Tumgik
nrlaindh · 3 years
Text
8. Mesin Kuadran
Tumblr media
Setahun sebelum tahun pemberontakan Hulagu Khan
Rasyidah memperhatikan paman nya yang selalu pergi ke Gudang dibawah tanah setiap jam 3 pagi. Sedangkan Bibinya selalu saja berada dikamar seperti pingitan.
Akhirnya Rasyidah lebih sering menghabiskan waktu membaca buku dikamar atau pergi keperpustakaan. Kecintaan nya terhadap buku sampai satu harian dia tidak bergerak dari tempat duduk perpustakaan kecuali untuk sholat. Seusai itu dia kembali duduk ditempat nya Dan kembali membaca lembaran-lembaran buku yang ada.
Rasyidah melilitkan kain ke kepalanya menutupi seluruh kepala sampai dada, hanya wajah yang terbuka. Rasidah melihat pantulan dirinya pada sebuah cermin yang lebih besar dari tubuhnya. Pagi ini Rasyidah bersiap-siap untuk berbicara pada paman nya. bibi pernah bercerita bahwa Gudang bawah tanah itu sama indahnya seperti perpustakaan kota.
“paman, bisakah kau membuka pintu, bibi memerintahkan ku untuk memberimu air minum”, teriak Ara dari depan pintu Gudang.
“masuklah, pintu itu tidak dikunci”, Jawab paman Rasyidah dari dalam ruangan
Rasyidah memasuki ruangan itu, benar seperti yang di katakan bibi, ruangan ini benar-benar indah bahkan lebih indah dari perpustakaan kota, diperpustakaan kota tidak ada benda benda seperti yang ada di ruangan paman.
Disisi kanan ruangan terdapat rak buku setinggi 3 meter, berisi penuh dengan buku-buku dan kertas manuskrip dengan penanda jilid disetiap bab nya.
Rasyidah melihat Suatu benda bulat seperti bola sedikit berat terikat di ujung sebuah tali, sedang ujung tali yang satunya lagi terikat pada tiang palang dengan posisi horizontal, Rasyidah menggoyangkan tali itu hingga benda berat di ujung nya bergerak kekiri dan kekanan.
Air minum ditangan kiri Rasyidah tumpah sedikit ke lantai, Rasyidah tidak menyadarinya dia hanya terus menatap ruangan itu dengan penuh takjub
Terdapat Jam dinding, kawat-kawat spiral yang berserakan di sudut kiri ruangan, “itu neraca pegas” gumam Rasyidah didalam hati untuk apa paman memiliki neraca pegas didalam ruangannya.
Rasyidah melihat benda berwarna perak dia pernah melihat itu sebelumnya, itu digunakan untuk menyambung sesuatu berbahan logam kalau tidak salah namanya adalah timah patri.
Rasyidah menggerakkan lagi benda berat yang terikat pada ujung tali.
“itu Namanya pendulum”, paman Rasyidah menjelaskan “Getaran terjadi saat adanya sebuah usikan, kau telah mengusik pendulum itu tadi dan getaran pun terjadi, dan orang sering mengatakan bahwa getaran itu adalah gerak yang terjadi secara bolak-balik di sekitar kesetimbangan”, jelas paman Rasyidah dengan telaten.
“paman, benda apa ini?”, Tanya Rasyidah sambil menunjuk kotak kecil berukutan 3 x 4 Cm
“rasa ingin tahu mu boleh juga”, ujar paman Rasyidah.
“apa kau pernah mendengar bahwa selama ini manusia merubah materi menjadi energi?, dunia ini diciptakan dengan berpasang-pasangan, ada siang pasti ada malam, ada tinggi ada rendah, jika ada sesuatu yang dirubah dari materi menjadi energi maka pasangan nya adalah merubah energi menjadi materi”, jelas paman Rasyidah dengan suara rendah
“Lalu, apa hubungan nya dengan alat ini?”, Rasyidah bertanya lagi, dia merasa belum mendapat jawaban dari pertanyaan awal nya.
“Alat itu adalah kuadran waktu, setiap kuadran mewakili satu tahun”
“aku masih tidak paham paman, untuk apa tahun-tahun di tiap kuadran itu?’,
“saat deret tahun nya sudah ditentukan maka alat itu menghubungkan kita dengan seseorang di masa depan pada tahun yang sudah ditentukan diawal”
“itu tidak mungkin, dunia berjalan pada saat ini, dan apapun yang terjadi dimasa depan itu sangat bergantung pada kejadian sekarang”, sanggah Rasyidah dan meletakkan secangkir air putih dari tangan kirinya
“apa kau tidak pernah dengar bahwa Tuhan menciptakan roh empat ribu tahun sebelum menciptakan jasad, dan membagi-bagi rezeki empat ribu tahun sebelum menciptakan roh?”
“Lalu jika seandainya alat ini diaktifkan, kita bertemu dengan roh yang belum pernah ada di muka bumi?” tanya Rasyidah yang merasa percakapan ini tidak masuk akal
“ya, saat kau mengaktifkan ini, maka yang benar-benar nyata hanya dirimu, sedangkan mereka masih dalam bentuk roh”, Jelas paman Rasyidah
“sungguh tidak masuk akal”. Rasyidah menarik nafas dengan kasar.
Paman Rasyidah mengatakan pertemuan akan terjadi empat kali, saat kuadran pertama mengaktifkan mesin itu, maka yang nyata adalah manusia yang ada di kuadran satu sedangkan yang berada dikuadran lain hanya roh yang telah ditangkap oleh signal mesin sehingga dapat bertemu
Saat bumi berjalan pada tahun di kuadran dua, maka kejadian itu akan berulang, yang nyata adalah manusia yang berada di kuadran dua, sedangkan yang berada pada kuadran lain adalah memory pada pertemua saat mesin itu diaktifkan pertama kali.
Mesin itu juga belum sempurna, bisa jadi akan terjadi sesuatu seperti ingatan-ingatan yang saling terhubung diantara manusia-manusia dalam kuadran tersebut. Mesin itu juga tidak memiliki pengaturan sampai kapan batas waktu pertemuan
“jadi paman, dimana mesin itu mempertemukan manusia yang berada dikuadran satu dengan roh-roh pada kuadran lain? Apa disuatu ruang yang hampa dengan waktu?”, Tanya Rasyidah
“hahahhaha.. “ Tawa menggelegar memenuhi gudang bawah tanah “tidak ada ruang yang hampa dengan waktu, dan tidak ada waktu yang tidak memiliki ruang”, sambung paman Rasyidah dengan sisa tawanya.
Paman Rasyidah sibuk menyusun kertas yang ada dimeja kerja ditengah ruangan itu.
“sudahlah, aku akan menjelaskan nya lain waktu”, ujar paman dengan lembut “sangat sulit menjelaskan mekanika kuantum jika kau belum mengetahui dasarnya”, paman Rasyidah masih memilah milah kertas nya.
“paman, aku minta maaf”, ujar Rasyidah tiba-tiba “bibi tidak memerintahkan ku untuk memberi air ini padamu, aku selalu penasaran apa yang kau lakukan ketika masih gelap diruang bawah tanah seperti ini, jadi aku membuat alasan”, Rasyidah menjelaskan panjang lebar.
“kau harus mengingat kutipan ini dengan baik ‘para ilmuwan tidak pernah menunggu matahari terbit, para ilmuwan bangun sebelum matahari terbit, dan bekerja untuk memahami bagaimana dan kenapa matahari berkelakuan seperti itu’ kalau begitu jika memiliki waktu luang aku akan mengajari mu banyak hal” paman Rasyidah tersenyum “oh ya, berikan air itu padaku, aku memang sangat haus”
Rasyidah keluar dari Gudang bawah tanah itu, dan berharap paman akan mengajarinya banyak hal, 4 bulan sebelum peperangan, Rasyidah dan Zein sudah menjadi murid paman Rasyidah. Namun pembantaian dan pengepungan yang dilakukan pemberontak memang menjadi akhir yang sangat mengenaskan, bahkan menghilangkan sebagian besar Khazanah pengetahuan.
0 notes
nrlaindh · 3 years
Text
7. Mesin Aktif
Tumblr media
Rasyidah kalut, insting nya berkata salah satu pasukan mongol sedang melihatnya sekarang, pecahan kaca dari bangunan memperlihatkan orang dibelakang Rasyidah sedang menarik anak panah pada busurnya. Perutnya mengeluarkan banyak cairan kental berwarna merah bekas anak panah yang dicabut olehnya. Dengan tanpa pikir panjang Rasyidah meraba kantong bajunya mengambil sebuah kotak kecil berukuran 3 X 4 cm. Rasyidah membuka kotak tersebut, menekan sebuah tuts kecil ditengah nya, deret-deret angka berputar dengan sangat cepat. kotak itu aktif…. Rasyidah melihat tubuhnya berubah menjadi atom-atom kecil dan perlahan semua gelap.
Rasyidah membuka matanya, meihat sekeliling seperti ruangan tanpa ujung, putih bersih dan terdapat garis berbentuk tanda tambah memanjang.seakan tanda tambah itu membentuk kuadran-kuadran dalam garis bilangan.
Rasyidah berdiri tepat pada kuadran pertama. Disetiap kuadran terlihat wanita yang mirip sepertinya, namun menggunakan pakaian yang berbeda. Mereka saling bertatapan satu sama lain.
“Siapa kalian?” ucap wanita yang berada di kuadran kedua dia adalah Diori
“Apa kalian adalah Aku?”, Tanya wanita di kuadran ke empat, itu Ara
“Bagaimana mungkin aku adalah kau”, Jawab Rasyidah dengan sekenanya
“bagaimana aku bisa disini?”, tanya Ayu yang berada di kuadran ke tiga
Mereka menenangkan diri masing-masing. Memikirkan baik-baik apa yang sedang terjadi sebenarnya. Bagaimana mereka berempat bisa sangat mirip. Rasyidah mengingat dia memang mengaktifkan mesin kuadran waktu itu untuk menyelamatkan diri dari busur panah salah satu pasukan mongol.
Sedangkan Ayu tidak tahu mengapa dia bisa berada disini terakhir dia ingat suara auman harimau sangat dekat dibelakangnya, saat harimau tersebut hendak menyerangnya dia berubah menjadi partikel-partikel atom yang sangat kecil, dia merasa dipindahkan melesat dengan sangat cepat.
Diori mengerutkan dahinya terakhir kali dia ingat penyusup yang ingin memata-matai kerajaan nya telah mengayunkan pedang tepat diatas kepalanya, namun dia sendiri tidak tau bagaimana dia melesat pergi dan datang ke tempat ini.
Terakhir kali Ara ingat, dia sedang berlari meninggalkan Aldo, menyebrangi jalan raya. Ah iya dia hampir saja tertabrak mobil, namun dia seperti berubah tembus pandang bak layaknya hologram, lalu perlahan dia menghilang dan sampai ketempat yang aneh ini.
“Kenapa kau berdarah seperti itu?”, Tanya Ara pada Rasyidah
“kota ku dikepung dan diserang dari barat dan timur, kota ku luluh lantah rata dengan tanah”, Jawab Rasyidah
Rasyidah melihat orang-orang yang ditemui nya sekarang, mereka sangat mirip dengan nya. tapi mengapa pakaian mereka sangat aneh begitu.
“bagaimana kau hidup selama ini?’, Tanya Rasyidah pada Diori
“aku tinggal di sebuah kerajaan kecil di tengah danau besar, kami memiliki kekuatan sakti ”, Jawab Diori
Sepertinya gadis ini hidup di daerah yang mempercayai kekuatan sihir, Rasyidah menelan saliva nya, mengapa di masa depan orang-orang masih mempercayai kekuatan sihir itu.
“kalau dengan mu?”, Rasyidah bertanya pada Ayu
“wilayah kami di jajah dengan sangat kejam, banyak para rakyat mati kelaparan dan banting tulang karena pembantaian dengan cara kerja paksa”, jawab Ayu dengan sangat lembut
Rasyidah berpikir dengan keras, bumi memang selalu berjalan dengan alami. Jika sudah kehendak Tuhan maka tidak ada yang tidak mungkin. Penjajahan ke daerah yang belum banyak penduduk jelas akan terjadi. Turki Utsmani menaklukkan kota Konstatinopel dan ibu kota Byzantium Kekaisaran Romawi, mereka memblokir jalur perdagangan, mereka sudah pasti akan berdagang dan menjarah di daerah-daerah timur.
“seperti nya kau datang dari zaman yang lebih akhir diantara yang lain, bagaimana kehidupan mu?”, Tanya Rasyidah pada Ara
“tidak ada yang istimewa, semua hal sudah ditetapkan sesuai hukum, kami banyak bekerja dibantu dengan mesin-mesin yang digerakkan oleh energi, saat ini sedang terjadi wadah virus yang menyebabkan kematian tinggi”, jawab Ara dengan sangat jelas.
“Virus? Apa itu seperti penyakit?”, Tanya Rasyidah
“ya. Aku sedikit tidak percaya, aku sangat yakin itu hanya isu belaka”, jawaab Ara
“jika kau datang dari tahun yang lebih tua, bagaimana keadaan jalan yang kami bangun dengan aliran keringat dan darah itu”, Tanya Ayu pada Ara
“Apa maksudmu jalan raya Deandles?”, Tanya Ara kembali
“ya”, Jawab Ayu
“Jalan itu menjelma jadi sebuah infrastruktur modern pertama, meningkatkan perekonomian dan memudahkan distribusi jual beli. Namun sebelumnya menurut sejarah, selama 8 dekade jalan itu tidak boleh dilewati oleh warga pribumi”, jelas Ara panjang lebar
“Begitukah? Aku sedikit lega mendengarnya? Apa setelah itu nusantara akan merdeka”, Tanya Ayu kembali
“tidak, setelah Deandles akan ada negara lain yang menjajah nusantara, setelah itu barulah akan merdeka”, Jelas Ara kembali
“Apa dimasa kalian tidak ada orang yang memiliki kekuatan sakti”, Diori bertanya pada semuanya.
“apa salah satu yang kau pikirkan adalah seperti teleportasi?”, tanya Rasyidah
“apakah teleportasi itu berpindah tempat dengan sangat cepat?”. Tanya Diori kembali
“sepertinya di kehidupan mu kepercayaan terhadap kekuatan sihir masih sangat pekat, teleportasi itu jelas ada, manusia biasanya hanya bisa mengubah materi menjadi energi, karena dunia diciptakan berpasang-pasangan maka sudah pasti ada perubahan dari energi menjadi materi., karena itu maka jelas akan bisa terjadi sebuah teleportasi”,Rasyidah menjelaskan kepada Diori
“sampai kapan kita akan berada di ruang ini”, tanya Diori
“Aku tidak tau, tergantung bagaimana mesin kotak kecil itu bekerja”, Jawab Rasyidah
“maksudmu bagaimana?”, Tanya Diori pada Rasyidah
“Aku yang mengaktifkan ruang ini sehingga kalian datang kemari. Aku tidak tau harus melakukan apa dikala anak panah akan melesat menembus jantung ku, kita berada di sisni adalah hasil kerja dari kotak kecil yang kuaktifkan, mesin itu belum sempurna tidak ada pengaturan limit batas pengaktifan, tergantung bagaimana mesin itu bekerja”, jelas Rasyidah pada semuanya.
“maksudmu kita bisa saja berada dalam ruang ini selama-lamanya?”, tanya Ara pada Rasyidah
“aku tidak tau pasti”, jawab rasyidah dengan suara lirih
Ruang putih seperti tanpa ujung itu mendadak berubah jadi hitam, mereka tidak dapat mendengar suara satu sama lain. Bahkan suara sendiri pun disana tidak terdengar. Tempat kali ini seperti ruang sunyi kedap udara sekeras apapun berteriak tidak dapat didenganr oleh telinga sendiri. Tidak ada yang dapat dilihat dalam ruang ini. Semua gelap dan sunyi.
֎֎
Aldo melihat mainan kunci Ara dengan penuh selidik, angka yang pada saat pertama menemukannya di penyebrangan perempatan jalan kemarin disana tertulis 2.678.370 jika benar angka itu adalah hitungan detik, maka detik itu berjumlah 30 hari, sekarang Aldo duduk di trotoar jalan menggunakan kaos oblong dan masker, dihadapan Aldo sekarang adalah tempat dimana Ara menghilang. Aldo menatap mainan kunci Ara yang berbentuk kotak kecil berukuran 3 x4, sekarang di tengah kotak itu terpampang angka 0.021.600 jika benar angka itu menandakan detik artinya sekitar 6 jam. Aldo sangat berharap hitung mundur itu adalah hitungan mundur kembali nya Ara dari kejadian menghilang nya kemarin.
Seminggu yang lalu orang tua Ara kembali dari luar kota dengan surat-surat protocol kesehatan. Ibu Ara khawatri Ara tidak mengangkat telpon nya sama sekali sejak seminggu sebelum melapor ke polisi. Aldo meletakkan ponsel Ara di depan rumahnya Aldo takut jika nanti dia akan disalahkan akibat kejadian hilang nya Ara.
Aldo masih saja duduk di trotoar jalan memakan 1 bungkus roti selai yang ia beli sebelumnya, sudah 4 jam berlalu, angka di kotak itu sekarang terpampang 0.014.400, Aldo beranjak dari tempat duduk nya. dia pasrah tidak yakin kalau hitungan mundur yang terpampang di permukaan kotak itu adalah hitungan mundur kemunculan Ara kembali.
Saat sudah sampai dirumah, Aldo membanting tubuhnya di tempat tidur, mengurut pelipis dan membuang nafas kasar. Kembali dilihatnya kotak kecil itu, harap-harap cemas hitungan mundur apa sebenarnya yang ada di permukaan kotak ini.
Aldo mondar mandir dikamarnya, apakah kotak kecil ini adalah bom, kotak kecil itu sekarang memampangkan angka 0.003.600. itu artinya sekitar setengah jam lagi angka yang akan terpampang pada kotak itu pasti 0.000.000 Aldo benar-benar berharap ketika angka yang tertulis pada kotak itu adalah nol semua, Ara akan muncul kembali.
Aldo kembali berangkat ketempat kejadian hilang nya Ara, jarak rumah Aldo dengan tempat kejadian itu membutuhkan waktu 20 menit, menunggu benar-benar menguras perasaan. Bagaimana jika yang ditunggu tidak akan pernah kunjung datang.
Kotak kecil yang biasa dijadikan mainan kunci oleh Ara kini memperlihatkan angka 0.000.300. 5 menit lagi, jantung Aldo menggebu dengan sangat cepat. Saat hitungan detik tiga, dua, satu. Sebuah mobil hendak melintas, Aldo tidak terlalu yakin bahwa Ara akan muncul tepat dimana posisi dia menghilang namun dengan tanpa pertimbangan lagi, Aldo berdiri ditengah jalan melebarkan tangan nya, menghalau mobil yang akan melintas.
