirinya, susah.
Cantik itu mahal harganya. Salon dan perawatan kecantikan seperti apapun tidak mampu membelinya.
Yang selalu bersyukur.
Yang tangguh dan minim keluh.
Yang berusaha berdaya.
Yang begitu rapat mengumbar auratnya.
Yang tetap tersenyum dan menangis secukupnya.
Yang bersabar dan tak mudah tersulut amarah.
Rasa-rasanya, cantik itu benar mahal. Makanya para ayah begitu berjuang memolesnya. Para ibu sampai rela terjaga siang malam mendidiknya.
Jadi, jangan diumbar-umbar. Jangan menjadikannya begitu murah. Jaga dengan segenap iman kita.
Cantik itu, mahal :)
2K notes · View notes
short-note · 6 years
Text
Allah itu baik, maha baik. Kamunya yang jahat. Dikasih ini, maunya itu. Dikasih itu, maunya ini. Dikasih tau ini baik, malah ngeyel. Dikasih tau itu ga baik, malah ngelawan.
— Taufik Aulia
3K notes · View notes
short-note · 6 years
Text
“Di atas kita ada langit, di bawah kita ada tanah.. di atas kita kini langit, di atas kita nanti tanah, Jangan sombong.”
— Pidi Baiq
182 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
negative vibes part 2
tulisan ini merupakan bagian kedua dari tulisan Negative Vibes, supaya nyambung, silakan baca bagian pertamanya di sini
Tumblr media
Poppy si pollyanna dan Branch si negativis dalam film Trolls (2016) “Life is not only about  rainbow and cupcakes”- Branch
source 
dengan bantuan negative vibes alias bad vibes dalam diri saya, saya pun belajar memahami soal apa yang terjadi pada diri saya. kenapa saya mengalami masalah emosi yang begitu parah, kenapa saya merasa malu menceritakannya, kenapa saya merasa takut merusak hidup orang kalau saya ungkapkan ke orang lain, ke orang terdekat sekali pun. dan pikiran saya mengarah ke….
kecenderungan untuk sering menolak kejadian-kejadian negatif dan emosi negatif dan menutupinya karena merasa itu sebagai perusak suasana atau sekadar merasa gengsi, kayaknya jadi masalah bagi mayoritas orang di dunia ini. termasuk saya.
disadari atau tidak, kita sering diajari untuk terus merasa positif, sayangnya, tidak diimbangi dengan pemahaman yang benar. tentu merasa positif itu penting untuk kesejahteraan mental, tapi bukan berarti kita harus terus memaksa hidup kita dalam suasana positif, dan mengabaikan kejadian-kejadian susah dan menyakitkan yang nyata-nyata kita alami.
imbasnya, kita jadi sering lari dari kejadian-kejadian yang buruk karena itu menimbulkan emosi yang ngga kita sukai: sedih, marah, kecewa, cemas, dll, atau mengingatkan kita pada kejadian-kejadian buruk. kita juga terdorong untuk memanipulasi perasaan kita sendiri, bahwa kita baik-baik saja. media sosial juga mendorong kita untuk menampilkan sisi-sisi positif saja dalam hidup, menyembunyikan rapat-rapat apa yang menjadi kesedihan, kegelisahan, kemarahan, dan permasalahan lain yang kita alami dengan berbagai alasan. beberapa alasan yang sering saya dengar: saya lagi menguatkan diri sendiri, saya tidak ingin orang lain ikut merasa sedih, orang yang share hal negatif itu toxic! orang-orang lebih senang pada orang-orang yang menyebarkan positive vibes. 
kalau diperhatikan, memang orang-orang lebih menyukai konten di media sosial yang bernuansa positive vibes seperti foto makanan enak dan liburan alih-alih konten yang bernuansa negative vibes seperti kesusahan hidup yang dialami. jadi masuk akal kalau kita bekerja dengan hukum aksi reaksi. ngejar likes itu emang ngga penting, tapi kalau dapet banyak likes tetep aja seneng, ya ngga? pemahaman bahwa negative vibes itu  toxic, bahwa pengalaman atau perasaan negatif yang kita alami adalah yang harus disembunyikan apakah karena gengsi atau takut memberi pengaruh buruk ke orang lain, bahwa kita hanya boleh menceritakan hal yang hepi-hepi aja, dalam perspektif saya saat ini (bukan saya di masa lalu), semua itu justru adalah pemahaman yang toxic. kita ngga bisa tumbuh kuat kalau pertama-tama kita ngga menerima perasaan dan pengalaman negatif itu atau malah menutup-nutupinya dengan sesuatu yang positif. kita ngga akan dapat pertolongan kalau kita ngga membiarkan orang tahu perasaan dan pengalaman negatif yang kita alami. menolak untuk mengakui adanya perasaan dan pengalaman negatif mungkin berguna untuk jangka pendek, tapi bisa menimbulkan efek destruktif untuk jangka panjangnya, misalnya gini (contoh aja):
saya merasa sedih karena ditinggal seseorang, tapi saya menolak untuk mengakuinya. saya menguatkan diri bahwa saya baik-baik saja. saya mencari hal lain di luar saya yang bisa membuat saya senang, yang menutupi kesedihan saya. lalu, saya menemukan caranya: belanja! tiap kali saya merasa sedih, saya belanja untuk tetap merasa senang. belanja menjadi pelarian dari perasaan sedih saya. dan itu berhasil. so far so good, untuk sementara. iya, sementara, karena jangka panjangnya, saya jadi kena adiksi alias kecanduan belanja. yang tentu menimbulkan efek ngga sehat untuk kesejahteraan saya sendiri. bayangkan kalau yang jadi candu bukan belanja: it could be alcohol or drugs! di masa depan, saya bakal dapet tambahan kesibukan untuk menyelesaikan masalah kecanduan saya, selain masalah emosi yang saya hindari sebelumnya.
