Tumgik
nuranggoro · 11 months
Text
Jangan banyak mengeluh. Hadapi saja.
Kalau kata Imam Hanafi : "Kesulitan adalah karena kamu orang yang berdosa. Maka janganlah kamu mengeluh".
Dengan diam, setidaknya aku masih merasa punya adab pada Sang Pencipta.
5 notes · View notes
nuranggoro · 3 years
Text
Kadang sedih bisa menahan kantuk.
Seperti bom waktu yang entah kapan akan meletup.
Aku harap ini akan berakhir,
Sebelum pagi mengintip.
Akupun ingin lelap seperti yang lain.
2 notes · View notes
nuranggoro · 3 years
Text
Rasanya kalo interview kerja bakalan siap banget kalo suruh ngejelasin 1000 kekurangan.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Menjadi sangat pemilih kepada siapa aku akan berbagi.
Pada akhirnya tidak ada siapa-siapa juga yang mau menerima.
Hanya sepi, itu saja.
1 note · View note
nuranggoro · 4 years
Text
Ada yang pernah bilang bahwa,
"Pernikahan itu bukan goals-nya. Tapi bagaimana agar pernikahan itu mampu meng-goals-kan sekian banyak goals yang sudah kamu rencanakan bahkan menciptakan goals baru yang tak pernah kamu duga."
Agak susah ya bacanya tapi itu lah intinya.
Cukup masuk akal.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Usia 23
Di usia 23 tahun ini aku merasakan banyak perbedaan. Yang paling mengejutkan adalah aku jadi sering dilibatkan dalam menentukan keputusan keluarga. Pendapatku sekarang dianggap berbobot.
Berbarengan dengan hal itu aku jadi paham bagaimana orang tuaku mengelola keluarga ini. Bapak dan Ibu mulai terbuka mengenai masalah yang dihadapi. Ini hal yang baru. Aku sangat bersyukur parenting orang tuaku cukup baik. Aku sekarang bisa banyak belajar dari berbagai persoalan.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
"Hayati lelah, Bang"
Tapi setelah ditonton lagi, yang lebih lelah disini adalah Zainuddin. Bukan Hayati.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Uangmu darimana?
"Aku akan belikan kamu makan malam ini. Makanlah, aku punya uang sekarang."
Dia berkata seolah-olah aku tidak tahu asal uangnya dari mana.
"Aku tahu pekerjaanmu, Par. Jangan kira aku akan makan makanan yang kau belikan. Aku masih ingin sehat." Aku tak tega merendahkannya seperti ini. Tapi melihatnya gelap mata seperti ini aku lebih tak tega.
"Yasudah, aku tahu kamu akan begini. Aku tak punya pilihan, Din. Aku akan melakukan apapun untuk bisa makan. Aku orang susah."
Ya, Parmin memang sudah susah hidupnya. Semenjak dia ditinggal bapaknya dia jadi bingung harus apa. Sedangkan ibunya sudah pindah ke luar kota karena sebelum bapaknya pergi meninggalkan dunia, beliau sudah lebih dulu meninggalkan ibunya. Mereka bercerai. Menyisakan retakan besar di hati Parmin, sahabatku.
"Par, kenapa kamu tak coba kerja di toko Abah? Dia sudah tua, perlu banyak dibantu. Kan kamu tahu kerja di *lorong gelap itu adalah hal yang paling kita hindari. Warga kampung Amper akan menjauhimu Par."
*lorong gelap adalah sebutan bagi gang dimana pengusaha pertanian yang mengambil untung dengan mempekerjakan warga desa dengan biaya jasa murah. Menjual hasil panen dengan harga mahal. Berasnya bagus karena pupuknya diambil dari "black market" tanpa cukai.
"Iya, Din. Aku tahu semua resikonya. Dengan tidak membenciku, apa warga kampung akan kasih aku makan? Tidak, kan? Mereka mungkin tahu aku anak yang malang. Tapi hidup mereka juga sama malangnya denganku, Din. Aku kenal kamu, kamu juga sama susahnya. Sudah tak punya uang juga kan?"
"Tapi aku takkan menjual idelisme-ku Par!"
(Kami berdua terdiam)
"Ya, cuma itu yang kau punya kan Din? Aku iri denganmu. Bisa terus-terusan kenyang padahal yang kau makan itu cuma omong kosong! Kalau kau tak mau sudah. Aku juga sudah kekenyangan sekarang, sampai ingin muntah!" Wajah Parmin merah padam. Dia pergi. Aku tahu dia takkan menghubungiku lagi. Mungkin seminggu atau mungkin lebih.
....
"Assalamu'alaikum Abah, Parmin disini?"