Layak nya orang yang hendak bunuh diri, Aldo menutup matanya. Apa yang sudah terjadi mengapa tidak ada suara apapun
Tiiiiin…. Tiiiinn
suara klakson panjang mengejutkan Aldo, dia membuka matanya, saatt dia menoleh kebelakang, Ara benar-benar berdiri disana menatap Aldo dengan tatapan yang sulit diartikan. Ara terpaku disana bahkan belum sepenuhnya sadar. Suara klakson kembali berbunyi, Aldo menarik tangan Ara dan menarik nya ketepi jalan.
Ara memeluk Aldo dengan erat, seperti menemukan sesuatu yang sangat berharga. “Ara pikir, Ara udah mati”, tuturnya dalam pelukan Aldo, suaranya tidak terlalu jelas. Aldo tidak terlalu peduli apa yang telah terjadi dengan Ara, melihatnya ada berdiri dengan jelas sekarang sudah membuatnya senang. Aldo membalas pelukan Ara
“Apaan sih peluk-peluk Ara”, Ara melepas pelukannya
“eh, lo yang duluan, kan sayang buat dilewatkan”
Kriukk… kriukk
Cacing-cacing diperut Ara berbunyi dengan sangat kencang
“cari makan yok”, ajak Ara
“mending lo sekarang pulang kerumah, lo udah dilaporin sebagai orang hilang”, jelas Aldo
“ha?? Kok bisa”,Tanya Ara panik
“lo udah 1 bulan gk ada di muka bumi”
“Aldo anterin Ara pulang…”, pinta Ara
“ogah.. yang ad ague di investigasi nemu lo dimana”
Aldo memberikan satu bungkus roti selai coklat kepada Ara, kemudian memberinya uang 20.000
“lo pulang sendiri, gue selaku manusia cinta damai tidak suka berurusan dengan polisi”
Ara pulang naik angkot menuju rumah, didaerah nya tidak ada ojek online. Setelah kejadian itu tidak ada lagi mimpi-mimpi aneh yang datang dan semua baik-baik saja.
֎֎
Ayu terperangah melihat sekitarnya, ini dihutan tempat terakhir kali dia berada sebelum datang ke tempat yang aneh dan bertemu dengan orang-orang yang mirip dengan nya. Ada botol yang berisi banyak tangkai bunga, ada yang sudah layu dan masih segar.
Ayu menghitung tangkai bunga itu berjumlah 29. Ayu merasa seperti nya ada manusia lain selain dirinya ditempat itu. Ayu menoleh kebelakang, itu Satrio, dia sedang memegang setangkai bunga dengan jenis yang sama seperti 29 tangkai yang ada ditangan Ayu.
Satrio berjalan perlahan, harap-harap cemas apa dia sedang bermimpi. Ayu menggelinjang terkejut Satrio memeluknya dengan sangat erat. Ayu hanya berdiri membeku. Satrio mellepas pelukannya
“ini yang 30”, ucap Satrio sambil memegangkan setangkai bunga lagi ke tangan Ayu
“ke 30?”, Tanya Ayu tak paham
“kau sudah menghilang selama 30 hari, aku selalu meletakkan bunga disini setiap hari”
“bagaimana dengan ibu”, Tanya Ayu
“sebaiknya kita pulang sekarang, dia menangis setiap hari”
Ayu pulang mendapatkan pelukan hangat dari ibunya, Satrio menikah dengan Ayu, mereka menjalani bagaimana kehidupan semestinya, tidak ada lagi mimpi yang mendatangi ayu, semua baik-baik saja, sebagaimana seharusnya hidup berjalan di tahun mereka.
֎֎
“sudahilah pertapaan mu”, ujar Diori dengan sangat lembut pada seorang laki-laki yang sedang bersila dan menutup mata
Halomoan membuka matanya dengan perlahan “selama 30 kali matahari terbit dan tenggelam, bagaimana kau bisa menghilang”, Tanya halomoan penuh kasih sayang
“tidak usah dipikirkan, aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku”, jelas Diori
Halomoan menceritakan bahwa Ayah Diori sudah meninggal saat melawan para mata-mata kerajaan. Halomoan sengaja bertapa di kaki gunung sembari menunggu Diori, Halomoan yakin dia akan kembali, kerajaan itu perlahan bergeser menjadi kepala adat biasa, tidak ada lagi praktik hukuman pasung dan pancung. Kerajaan itu perlahan-lahan dimasuki oleh doktrin doktrin kebenaran sains, tidak ada lagi praktik kekuatan seperti pada masa Ayah Diori.
Halomoan menikah dengan Diori dan kemudian terpilih mejadi ketua adat. Semua berjalan sebagai mana semestinya.
֎֎
Rasyidah melihat sekelilingnya, keadaan kota sudah sedikit dibersihkan
Rasyidah terkejut ada orang yang menutup mulutnya dan menyeretnya kebalik tenda-tenda yang tak seberapa jauh,
“kita harus pergi dari sini. Atau kau tidak akan pernah hidup lagi, sangat beruntung kau dapat kembali setelah menggunakan alat milik paman mu yang belum sempurna itu”, Jelas Zein.
Rasyidah baru menyadari bahwa orang yang berbicara padanya sekarang adalah Zein, dia berpakaian seperti orang tua sepertinya Zein sedang menyamar.
“Kita harus keluar dari kota ini sekarang”, ujar Zein pada Rasyidah
Rasyidah masih menggunakan pakaian seperti kebanyakan rakyat di masa kekhalifahan, zein memerintah Rasyidah untuk masuk kedalam gerobak jualan Zein. Sebenarnya Zein berpura-pura menjadi pedangan sutra agar bisa melihat dan memantau kemunculan Rasyidah.
“aku tidak menyangka tubuh mungil mu itu, mengandung banyak tembaga”, ujar Zein pada Rasyidah yang kini ditimbun oleh kain sutra dagangan Zein
“Apa kau bilang?”
“gerobak dagangku bertambah berat sekitar tiga kali lipat”, ujar Zein sambil kelelahan mendorong gerobaknya
Rasyidah sama sekali tidak peduli dengan celotehan Zein,dia lelah dengan seluruh hal yang telah terjadi.
“Apa yang terjadi dengan Khalifah terakhri itu?”,Tanya Rasyidah pada Zein
“kau akan tau nanti, bahkan peristiwa ini akan benar-benar tertulis dengan sangat jelas dalam sejarah”, jelas Zein pada Rasyidah
Zein dan Rasyidah sangat jauh pergi dari kota Baghdad, mereka menikah dan tinggal didaerah timur. Kotak kecil kuadran waktu itu diletakkan dibawah tanah tepat ditengah bangunan rumah milik keluarga Zein dan Rasyidah. Kotak tersebut aman disana dan takpernah lagi diaktifkan.
0 notes
nrlaindh · 3 years
Text
6.Diary Ara (2)
Tumblr media
Ara menyesap kopi di ujung ruangan minimarket sambil menonton dengan mata sinis seorang laki-laki yang lihai menggoda kasir bertubuh ramping dan berperawakan manis itu.
Setelah selesai mengobrol panjang lebar dengan gadis di kasir, laki-laki itu mendekat ke arah Ara, Ara pura-pura tidak tau dan tetap stay save di posisinya. Laki-laki itu sekarnag berdiri didepan Ara kemudian menurunkan dengan paksa masker yang menutupi wajahnya.
“Lo cemburu?”, Tanya laki-laki itu pada Ara
“eh dasar kepedean”, Jawab Ara
Laki-laki itu denga nasal nyelonong ikut menyesap kopi Ara, dan duduk di kursi yang ada disampingnya.
“Ra… kalau memang benar urutan mimpi lo itu, pembantaian oleh Hulagu Khan terjadi januari tahun 1258, Pembangunan jalan raya pos oleh Deandles juga mulai terjadi Januari tahun 1808, kalau masalah kerajaan kecil di samosir gue kurang tau nggak ada sejarah lengkap tentang itu”
Kening Ara berkerut, dia memikirkan baik-baik penjelasan Aldo. Ara meremas saku bajunya, kotak kecil yang sedang ia genggam didalam saku sekarang juga dia temukan pertama kali pada januari 2020 secara tiba-tiba disamping tempat tidur dan Semenjak Ara menemukan kotak kecil itu dia sering bermimpi yang aneh-aneh.
Aldo menjelaskan dengan panjang lebar berharap Ara akan terbuka kepadanya, Aldo benar-benar penasaran apa yang terjadi dengan Ara dan tidak mau Ara kenapa-napa. Aldo benar-benar yakin semua ini ada kaitanyya dengan mainan kunci yang ada di tas sekolah Ara. Setiap kali Ara tertidur dengan tiba-tiba, ada cakram kecil dibagian sudut kotak kecil itu yang akan terus berputar, dan selalu berhenti saat Ara sudah bangun kembali.
“Aldo tau darimana mimpi Ara sampe detail?”, tanya Ara dengan nada tidak suka. Aldo sudah terlampau ikut campur dengan urusannya
“Nih” Aldo meletakkan buku Diary diatas meja
“loh kok bisa ada di Aldo?”
“kursi tempat lo ujian kemarin itu kursi gue, lo mungkin gk sengaja ninggalin di laci. Untung yang nemuin gue kalau orang lain?”
wajah Ara memerah, itu buku Diary mulai dari dia SMP berbagai macam hal memalukan, menggelikan, dan cinta-cintaan tertulis didalam nya dengan sangat akurat. Ara memungut diary tersebut kemudian menyatukannya di kantong belanjaan. Aldo sadar akan ekspresi Ara dan tidak tega untuk meledeknya. Tapi dia tidak akan mendapat kesempatan seperti ini lagi besok.
“Ya Tuhan, Ara benar-benar suka sama Bagas” teriak Aldo mulai membacakan bait-bait curhatan
Ara menutup telinga nya, dan memohon agar Aldo menghentikan ucapan nya selanjutnya
“Ara juga benar-benar suka sama Putra”, bisik Aldo ketelinga Ara
“udah ih, jangan dilanjutinnnnn” pinta Ara dengan memohon,
“Ara mau nikah sama mereka, pokoknya Ara cinta banget deh sama Bagas dan Putra”, ledek Aldo lagi dengan nada yang dibuat sok manja.
Ara makin merapatkan tangan nya ditelinga. Itu curhatan kelas VIII yang ia tulis dibuku diary, wajah Ara benar-benar memerah dia benar-benar sangat malu sekarang, bahkan melihat Aldo di keesokan hari dia tidak akan sanggup, dia berharap Tuhan membuatnya menghilang dari muka bumi sekarang, andai tulisan itu tidak pernah dia tulis.
Aldo sangat gemas melihat ekspresi Ara, ada gejolak ingin memeluknya dan memberikan ketenangan, mengatakan pada Ara bahwa tidak apa-apa dan tidak perlu merasa malu.
Ara tidak tahan lagi wajah nya benar-benar seperti kepiting rebus sekarang, Ara mengikat kantong plastic belanjaan nya meninggalkan Aldo beserta dengan kopi miliknya yang belum habis. Aldo tersenyum dan membiarkan Ara pergi.
Saat Ara sudah mulai jauh berjalan kaki, Aldo mengikutinya dan melihatnya dari belakang. Ara sedang berada di perempatan penyebrangan, Ara berlari ingin menyebrang tanpa melihat ada kendaraan yang akan melintas. Aldo panik dan berteriak kemudian berlari ke Arah Ara.
Gratakkk…
Itu adalah Suara kaleng Sarden yang terlindas ban mobil, mobil tersebut berhenti dan kemudian berjalan kembali. Aldo mendekati tempat itu, tidak ada apa-apa, hanya kantong plastic belanjaan Ara dan isinya berserakan. Buku diary Ara juga ikut terpelanting sampai ketengah trotoar pembatas jalan.
Aldo memungut buku diary itu dan melihat kotak kecil yang biasa dijadikan Ara mainan kunci berada 90 cm dikanan buku diary. Cakram kecil pada sudut kanan bawah nya berputar dan ditengah kotak kecil itu tertulis angka yang sangat kecil, Aldo sampai susah membacanya. Dan itu adalah angka 2.591.400. Aldo memperhatikan angka tersebut bergerak mundur. Dan waktu mundurnya hampir sama dengan pergerakan detik pada jarum jam.
Aldo benar-benar seperti orang depresi sekarang, ini hal yang tidak wajar, ada diamana Ara sekarang. Apa dia masuk kedalam mimpinya, apa Ara datang kemasa lalu di tahun dimana mimpinya berada. Jika kotak kecil ini bergerak pasti ada hubungan nya dengan kejadian yang dialami Ara.
Aldo menelpon Ara, suara dering berbunyi sekitar satu setengah meter dibelakang nya, terlihat layar ponsel Ara retak mungkin akibat benturan keras dengan mobil atau aspal. Aldo mencari Ara disekitar tempat itu. Aldo tidak menemukan Ara sama sekali… Ara menghilang tiba-tiba seperti cerita dongeng Nirmala di dalam buku Bobo.
֎֎
Dimensi Ayu,
Satrio sedang membuka lahan untuk memulai pertanian, dia tidak perlu lagi untuk menjadi mandor pembangunan jalan raya itu karena untuk daerah sumedang sudah selesai. Rakyat didaerah tempat tinggal satrio sudah terbebas dari kerja wajib untuk raja. Begitu istilah kerja paksa disana.
Seusai dari ladang Satrio mengasah pisau belati di belakang rumah, pisau itu pemberian dari Pak Babang. Malam itu Pak Babang meminta bantuan dan memohon padanya agar mempersunting Ayu. Satrio masih menimbang-nimbang akan hal itu permohonan Pak Babang dimalam itu sudah jelas hanya dia dan Pak Babang yang tahu. malam itu Satrio menyetujui nya begitu saja tapi hari ini Satrio ragu dengan keputusan nya.
Muncul niat di hati Satrio untuk berkunjung kerumah Ayu sekarang, hari masih siang, Satrio mengambil panah berburunya, berharap setelah singgah dirumah Ayu sebentar dia akan pergi berburu kijang. disingkirkannya batu asah dan belati kemudian berangkat pergi.
“Ayu tidak ada nak, dia sedang mencari ranting di hutan untuk kayu bakar”, tutur Ibu Ayu dengan lembut.
Satrio sedikit kecewa dan berharap jika nanti berburu di hutan dia akan bertemu Ayu. Berkali-kali panah melesat tidak mengenai sasaran. Satrio benar-benar kesal bisa-bisa tidak ada hasil yang akan dibawa pulang.
Tapi rasa kesalnya sedikit hilang, dia melihat Ayu tak berapa jauh sedang menyusun kumpulan ranting untuk dibawa pulang. Ayu mengangkat ranting yang sudah di ikat ke atas kepalanya, ranting itu sangat banyak Ayu akan menjujung nya sampai kerumah. Dengan jelas Satrio melihat seekor harimau bersiap untuk menerkam tepat dibelakang Ayu.
Harimau tersebut mengaum melompat akan menerkam. Satrio sadar bahwa bidikan anak panah nya akan kalah cepat dari lompatan harimau tersebut.
Air mata sudah mengalir disudut matanya bersamaan dengan melesatnya anak panah. Tapi yang terjadi di luar dugaan. Anak panah itu tepat mengenai harimau yang hanya menerkam udara Satrio melihat Ayu perlahan lenyap menipis seperti cahaya dan hilang.
֎֎
Dimensi Diori
Nauli tiba-tiba bangun ditengah malam, keluar dari rumah dengan sorot mata datar. Diori mengikuti Kemana Nauli pergi, saat Nauli memasuki semak belukar dekat dengan tebing yang sangat tinggi. Diori memanggilnya namun Nauli tidak menggubris dan seperti tidak mendengarnya.
Nauli terus saja berjalan hampir keluar dari batas daerah kerajaan tatapan matanya hampa seperti ada sosok lain yang menggerakkan nya. Halomoan saat itu sedang bertugas melakukan penjagaan diperbatasan mengingat penyusup benar-benar sangat lihai mengobrak-abrik kenyamanan rakyat.
Mendengar suara wanita yang berteriak Halomoan langsung bergegas mencari sumber suara. Semakin dekat Halomoan dengan sumber suara is seperti mengenal suara itu, benar itu suara Diori.
Halomoan dapat melihat bahwa orang yang sedang dikejar itu adalah Nauli dia sedang berada dibawah pengaruh kekuatan lain. Saat Nauli sampai di depan dua orang laki-laki bertubuh kekar wajah dengan wajah yang sangat seram itu Nauli tersungkur jatuh ke tanah.
Halomoan datang dari belakang dua orang bertubuh kekar, memukul telak tengkuk belakang keduanya. Halomoan mengangkat Nauli kemudian berlari diikuti oleh Diori.
Diori dan Halomoan yang sedang membopong Nauli berlari dengan sangat hebat. Sumpit beracun tepat mengenai kaki Diori membuat kaki nya kaku tidak dapat bergerak.
Halomoan tidak mungkin bisa mengangkat keduanya, keadaan benar-benar genting. Diori memohon kepada Halomoan untuk terus berlari ke kerajaan dan menyelamatkan Nauli. Halomoan pun meninggalkan Diori yang tidak mampu menggerakkan kakinya itu.
Halomoan juga terluka dia tidak kuat terus berlari membopong Nauli. Halomoan bersembunyi dibalik pohon besar. Dilihatnya penyusup itu sudah mengayunkan pedang tepat diatas kepala Diori yang sudah pasti akan membelah dua kepala nya.
Tidak dapat dipercaya, Diori lenyap bersamaan dengan ayunan pedang.
֎֎
Dimensi Rasyidah
Rasyidah membuka matanya perlahan, pemandangan didepan nya adalah hamparan kota yang hampir rata dengan tanah, asap bakaran Gedung-gedung dan fasilitas umum mengepul di udara. Rasyidah menarik oksigen sepenuh paru-parunya, seperti tarikan nafas itu adalah tarikan nafas terakhirnya.
Ingatan tentang pedang yang terhunus ke tubuh paman nya, tiba-tiba berputar dikepala. Ahh iya, kotanya sedang dalam pengepungan Hulagu Khan. Rasyidah berusaha untuk berdiri. Anak panah yang tertancap di perutnya di cabutnya tanpa jeda.
Peperangan sepertinya sudah usai, Sungai Tigris dan Eufrat hitam oleh tinta-tinta catatan pengetahuan, perpustakaan besar yang dibakar. Semua buku-buku ilmuwan dan manuskrip terjemahan dari seluruh penjuru dunia, hangus tanpa bekas.
Rasyidah tidak tau apa yang harus ia lakukan, jika sekarang dia melarikan diri itu percuma saja. Pasukan mongol selalu dapat menemukan mereka yang melarikan diri.
Rasyidah melihat para pasukan mongol sedang menjarah semua bangunan membawa seluruh harta karun kekhalifahan, Rasyidah pura-pura tidak bernyawa dan kembali berbaring di tempatnya. Rasyidah mengintip dari tempat berbaring para pasukan mongol berjalan melawan arah angin. Mereka menghindari bau bangkai yang mulai menyeruak menyengat indra pembau.