pelarian dan adiksi yang paling umum kayaknya sih hape ya. bosen, bete, sedih, cek hp, cek timeline. kali aja ada notifikasi penting yang terlewatkan, kali aja ada postingan yang bikin mood bagus balik lagi. tapi, yang tadinya mau senang-senang, eh malah jadi makin parah karena ngelihat pesona orang lain yang hidupnya enak-enak aja. udah tahu gitu, anehnya, tetep aja dilakuin, tetep aja scrolling, tetep aja stalking. namanya juga udah kecanduan.
Tumblr media
source
sebenarnya, menurut pengalaman dan pengamatan, kebiasaan menghindari atau ngga mau mengakui adanya pengalaman dan perasaan negatif, apapun alasannya, bisa menimbulkan dampak ini: 1. melahirkan lingkaran setan negativistik. kita lari dari kejadian-kejadian yang engga menyenangkan, ngga mengakui adanya perasaan negatif, tapi itu malah bikin situasi kita semakin negatif. karena kita jadi takut menghadapi kejadian-kejadian seperti itu, kita jadi cemas, hiper-waspada sama ‘ancaman’ itu, pikiran kita jadi susah tenang karena selalu takut pada apa yang akan terjadi. which is sama aja jadinya, kita lari dari pengalaman negatif yang satu, tapi malah menimbulkan pengalaman negatif lainnya. lari lagi, lari lagi, tapi tetap saja bertemu. ngga ke mana-mana.
2. di mana kita bisa hidup kalau bukan dalam realita? pengalaman buruk adalah hal yang alami yang dihadapi semua makhluk. ngga ada hidup yang sempurna, yang tanpa masalah. menolaknya berarti menolak hidup dalam realita. menolak keserasian dan keseimbangan alam semesta. alam semestanya tetap baik-baik saja, tapi kita engga.
3. bikin kita gagap dalam mengatasi masalah. kalau seseorang, apalagi  sedari kecil, terbiasa dijauhkan dari pengalaman sedih, kesal, jatuh, dsb, dia ngga punya memori otak dan memori otot untuk mengatasi permasalahannya di masa depan. akhirnya jadi terus menerus flight (menghindar), alih-alih fight (menghadapinya).
jadi harus bagaimana?
Tumblr media
source
E M O S I pada dasarnya berfungsi untuk membantu kita mengevaluasi kejadian yang kita hadapi. emosi membuat kita tahu apa yang terjadi pada diri kita dan pada orang lain. singkatnya, emosi memberikan kita informasi. kalau kita merasakan emosi marah, artinya ada sesuatu yang ngga sesuai dengan keyakinan atau value kita, kalau kita merasakan emosi sedih, artinya ada sesuatu yang berjalan di luar rencana atau kehendak kita. dan seterusnya.  Begitu pun dengan pengalaman-pengalaman negatif yang kita alami, mereka itu sama-sama merupakan informasi. paling tidak, itu menunjukkan bahwa kita masih menjadi manusia, dan bagian terpentingnya: masih hidup.
lalu, pendekatan seperti apa yang bisa kita pakai agar bisa melihat emosi maupun pengalaman negatif itu secara wajar?
penerimaan yang disadari terhadap keduanya merupakan langkah awal yang tepat.
penerimaan di sini bermakna: kita bersedia untuk merasakan semua yang negatif itu, membiarkannya menggulung kita dalam pusarannya, mengenalinya, dan menyebut namanya. toh semua perasaan itu ngga abadi. perasaan yang kita hindari itu, kalau kita hadapi, ujungnya juga akan berlalu. 