"Wa'alaikumussalam.... Yaa Allah Bahrudin putra Mad Saleh. Kemari, masuk dulu. Toko abah kebetulan baru dibuka."
"Tapi ini kan sudah tengah hari, Bah?"
"Iya maklum, sudah tua. Abah agak kurang enak badan. Semenjak Parmin kerja di kantor, Abah jadi sering sakit karena tidak ada yang bantu Abah di Toko. Tapi Abah senang Parmin sudah mandiri. Anak itu sering belikan Abah makan yang enak. Dia juga selalu bawa bermacam-macam parsel tiap gajian. Parmin anak yang baik bukan, Din?"
(Wajah abah tersenyum sedu)
Aku tak sampai hati mendengar kenyataan ini. Parmin pulang dengan banyak uang. Tapi menipu Abah itu kejam. Kerja di kantor dia bilang? Andai Abah tahu kau akan dilaknat, Par.
1 note · View note
nuranggoro · 4 years
Text
Bicaralah Bujang!
Ajak dia untuk mengungkap hatinya.
Beri kesempatan untuk menjelaskan.
Meskipun panjang ceritanya
dengar dulu,
lalu coba bicara!
Katakan kau tak ingin ini terjadi.
Pahamkan dia dengan kalimatmu yang menenangkan.
Harinya mungkin sedang payah.
Atau mungkin dia memang bukan orang yang beruntung.
Bicaralah Bujang!
Bicara!
Dia meracau!
Menunggu keputusanmu.
Lebih tepatnya menunggu kembali mu.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Diam Kau Jelita!
Tak perlu kau utarakan.
Mereka sudah tahu
kalau hidupmu pelik.
Tapi jangan pernah kau paksa!
Orang yang menyayangimu untuk memahami
bagaimana beratnya hidupmu.
Atau mereka akan pergi.
Sebagai balasan atas rasa bersalah
yang mereka terima terhadapmu.
Sekali lagi hidupmu jadi bertambah pelik,
Jelita.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Kata orang, dua momen paling membahagiakan dalam hidup adalah ketika kamu dilahirkan, dan ketika kamu tahu untuk apa kamu dilahirkan.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Aku ingat kenangan itu,
Saat aku berjalan diantara orang-orang pilihan.
Pikirku aku tak mungkin menang.
Aku lambat dalam dalam belajar.
Tapi itulah yang menambatkan hati.
Hati agar tetap bertahan,
Sedikit demi sedikit.
Setapak demi setapak.
Meskipun tertinggal,
Aku tak pernah meninggalkan jalanku.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Mungkin bagimu aku hanyalah sebuah diksi tabu.
Enggan kau sebut dalam untaian doa sucimu.
Samar, harapan akan tersemat dalam benak.
Sekalipun kau mengumpat!
Tetap bukan aku.
Aku ada diantara keragu-raguan.
Yang membuatmu bimbang menentukan pilihan.
Aku ada disana.
Bersembunyi dibalik tirai yang takut
kau buka.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Tiap aku dapat solusi dari seseorang aku bisa langsung paham bahwa masalah yang sedang dialaminya jauh lebih besar dariku.
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Kesimpulannya adalah,
Selama ini aku hanya berorientasi pada "bagaimana cara mendapatkan lebih dan lebih", makannya banyak yang harus dikorbankan.
Kalau saja aku tau lebih awal, seharusnya aku bisa untuk "bagaimana cara memberi lebih dan lebih" akan sesuatu.
1 note · View note
nuranggoro · 4 years
Text
Latah suasana.
Siang ini kejadian bodoh kulakukan lagi.
Bapak : "Bu, ini roti kenapa tumben ada meses?"
Ibu : "Iya Pak, kali ini biar keliatan cantik dong."
Bapak : "Keliatannya biasa aja."
Ibu : "Cantik itu, cuman belum ditata aja."
(*aku menyerobot obrolan)
Aku : "Ngapain cantik-cantik kalo ga setia."
...
...
(*semua orang rumah melongo)
Ibu : "Kenapa kamu?"
Aku : "Engga aku mau ke kamar mandi."
Ibu : "Sana solat duhur nanti anterin nih roti!"
Aku : "Iyaa.."
(*melangkah sambil meratapi lisan ini)
0 notes
nuranggoro · 4 years
Text
Kalao boleh milih mending pilih masa kecil aja deh. Ternyata jadi dewasa cukup rumit. Aku jadi tau maksud dari story whatsapp anggota keluarga kayak om, tante, pakde, bude. Yang biasanya aku acuh pas mereka post soal quote2 sekarang aku jadi paham maksudnya. Hadehh bukan menyenangkan tau masalah yang dihadapi keluarga besar rupanya.
1 note · View note