Zein terkapar dengan kepala berdarah, mata nya sayu dan lemah untuk terbuka lebar, dari keadaan sadar dan tidak sadar dia sepeerti melihat Rasyidah sedang berjalan terseok. Seorang pasukan mongol sedang membidik nya dari belakang. Jangan kan untuk menolong berteriak saja Zein tak sanggup. Rasyidah meoleh kebelakang saat anak panah 30 cm tepat di posisi jantung nya. Rasyidah menghilang. Zein berusaha membuka mata dan menyadarkan diri seutuhnya, tapi Rasyidah memang menghilang seperti hologram.
0 notes
nrlaindh · 3 years
Text
5. Diary Ara (1)
Tumblr media
Kebohongan akan jadi sebuah kebenaran jika semua pihak melakukan pembenaran selanjutnya kebohongan akan diakui oleh orang-orang yang tidak mengetahui. Pertengahan maret kemarin Ayah di pindah tugaskan keluar kota, Ibu dan Adik ara yang berumur 4 tahun ikut kerumah dinas Ayah menyiapkan dan membereskan rumah yang akan ditempati. Ara tidak ikut karena masih ujian, niat Ibu hanya akan satu minggu tinggal disana namun karena terjebak lockdown akhirnya tidak bisa pulang.
Selesai ujian tengah semester sekolah Ara diliburkan atas perintah dari Mentri Pendidikan Indonesia tahun 2020 mengingat akan pencegahan covid 19 dan saat ini Ara benar-benar bosan dirumah sendiran, sudah enam hari Ara tidak memiliki kegiatan penting di pagi hari.
Ara grusak-grusuk digudang membongkar kardus-kardus dan tumpukan barang mencari sesuatu,
“Ah ketemu…”, Seru Ara pada dirinya sendiri, sambil mengangkat kotak mesin mixer dan Oven mini yang disimpan sangat terseludup didalam Gudang penuh dengan sarang laba-laba dan bau khas debu.
Ibu banyak sekali membeli alat memasak tetapi anehnya tidak pernah di gunakan, bahkan pernah sekali Ara menggunakan frypan dari salah satu Pan Set produk Nakami yang Ibu beli. Ara dimarahi habis-habisan karena menggunakan nya. Kalau tidak boleh digunakan kenapa repot-repot untuk membeli. Sepertinya ibu memang lebih menyayangi wajan-wajan harga mahalnya dari pada anak sendiri.
Ara keluar dari Gudang dan melihat kembali kebelakang, dia telah membuat Gudang sangat berserak dan benar-benar berantakan. Ara akan membereskannya nanti setelah lelah nya hilang mencari mesin mixer dan oven ini saja dia sudah keringatan.
“okay.. apa yang pertama harus kita lakukan untuk membuat bolu”, Tanya ara pada dirinya
“Hidupkan Kompornya”, Jawab Ara pada dirinya sendiri.
“Oh tidak seperti itu ferguso… bisa-bisa Ara akan membakar rumah ini”, Ara lagi-lagi menanggapi dirinya sendiri.
Ara membuka lemari dan kulkas, menyiapkan semua peralatan dan bahan, Ara membuka kembali ponsel nya dan membuka situs resep kue bolu panggang rasa mocca yang sudah di offline di browser. Ara mulai mencapurkan semua bahan, telur, tepung terigu, gula pasir, mentega, Vanili, dan 1 shachet kopi rasa mocca. Setelah selesai mencampurkan seluruh adonan serta mengolesi Loyang Dengan mentega, Ara memasukkan adonan tersebut kedalam oven.
Ara mengambil ponsel dan menuliskan pesan pada salah satu grup chat dengan subjek Tukang Ngutang.
Grup chat itu berisi 4 orang, Ara, Cella, Eko, dan Ucok, pertemanan mereka lupa dimulai sejak kapan. Tapi mereka berempat memang paling sering barengan. Eko yang paling bandel diantara mereka berempat kerjanya selalu datang terlambat, keluar di waktu jam pelajaran, dan bermain game. Kandidat dengan otak masih setengah waras dan punya otak yang encer di sandang oleh Cella, dia juga salah satu kandidat olimpiade matematika disekolah. Ucok selalu berkakta bahwa dia akan menjadi calon politisi masa denpan dan terbukti Ucok jago debat dan bisa-bisanya dia sangat hapal UUD tahun 1945 plus dengan pembukaan nya.
[Gayss Ara dirumah sendirian, kesini dong sunyi gk ada kalian Ara lagi masak bolu loh]
Setelah mengirim pesan singkat tersebut Ara memotong-motong kentang dia ingat bahwa Cella sangat suka kentang goreng.
Nyittt…
Suara rem terdengar mencicit, itu suara motor milik Cella dan Ara langsung keluar dari rumah.
“Cellaaa….. aaaaa”,jerit Ara dari pintu depan sampai ke depan motor.
Mereka berpelukan layaknya dipsy dan lala yang tidak berjumpa selama 2 tahun. Awalnya Ara tidak mengenali Cella karena menggunakan masker dan faceshield menutupi wajah, hanya matanya saja yang kelihatan.
“Cell, mulut Ara tuh udah asem 6 hari nggak ada ngomong-ngomong, liat nih pipi Ara sampe ketat gk pernah ketawa”
“Aku dirumah juga gk bisa sama sekali keluar, orang tua ku fanatik kali sama paham kopitiyah ini” Jawab Cella.
“Cel ini apaan?” Tanya Ara
“Handsantizer” Jawab Cella
“patuh dan taat sekali teman ku terhadap protocol kesehatan”
Brumm.. Brumm
Suara motor yang sudah dibongkar pasang dan bentuknya tidak karuan bergerak mengelilingi Ara dan Cella dengan asap yang mengepul di udara.
“Eko woyy… apaan ih”, sergah Ara
“Eko Satya Budi”, panggil ucok pada Eko dengan nama lengkapnya
Entah sejak kapan Ucok sampai dihalaman rumah Ara suara motornya tidak kedengaran. Arah datangnya darimana juga tidak kelihatan.
“iya nggak lagi…”, Jawab Eko “Eh kau siapa? Kok kayak suara Ucok..”, sambung Eko
“ya aku ini emang Ucok”, tegas Ucok sambil membuka maskernya.
Eko nyengir dan langsung memarkirkan motornya. Hanya dia dan Ara yang tidak menggunkan masker, bagi Eko masa bodoh dengan masker-maskeran, Eko hanya memakainya kalau memasuki kantor pemerintahan atau menarik uang di Bank. Dan mengantonginya jika ada Razia masker oleh apparat kepolisian.
“Kau Aldo kan? Kau juga diajak kesini?”,Tanya Cella pada Aldo yang duduk di belakang boncengan Ucok
“dia minta ikut”, Potong Ucok
“Terniat ya Do”, Ejek Eko sambil menaikkan alisnya
“Aldo kok bisa tau kalau ucok mau kerumah Ara?” Tanya Ara pada Aldo yang sudah membuka maskernya.
“Rumah kami tetanggaan Ra, kaminya sih enggak, kebetulan tadi aku lagi main game dirumah dia, dia maksa buat ikut”, jelas Ucok dengan nada meminta maaf telah memasukkan orang asing pada grup mereka.
“cukup penjelasan nya cok, jangan kebanyakan ngomong aku kasihan samamu”. Tutur Eko dengan prihatin.
“kenapa emang,” Tanya Ucok
“lagi pake masker hawa nya putar balik, aku kasian kau bisa mabok karna bau napas sendiri”, ledek Eko sambil tertawa puas.
Ara mempersilahkan teman-temannya masuk dan duduk diruang tengah, dengan senyelonong nya aja Ucok langsung menarik Speaker dan mengaktifkannya.
“boleh karokean kan Ra??” Tanya Ucok
“Boleh dong”
“Ra… mana bolu yang kau masak itu? Udah lapar aku”, Tanya ucok dengan gaya kelaparan.
“Ntar ya…masih belum matang” Jawab Ara.
Tingg…
Nada penanda masakan matang di oven sudah berbunyi, Ara menyajikan kue bolu nya. Kue bolu dengan bentuk yang tidak jelek dan tidak cantik itu tersaji dihadapan mereka.
“gue yakin ini bantut”, Aldo membuka suara dikala keheningan menatap bolu Mocca
“jadi gini bentuk bolu bantut”, Eko mengangguk-angguk seperti mendapat pengetahuan baru
“Don't judge a book by it's cover”, jelas Cella dengan tidak yakin
Ara sedang menanti-nanti bagaimana rasa bolu pertama buatanya itu, bentuknya tidak seperti yang ada di photo dalam situs yang telah dirujuknya. Tapi Ara masih yakin rasanya sedikit enak, Ucok dengan tanpa basa-basi langsung memakan bolu tersebut, wajahnya datar meyakinkan bahwa semuanya aman terkendali, bolu yang sedang bergumul dimulutnya sekarang rasanya anyep dan sangat tercium bau amis. Ucok tetap menelannya dengan penuh pemaksaan.
Akhirnya karena teryakinkan melihat Ucok yang biasa saja, Ara, Aldo, Cella dan Eko ikut memakan bolu mocca yang tersaji secara itu, dengan senyuman sinis Ucok pura-pura memakan potongan kedua.
Uwwwekkk
Ucok tertawa melihat ekspresi teman-temannya, semua buru-buru memuntahkan bolu tersebut dan mengambil air minum.
“yah.. maafin Ara ya manteman cemua”,pinta Ara dengan wajah Puppy eyes
“lo dapat resep dari mana?”, tanya Aldo
“dari internet” jawab Ara
“lo yakin udah ngikutin semua nya?”, Tanya Aldo lagi
“engggak di situs itu ada tulisan 1 sdt sp, Ara gk tau artinya apa, yaudah Ara skip”
“kau kira lagi nonton tiktok pake di skip”,Sergah Ucok tiba-tiba
“1 sdt sp artinya satu sendok teh SP, SP itu salah satu merek emulsifier, fungsinya untuk mengemulsikan lemak dan air menjadi satu” jelas Aldo dengan sangat telaten
“kalau gitu do, kau aja sana yang masak, masih ada bahannya kan ra?”, Tanya Ucok
“masih”, Jawab Ara singkat
Aldo berjalan ke dapur, melinting tangan bajunya dan memakai celemek, semua bahan dan alat bekas pekerjaan Ara pagi tadi masih berserakan didapur, Aldo tidak terlalu sulit mencari alat-alat dan bahan karena semua berserakan diatas meja.
Aldo dan Ara berdua didapaur, Ucok sedang heboh karokean, Cella dan Eko bermain game bersama, Eko baru saja mengajari nya, Cella memang sangat cepat tanggap. Cella adalah anak yang tidak mengerti masalah dapur dan tidak mau ikut-ikutan, dirumah saja kerjanya hanya belajar, bahkan waktu Cella berada dirumah hanya untuk tidur saja. Mulai dari bangun pagi sampai jam 8 malam kerja Cella adalah sekolah dan les tambahan.
Saat ini Aldo sangat sibuk dengan adonan, sedangkan Ara menggoreng kentang yang sudah ia siapkan.
“lo gk usah masak, catering aja”,
Ara berpikir Aldo sedang meledeknya yang tidak pandai memasak, padahal kalau buat tumisan, semur ayam, nasi goreng dan lauk pauk yang masih sederhana, Ara bisa memasaknya.
“Bukan apa-apa, gue takut waktu masak dan ngidupin kompor tiba-tiba lo tidur dan masuk kedalam dunia mimpi-mipi absurd lo itu, yang ada kebakaran ni rumah”, jelas Aldo pada Ara
Ara terdiam, apa yang dikatakan oleh Aldo itu benar, tapi sudah seminggu ini Ara tidak pernah lagi bermimpi seperti biasanya. Mimpi tu seakan hilang begitu saja seperti hanya bunga tidur.
“Aldo kok tau Ara sering tiba-tiba tidur tanpa sebab dan mimpi aneh-aneh?”, Tanya Ara penuh selidik
“gue suka sama lo, dan yang paling hebat dari rasa suka kita akan terus belajar memahami orang tersebut tanpa jeda”, Ucap Aldo dengan mata yang menyorot Ara sampai Ara memalingkan muka.
Jantung Ara jedag-jedug sendiri gk karuan, tapi Ara dengan ekspresi tenang seperti tidak terjadi apa-apa tetap membalikkan kentang goreng yang berada dihadapannya, Ara berusaha meyakinkan diri ini salah satu godaan duniawi.
“Dua sungai yang mengalir indah dengan ukiran rumit, dengan tiga lapis tembok besar. Gue rasa itu Sungai Eufrat dan Sungai Tigris, hanya sungai itu yang pada zamannya dekat dengan tembok besar masa kekhalifahan Abbasiyah”, Aldo meracau sendiri sambil memasang mixer ke lubang mesin
Ara menghentikan aktivitasnya dan mencerna baik-baik apa yang sedang dibicarakan Aldo
“Pembantaian yang terjadi di sebuah kerajaan kaya, memiliki 3 tembok besar, perpustakaan besar, dan dua sungai besar, bukankah itu pembantaian oleh Hulagu khan didaerah Baghdad?” Tanya Aldo dengan mesin mixer yang sudah siap di gunakan.
Ara terkejut mendengar penuturan Aldo kali ini, sampai-sampai dia menyenggol kentang yang sedang ditiriskan hingga terjatuh. “Ald…”
Ddrrrrrr
Suara mesin mixer memnghentikan ucapan Ara, ketika mesin mixer sudah berhenti. “Ald..”
Ddrrrrr
suara mesin menghentikan Ara untuk kedua kalinya, saat sudah hening kembali “Aldo ta…”
Dddrrrrr
Mesin mixer kembali memotong pembicaraan Ara, saat mesin sudah berhenti, “Aldo tau darimana tentang mimpi Ara” Ara menjerit dengan sangat kuat, sampai Eko, Cella dan Ucok yang sedang karokean langsung melihat dua sejoli itu didapur. Ara langsung melepaskan pegangan nya yang tadi sangat kuat menggenggam tangan Aldo karena takut mesin mixer akan dihidupkan kembali.
Ara nyengir pada teman-temannya dan mengatakan tidak ada apa-apa, teman-teman nya kembali keruang tengah. Sedangkan Aldo sudah senyum-senyum menahan tawa.
“Aldo kok tau mimpi Ara sampai detail?”, tanya Ara kembali
“Tangan mengelupas akibat ikut membangun jalan, dikelilingi hutan dan bukit bebatuan cadas, lalu mandor yang sangat kejam, aku rasa itu para pekerja Rodi di masa deandles, tepatnya di daerah sumedang”, Jawab Aldo pada Ara yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan nya.
“sekali lagi Ara tanya sama Aldo, darimana Aldo tau semua mimpi-mimpi Ara”, Desak Ara pada Aldo
Ara sudah mulai kesal sedangkan yang ditanya tidak peduli dan terus melakukan pekerjaan nya, Aldo memasukkan adonan kedalam Loyang kemudian memanggang nya didalam oven dan tentu saja dengan oven yang sebelumnya sudah dipanaskan selama 30 menit. Ara masih terus menatap Aldo dengan benar-benar kesal sekarang.
“gorengan kamu gosong Ra…..” Aldo mengingatkan, karena Ara dari tadi terus menatap nya dengan kesal.
“ya Tuhan…”
Ara buru-buru mengangkat kentang goreng nya yang hampir hangus, tetapi tidak terlalu hangus masih bisa untuk dikonsumsi.
“Ra…. Udah belum sih masak nya, kita beli makanan aja deh kalau gitu, udah laper tauk”, Jerit Cella dari ruang tengah.
“udah nih”, Jawab Ara sambil memawa kentang goreng
Cella sangat senang akhirnya cacing-cacing yang sedang konser diperutnya diam setelah kentang goreng dengan saos tomat itu masuk kedalam peutnya. Ucok dan Eko juga langsung menghentikan aktivitas mereka. Semua berkumpul mengelilingi kentang goreng itu sekarang. Tak berapa lama suara oven berbunyi, bau khas kue bolu mocca memenuhi ruangan. Aldo datang dari dapur membawa bolu dengan cetakan besar dan sudah matang. Semua menelan saliva ingin memakan nya langsung.
“potong Do”, perintah Ucok pada Aldo
“sabar, tunggu dingin dulu”, jawab Aldo
Semua menatap kue bolu yang masih mengepulkan asap di hadapan mereka, semua yang ada disitu tak sabar menunggu bolu tersebut dingin. Setelah ada 15 menit Aldo langsung memotong bolu menjadi 2/3 bagian, menyisihkan 1/3 bagian lagi kewadah lain.
“yang ini simpen buat nanti malam”, perintah Aldo pada Ara, yang langsung mendapat anggukan.
Semua menyicipi bolu mocca itu dengan khidmat, Cella, Eko dan Ucok mengacungkan jempol pada Aldo. Ara menatap Aldo saat gigitan kedua.
“Kenapa? Lo jatuh cinta gara-gara gue bisa masak?”, goda Aldo pada Ara
“najiss…. Aldo nya aja yang kepedean”, ketus Ara
Tak butuh waktu lama 2/3 bolu tersebut ludes habis berpindah tempat keperut masing-masing. The manis dingin yang tadi sudah disiapkan juga kandas sampai tetes terakhir.
“Diorima Najogi”, lirih Aldo saat suasana hening begah akibat kekenyangan
Ara melihat kea rah Aldo, bagaimana cara Aldo mengetahui semua detail mimpi yang sejak seminggu ini tidak datang kembali.
“tau dari mana kau kata Diorima Najogi”, Tanya Ucok pada Aldo
“emang itu apaan?”,Jawab Aldo dengan pertanyaan
“Diorima Najogi itu artinya carilah yang bagus, bahasa batak itu”, jelas Ucok dengan bangga
“kalau nauli”, tanya Ara menimpali
“nauli itu artinya yang cantik, bahasa batak juga?”,Jawab Ucok
“emang ada cerita kerajaan dan hukuman pancung dalam suku batak?’’, tanya Aldo kembali
“jelas ada, di daerah samosir, emang kenapa,?”, tanya Ucok
“nanya doang”, jawab Aldo sekenanya
Sudah hampir sore, semua teman-teman Ara pamit pulang termasuk Aldo, sebelum menaiki motor diboncengan Ucok, Aldo berbisik pada Ara menceritakan bahwa setiap malam jumat akan ada sosok putih yang bergelantungan disetiap pohon mangga.
Sial, saat hari sudah jam 23.08 WIB Ara belum bisa tidur dan baru sadar bahwa ini adalah malam jumat. Tempat tidur Ara langsung mengarah ke jendela, ketika melihat kejendela Ara akan langsung melihat pohon mangga yang sangat besar di pekarangan rumah nya. Ara lupa menutup tirai jendela kamar.
Ara tidak berani bergerak dari tempat tidurnya, dia teringat akan cerita Aldo. Tiba-tiba terdengar suara ngorok dari kamar orang tuanya. Siapa yang ada disana, apakah orang tuanya sudah pulang, .Ara berusaha untuk meyakinkan dirinya itu hanya halusinasi nya saja.