dengan menerimanya, kita tidak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk menutup-nutupi atau mengusir-usir perasaan itu. setelah itu, kita mulai bisa mempelajarinya: mengapa saya merasa begini, apa pencetusnya. sehingga di kemudian hari, ketika kita merasakan perasaan yang sama, kita bisa terbiasa. jika kita lari darinya, misalnya kita berusaha tetap senang dan ceria padahal kita baru saja mengalami kejadian menyedihkan, kita ngga sempat belajar. kita ngga bisa kan mempelajari sesuatu dengan menghindarinya.   
selain itu, keberanian kita untuk merasakan semua perasaan negatif itu akan membuat kita sadar bahwa merasakan hal negatif dalam hidup bukanlah sesuatu yang buruk atau memalukan. perasaan-perasaan itu ngga bikin seseorang jadi lemah atau buruk. it’s just, we are human and we are alive. we’re broken, life is broken. why? karena emang begitu desainnya.
hidup itu semangkuk penuh berisi ketidaksempurnaan. meski pun kelihatannya banyak, tetap saja tidak sempurna, tetap saja tidak memuaskan ego. kalau kata Allah di Surat Almaidah ayat 3, nih Allah sudah menyempurnakan nikmat-Nya untukmu. nah, tapi kita salah memahami maksud “menyempurnakan” nya itu. dikira kita kita bakal menjalani hidup yang sempurna karena udah dijamin, padahal engga gitu. dari pendekatan linguistik, ayat tersebut punya tafsir yang keren. 
untuk menyebutkan bagaimana Allah menyempurnakan nikmat-Nya buat hamba-Nya, digunakan kata “Atmamtu,” kalau diartikan ke bahasa Indonesia ya artinya menyempurnakan. tapi, dalam bahasa Arab Atmamtu itu maknanya: mengumpulkan beberapa hal yang tidak sempurna ke dalam satu wadah. jadi, kalau saya ngerasa kenapa saya ngga punya yang orang lain punya, itu karena ‘mangkuk’ yang dikasih Allah ke saya emang beda isinya. mungkin ada yang dikasih kesehatan paripurna, tapi ngga dikasih kekayaan berlimpah. ada juga yang dikasih kekayaan, tapi juga sakit-sakitan. karena yang Allah kasih ke mangkuk kita itu ya memang hal-hal yang tidak sempurna. tapi Allah kumpulkan jadi satu sehingga menjadi komplit. tapi, untuk menyebut bagaimana Allah menyempurnakan agama sebagai petunjuk buat kita, Allah menggunakan kata “Akmaltu.” yang maknanya: mengumpulkan beberapa hal yang sempurna ke dalam satu wadah. kesimpulannya silakan dicerap sendiri..
jadi kalau ngerasa broken, dapet pengalaman yang ngga menyenangkan, itu memang karena desainnya gitu. dan karena memang desainnya demikian, kenapa harus dihindari atau dianggap memalukan? it’s something normal, dude.
yang terakhir, ketika kita menerimanya dengan lapang dada, tanpa perlawanan atau penolakan, perasaan dan pengalaman negatif itu akan kehilangan dayanya untuk mengacaukan hidup kita. bagaimana bisa? maksudnya menyerah? bukan menyerah, tapi berserah. 
Tumblr media
“You cannot beat a river into submission.  You surrender to it…” - The Ancient One (Dr Strange, 2016)
source
seorang perenang yang terjebak di arus bawah laut dan merasa bahwa ia akan terseret ke tengah laut seringkali panik sehingga ia berenang melawan arus ombak dengan semua kekuatannya.dan seringkali juga, jika itu terjadi, ia akan tenggelam karena kelelahan dan kehabisan energi. tapi ada juga perenang lain yang melakukan hal sebaliknya. menenangkan diri, dan membiarkan sang ombak membawanya ke laut. kemudian tak lama, ketika arus mulai melemah, sang perenang bisa berenang kembali ke pantai.
sama halnya dengan emosi yang kita alami: melawannya bisa membahayakan, tapi ketika kita menerimanya, ia akan berjalan dan akhirnya pun berlalu dengan sendirinya, kemudian kita mendapatkan kesempatan untuk juga melanjutkan perjalanan kita.
tulisan ini akan saya tutup dengan kisah akhir dari pengalaman negatif yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya.
saya ngga merasa menyesal telah mengalami pengalaman dan perasaan yang intensitas negatifnya besar seperti itu. tapi, saya menyesal karena dulu sekali, saya terlalu sering menutup-nutupi bahkan menolak perasaan negatif, menganggap itu harus disimpan sendiri, menganggap itu akan tergantikan dengan perasaan senang secara otomatis, menganggap sebuah kehinaan untuk mengakui bahwa saya stres, cemas, depresi, dan sebagainya, karena orang lain hidupnya terlihat baik-baik saja. menurut saya, itulah penyebab kenapa gunungan perasaan negatif itu tiba-tiba longsor menimpa saya: karena terlalu lama ditolak keberadaannya. mereka kembali dalam bentuk yang lebih buruk! 