Kreekk suara pintu kamar mandi dibelakang terbuka, Ara juga berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu suara pintu yang tidak tertutup rapat, sehingga terbuka jika terhembus angin. Saat seperti ini Ara hanya mengingat Aldo dia yang tadi mengatakan setiap malam jumat ada sosok putih bergelantungan. Jam menunjukkan pukul 23.59 WIB Ara belum juga bisa tertidur.
Ponsel Ara bergetar, Ara melihat ada pesan dari psycopath [cerita tadi bohong, udah tidur sana, nggak ada apa-apa] membaca pesan itu Ara sedikit tenang. Ara perlahan menutup matanya dan tertidur. Melupakan semua kemungkinan-kemungkinan dari setiap hipotesis tentang mimpi-mimpi yang sudah 6 hari tak menghantui.
0 notes
nrlaindh · 3 years
Text
4. Dimensi Ayu
Tumblr media
Api di atas lampu minyak berlenggak-lenggok tersentuh belaian halus angin, sengaja di lindungi dengan telapak tangan agar tak padam melewati malam yang sedikit pekat dan awan sedang menutupi cahaya bulan.
Seorang bernama Pak Babang sedang mengetuk pintu rumah berukuran sedang, yang punya rumah keluar dengan penuh penghormatan, pemuda tinggi tidak terlalu jangkung. Pak Babang duduk di gelaran tikar pandan yang memang sudah terpasang di latar depan rumah tentu saja atas seizin tuan rumahnya. Lama mereka berbincang hingga larut malam, diakhir perbincangan Pak Babang menitipkan pesan meminta Satrio untuk memberinya bantuan. Satrio hanya mengangguk tanda iya pada pernyataan. Apakah keputusannya benar atau salah tidak terlalu diperdulikan.
Satrio masuk kembali kerumah, meletakkan kembali cangkir yang tadi di jadikan wadah untuk menjamu tamu meski hanya dengan air putih. Dilihatnya cambuk disudut dapur cambuk itu seakan mengejek nya dengan penuh kebencian. Sampai kapan dia akan menyiksa saudara sendiri begitu pikir satrio didalam hati.
Satrio terpilih menjadi mandor untuk pembangunan Jalan Raya Pos (De Grote Postweg). Pembangunan tahap pertama dari bogor-kadanghaur, setiap pekerja diberi upah 4 ringgit sebulan ditambah 4 gantang beras dan garam. Upah tersebut diberikan kepada pejabat yang memimpin proyek kemudian di salurkan kepada para pekerja, upah berjalan hanya sampai 250 Km dari panjang pembangunan jalan. 850 km lagi di dibebankan pada bupati yang daerahnya dilewati.
Megaproyek ini adalah cetusan dari seorang Marsekal bertangan bengis, tugas utama nya melindungi daerah Jawa dari serangan Inggris. Begitu pesan Louis Bonaparte penguasa Perancis yang sudah merebut kekuasaan Belanda kepada Marsekal Deandles. Alih-alih untuk persiapan perang dan pertahanan akan pendaratan serdadu inggris, jalan Raya Pos menjelma menjadi selang-selang penyedot hasil bumi untuk di kirim ke negara penjajah sebagai persiapan perang militer dan kebutuhan sehari-hari.
Pagi benar ratusan pekerja sudah siap dengan peralatan sederhana. Para mandor dari kalangan Belanda dan Pribumi sudah hadir degan penuh ekspresi. Satrio melihat Pak Babang tersenyum padanya dari balik barisan para pekerja, dia tak tega melihat lelaki kepala empat itu membawa cangkul untuk membobol bukit berbatu cadas yang kokoh dihadapan. Pak Babang adalah sahabat dari Ayah Satrio dan Ibu Satrio masih ada hubungan keluarga jauh dengan Pak Babang. Satrio sudah lama tak bertemu dengan Pak Babang semenjak Ayah dan Ibunya meninggal. Namun tadi malam Satrio benar terkejut akan kedatangan pak babang kerumah nya meminta bantuan.
Cetaar…�� Tak…
Suara lecutan cambuk terdengar menghantam tubuh ringkih bersamaan dengan suara rintihan. Itu suara cambuk milik mandor belanda yang mendarat pada tubuh kurus seorang pidana yang sangat lambat. Hari ini ada target kilometer yang harus diselesaikan, jika pada waktu yang sudah ditentukan namun belum diselesaikan, maka para pekerja termasuk penguasa daerah yang bertanggung jawab akan dibunuh dan kepalanya digantungkan pada pucuk-pucuk pohon di kiri kanan ruas jalan.
Satrio belum meluncurkan cambuknya, dia hanya memerintah dengan suara kuat saja dan sesekali ikut membantu mengangkat batu cadas yang sudah di pahat. Satrio melihat mandor Belanda terus menatap seorang wanita pribumi berparas paling cantik diantara para pekerja, lebih tepat nya pandangan mandor tersebut tertuju pada payudara yang ranum menggantung saat wanita tersebut menunduk mengangkat bebatuan, wajah mandor tersebut merah seketika, satrio dari kejauhan melihat nya tanpa memberi komentar.
Bagi satrio melihat payudara dan bagian atas wanita yang terbuka adalah hal yang biasa saja tapi sepertinya mandor belanda ini sedang sesak menahan nafsunya. Mandor belanda tersebut mendekati wanita pribumi tersebut memberikan sehelai kain putih sambil menunjuk-nunjuk payudaranya. Wanita pribumi ini tidak mengerti bahasa yang sedang dikatakan mandor tersebut dia bingung dan tak tau apa yang harus dilakukan. Mandor tersebut masih saja menunjuk payudaranya dan memberikan isyarat untuk menutupnya dengan kain, akhirnya wanita itu paham.
Satrio yang tengah memperhatikan keadaan tersebut memberi penilaian di dalam pikirannya, wanita itu lebih anggun dan sopan saat kain tersebut menutup bagian atas tubuhnya, dibandingkan seperti biasa hanya kain jarik dari pinggang sampai mata kaki saja.
Bukit berbatu cadas menjadi saksi bisu kekejaman peradaban, terlihat kaum laki-laki masih setia dengan cangkul, linggis dan balencongnya, serta kaum wanita sudah megelupas kulit tangan mengangkat bebatuan. Pekerjaan untuk hari ini sudah usai, semua pekerja dan mandor pulang dengan penuh rasa letih tanpa memberikan ucapan pamit pada mayat-mayat yang sudah berjatuhan selama satu hari bekerja.
“Pak, gimana kalau Ayu kita jual saja pada Tuan Residen Koloni”
“kamu ini ada-ada saja, dia anak perempuan kita satu-satunya” jawab Pak Babang pada istrinya
“enggeh pak, saya juga tidak rela”
“ya sudah kalau tidak rela, jangan membicarakan yang aneh-aneh”
“tapi kalau dia jadi istri salah satu dari tuan-tuan itu, dia tidak perlu ikut kerja rodi, dirumah saja mengurus anak dan suami, Ayu juga dapat tinggal dan makan-makanan yang layak jika menjadi istri tuan-tuan itu”, jelas istri nya sedikit membenarkan
“itu kalau tuan nya baik, kalau memperlakukan Ayu dengan sembarangan bagaimana? Bisa saja dia di gilir diantara mereka, dan akan ikut di lelang bersama harta bendanya jika kembali ke daerah asalnya”
Setelah pak babang berbicara panjang lebar, istrinya diam dan menyesal karena ingin menjual anaknya, mereka sudah beranjak tua hanya Ayu yang membantu mereka selama ini. Pada era kolonialisme pergundikan semarak terjadi di wilayah nusantara dimulai saat JP Coen membakar jayakarta lalu mendirikan kota baru diatas reruntuhannya. JP Coen mengatakan bahwa manusia tak bisa hidup tanpa wanita. Awalnya para kolonial membawa wanita-wanita dari Eropa, namun noni-noni Belanda gampang merana didaerah tropis.
Para pegawai kompeni lebih suka hidup dengan wanita gundik, sebab kapan saja memutuskan kembali ke Belanda, ia bisa membebaskan diri dari ikatan gundik-gundi dan anak-anaknya untuk kemudian di negeri sendiri memilih istri sesuka hati. Ini diakibatkan peraturan kala itu yang berisi, seorang pria yang menikah dengan perempuan hitam pribumi tak boleh membawa keluarganya ke Belanda.
Pada tgl 5 januari 1808 sebagai awal mula kedatangan marsekal Deandles, ia sangat heran melihat marak nya dunia pergundikan di Batavia. Orang Eropa yang berdiam di Hindia Belanda juga sangat minim, ini menimbulkan khawatir akan kemampuan pemerintahannya dalam menahan ekspansi Inggris yang juga mengincar Hindia Belanda. Sedikitnya jumlah orang Eropa di kepulauan Nusantara dianggap sebagai kelemahan serius pemerintahan Belanda. Usaha untuk melipatgandakan kedatangqan orang Eropa tidak berjalan lancar, maka perekrutan tentaranya diarahkan ke masyarakat Hindia Belanda. Kenyataan nya sangat banyak orang Indo hasil dari kawin campur pergundikan, dan ditelantarkan oleh ayah Eropanya. Demi kepentingan kekuasaan kolonialisme dan memperoleh anggota tantara, maka Deandles melakukan pengesahan terhadap anak-anak Eurasia secara hukum. Dan berharap bahwa anak-anak ini akan patuh dan setia kepada kekuasaan kolonial. Ayu masih tergeletak lemah di ranjang nya, dia tidak ikut membantu Pak Babang kerja hari ini, biasanya Ayu, Pak Babang dan Istrinya akan pergi berangkat bersama. Istri pak babang kasihan melihat anak perempuan satu-satunya itu, dalam pikirannya tak apa Ayu menjadi istri para pejabat tinggi koloni. Asal tak ikut kerja berat setiap hari, sebenarnya kerja rodi ini adalah perintah raja, Deandles menemui para raja-raja daerah dan meminta menyediakan tenaga kerja dengan memanfaatkan system kerja penduduk, sebagai kerja wajib untuk raja begitulah cara Deandles melakukan manipulasi.
Biasanya terkadang kaum ibu ikut membantu kaum pria menyiapkan target pembangunan seperti yang dilakukan istri pak babang dan anaknya Ayu.
Ibu Ayu memasuki kamar anaknya meletakkan kain yang sudah di celupkan air hangat di atas dahi Ayu, demam nya belum turun juga. Ibu Ayu khawatir anaknya akan meninggal seperti para pekerja kebanyakan, ibu Ayu memeriksa seluruh tubuh anaknya dan syukur tidak ada bintik-bintik berwarna merah. Para pekerja banyak yang meninggal bukan hanya karena medan tempuh pembangunan, faktor binatang buas dan penyakit malaria yang mematikan juga sebagai salah satu alasan banyak para pekerja bergelimpangan.
Jalan yang dibangun tersebut banyak memanfaatkan jalan yang sudah ada dan dilakukan pelebaran sekitar 7,5 meter, namun untuk daerah sumedang, tepatnya pada keresidenan Cirebon di wilayah Cadas Pangeran benar-benar medan yang sangat berbahaya.
Pangeran Kusumadinata IX seorang bupati Sumedang dengan tegas menolak melanjutkan pembangunan ruas jalan karena banyaknya pekerja yang berjatuhan. Tak ada respon dari Deandles rencananya tetap harus berjalan. Karena ambisi kuat dan pembuktian nyata dari rencanya itu nama Deandles benar-benar dikenal seantero jagat raya sebagai penggerak megaproyek Jalan Raya Pos.
Ibu Ayu tertidur disamping anaknya itu, sedangkan Pak babang sedang sibuk mencari umbi-umbian untuk dimakan esok pagi.
Sepertinya baru saja malam menjadi tempat beristirahat, pagi ini harus berangkat kembali berkutat dengan pembangunan ruas-ruas jalan. Ibunya menyentuh dahi anaknya yang masih berbaring di atas ranjang, Ayu masih demam dan panasnya belum turun. Sambil mengelus kepala ayu ibunya berucap “nak, makanlah sesuatu, ibu sudah merebus ubi kayu”. Ayu hanya mengangguk dan tersenyum kemudian ibu ayu keluar dari kamar.
“bagaimana keadaan Ayu bu?”
“masih demam pak”
Pak babang masuk ke dalam kamar anaknya, mengelus puncak kepala Ayu dengan penuh kasih sayang. Sampai-sampai seperti tidak akan melihat anak nya lagi untuk selamanya. Pak babang dan istrinya pun berangkat menuju lokasi proyek kematian Deandles. Menutup pintu rumah dan meninggalkan Ayu yang masih lemah terkulai di ranjang. Ibunya sudah meletakkan ubi rebus dan secangkir air putih disamping ranjang, agar Ayu tak sulit harus berjalan ke dapur.
Cahaya matahari tidak terlalu menyengat pagi ini, bukit batu cadas yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar hutan, sudah hampir selesai dibobol. Pak babang dan lainnya masih memegang linggis mengungkit-ungkit batuan cadas, sebagian yang lain meratakan batu kecil untuk mengeraskan jalan.
Satrio masih dengan cambuk ditangan memantau semua pekerja pembangunan jalan. Satrio melihat pak babang seperti sedang tidak enak badan, tubuhnya tampak lemah dan berdiri dengan bantuan linggis panjang yang dijadikan tongkat. Akhir-akhir ini penyakit malaria memang banyak memakan jiwa terutama para pekerja rodi jalan raya. tapi para pekerja tidak memiliki waktu untuk istirahat, mereka memiliki target yang harus disiapkan per hari.
Pak Babang merasakan sakit di dada dan kepalanya berat, tiba tiba Pak Babang ambruk di atas batuan cadas, istri Pak Babang dengan sigap mendekat pada suami nya dan berteriak meminta bantuan, satrio mengangkat tubuh pak babang bahkan membopongnya sampai kerumah. Istri pak babang panik tak karuan berbagai macam cara dilakukan untuk menyadarkan suaminya. Satrio tak bisa berlama-lama dia adalah seorang mandor. Biasnya jika orang lain yang pingsan seperti itu tidak akan ada yang menggubrisnya, hanya dibiarkan saja di singkirkan ke tepi-tepi ruas jalan.
Ayu mengerjap-ngerjap membuka mata dia seperti mendengar tangisan, Ayu tersadar kalau dia tadi pingsan usai berjalan ke dapur menyiapkan makanan agar bisa dinikmati ketika ayah dan ibunya pulang. Tubuhnya tak mampu bergerak dipaksakan nya bangkit dari tempat berbaring dengan langkah yang terseok ingin melihat suara tangisan itu seperti suara ibu, dilihatnya keadaan diluar sudah malam lama juga dia tidak sadarkan diri, ibunya menangis dihadapan tubuh ayahnya yang sedang berbaring.
Ayu tak mau bermain dengan pikirannya sendiri, dia langsung memeluk ayahnya memeriksa pergelangan tangan dan lehernya, seketika ayu terduduk lemah tak berdaya dan menyandarkan kepala di pangkuan ibunya.
Tak berapa lama suara ketukan pintu terdengar dari luar, ibu dan anak itu tak ada yang sanggup untuk bergerak membuka pintu. “masuk” ucap Ayu dengan suara parau kemudian seorang laki-laki tinggi tidak terlalu jangkung masuk kedalam rumah, ayu tak pernah melihat orang ini sebelumnya.
Satrio terkejut melihat anak dan ibu yang sedang menangis meratap, diperiksa Satrio keadaan Pak Babang dan benar saja yang hadapan Satrio sekarang hanyalah mayat. Dari sududt mata Satrio seperti mengeluarkan air mata dia mengingat kembali permintaan Pak Babang di malam itu. Satrio keluar meminta bantuan para tetangga dan dia sendiri menginap di rumah Almarhum Pak Babang membantu segala kepengurusan jenazah sampai pada peristirahatan terakhirnya.
Pagi setelah pemakaman Satrio langsung pergi menuju tempat proyek pembangunan, hari ini para pekerja sudah menyiapkan jalan sejauh 150 meter maka akan dipasang tiang paal sebagai penanda jarak dan distrik. Bukit dengan batuan cadas juga sudah berhasil dibobol awalnya bagi satrio tidak mungking bukit batuan cadas itu dapat di tembus namun kini terbukti berhasil. Pembangunan akan dilanjutkan di wilayah semarang menuju Surabaya. Satrio sedih melihat dirinya sendiri yang merasa ikut bertanggung jawab terhadap kematian demi kematian para pekerja.
Seusai bekerja Satrio tak langsung pulang kerumah, dia berniat mengunjungi keluarga Pak Babang yang sedang berkabung, pintu diketuk namun tak ada yang menyahut, satrio masuk saja menyusuri seluruh rumah hingga sampai ke halaman belakang. Dilihatnya Ayu sedang mengikat tali untuk jemuran, dari pintu dapur satrio memerhatikan gerak-gerik Ayu. Saat Ayu mengangkat kedua tangan nya mengikat tali jemuran, satrio melingkarkan tangan nya pada tubuh Ayu.
Ayu terkejut menyadari tangan kekar melingkar di tubuhnya, namun dengan sigap tangan itu melebarkan kain kemudian menutup dada dan bagian atas tubuh Ayu yang tadinya terbuka begitu saja.
Ayu terkejut dan langsung menurunkan tangannya yang masih menggenggam tali untuk jemuran, posisi Ayu masih membelakangi seseorang yang sedang berkutat menyimpul kain di punggungnya. Ayu memutar badannya dan melihat bahwa orng yang memasang penutup pada tubuhnya adalah Satrio yang kemarin ikut membantu kepengurusan jenazah ayahnya. Baru saja Ayu ingin mengucapkan sesuatu pada Satrio, Ayu merasakan sekeliling mendadak gelap, kepalanya benar-benar berat.
Ayu melihat sekelilingnya, ah pasti dia sedang bermimpi tidak ada ruangan berwarna hijau dengan gambar dan benda-benda berbulu seperti ini. Dirinya sedang menelungkupkan kepala di meja, berharap isi buku yang ada dihadapannya ini masuk kedalam kepalanya secara langsung. Dibuka nya lembar-demi lembar namun yang ada hanya pusing menerpa kepalanya. Ayu melihat dirinya mengambil benda berbulu berwarna hijau dari ranjang yang kelihatan sangat nyaman dan empuk.
“wahai boneka keroppi ku sayang, haruskah aku belajar untuk ujian”
“tidak usah” yang bertanya melakonkan suara kodok seolah olah boneka itu bisa biccara
“eh tidak boleh seperti itu keroppi ku sayang, kita harus belajar”
Ayu, kembali membuka lembaran-lembaran bukunya membaca hingga berhalaman-halaman, ketika hendak membalik kertas ke halaman berikutnya disana tertulis Romusha. Namun mata terasa sangat berat dan Ayu melihat bahwa dirinya tertidur.
Baru saja Ayu merasakan tidur pulas, percikan dingin merambat di wajahnya, ayu mengerjap-ngerjap satrio masih terus memercikkan air kewajah Ayu.
“hey, sudah-sudah ranjang ku bisa basah”
“apa kau baik-baik saja?” Satrio bertanya dengan antusias, “apa kau terkejut dan tidak suka kalau aku menutup bagian atas tubuhmu dengan kain? Apa perlu kubuka lagi?” tanya Satrio kembali
Plak.. baru saja tangan Satrio ingin membuka kain tersebut, Ayu langsung menampar dan menepis tangan satrio dengan kuat.
“bukan karena itu, aku hanya tidak enak badan, akhir-akhir ini aku memang sering pingsan tanpa sebab” jawab Ayu menjelaskan.
Ayu mengingat dengan jelas, wajah Deandles terlukis didalam buku itu, dia bermimpi lagi, disana tertulis bahwa Deandles adalah seorang dictator yang sangat kejam, Ayu ingin tau apa yang akan terjadi setelah pembangunan jalan raya yang kini sedang berlangsung didaerah semarang itu, apakah nusantara akan merdeka, ayu juga penasaran ada tulisan apa di Bab selanjutnya dalam buku yang sedang dia baca didalam mimpi itu.
Satrio memberikan secangkir air membangunkan Ayu dari lamunan. Tedengar suara bantingan kayu dihalaman depan ternyata ibu Ayu baru pulang mencari kayu bakar, Satrio langsung memapah ibu Ayu dan mengangkat kayu bakar tersebut ke belakang. Satrio bicara panjang lebar dengan Ibu Ayu, sampai akhirnya ia pamit pulang.
֎֎
“ssstt ah… Ara gk ngerti lagi harus gimana”
“kamu gk baca buku, tadi malam?”
“udah Ara baca Cell, tapi baru beberapa Bab Ara udah ketiduran”
“Ara gk suka Sejarah, Bahasa Indonesia,Biologi, PPKN, Matematika, Fisika, aa…”
“gk usah sekolah aja Ra… kamu mau dikte seluruh mata pelajaran selain seni budaya?”
“hehe iya dong”
Hari ini adalah hari pertama ujian tengah semester dan mata pelajaran yang pertama di uji adalah sejarah. Ara sudah berusaha membaca bukunya dengan system kebut semalam tapi baru dua bab dia sudah tidur dimeja belajar. Ara melihat kartu ujian ditangan nya itu dibagikan dua hari sebelum pelaksanaan.
Ara masih berputar-putar mengelilingi sekolahnya mencari ruangan. Bukan karena dia tak paham lokasi sekolahnya namun semua kelas dirubah menjadi nama-nama abjad dan peserta ujian akan mencari ruangan sesuai dengan yang terulis di kartu ujiannya. Aldo memerhatikan Ara dari jauh, sedikit antisipasi kalau Ara mengalami hal yang belakangan ini sering terjadi, tiba-tiba tertidur tanpa peduli tempat dan bermimpi.
“ah ini dia”, seru Ara pada dirinya
“Ara… kita satu ruangan ya?”, Ucok menyapanya dari belakang
“Ucok marcucok di ruang ini juga?”, Ara balas bertanya
“Iya nih!!”, jawab Ucok sambil menunjukkan kartu ujiannya
“Ahh… percuma satu ruang sama kamu, gk dapat jawaban”
“Heyy… gini gini aku calon politisi masa depan, sikit banyak aku suka sejarah”, jawab Ucok dengan angkuh.
“Eh hai Aldo, Aldo diruangan ini juga?” tanya Ara pada Aldo yang tidak tau sejak kapan berdiri disamping Ara.
“Kalau iya kenapa?” jawab Aldo dengan sekenanya
“Aldo suka gk sama Ara” tanya Ara dengan pupy Eyes
“iya” jawab Aldo singkat
“kalau gitu boleh dong kasih jawaban sama Ara”, dengan tidak tau malu Ara menuturkan kata seperti itu.
“Ara manis gk boleh curang” Aldo mendekatkan wajahnya pada wajah Ara dengan jarak 5 Cm sambil berlalu dari depan kelas itu.
“iyyu…..gk boleh dekat-dekat…. Kalau bukan di ruang ini Aldo ngapain kesini?” teriiak Ara yang kesal karena Aldo menggodanya.
“mau liat muka lo” jawab Aldo tanpa melihat kebelakang dan terus berjalan.
“sungguh sangat paradoks hubungan kalian ini” tutur ucok pada Ara
“dimana letak paradoksnya coba?” tanya Ara pada Ucok
“kau ini pura-pura tidak tau”, ketus ucok
Guru pengawas sudah tampak dari kejauhan sepertinya ujian akan dimulai, maret 2020 sekolah Ara melaksanakan ujian tengah semester untuk semester ganjil. Dikabarkan April nanti seluruh sekolah akan ditutup dan dilaksanakan system Daring.
0 notes
nrlaindh · 3 years
Text
3. Dimensi Diori
Tumblr media
Pasir putih menghampar di pinggiran danau yang luasnya kurang lebih 11 hektar. Setiap pinggiran danau yang digunakan untuk tempat pemandian disebut dengan tangkahan. Setiap tangkahan milik orang-orang tertentu. Diori berjalan kearah tangkahan putri raja. Biasanya dia lebih suka mandi atau membersihkan pakaian di tangkahan wanita biasa, karena disana dapat bertemu dengan semua teman-teman dan ibu-ibu selain anggota kerajaan. Kali ini Diori ingin menenangkan diri, dia pergi ke tangkahan putri raja yang sunyi. Menjujung wadah berisi penuh pakaian di atas kepalanya tanpa di pegang seakan wadah tersebut memiliki perekat. Tangan kirinya membawa alat pembersih sedang tangan kanan nya membawa obor. Tak berapa lama saat hendak sampai di pinggiran danau. seseorang mendorong punggung nya hingga dia terjatuh. Diori heran melihat keadaan, dimana dia saat ini. Apa dia sedang bermimpi. “apakah kakak baik-baik saja, maaf baju kakak jadi kotor?” gadis kecil dengan mata bundar itu berkaca-kaca. “ya tak apa, kakak baik-baik saja” “Aaaaaa” gadis kecil itu mengeluarkan suara jeritan dan meneteskan air mata “cup, cup, cup, tenanglah jangan menangis” “kakak beneran baik-baik aja kan?”, anak kecil itu bertanya dengan sisa tangisnya “iya nggak apa-apa” sambil mengelus kepala gadis kecil tersebut “ini ganti rugi karna aku udah ngotorin baju kakak,” sambil menyodorkan pita rambut yang baru saja di lepas dari rambutnya. “kau orang yang tidak enakan ternyata” “jaga baik-baik ya, itu pita kesayangan ku” “kalau ini pita kesayangan mu, kenapa harus kau berikan padaku, kau bisa menggantinya dengan gelang ditangan mu” “aku lebih menyayangi gelang ini, daripada pita itu” Gadis kecil itu pamit setelah berbicara banyak dengan dengan lawan bicaranya. Pita rambut yang sudah pindah pemilik itu di selipkan di kepala pemiliknya yang baru. Dengan pakaian kotor seusai terjatuh kemudian membersihkan nya dengan air. Masih tersisa bercak-bercak kotor disana tapi tetap berjalan tidak peduli akan penampilannya. Dug…. Kakinya tersandung “aaaaaa…..ini benar benar hari yang buruk”, merengek sambil mengelus kakinya. Diori bangun dari posisi tengkurap melihat sekeliling nya, Tubuh Diori penuh pasir dan lumpur danau, wadah cucian nya rapi tergeletak di samping tempat nya berbaring, dimana dia sekarang apa didalam mimpi, apa dia pindah dari satu mimpi ke mimpi lain. Ah ternyata dia sedang berada di pinggiran danau tangkahan putri raja, dengan pura-pura tidak peduli kejadian tadi sekarang Diori ingin menyiapkan pekerjaan dan beranjak pulang. Semua cucian akhirnya selesai, diori beranjak pulang melewati pasir putih hingga kakinya yang basah dan tanpa alas kembali kotor saat melewati pasir. Sekembalinya dari danau Diori langsung menyimpan cuciannya di belakang, Mendung sedang menyelimuti desa, masih pagi dan binatang ternak belum kepanasan. Di satu rumah tanpa sekat di dataran tinggi samosir. Semua berkumpul dalam ruangan mengelilingi sajian ikan mas arsik seukuran 5,5 kg dengan alas tempayan besar. “acara pernikahan akan di tunda, sampai kita dapat menangkap dua orang penyusup” suara bariton memecah keheningan. Semua orang berpandangan satu sama lain. Ada yang mengangguk karena sudah paham akan situasi dan ada yang bertanya apa yang sedang terjadi. Dirumah ini ada 4 kepala keluarga. Satu sama lain saling memberikan pendapat. Anak-anak mereka yang laki-laki juga ikut memberikan saran. Sementara yang perempuan lebih banyak diam daripada angkat bicara. Musyawarah keluarga itu sepakat untuk tidak dulu mengadakan acara pernikahan antara Diori dan Halomoan. Keadaan kerajaan sedang tidak baik-baik saja. Selesai musyawarah ibu diori menggenggam tangan anak yang perihal pernikahannya sedang dibicarakan, mengelus lembut kepala anak nya dan mengatakan berbagai macam nasehat penenang. “tidak apa-apa bu, aku baik-baik saja, artinya aku masih sedikit lebih lama tinggal Bersama ayah dan ibu” begitu ucap Diori agar ibunya tidak merasa cemas. Setelah itu Diori langsung mengambil alat anyam dan pandan tikar di belakang rumah. Berharap akan menghilangkan kejenuhan dan
sakit kepalanya. “apa kau sedih karna tidak jadi menikah?” Nauli adik Diori datang ntah dari arah mana “tidak juga, aku akan menikah nanti, setelah waktu nya tepat?” “kak,” panggil Nauli “baru saja kau bertanya dengan tidak sangat sopan, dan sekarang kau memanggilku kakak?”, sindir Diori “hehe… apa calon suami mu mencintaimu?” “tentu saja, apa kau iri?” “aku juga akan menikah nanti jika sudah dewasa, sinamot ku akan lebih mahal daripada kakak” “semoga saja” Diori tersenyum “kak, apa aku akan hidup baik-baik saja nanti?” “kenapa kau bertanya seperti itu?” “ayah adalah orang terkuat untuk saat ini, jika ayah meninggal sedangkan aku belum dewasa, apa aku akan tetap berada dekat dengan kerajaan, memiliki kehormatan dan hidup senang?” “nanti saat dewasa, banyak yang akan berubah dalam kehidupan, dan banyak yang menjadi sejarah untuk kenangan. Tidak usah takut.” Nauli tiba-tiba diam menahan sesak didalam hatinya. Pertanyaaan tidak penting nya sekarang hanyalah alasan. Pagi buta tadi, Saat Diori pergi ke tepian danau membawa cucian. Nauli dengan iseng mengejutkan kakak nya, saat di kejutkan tiba-tiba Diori pingsan, dia menggeret tubuh kakak nya dan meletakkan wadah cucian tepat disamping tubuh Diori. Dia tidak berani mengadu kepada ayah atau ibu dirumah Karna menurut pemikirannya itu adalah kesalahannya. Nauli bergetar melihat kakak nya pingsan. Dia sembunyi dan memantau dari balik pohon. Menjaga kakak nya agar tidak terjadi apapun, namun dia sendiri takut mengakui kesalahan. Syukurlah Diori cepat sadar dari pingsan. Melihat kakak nya siuman Nauli langsung pulang menuju rumah seperti tidak terjadi apapun. Hatinya seperti berkedut merasa sangat bersalah telah melakukan hal itu pada kakak nya. Rasa ingin menanyakan apa kakak nya baik-baik saja masih berputar-putar mengelilingi benaknya. Dengan mengutuk rasa takut untuk mengakui kesalahan, Nauli beranjak dari tempat duduk meninggalkan Diori yang masih terbenam dalam pikirannya. ‘Aku mimpi aneh lagi’ gumam Diori. Tujuannya untuk menenangkan diri di danau saat pagi buta malah menjadi kejadian tak terduga. Bisa-bisanya dia tak sadar tertidur dan bermimpi dipinggiran danau. Mimpi-mimpi yang berkelabat membuatnya harus memijat kepala nya. pertama dia bermimpi terjadi perang di sebuah istana yang megah, kedua dia bermimpi bekerja membangun jalan. Dan ketiga dia bermimpi bermimpi menjadi gadis manis di tengah kota. Mimpi-mimpi yang berkelabat selama ini membuatnya stress. Di paksanya mengingat dengan lekat sejak kapan dia mengalami hal seperti ini. Mimpi tersebut berkesinambungan. Dan dia ingat betul urutannya selalu sama. Jika dia bermimpi di sebuah kerajaan Makmur yang sedang terjadi perang, pasti menggunakan pakaian seperti gaun potongan panjang dengan penutup kepala. Jika dia bermimpi sedang di tindas oleh para mandor kerja mengangkat batu-batu besar dia menggunakan pakaian dengan lilitan kain dari pinggang sampai mata kaki, sedangkan payudaranya dibiarkan terpampang, rambut disanggul kebelakang. Dan jika dia bermimpi di tengah kota yang kendaraan nya berbentuk aneh, seperti kotak-kotak dan kuda besi. Dia menggunakan pakaian jahitan formal. ֎֎ “aaaaaa…..ini benar benar hari yang buruk”, Ara merengek sambil mengelus kakinya. Ara melihat kebelakang dan ternyata dia kesandung oleh pembatas parkir. “Pok, nakal kamu, jangan nangis ya kaki Ara” Ara membujuk kakinya sendiri, memukul pembatas parkir dengan tangan nya, seperti yang dilakukan seorang ibu untuk menenangkan anak kecil. Mungkinkah ini karma karena sepulang dari sekolah bukan langsung kerumah, tapi singgah di minimarket untuk sekedar membeli minuman teh kemasan. Belum ada satu jam kejadian Ara terjatuh karena bertabrakan dengan anak kecil serta pakaiannya kotor terkena tumpahan eskrim kini dia kembali tersandung pada pembatas parkir. Membuat kulit kaki yang berwarna kuning langsat itu sedikit mengelupas. Sudah jatuh ketimpa tangga begitu mungkin pribahasanya. Benar-benar bukan hari yang baik. Ara memutuskan untuk melaju dengan sepeda motornya dan pulang kerumah. Ara meminta maaf pada Tuhan di sepanjang
jalan karna tidak ada hari yang buruk, semua hari adalah hari-hari baik yang penuh dengan cerita. Baru saja Ara masuk melewati daun pintu rumah seusai mengucapkan salam , ibunya memerintahkan untuk membeli margarin dan garam di kedai tetangga. Perintah itu membuatnya menarik nafas kasar dan menurunkan bahu, belum lagi tas sandang nya di letakkan, kini dia harus beranjak kembali bahkan sebelum mengistirahatkan bokongnya. Karna tidak mau dikutuk jadi batu, Ara mengambil uang yang diberikan ibu, memperbaiki sematan pita rambut yang diberikan gadis kecil penumpah eskrim. Kemudian melaju bersama motornya. Kata Ibu, beli nya di kedai kecil saja. Jangan terlalu sering beli di minimarket nanti kedai punya rakyat kecil bisa bangkrut. “waaak beliiiiiii”,teriak ara Ara mengulangi panggilannya sampai 3 kali tapi orang yang dipanggil belum datang juga. Ini salah satu yang nyebelin kalau beli di kedai tetangga. Tapi tanpa disadari berinteraksi seperti ini mengandung emosi dan kesabaran, serta kita jadi tahu bagaimana rasanya menahan umpatan ketika si penjual sudah datang. “beli apa ra? Maaf uwak lagi sholat ashar tadi” Tuhkan, gagal mau marah sama tukang jualan nya. kedai tetangga menyimpan banyak kenangan bagi generasi Z dan generasi X. seperti sekedar membeli es lilin, kotak-kotak yang belum diketahui reward didalamnya atau membeli lotre harga 500 perak sebagai awal dari perjudian dini. “Ara pulaang” jerit Ara pada seisi rumah “kenapa lama kali?, ini sayurnya belum di kasih garam, udah kelembutan matang nya” “uwak itu ngajak cerita, jadi ghibah deh” sambil meletakkan barang belian diatas meja. “ara belum makan kan? Ini ambil nasi nya mumpung sayurnya masih panas” Ara dengan cepat mengambil piring di rak, mengisi piringnya dengan 2 centong nasi serta menuju kompor untuk diberikan sayur yang masih diaduk oleh ibunya, tumis campur-campur segala macam sayuran, kata ibu namanya capcay. Notifikasi ponsel Ara berbunyi di saku rok pakaian sekolah yang belum sempat di ganti, baru saja tangan nya ingin meraih ponsel tersebut dengan tangan kiri karena tangan kanan nya di pakai untuk makan. Ibu langsung berteriak dari dapur. “jangan main ponsel kalau lagi makan” “iya buuu” “jangan sempat ibu liat masih di pegang ponsel nya, atau besok gk usah makan, makan aja ponsel kalian itu” Omelan ibu sungguh berisik dibelakang, ara menunda mengambil ponselnya dan menikmati makan siangnya. Selesai makan dan meletakkan piring kotor kemudian bergegas mencuci muka dengan antusias dia membuka ponsel nya. ‘ada pesan dari siapa ya’ jarang-jarang ara menerima pesan From Psychopat [ara…]
[raaaa…]
[araaaaa]
[apa sih gk jelas banget]
[lama banget balasnya]
Read
[lagi apa raaa?]