mungkin masalahnya, tipikal, saat kecil kurang diberi ruang untuk mengeksplorasi berbagai emosi. dijauhkan dari negative vibes, disuruh untuk berhenti menangis sebelum merasa lega, diminta untuk jadi anak penurut sebelum diberi ruang untuk kesal, marah, dan protes. tapi ya sudahlah, kita juga paham jadi orang tua itu ngga mudah. yang penting saat ini saya sudah lebih paham.
saya belajar untuk biasa saja mengakui bahwa hidup saya lagi ada masalah. bahwa saya sedih, marah, kecewa. sebagaimana saya belajar untuk biasa-biasa aja ketika merasa senang–ngga berlebihan. tidak menganaktirikan salah satunya. 
saya menyukai bagaimana positive vibes membuat kita menjadi bersemangat dan optiimis, dan saya juga menyukai bagaimana negative vibes membuat kita lebih menapak tanah: realistis melihat suatu permasalahan dan membuat kita seutuhnya menjadi manusia. I love them both <3
Baca tulisan terkait: ‘How To’ Accept Negative Emotion
*kolom ‘Reply’ terbuka untuk diskusi dan sharing
754 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
Sedih itu karena kamu nikmati, jika tidak, sudah kau abaikan sejak awal
Pidi Baiq
8 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
Aku hanya mikirin yg bikin aku senang
Dilan 1990
0 notes
short-note · 6 years
Text
“Lelaki sejati seorang muslim, bagiku, adalah yang bisa menempuh perjalanan cukup berat, yaitu dari rumahnya menuju mesjid ketika subuh.”
— Pidi Baiq
502 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
“Ya Allah, mudah-mudahan sederhana, tetapkanlah pikiran kami selalu melangit. Dan, dengan hati yang terus membumi. .”
— -pidi baiq
81 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
“Tujuan pacaran hanyalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah”.
- Pidi baiq (1972- 2098)
20 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
TERA ERRAU
Oleh: Pidi Baiq
Selalu ada satu orang khusus yang akan mendengarmu,
dengan siapa kamu dapat bicara tentang hampir segalanya.
Menjadi orang yang memahamimu ketika engkau butuh.
Selalu ada satu orang khusus yang akan merisaukan dirimu,
ketika hari berpetir, ketika hari berhujan.
Berterimakasihlah kepada dirimu sendiri
yang sudah bisa membuat dia menyayangi dirimu
dan katakanlah: “yang melibatkan diriku, engkau ahlinya.”
Dia adalah yang datang kepadamu bukan untuk bicara cinta
tetapi untuk menghadirkan dirinya yang pandai membuat dirimu senang,
membuat dirimu tenang.
Kemudian dengannya kamu tersenyum, kamu tertawa,
bahwa pada orang yang sedang jatuh cinta,
tak akan pernah peduli dengan apapun yang ditakutkan.
Pelajaran mendapat hikmat kasih sayang, datang darinya,
dan engkau tidak usah mencarinya 
karena dia selalu ada waktu untuk bersama dengan dirimu.
Berkata dia: “Jika aku mencintaimu,
benar-benar mencintaimu, sesibuk apapun diriku,
selalu akan berusaha meluangkan waktu untukmu.”
Pikiran atas kasih sayang yang dia berikan kepadamu,
menjadi dasar di atas semua sikap dan perilakunya kepadamu.
Bahkan jika dia harus mengatakan “aku mencintaimu”,
kamu merasa tidak perlu lagi memeriksa kesungguhannya.
Kesenangan di hari ini adalah harapan di masa depan.
Digunakan pada kesempatan bahagia.
Ambillah dirinya untuk kau berikan dirimu kepadanya.
Dia mendengar perasaanmu
bahkan tanpa perlu kau ungkap melalui kata-kata.
Ketika dia membuat dirimu tenang,
kau mengerti untuk apa dia bersamamu.
Kamu hanya memiliki keyakinanmu sendiri
bahwa kamu mencintainya dan itu serius.
Tak akan pernah berakhir bahkan ketika kamu ingin berhenti.
Maka itulah yang akan kau rasakan bersama dengannya
jika benar ia ada.
Mengatakannya dalam gelombang kekuasaan logika dan perasaan.
Tumblr media
Sumber: @pidibaiq 05032014
820 notes · View notes
short-note · 6 years
Text
Karena mereka hanya mendengar apa yang kamu rasa. Tidak benar-benar merasakan sakitnya
0 notes
short-note · 6 years
Photo
Tumblr media
887 notes · View notes