[bernafas]
[serius ra]
[dua riuss]
[besok kamu sekolah]
[aldo suka ya sama ara? Nanyain nya klise banget]
[iyalah, kalau nggak ogah ogahan gue ladenin lo]
[seperti itu ternyata]
[iya ra]
[jangan mau sama ara, ara tukang main hp kalau boker]
[gk peduli gue]
Read
[dah sore ra.. mandi, bau nya ampe sini]
[aldo gk epic godain cewek, klise]
[udah ah, males ladenin nya. mo mandi juga]
[yaudah, assalamualaikum ara. Mandi gih]
Read
Ara menutup ponsel. Mengambil kotak kecil dari dalam saku pakaian sekolah yang dipakainya. Kotak berukuran 3 X 4 cm dengan gambar timbul membentuk sudut 90 derajat dengan arah sinar dari timur dan selatan. Ara mengerutkan dahi dan menatapi kotak tersebut. Kapan dia menemukan dan melihat kotak ini pertama kali. Alih-alih pusing melihat kotak tersebut, ara menjadikannya mainan kunci dan melekatkan pada resleting tas sekolah paling depan. Ponsel ara berdering membuat saraf motoric nya menyelesaikan aktivitas yang sedang dilakukan dan memutar kepala kearah ponsel. Di layar tertulis jelas Psychopat, bukan tanpa alasan ara memberi inisial tersebut kepada Aldo. Aldo siswa pindahan dari Jakarta sejak kelas X semester 2 itu, adalah anak dari teman SMA ibu nya ara. Flashback On Siang itu hari minggu, ibu, ayah dan adik ara akan pergi ke undangan pernikahan anak temannya dan pulang pada sore hari. Ara ikut menimpali bahwa dia ada acara ngumpul dengan teman nya dan pulang sore juga. Akhirnya mereka berdua membawa kunci rumah masing-masing. Ara ogah-ogahan ikut pergi undangan. Dulu saat masih kecil merengek minta ikut tapi sudah semakin dewasa anak-anak semakin memisahkan diri dari orang tua. Ara tidak jadi kumpul dengan temanya karena banyak yang berhalangan untuk keluar rumah, ada yang karena tugas, ada yang karena acara keluarga dan berbagai macam alasan lainnya. Ara memutuskan untuk me time dengan maskeran dan memanjakan diri. Suara pintu tiba-tiba terbuka, ara merasa hanya berhalusinasi tidak mungkin orang tua nya pulang secepat itu dan semua pintu rumah sudah dikunci, di bukanya timun yang menutup matanya, sudah jelas kunci masih berada di meja rias miliknya. Ara tetap stay dengan headphone dan menunggu masker nya yang belum mengering. Kreekkk… suara pintu dapur terbuka, dug....dug..dug suara langkah kaki yang berdentum pada lantai keramik, lalu tak jeda beberapa saat Ting.. suara piring berdenting. Seperti ada yang sedang bekerja didapur. Cuaca diluar sangat menggelap dan mau hujan. Ara mulai meremas selimutnya. dadanya naik turun sepertinya jangtung sedang memompa lebih cepat dari biasa. Suara batuk terdengar sangat jelas. Dan itu terdengar jelas suara laki laki. Ara memberanikan diri menuju kamar ayah dan ibu. Langkah kakinya sangat pelan hampir tidak menimbulkan bunyi pada lantai keramik, perlahan ara akhirnya dapat masuk kekamar orang tuanya, diambilnya semprotan seperti botol parfum di atas brankas. Dorr… Dorr.. Dorr… “Ya Tuhan lindungilah gue dari segala macam mara bahaya dan ketakutan” seseorang laki-laki meringkuk saat mendengar suara tembakan. Melingkarkan tangan pada kepalanya lalu tiarap. air yang digunakan untuk menyuci sayuran diguyur ara ke kepala laki-laki tersebut. Ara bersiap mengambil lesung yang ada dibawah meja untuk di pukulkan. “ampun, gue bukan orang jahat” Ara dengan sekuat tenaga hendak memukulkan lesung tersebut dengan sekuat tenaga. Namun tangan laki-laki itu tak kalah lebih kilat menangkap lesung. Memutar arahnya dan membuat ara terjatuh. Ara terkesiap dan sedikit takut. Laki-laki itu menarik lesung dan meletakkan nya di atas meja. “lo siapa?” laki-laki itu bertanya “lah aturan aku yang tanya kamu itu siapa?” ketus ara “gue bukan orang jahat, gue Cuma nganterin makanan ini” “terus kenapa kamu bisa masuk rumah saya,” sergah ara “Oke tenang, bisa gk gue bersihin kaos gue dulu?” Ara memberikan handuk kepada laki-laki tersebut, dia mulai menjelaskan dengan telaten menerangkan pada ara bahwa Namanya Aldo. Ibunya memerintahkan untuk mengantar makanan ini kerumah ara dikarenakan Ibu Aldo dan ibunya adalah teman SMA dan mereka baru saja pindah dari Jakarta. Ibu Aldo menelpon Ibu Ara dan memberitahu bahwa anak nya sedang mengantarkan makanan. Aldo yang belum kenal dengan teman lama ibunya itu diberikan nomor telepon dan mengantarkan makanan tersebut bak kurir Gofood.
Ibu ara memberitahukan bahwa mereka sedang tidak dirumah namun ternyata Aldo hampir sampai sebelum orang tua ara melaju lebih jauh. Aldo bertemu dengan ayah, ibu dan adiknya d isimpang gang. Karena tidak dapat memutar balikkan mobil. Ibu ara memberikan kunci rumah dan memerintahkan untuk menyalin makanan di rantang tersebut. Ibu ara memberitahukan bahwa tidak ada orang dirumah, Aldo masuk saja dengan santai. Tiba-tiba suara tembakan benar-benar mengejutkan nya. Ara menyemprotkan spirtus kedalam pistol kemudian menembakkan ke arah Aldo. Pistol tersebut biasanya di isi dengan peluru kelereng untuk menembak monyet di ladang kalau mereka sekeluarga pulang kerumah kakek. Ara tidak menggunakan peluru tadi, pistol itu hanya menimbulkan bunyi saja. “Gila lo ya, gimana kalau tadi ini ada peluru nya” “emang gk tau ara ada isinya atau enggak” “kurang setengah ons otak lo” “biarin” “seandainya gue mati, lo udah belumut dalam penjara” Aldo teringat harus mengembalikan kunci, dia beranjak keluar rumah tanpa pamit. Ara menatap nanar dan melihat kekacauan di dapur dia harus membersihkan nya. sejak saat itu Ara kenal dengan Aldo dan ternyata mereka satu sekolah Flashback Off
Dengan malas Ara mengangkat telepon dari orang dengan inisial Psycopath tersebut. “apasih nelpon-nelpon gk jelas, ara mau mandi. Dasar psychopath” [ra.. zein itu siapa?] “Zein? Zein yang mana? Emang ara punya temen Namanya Zein?” [lo pernah nyebutin nama Zein terus meluk gue] Ara berpikir keras “oh.. yang pas diparkiran ya” [iya, siapa dia] “kepo banget sih pak Psycho” [gue serius nanyak] “ara mau mandi” [jangan matiin dulu] “ara mau mandi titik, gk pake koma” [gue bayarin utang bakso lo tempat pak dadang di kantin] “oke, Zein itu nama cowok didalam mimpi ara, udah ya.. ara mau mandi” Tuutt telepon dimatikan sepihak, Aldo berdecih sial sekali dia harus membayar semangkok bakso harga 10 ribu hanya untuk mendapatkan jawaban bahwa orang yang bernama Zein adalah orang yang berada di dalam mimpi ara. “di matiin sama ara”, Mama Aldo bertanya “iya ma, jutek orang nya” “ibu mu juga gitu waktu muda”, sahut papa Aldo yang datang dari ruang tengah ke dapur “mama juga gitu waktu dulu?” tanya aldo “iya, tapi biasanya yang jutek itu setia” timpal papa Aldo “bukan jutek pa, itu Namanya rasional kalau belum tentu akan jadi milik kita, ya mau ngapain? Buang waktu aja” mama Aldo memberikan penjelasan. Aldo berpikir, mungkin ara memang tipe cewek seperti yang di katakan mamanya. Kalau seperti itu akan sangat susah untuk deketin ara. Dan akhir-akhir ini ara emang aneh. Ara seperti manusia yang memiliki kelainan. Ara bukan pertama kalinya tertidur dan pingsan dengan sangat lama seperti di parkiran. Aldo juga pernah melihat ara tertidur di stadion basket, dan terbangun satu setengah jam setelah usai pertandingan. Ara tidak sadar bahwa aldo berbaring dibelakang kursinya dan mendengar semua ocehan nya. ocehan ara sungguh sangat jelas siang itu “bagaimana mungkin aku bermimpi sedang membangun sebuah jalan, pakaian ku juga sangat vulgar, Oh My God itu sangat menggelikan” Ara kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke kelas. Aldo yang pura-pura menutup mata bangkit duduk setelah suara langkah kaki semakin menjauh, menatap punggung ara dengan nanar. Aldo kembali sadar dari lamunan nya dan berjalan menuju kulkas. Membuka minuman kaleng susu dengan gambar seekor beruang. “ma, ini susu halal gk sih?” “susu yang mana?” “susu ini lah”, nunjukin kaleng susu yang sudah sebagian di minum nya “ya halal lah, kan udah ada label halalnya” “Aldo curiga ini haram ma, soalnya kalau di iklan susu naga, tapi di kemasannya gambar beraang, dan di komposisi di tulis susu sapi” Ibu Aldo geleng-geleng kepala “jangan-jangan ini susu komplikasi dari ketiga elemen naga, beruang dan sapi ya ma?” “anak mu pa, mulai gila” mama Aldo melirik suaminya “ya gimana, mama nya gila, papa nya lebih gila. Makin komplit anak nya” kelakar papa Aldo. Malam itu berlalu begitu saja, alih-alih memikirkan eliksir kehidupan yang dapat menghidupkan orang mati. Kotak kecil dengan gambar kuadran itu jauh lebih aneh, benarkah itu sebuah alat untuk datang ke masa lalu atau berkunjung ke masa depan, kotak itu tidak pernah menunjukkan tanda bahwa dia pernah berfungsi. ataukah kejadian-kejadian mimpi hanya sebuah memori seseorang yang bertransfusi.
2 notes · View notes
nrlaindh · 3 years
Text
2. Dimensi Ara
Tumblr media
Pagiku cerahku Matahari bersinar Ku gendong tas hitam ku Dipundak… “Tas merah Ra….” Tukang parkir mengkritik nyanyian Ara yang baru saja melancarkan rem sepeda motornya di parkiran, “Cuka-cuka Ara dong Om, tas Ara kan nggak walna melah” dibuat dengan gaya anak kecil baru belajar ngomong. “eh, lupa ngucap salam, selamat pagi Om, kali ini Ara datang cepat dong” “hari ini cepat, besok juga udah telat lagi” sahut istri tukang parkir tersebut yang hendak mengantarkan anak nya pergi sekolah. “hehe” Ara hanya nyengir “Hai Faniaaaaaaaaa” sapa Ara pada anak Om parkir tersebut. “Halo kak Ara” Fania menjawab namun dengan tidak bersahabat. Karna bete sama Ara yang selalu nyubitin pipi nya. “dah ah, Ara mau langsung masuk ke sekolah aja” ucap Ara asal, ntah ditujukan pada siapa. Parkiran ini sebenarnya adalah dua ruko besar tempat penjualan dan pembuatan Furniture kayu, rotan maupun bambu. Namun sejak beberapa bulan yang lalu di buka untuk tempat parkiran sekolah dengan bayaran 1.000/hari. Benda-benda yang dijual di dalam ruko tersebut seperti kursi, meja, dan lainnya digeser agak kesudut ruangan. Penjualan furniture masih berjalan, namun menunggu pesanan dari konsumen. Ara berjalan dengan santai memasuki pagar sekolah sambil mengingat lekat-lekat setiap detail saat dia berjalan. Gerbang berwarna abu rokok, pak satpam sekolah, batako berwarna merah bata. Pasir putih di pinggiran lapangan. Bunga kertas, pohon cemara, tiang bendera dengan bendera nya yang sudah terpasang, pintu kelas yang sebagian masih tertutup, udara dingin dan sampah di depan kelas. Semuanya tanpa terkecuali, yang terlihat dengan kasat mata disimpan dalam amigdala dengan sebaik-baiknya. Pagi ini belum banyak warga sekolah yang datang. Dalam hati Ara bergumam “kelak aku akan merindukan tempat ini”. Jam menunjukkanvpukul 06.50 dan lonceng masuk berbunyi pada pukul 07.15 WIB “Selamat pagi pak” sapa Ara pada pembersih sekolah “pagi” dengan ramah bapak itu menjawab. Namun langsung lalu begitu saja dengan gerobak dorong yang berisikan sampah. Ara sampai di depan kelas, dia masuk dan melihat kelasnya sangat berantakan.” Ini hari apa sih?” gumam nya, “ah iya. hari selasa, bukan aku dong yang piket kelas” dia meletakkan tas nya sembarang. “oke, saat nya beraksi” sambil berlari Ara bersiap duduk pada persimpangan jalan menuju toilet, duduk tenang, pantat ketat, dan nyaman. Jam menunjukkan pukul 07.02 WIB Target pertama, 3 orang cowok berjalan dari arah jam 02.00. Salah satunya hitam manis, punya kumis tipis, tinggi jangkung, rambut panjang dan sedikit berantakan, pasti akan dipotong jika ketauan dan ada pemeriksaan “hmm itu dia santapan empuk” gumam Ara. Saat target berada 1,5 meter dari tempat duduk Ara “Halo bang, kenalin nama aku Ara. Ya ampun. Ganteng banget sih kamu” yang di panggil hanya diam dan terus berjalan kearah tujuan, Sambil melihat Ara dengan aneh. “senyum sikit dulu ah” pinta Ara, ketiga cowok tersebut tersenyum salah tingkah, memperbaiki rambutnya dan sedikit mesem-mesem “ya Ampun, sombong banget sih, si akang. Hati-hati mas di depan kamu ada pot bunga” ujar Ara Gubrak, hampir saja cowok yang menjadi target si penggoda Ara ini terjatuh, namun di tangkap oleh teman disampingnya, “tuh kan, jangan liatin Ara terus… nanti jatuh kan” sambil mengerucut kan bibirnya, Ara berekspresi seolah kasian. Dalam hati mungkin laki-laki itu sudah mengumpat Ara, (cantik sih, tapi nyebelin). Target kesekian muncul dari arah jam 00.00. Cowok kulit putih, ganteng, bulu mata melentik, baju belum dimasukin, rambut masih acak tapi sepertinya sudah di oles dengan minyak rambut. “kalau dilihat lihat ni orang tipe periang dan penyayang nih yak kan?” tanya Ara pada sekelompok perempuan yang duduk disampingnya dengan jarak 1 meter, sejak tadi menikmati pertunjukan Ara. Yang ditanya hanya diam dan tersenyum,kenal aja kagak, gimana mau dijawab. “ah maka nikmat tuhan mu yang mana lagi, yang engkau dustakan” ujar Ara, sambil mengacungkan jempolnya menyentuh hidung. Bersiap untuk melakukan aksi godaan. Target tepat berada dalam radius 1 meter, “Hai sayang” Cowok itu
menoleh, dengan muka datar. “jangan dingin gitu dong sama Ara, Ara tuh baik hati lho, cantik, bijaksana dan cocok jadi ibu rumah tangga” cowok itu masih dingin tidak menoleh lagi ke Ara. “ya udah deh, si akang dah punya dede gemes buat di jaga perasaan nya. Ara Cuma bisa bilang -Ku Menangis membayangkan betapa kejam nya dirimu pada diriku-“ Ara menyanyi di lorong tersebut dengan keras, jika sudah lama kenal, maka akan memaklumi tingkah Ara yang di luar dari kebiasaan manusia normal. Ada yang tertawa ada yang hanya senyum. Padahal Ara tidak memiliki teman disampingnya, namun si gila yang satu itu memang tidak tahu malu. “Woy” sahut suara dari kejauhan, “hallo, sahabat Ara paling baik hati” “cieee….Ara di kacangin?” Cella duduk disamping Ara “iya, padahal jarang-jarang orang cantik nyapa dia, udah ganteng dingin lagi, kan Ara jadi anu” “ra, target baru kamu banyak nih, tuh liat” Target keseribu kian, segereombolan cowok, ada yang tinggi, ada yang gemuk, ada yang badan atletis, ada yang bibir seksi, dan ada yang baju rapi. “cella, banyak banget cogan nya, Ara jadi susah mau pilih” “yang tinggi badan Atletis mantap tuh,” “ah gk suka gelay, Ara lebih suka yang bibirnya ampe jatuh kebawah seksi ew” “yang gemuk aja ra, gemoy” Target berada dalam radius 2 meter. “halo abang-abang yang unyu-unyu,” ujar Ara dengan senyum manis “hai Ara yang manis, baik hati, cantik, bijaksana dan cocok jadi ibu rumah tangga” sahut mereka dengan kompak bak paduan suara “hehe, kompak banget” sahut Ara yang merasa gk enakan. “Ara udah sarapan?”, tanya salah satu dari segerombolan laki-laki yang kini sudah mengelilingi tempat duduk Ara dan Cella. “udah dong sarapan nasi goyeng”, jawab Ara “jangan di kepung-kepung dong Ara nya, kan jadi susah nafas” sahut Ara lagi. “oh gitu ya, Ara jadi susah nafas” sahut cowok dengan badan atletis sambil mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi kasihan. “ampun om, Ara janji gk goda-godain lagi” Ara yang mulai berakting seolah, sedang di tindas “ah masa sih” sahut cowok dengan badan gemuk “ampun om, Ara masih polos” Segerombolan laki-laki itu tertawa dengan ketidak berdayaan Ara dan meregangkan barisan mereka yang menyesakkan, cella yang duduk disampingnya juga mau hampir mati ngakak. Segerombolan Laki-laki itu adalah anak STM yang sudah berkali-kali jadi target program acara AGD (Ara Godain Dong). Setiap pagi dan istirahat Ara selalu melakukan aksinya, yang jadi kesenangan sendiri, kadang orang lain juga menikmati hal absurd yang dilakukan Ara. Sekolah Ara adalah sebuah Yayasan, SMA dan SMK berada dalam satu lingkungan. Ara selalu mengganggu setiap anak STM yang lewat dan hendak ke toilet, Ara bilang, kasian mereka dikelas gk ada yang cewek. Gk bisa cuci mata. Meski cewek dikelas sendiri gk pernah kelihatan cantik. Karna rumput tertangga jauh lebih menarik. Lonceng berbunyi, suara grusak grusuk terdengar berasal dari seluruh siswa kelas. Bu Noni masuk, kelas mendadak diam dan semua siswa memberikan salam. “Heh, krucil tukang tidur”, ujar ucok pada Ara “apa sih ucok marcucok” jawab Ara. “hayuuu…. Kena marah kemarin 3 les kemana kau kunyuk”, dengan nada manakuti Ara “weeekkk” Ara memelet kan lidah nya “gk takut” “dari mana kau tadi kunyuk” tanya ucok lagi pada Ara “kayak gk tau Ara sama Cella aja, tepe tepe lah sekalian godain anak STM lewat” potong Eko yang lagi memasukkan bajunya ke dalam celana. “tau aja temen Ara paling kece ini, jadi sayang deh” “Eko Satya Budi, kau ini lompat pagar lagi kah?” tanya Ucok “iya, udah tutup pagar di depan” "mantap bos ku", ucap Ucok ,Cella dan Ara bersamaan “buk noni yang cantik, ini pelajaran seni budaya ibuk, bukan bahasa Indonesia,” ucok memberitahukan dengan nada khas batak. “saya juga tau ucok marcucok, tetapi bu indah tidak datang, jadi ibu yang menimpal disini” bu noni meniru nada bicara ucok. “anak-anak ibu sedang ada urusan di kantor, kalian jangan ribut ya, bu Indah tidak dapat hadir dikarenakakan sedang ada acara keluarga" “baik bu” seluruh siswa kelas menjawab dengan kompak Tapi perkataan -baik bu- hanya lah sampah belaka, Semua siswa
di kelas berhambur melakukan kegiatan masing-masing, tiduran, saling cerita, bermain game atau bahkan… Walau Ucok Cuma supir ojek Cinta Ara tak absen meski hujan dan becek (assek assek jos) Walau Ucok Cuma supir bajaj Hati Ara senang tiap kali di belai (assek assek jos) Percuma Eko jadi pilot Makin tinggi cintamu makin melorot Apalagi kau jadi nahkoda Jarang pulang ku takut kepincut janda Suara ribut terdengar dari kantin yang masih sepi. lonceng istriahat belum berbunyi. hanya anak dari jam kosong yang ada disini, Ara sebagai penyanyi, gendangan meja oleh Eko, pukulan galon air mineral oleh ucok, Cella yang joget-joget gk jelas hampir kayak tari ular. serta dipenuhi sorak-sorakan dari makhluk-makhluk lain yang berada di kantin. “noh Al, doi mu emang gk waras gitu ya” usik laki-laki yang sedang memakan semangkuk bakso pada teman nya yang menikmati pertunjukan dangdut dadakan di tengah kantin “emang gitu bawakan nya jay,” jawab Aldo yang akrab dipanggil Al “bawakan lahir?” ledek Rey pada Aldo “dede Ara emang cantik sih Al, tapi yang lebih cantik kan banyak,” ajay melanjutkan “lah gue sukanya dia” Ajay dan rey bersalaman bak konstruksi babel dan kejaksaan wusang yang bekerja sama. Sambil berkata, “susah emang bicara sama orang yang jatoh cinta, oke dah kita diam aja” Dia Aldo. Suka sama Ara semenjak pindah dari Jakarta dan awal masuk SMA. Bukan bad boy dengan rambut Panjang berantakan dan gk pakai dasi. Tapi tetap cabut setiap mata pelajaran lintas minat Ekonomi. Bukan ketua organisasi. Tapi bisa dicoba kalau masalah desain web komputasi. Bukan cowok dingin yang ngomongnya nyelekit, bukan cowok nerd dengan kacamata tebal. Dan juga bukan kapten futsal. Dia hanya Aldo yang masih susah buat ngerubah kata gue jadi kata aku. Dia hanya Aldo yang sejak dua minggu lalu melihat ke anehan pada diri Ara. Pada diri Arabella Salsabil. Cewek ramah, dengan perawakan tegas, sedikit berperilaku absurd, tidak bisa main bola, tidak menjadi pemenang olimpiade nasional, bukan merupakan aggota grup musik, tapi kalau adu debat, bicara didepan umum dan membuat voice acting dan cabaret drama. Kalau itu bisa dicoba. Jam kosong kali ini sukses merilis pertunjukan dangdut ambyar dengan tajuk lagu Cikini Gondangdia dibawakan oleh Ara Anggrek. Setelah selesai makan dan konser dangdut tersebut, Cella pamit pada teman-temannya ke perpustakaan untuk persiapan olimpiade Matematika. Eko dan Ucok masih tetap di kantin Ngalor ngidul. Sementara Ara pergi sendirian kelapangan menonton pertandingan basket dadakan antar kelas berjam kosong. “nih” sapa seorang cowok yang membuat Ara terkejut dan ngajuin sebotol air mineral “gk butuh,” Ara menaikkan alisnya, sambil nunjukin botol minum yang diletakkan disamping “oke, satu kosong” jawab Aldo yang di balas Ara dengan senyum simpul, “belum masuk kelas?” “masih jam kosong Al” “Ra…” panggil Aldo yang sudah duduk disamping Ara, tapi tatapannya melihat pertandingan yang tersaji di hadapan. “hmm?” Ara menoleh ke arah Aldo, tapi yang memanggil memang seperti tak niat untuk bicara “Ra…” panggilnya lagi, tatapannya masih lurus melihat pertandingan. “Apaan?” ketus Ara “gk ada, nge tes doang” “ishh…manggil kok gk bertanggung jawab, udah manggil tapi gk ngomongin apa-apa, capek Ara noleh tapi gk mau ngomong apa-apa” “Lo cantik,” nadanya rendah, terdengar serius. Namun masih melihat kearah lapangan Deg.. jantung Ara seperti terhenti bak di pukulkan bogem dengan ukuran dua kepalan orang dewasa. Mendapat pujian dari siapapun tentang kecantikannya, Ara sudah biasa. Tapi Aldo ini yang pertama kali. “ya iyalah, siapa emang yang bilang Ara jelek” jawabnya dengan sombong “tapi bo’ong” “oke, satu sama” jawab Ara berdecih. Seperti ada rasa yang kurang, seperti tidak enak, dan nyesek yang berkepanjangan. “Al..” panggil Ara “dihidung kamu ada bekas tipex” lanjutnya Aldo mengangkat tangan nya, dan ketika sudah menyentuh hidung “tetot” suara Ara menirukan bunyi klakson dan terkikik “kenaa tipu… kena tipuu… barangg palsu” Ara mendramatisir keadaan. “oke, dua satu” jawab Aldo tertawa renyah ֎֎ Suara kuda
pacu berderet-deret menggerayangi telinga, berdegup kencang menghempas tanah. Mayat begelimpangan. Rasyidah, si kutu buku yang mencintai ilmu dengan segenap tenaganya, yang berpegang teguh bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban. Sedang bersembunyi dibalik tiang-tiang brankas dan tumpukan tinggi kertas manuskrip-manuskrip terjemahan dari seluruh penjuru dunia. Jantung nya berdegup kencang melihat jeritan dan minta tolong dari luar ruangan. Kehidupan bukan sesuatu yang di junjung tinggi saat ini. Nyawa hanyalah helaian bulu yang tak berharga. Apa yang akan terjadi kali ini. Sudah banyak peperangan yang terjadi, dan ini yang terparah. Apa memang tidak ada lagi keadilan dan sikap kemanusiaan. Benak Rasyidah dengan miris. jika memang sesuatu sudah di tetapkan sebelumnya. Jika memang begitu makna takdir yang sesungguhnya, maka bisakah bertanya untuk apa rasa sakit di cipta?, bisakah bertanya untuk apa dosa di catat oleh malaikat dalam aksara?, bukankah terdzolimi seseorang yang masuk neraka? Nyatanya daun yang gugur akan jatuh karna menguning, daun yang gugur akan jatuh karna tertiup angin, daun yang gugur akan jatuh karna tak kuat tangkainya melekat di ranting. Setiap hal yang terjadi memiliki alasan dan setiap alasan benarkah berasal dari Tuhan?, yang mana disebut takdir? Alasan nya atau kejadiannya? Maka tetaplah percaya bahwa kehidupan suci oleh sang pemberi. Tidak perlu terlalu berpikir bagaimana kedepannya nanti, bukankah hanya perlu membalas budi? atas setiap tarikan nafas, pergerakan jantung, kedipan mata, gerakan tangan maupun langkah kaki. Teruslah berbuat kebaikan dan menjadi penghamba, karna setiap manusia memiliki cara berbeda dalam berbuat dosa. Rasyidah sudah tercekik menahan lapar, lidahnya seperti ditarik kedalam kerongkongan karna tak satupun masuk dalam suapan. Dia terus berjinjit dan melangkah tanpa membuat suara. Mencari tempat sembunyi didalam ruangan, namun tak ada ruang rahasia di dalam perpustakaan ini. Air mata terus mengalir dari sudut matanya, tangan nya terus-terusan menutup mulut agar tak mengeluarkan suara. Pedang yang memutuskan leher dengan sekali libasan. Sebagian berhamburan dari dalam perpustakaan sebagian lagi masih sembunyi di bawah kolong-kolong meja baca. Rasyidah memilih tempat dibalik guci besar di sudut ruangan. Sudah dua hari dia berada di balik guci tersebut. Tidak makan tidak minum, badan lemas terkulai dan tak berdaya. Keringat yang hari pertama bercucuran sangkin takutnya. Kini setetes cairan pun, tidak ada yang bisa di keluarkan oleh tubuhnya. Gaun berwarna biru muda yang ia pakai ujungnya menjutai terlihat melewati guci. Srak… mulut Rasyidah ditutup dengan kain. Matanya sempat beradu dengan pemilik mata biru yang hidung dan mulutnya tertutup dengan kain hitam. Orang itu menyeret dengan sangat kuat, kepalanya pusing, bayangan -bayangan benda yang terpantul serasa memiliki vignete hitam tebal. Dan tiba-tiba semua gelap sunyi tanpa suara. Rasyidah membuka matanya dan merasa lemas, dia bahkan tidak ingat apa yang terakhir kali ia lakukan. Dia melihat sekelilingnya. Ini seperti Gudang penyimpanan gandum dan bahan makanan. “ini, minumlah” menyodorkan segelas air “dimanan aku” tanya nya ntah pada siapa, bahkan pada si pemberi air minum pun dia tak sadar. "di tempat pengrajin roti" Rasyidah tertawa “bagaimana mungkin kau mengatakan pembuat roti dengan pengrajin” “bukankah maknanya sama?” “ya kau benar” masih dengan sisa tawanya. Rasyidah memakan roti yang di berikan Zein dengan lahap, rasanya seperti roti dengan tepung semolina, Rasyidah teringat tepung roti semolina sering dipakai untuk pesta dan perayaan masyarakat, tepung putih degan tekstur lembut untuk kalangan istana kesultanan, dan tepung kasar sering dijual pada hari-hari biasa di perkotaan. “Zein, boleh aku bertanya, apa” “hmm” tanda mengiyakan, Zein terlampau sulit berbicara panjang “apa kau yang menyeret ku tadi?” “iya, aku pura-pura di pihak mereka supaya bisa menyelamatkan mu” jawab zein “terimakasih, apakah perang akan segera usai?” “kurasa perang ini akan menghancurkan kesultanan yang sudah
dibangun selama 600 abad” “zein, apa kau akan selamat?” “sejak kapan kau peduli dengan keselamatan ku?” “anggap saja ucapan itu rasa terimakasih karna kau telah menolongku” “ego mu memang sangat besar,” jawab Zein dengan menatap Rasyidah dan tersenyum simpul "sampaikan salam ku pada paman" Rasyidah membalas tatapan itu. Zein memerintahkan Rasyidah untuk bersembunyi di tempat penyimpanan tepung. Dekat dengan mesin pembuat adonan. Mesin itu digerakkan oleh kincir Air, karna dekat dengan pinggiran sungai. Biasanya pabrik ini memproduksi 30.000 ton pertahun. namun kali ini pabrik ini tidak beroperasi, hasil produksi yang terakhir dibawa untuk bekal tentara perang. Didalam ruang penyimpanan tepung. Rasyidah sedang bersembunyi dengan posisi meringkuk, air mata tak henti mengalir dari sudut matanya. Suara kuda pacu, dentingan pedang, teriakan, dan jeritan terus terdengar. Zein sudah kembali ke medan pertempuran, berpesan pada Rasyidah untuk tidak keluar sampai Zein sendiri yang membuka pintu ruangan. Rasyidah ingin memasukkan sepotong roti sisa yang belum habis ke dalam saku pakaian rajutnya. “hmmm apa ini” gumam Rasyidah sambil mengeluarkan secarik kertas dari kantongnya. Ahh dia ingat, Surat itu dari Fariha yang dititipkan pada seseorang sebelum kejadian pengepungan dihari pertama. Sudah 3 hari berlalu.
Assalamualaikum Wr Wb Rasyidah, semoga berkah Tuhan dan keimanan selalu menyertaimu hingga berpisah roh dan jasad. Benteng sudah ditembus. lebih dahulu pinggir dilewat baru lah sampai kita ke tengah.
Rasyidah, dua tiang utama rumah sudah tiada. Pelita malam tiada nyala. Secepat kilat cahaya merambat gelap tetap sampai lebih dahulu tanpa terlambat. Bawalah lampu untuk penerang. Saudaramu fariha
Rasyidah bingung apa yang harus ia lakukan. Lebih dahulu pinggir dilewat adalah kata kiasan bahwa penyerangan hari pertama itu sudah lebih dulu memporak-poranda kan pinggiran kota. Rumah Fariha berada di pinggiran kota berbatasan dengan hutan dan aliran sungai. Dua tiang rumah yang sudah tiada artinya kedua orang tua Fariha sudah mati dalam pengepungan dan pembantaian tiba-tiba ini. Fariha masih bertahan hingga dia bisa menulis surat. Dan meminta tolong pada Rasyidah untuk datang kerumah membantunya. Tapi bagaimana mungkin. Hendak keluar dia telah berjanji kepada Zein untuk jangan keluar sampai Zein sendiri yang membuka pintu penyimpanan ini. Rasyidah kalut tak bisa berpikir jernih. Dia tetap keluar. Pemberontakan benar-benar sengit. Rasyidah berlari dan bersembunyi dari balik puing-puing rumah yang berserakan. Menuju arah rumah Fariha. jleebb… anak panah sukses menancap di perut kanan nya. Rasyidah merintih kesakitan. Dia terjatuh di tengah-tengah kerumunan perang. Air matanya tak lagi bisa ditahan, seseorang laki-laki dari golongan pemberontak menendang nya dengan kuat saat anak panah masih tertancap. Para suku tartar itu menyeretnya tiada ampun ketengah padang pasir. Bergabung dengan warga lain yang sudah hampir mati. Pertumpahan darah terus terjadi. Khalifah pemimpin kesultanan sudah balik menyerang di daerah Bashira. Namun dalam empat jam pertempuran ini menghasilkan 12.000 tentara tewa Rasyidah tak tahan lagi, tak bisa bergerak. Dia pingsan ketika melihat pedang tepat menghunus perut paman nya daru jauh. Rasyidah terkulai.. semua sunyi. ֎֎ “Ahh… dimana aku, apakah paman masih bisa selamat…” Ara merintih kesakitan memegang perutnya. "ra.. lo ngelindur? Mata biru menatap dengan sangat dekat, memukul-mukul pipi kanannya. “Zein, tolong Ara” Ara memeluk Aldo, “heyy.. sadarlah ini gue Aldo” “Zein? siapa dia, lo udah punya pacar?” tanya Aldo “Aldo gila, udah ah“ Ara langsung diam menyapu keringat di dahi nya. dan sisa air mata yang dia sendiri tidak yakin akan apa yang terjadi. “Ara, kamu kenapa sih?” “gk apa-apa?” “oh, jadi orang tiba-tiba pingsan di parkiran, terus tidak sadarkan diri selama 4 jam itu gk kenapa-napa ya?” “Ara pingsan selama 4 jam?” “enggak ra, Ara gk pingsan. Kamu sadar kok sayang” “apa sih Aldo,” “oke kita pulang, liat di parkiran tinggal kita berdua sekarang” “kenapa gk laporin ke guru aja sih, terus Aldo nunggui Ara disini selama 4 jam” “iya” “buat apa, ih kurang kerjaan, aturan tuh laporin ke Cella atau guru dong” “Woy ra.. lo itu parkiran di luar sekolah bukan didalam, mana sempat gue laporin guru” "eh iya ya.." jawabnya cengengesan "yaudah ayok pulang" “Ara bawa motor kok” “siapa juga yang mau nganterin yee… ke pe-de an lo” Ara membersihkan debu dari pakaiannya, karna di tidurkan di tumpukan barang furiniture, Ara bergegas ke posisi motornya, Aldo mengikuti di belakang dengan jarak 1 meter. Motor Ara melaju dengan kecepatan normal menyapu jalan, sementara Aldo mengikuti nya dari belakang menjaga jarak. Jam menunjukkan pukul 18.05 jalanan mulai sepi. Sesampainya di depan rumah. Aldo menunggu sampai Ara benar-benar masuk ke dalam rumah, hingga punggungnya lenyap di balik pintu.
Aldo memutar balikkan motor dan menuju rumah. angin malam mulai terasa, hewan sambar mata juga sudah keluar karna waktu beranjak magrib "ah sial, gue gk bawa helm" "gue yakin Ada sesuatu yang disembunyiin Ara" gumam Aldo "Zein, siapa itu Zein",Aldo berusaha mengingat semua laki-laki yang dekat dengan Ara "Kenapa Ara meluk gue terus bilang gue itu zein" "gue bersumpah akan menghabisi laki-laki itu".
6 notes · View notes
nrlaindh · 3 years
Text
1. Mimpi yang Berkesinambungan
Tumblr media
Tuk...tuk..tuk..
Suara hak tahu berjalan dengan ketukan perlahan, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Menuruni anak tangga yang terbuat dari pahatan batu marmer. Guci-guci besar di kiri kanan, dan ukiran rumit di setiap pinggiran anak tangga dan gapura penyambut pintu pertama.
Sebuah kota yang dikelililing tiga lapis tembok besar, dan tembok kecil mencapai 6.000 buah dibagian timur dan 4.000 buah dibagian barat. Dua sungai besar mengalir indah, dan 11 cabang sungai yang airnya mengalir keseluruh rumah dan istana di kota itu.
“Selamat siang Rasyidah”
Ketukan itu terhenti sejenak, berpaling kebelakang dan sedikit mendongak keatas, tepat pada anak tangga awal yang telah dilewatinya, seorang gadis dengan baju tipis dan sedikit menerawang.
“Selamat siang juga Fariha, aku sedikit terburu-buru. Apa kau ingin bantuan ku?”
“Ah, kali ini tidak, aku hanya ingin menyapa.” (fariha sedikit tertawa) “pulanglah lebih cepat, tidak aman diluar ini sekarang” lanjutnya.
“Terima kasih, kau benar. Tidak baik berada diluar sekarang, naluri ku…… “ (rasyidah menimbang-nimbang akankah mengucapkan perkataannya) “ahh sudahlah….,” Ucap nya menyambut
“Apa yang kau pegang itu rasyidah?”
“Oh,ini catatan kecil, buku yang kupinjam dari perpustakaan dan kain perca yang kuminta pada pengrajin di istana”(sambil menggulung kain perca yang berserakan di tangan nya) “apa ada lagi yang ingin kau tanya?”
“Hmm….Untuk kau gunakan bagaimana perca tersebut?”
“Membuat pakaian untuk 1000 binatang ternak milik paman ku,” jawabnya dengan senyum manis.
“Bisakah kau sedikit waras Rasyidah, kuharap aku bukan salah satu dari orang-orang yang selalu mengatakan dirimu gila”
“aku tidak gila Fariha, aku iri dengan binatang-binatang ternak milik paman ku itu”
“bagaimana bisa kau iri dengan binatang ternak”
“iya… karna mereka lebih modern daripada aku” jawab rasyidah dengan sedikit lirih dan merasa rendah
“maksud mu bagaimana?”
“jika semakin terbukanya pakaian, adalah bentuk dari kemodernan fariha, kurasa binatang ternak paman ku lebih modern daripada aku”
Fariha hanya terdiam dan merutuki dirinya yang merasa sedang di sidang oleh rasyidah.
“aku pergi dulu fariha” potong nya.
“hati-hati di jalan rasyidah”
Perjalanan pulang kerumah, sangat menyesakkan. Alunan kaki nya hampir menjinjit melewati banyaknya serakan-serakan bekas pembantian dan sisa perang. Jika hidup dapat di ulang, maka hanya kebenaran tempat bersandar.
Ucapan salam terucap dari bibir wanita yang memasuki pintu itu, tak ada jawaban dan tak ada siapapun, kediaman ini kosong entah kemana penghuninya, kertas-kertas dan buku buku serta kain perca yang sejak tadi berada di pelukan nya diletakkan pada sebuah meja sederhana tanpa ukiran, namun bersih tanpa ada debu dan kotoran. Wanita itu pergi kebelakang membasuh wajah, tangan, telinga dan kaki nya, lalu melangkah kembali keruang tengah. duduk didekat tumpukan buku dan kertas yang tadi diletakkan diatas meja. Tanpa sadar dia tertidur sambil memegang kotak kecil berukuran 3 X 4 cm dengan gambar timbul membentuk sudut 90 derajat dengan arah sinar dari utara dan timur , entah sejak kapan kotak tersebut berada digenggamannya.
֎ ֎
“Ayu, Ayu…. Bangunlah nak” (suara serak terdengar dari panggilan seorang wanita parubaya)
si yang punya nama, mengerjap-ngerjap, ingin bangkit dari posisi tidurnya “ahh” suara gadis itu mendesis. menggerakkkan tubuhnya pun dia tak sanggup,
“Ibu…. Aku haus”.
“Ini ada sedikit air minum, minumlah”
Ibu gadis itu membantu anak nya duduk, memberi anak gadisnya itu wadah air minum , memeperbaiki sanggul rambutnya yang terlepas, dan mengikatkan dengan kencang kain jarik gadisnya itu. Kain jarik itu di ikatkan dari pinggang hingga mata kaki. Sementara bagian dada dibiarkan terbuka. Memampangkan payudara nya yang ranum.
“Apa aku pingsan?,” tanya Ayu.
“Ya… ibu membawamu dari tempat pekerjaan itu, beberapa orang desa membantu ibu, lalu mereka kembali bekerja, ibu bahkan takut kau mati tadinya. Kau pingsan, seperti layak nya orang hendak meninggal, darah mengalir dari hidungmu, bibirmu pucat, matamu mengalirkan air mata, padahal sedang tertutup. Apa saat kau pingsan, kau sedang bermimpi buruk?” tutur ibunya dengan lembut.
Yang diajak bicara, hanya diam saja. Sambil melihat kotak kecil dengan gambar timbul membentuk sudut 90 derajat. Dengan arah sinar barat dan selatan. Tadinya kotak itu disematkan dibalik kain jarik. Namun terjatuh saat ibu nya mengencangkan ikatan kain itu.
“Heyyy…. Kenapa kau ini?, Jangan melamun” sergah wanita parubaya itu
“Ha, apa bu??” tukas Ayu terkejut
“Sudahlah, istirahat saja disini, ibu akan kembali bekerja, atau mandor itu akan menghukum semua warga desa. Jika ada orang yang datang kesini diam lah, tanpa bersuara sedikit pun”
“Iya bu, hati-hati…” (seperti tak rela ibunya pergi)
Wanita paruh baya itu meninggalkan anaknya pada ilalang yang sudah terbentuk bulat dan memiliki ruang, ilalang yang berbentuk kemah itu berada ditengah ilalang yang tumbuh memanjang.
Mimpi? kurasa aku memang sedang bermimpi. Banyak sekali tumpukan buku, ahh apa tadi Namanya……. Oh ya perpustakaan, nama tempat itu perpustakaan. Tapi pakaian ku pada mimpi itu aneh sekali, sangat tertutup. (tanpa sadar Ayu menyilangkan tangannya di bagian dada) aku dipanggil apa tadi… hmm Rasnah, syaidah ah aku lupa (Ayu berdialog dengan dirinya sendiri sambil tersenyum lucu)
“Aww, ahhhh sakit”, Ayu merintih, sambil menjauhkan tangan nya yang ia tumpukan pada ilalang
“Siapa disana?” suara gertakan, kuat dan tajam
Tubuh Ayu mendadak membeku, diam tak bersuara, hanya detak jantungnya yang terdengar oleh nya sendiri. Matanya terpejam, tubuhnya bahkan sudah siap apapun yang akan terjadi. Ntah tembakan maut, pijakan yang membuat memar, pukulan yang menghantam, atau apapun.
“wahai Tuhan tolong aku, semoga laki laki bengis itu tak mendapatiku disini” Ayu berdialog dengan sang pencipta. “Ahhh.. Sejak kapan kulit tangan ku mengelupas” . “fuhhh” (menghembus kedua telapak tangannya yang tadi tidak sengaja ia tumpukan pada ilalang sehingga membuatnya bersuara)
Ayu diam dalam keadaan telentang, di tutupi ilalang yang sudah berbentuk sedikit bundaran. jangan kan untuk berlari, duduk pun dia tak punya tenaga lagi. Suara langkah kasar terus mendekat, mungkin lelaki bengis itu sedang menggunakan sepatu bot super tebal sekarang.
Srak srak, suara sapuan langkah menggesek tinggi nya daun ilalang, suara nya semakin mendekat. Krakkk … patahan ranting sedang dipijak oleh sang punya langkah, tinggi nya ilalang menghalangi pandangan lelaki berbadan kekar dengan seragam kemeja rapi berwarna coklat dan topi ontel.
Degup jantung Ayu menggebu, bagai pacuan pasukan kuda yang hendak menyerbu musuh. Matanya sudah dipejamkan. Siap untuk apapun. Langkah kaki itu sudah tepat disamping tubuhnya. Sebuah tangan hendak maraup keras menarik rambutnya.
֎֎
“sayang…. “ Tangan lembut menyapu kepala gadis berperawakan tegas, yang sedang gelisah dalam tidur.
gadis itu membuka matanya dan melotot, serta berkeringat. “ibu, ada yang ingin membunuhku” tutur nya
“Kau hanya bermimpi sayang” terang seorang wanita umur 40 an
Dilihatnya sekelilingnya… “ahh iya, aku sedang dirumah. Bukan di kemahan ilalang dengan kulit telapak tangan yang mengelupas” gumamnya dalam hati.
“Ibu, aku bermimpi aneh. Aku melihat diriku bekerja mengangkat tumpukan batu besar. Dan berpakaian terbuka, payudara ku kelihatan. Aku memakai, seperti kain yang kupakai ini, namun corak nya berbeda…. Berwarna coklat motif berliku, cara bicaraku juga berbeda sangat lembut” tutur gadis itu pada ibunya
“itu hanya bunga tidur, ayo bantu ibu menumbuk padi. Hasil panen kita melimpah tahun ini” jawab ibunya.
“Apa masih ada padi yang di sawah?”
“Masih, abang mu juga masih disana”
“Bu, aku pergi” (dengan berlari dan menarik tas kecil dari anyaman pandan tikar di gantungan dinding, tak menghiraukan panggilan ibunya. Gadis itu keluar dari rumah yang pintunya sangat rendah. Bahkan jika hendak keluar atau masuk harus menunduk).
“Diori” sapa seseorang padanya
“Hei Posmawani”, jawab nya dengan cepat.
setelah kabur berlari dari rumah, paru-parunya saja belum dapat menghirup oksigen dengan sempurna, dia harus menjawab panggilan seseorang, meski dengan tersenggal
“Diori, kenapa lari?” (gadis yang bernama posmawani itu sedang duduk di pinggiran waduk)
“Gk apa apa, aku mau mencari abangku” jawab nya.
“Disana” (menunjuk sekerumunan pemuda yang sedang mengangkat padi ke atas gerobak) “ayok kesana”
Baru saja posmawani hendak berdiri, sehelai kertas jatuh dari pangkuannya, kertas itu mungkin diletakkan dipangkuan nya saat duduk tadi. Kertas itu terbuka dan memampangkan wajah seorang pemuda. Dengan tersipu malu posmawani mengambil kertas itu dan menggulungnya. Diori menatap posmawani dengan selidik.
“aku suka dia Diori, aku harus menampung jantung ku kalau liat dia lewat, dia juga ahli berperang, wajahnya sangat tampan. Kurasa dia akan terpilih menjadi panglima kerajaan” jelas posmawani dengan sedikit malu pada sahabat dekatnya itu.
Diori diam, laki laki yang sedang disukai dan diceritakan sahabat nya itu, surat nya sedang berada di dalam tas kecil nya. Kemarin, sewaktu lembayung senja turun di antara perbukitan samosir, Diori sedang duduk di pinggiran danau toba. Dengan ulos merah yang melilit dari bagian dada sampai dibawah lutut, memampangkan bahu putih miliknya.
“Diori” suara bariton menyapa
“kenapa disini?” jawab diori terkejut.
“menunggumu, kenapa tidak pulang? Pelita akan diredupkan, Ibu mu akan marah” tutur pemuda itu.
“aku akan pulang nanti, sangat nyaman disini”
Lama mereka tanpa suara, laki laki itu duduk, ikut serta melihat apa yang diori lihat, jarak mereka sekitar dua meter. Menatap matahari menghilang, pelita dari tuhan itu bergeser kebelahan bumi lain, mendatangkan cahaya redup dari hasil pantulan nya pada benda bulat lain.
Matahari tak pernah iri pada bulan, bulan yang selalu di puji karna keindahan cahaya redupnya. Menenangkan hati siapapun dalam malam yang mendatangkan udara dingin. Padahal, tanpa matahari bulan bukan lah apa-apa. Matahari tak pernah menagih imbalan atas bantuannya pada bulan. Tak pernah merasa tersaingi atas pujian orang terhadap bulan, dan tak pernah sakit hati saat bulan dikatakan lebih baik daripada sengat terik matahari di siang hari.
“Diori, aku menyukai mu” (suara nya sedikit kuat, karna jarak mereka yang jauh)
“ha?? Apa aku salah dengar?” jawab Diori, jantungnya saat ini seperti dihantam bogem ketika mendengar penuturan lawan bicaranya itu.
“tidak, jika kau mau. Aku akan bertanya pada ayah mu dan melamar mu”
Diori diam, sambil menatap pemuda itu lekat-lekat, tidak tau mau berkata apa, dia tidak pernah jatuh cinta. Tapi dengan orang ini mungkin bisa dicoba, begitu lirihnya dalam hati.
“ayo pulang, kuantar sampai didepan rumah mu” ajak pemuda itu dengan lembut.
Diori berdiri dari tempat duduknya, beranjak pulang, tanpa menyahut ucapan terakhir lawan bicara nya itu, dengan langkah kaki yang seirama, dibelakang Diori dalam jarak dua meter. Pemuda itu mengikutinya, sepanjang perjalanan. Tidak ada percakapan sedikitpun. Sampai didepan rumah, pemuda itu menyodorkan kertas, sepertinya sebuah surat.
“diori, apa kau mendengarku?” (posmawani menegur diori yang melamun)
“yah, iya aku dengar, sejak kapan kau suka dia?” tanya Diori terbata.
“aku tidak tau, bukankah jatuh cinta itu tanpa rencana?”
“iya, tapi seharusnya bukan begitu. Dia harus menemui ayah mu dan melamarmu kalau kau ingin punya hubungan dengan nya, jangan terlalu berharap, jangan sakit hati jika nanti dia bersama yang lain. Kau akan menemukan pemuda yang dengan sepenuh hati menginginkan mu” (diori menasehati sahabatnya itu sambil menggenggam erat tas kecil nya. Dia ingat surat itu belum dibaca).
Abang diori menghampiri, yang sedang asik berbicara dengan posmawani. Menyuruh diori untuk pulang saja menumbuk padi. hasil panen sangat melimpah. mungkin sampai sore baru selesai memanen.
Diori meng iya kan perintah abang nya itu. Pamit pada posmawani. Diori menapaki jalan setapak sambil terhuyung menunduk dengan pikiran kosong. Teringat lagi akan penuturan posmawani. Dia takut kalau posmawani akan sakit hati jika nanti Halomoan akan melamar nya kerumah. Ya, laki-laki yang memberi Diori surat dan yang disukai posmawani itu Namanya adalah Halomoan. Tanpa sadar, Jalan setapak yang dia lewati ternyata menuju kehutan, rimbunan kayu hutan memeluk erat pulau samosir, seperti baldu hijau yang empuk jika dilihat dalam radius 45 Km. Diori, masih terlena bersama pikirannya. Mendadak sekitaran gelap gulita, tubuh Diori ditarik diputar dan di lilit terus menerus hingga sesak. Gelap gulita perlahan membentuk cahaya temaram. Dan dibalik cahaya temaram itu terlihat bayang laki-laki sangar dan menyeramkan di hadapan Diori.
“Hey, ada perlu apa kau dengan ku?” (Diori, gadis angkuh itu menantang)
“Cukup berani, anak raja yang satu ini” ejek lelaki itu dengan senyum simpul.
“Apa kau tidak cukup yakin menyerangku di tempat ramai? dasar pengecut,” (diori mendecih dan senyum miring)
“Kudengar kau anak raja yang paling cantik” (ucap laki laki itu penuh nafsu)
Lilitan pada tubuh diori seakan makin menyesakkan, bahkan menarik napas saja, tidak cukup ruang untuk mengembangkan paru-parunya. Llilitan seperti cahaya itu menggeser tubuh diori merapat ke batang pinus. Tangan laki laki itu sudah mendarat pada bagian pelipis mata Diori, menjulur mengikuti lekuk wajahnya hingga ke tulang pipi. Sedang tangan yang satunya lagi sudah melingkar dipinggang gadis angkuh yang sekarang tidak bisa apa apa itu.
Diori menjerit dengan sekuat tenaga, tapi sumbatan tangan laki-laki itu jauh lebih cepat dari pergerakan pita suaranya. Diori mulai meronta kala tangan laki-laki itu menggerayangi pundak nya yang tanpa penutup dan lehernya yang tak terlalu jenjang namun sangat pas di genggaman. Dan ketika tangan laki laki itu sudah siap menyentakkan seluruh ulos yang membalut tubuh Diori. Tiba-tiba kilatan putih terkesiap, membuat laki-laki yang sedang menikmati nafsu siang nya itu terpelanting menjauh. Lilitan diori terlepas, dia terjatuh tersungkur ke tanah.
“Bawa adik mu kerumah,” (suara bariton berkharisma memerintah, seperti gelegar petir)
Sementara laki-laki sangar dan menyeramkan itu sudah, di ikat dan diseret ke rumah raja. Jangan bilang rumah Diori adalah istana. Rumah mereka adalah deretan rumah bolon dengan bagian depan lebih rendah daripada bagian belakang. ukiran gajah dompak, singa, cicak dan 8 tempurung disusun seperti payu dara. Dengan corak dasar merah dan hitam. Namun jika dibandingkan dengan rumah yang lain, rumah Diori berukuran lebih besar dibanding rumah disekitarnya.
Laki laki tersebut adalah ksatria dan seorang mata-mata. kecantikan Diori melalaikannya dari tugas yang diembannya. Mata-mata itu diseret sepanjang hutan hingga masuk kedalam perkampungan sampai didepan rumah raja. Sidang langsung dilaksanakan dengan kursi-kursi dari batu yang membentuk lingkaran. Kursi itu diduduki raja, tetua kampung, dukun, penasihat, panglima, dan orang yang bersalah. Di kursi ini musyawarah dilakukan dan hukuman ditentukan.
Mata-mata itu jelas sudah terbukti bersalah karna hendak memperkosa Diorima Najogi anak kesayangan raja. Selain hendak memperkosa dia juga sudah terbukti seorang mata-mata dari kerajaan lain. Diori diberi jimat oleh ayahnya, jimat itu berisi kekuatan yang menghubungkan dan teleportasi dimanapun yang memakai berada. Selesai persidangan, mata-mata itu dipasung dibawah kolong rumah. Sambil menunggu dukun untuk menentukan tanggal eksekusi, tanggal dimana kekuatan hitam milik terdakwa ini sedang lemah.
Benar saja, hari penghukuman sudah tiba. Dan disaksikan oleh seluruh masyarakat agar menjadi pelajaran untuk tak melakukan kejahatan. Terdakwa yang malang itu diminumkan air ramuan pelemah ilmu hitam, badannya langsung menggigil dan kehilangan sebagian kekuatannya. dalam keadaan terlentang di tempat eksekusi pancung, pukulan demi pukulan tongkat tunggal panaluan menghantam kuat, tongkat magis dari kayu berukir gambar kepala manusia dan binatang, dengan bagian atas berupa rambut panjang. Pakaian mata-mata ini dibuka sampai tak bersisa, seluruh tubuhnya disayat-sayat, luka berdarah mengaliri merusak arteri kulit dan perih, guyuran air asam dimandikan, lemah tak tertahankan, tapi masih memiliki nafas untuk dihembuskan , tak dapat lari, tangan dan tubuhnya sudah di ikat dengan rapi, ketelanjangan nya dilihat oleh seluruh warga baik tua maupun muda. Setelah selesai dengan guyuran air asam. Meringis pesakitan, hukum pancung dilaksanakan. Dengan kampak sekali libas.
Krak.. tulang leher beserta uratnya berbunyi. Memisahkan kepala dari badannya, darah muncrat membasahi batu tempat pemancungan, jika sekali tebasan penjahat ini tak mati, maka si pemegang kampak nya juga di pancung saat itu juga. Begitulah hukum di kampung ini. Kepala yang sudah terpisah dari badan itu dibuang jauh-jauh, bagian hati, jantung dan darah dimakan raja beserta panglima. Ditemani tarian dan lagu tor-tor dimalam harinya.
Diori? Dia sedang diam di dapur rumah, tak menangis namun sedikit sesal mengingat kejadian siang hari yang menimpanya meraba pundaknya dengan perasaan jijik.
֎֎
Plak, pukulan tangan mendarat pada gadis yang sedang tertidur pulas diruang putih berbau obat-obatan.
“Bangun Ara, aku tau kamu gk suka pelajaran Bahasa Indonesia, tapi nggak gini caranya, kamu bolos tiga les mata pelajaran” cerca gadis sebaya yang memukul gadis yang tertidur pulas itu.
“apa?” sahutnya, yang seperti melompat langsung terduduk.
“apa nya yang apa?”
“Cell, Ara beneran tidur tiga les mata pelajaran?” tanya nya lagi.
“ya, iyalah. Aku sampe bohong sama bu noni kalau kamu gk enak badan, baik banget kan aku jadi temen” jelas Cella.
Ara terdiam tak semangat bahkan tak mendengar penuturan Cella sahabatnya itu. Mengingat lagi mimpi nya yang aneh barusan, dia yang hendak diperkosa, pelaku yang di eksekusi mati. Cahaya dan kekuatan, laki-laki seram dengan wajah sangar. kotak kecil yang sama seperti yang sekarang sedang digenggamnya ada pada dirinya didalam mimpi. Di bawa oleh dirinya namun dengan nama yang lain dan keadaan yang berbeda, Ara ingat betul, kotak yang sama itu berada dalam tas anyaman dari pandan tikar.
3 notes · View notes