Tumgik
Text
Bergegaslah, Waktu Kita Tidak Panjang
Hari hari beganti di hadapan kita semua, memamerkan sebuah episode perjuangan yang sama-sama kita rasakan pahit getirnya. Putera-putera terbaik umat ini telah mengorbankan semua yang dimilikinya, tak terhitung harta yang digelontorkan dalam rangka infaq fi sabilillah, tak terhitung pula berapa jiwa yang menjadi martir di jalan jihad fisabilillah, semua demi satu cita, tegaknya kalimat Allah di dunia yang diwujudkan dengan menangnya dienNya diatas seluruh dien lainya, dan dengan terlaksananya syari'atNya mengganti seluruh hukum jahiliyyah yang dibuat manusia-manusia durjana. <!--more--> Tidak seindah rangkaian kata-kata memang perjalanan perjuangan ini, waluaupun hasilnya sudah mulai terasa dengan bangkitnya kembali Khilafah Islamiyyah yang menjadi prisai umat, namun luka yang dialami umat ini masih lebar menganga, dan jalan jihad ini masih teramat masih sangat panjang untuk sampai ke ujungnya. Dalam risalah muhasabah ini, kita akan merenungi pergumulan al-haq dan al-batil di negeri ini, negeri sejuta pulau, negeri nusantara yang menurut data statistik adalah negeri dengan jumlah kaum muslimin di dunia. Lalu apa/siapa yang akan menjadi objek muhasabah ini?. Tentu jawabannya adalah kita, karena kita tidak layak mengomentari para pendahulu kita yang telah memenuhi janji-janji mereka kepada Rabbnya, lebih baik kita membahas diri kita, generasi selanjutnya yang sedang memikul tanggungjawab umat, generasi yang Allah bebankan amanah untuk memperjuangkan diennya.
Ikhwaty fillah…
Sahabat-sahabatku para pemuda islam yang memiliki kecemburuan kepada diennya…
Allah ta'ala berfirman,
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نزلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ.
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. ”
(Al-Hadid : 16)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan, Abdullah ibnul Mubarak mengatakan, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Murri, dari Qatadah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah merasa kesal terhadap keterlambatan hati orang-orang mukmin untuk tunduk hati mereka mengingat Allah, maka Allah Swt. menegur mereka setelah tiga belas tahun diturunkan-Nya Al-Qur'an. Untuk itu Allah ta'ala menurunkan firmanNya surat Al-Hadid ayat 16 ini.
Adapun sebab turunnya ayat ini, salah satu dari berbagai periwayatan tentang asbabunnuzulnya sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bin Hayyan bahwa ketika para shahabat Nabi saw. sedang bersenda gurau, Allah menurunkan ayat ini (Al-Hadid: 16) yang mengingatkan mereka agar selalu ingat kepada Allah.
Ikhwaty fillah…
Belumkah tiba saatnya bagi kita untuk menundukan hati kita dengan khusu’ menghadapkan wajah dan jasad kita untuk memenuhi seruan-seruan Allah? Belumkah tiba waktunya untuk kita meninggalkan belenggu kenikmatan dunia dan syahwat untuk kemudian berlari menyusul kafilah para syuhada, tanyakan kepada diri kita berapa tahun kita telah bergelut dengan halaqoh-halaqoh ta'lim yang membahas tauhid dan jihad, membahas alwalaa dan albaraa, membahas jihad fardu ai'n, hijrah fardu ai'n, membahas sirah perang badar dan uhud, yarmuk dan dzatusalasil, tanyakan berapa tahun? Kemudian tanyakan lagi berapa orang kafir yang sudah kita teror, berapa amaliyah jihad yang kita berpartisipasi didalamnya, berapa kerugian yang kita timpakan kepada musuh, berapa langkah yang sudah kita lewati menuju bumi hijrah dan jihad? Tanyakan kemudian bandingkan, bandingkan kemudian renungkan! Khawatirlah jika jawabannya adalah saya masih disini, berkutat dari ta'lim ke ta'lim dari daurah ke daurah, dari walimah ke walimah. Khawatirlah jika jawabannya adalah saya masih disini, dari facebook ke twitter, kemudian ke instagram, karena jika jawabannya adalah seperti itu yakinlah, bahwa ada yang salah dengan hidup kita.
Ikhwati fillah…
Belumkah firman Allah ini terngiang di telinga kita,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ . إِلا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kalian, "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah, kalian merasa berat dan ingin tinggal di tempat kalian?” Apakah kalian puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang pedih dan ditukarnya (kalian) dengan kaum yang lain, dan kalian tidak akan dapat memberi kemudaratan kepada-Nya sedikit pun. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (At-Taubah 38-39)
Menjadi sebuah keyakinan bahwa kita tidak pernah lupa dengan ayat ini, maka apalagi yang menahan diri antum dan juga saya dari faridhah jihad ini ikhwaty fillah? Kita sama sama yakin kefardhuannya, sama sama tahu keutamaan dan besarnya pahala jihad, sama sama tahu pula ancaman Allah dan lebel munafiq bagi siapapun yang memilih duduk-duduk dari jihad ini, maka jika kaki ini masih berat untuk berjalan menuju sebuah amaliyah jihad maka berarti kaki kita telah berakar dan akarnya semakin menghujam menuju dasar bumi, kecintaan terhadap dunia membuat kita lalai bahwa akhirat lah negeri keabadian dan kehidupan yang sesungguhnya, sehingga kita berat untuk meninggalkan kenyamanan rumah, hangatnya pelukan isteri, dan asyiknya perniagan yang padahal semuanya akan segera binasa. Jika hari ini kita mendengar sebuah ajakan amaliyah jihad kemudian kita mulai mundur teratur untuk menghindari orang yang mengajak tersebut dengan berbagai alasan yang dibuat selogis mungkin, dimulai dari belum cukup persiapan, khawatir terbongkar duluan, kalau ditangkap anak isteri siapa yang nanggung, atau alasan mau hijrah (padahal passportpun belum ada) ketahuilah bahwa berarti kita akan menjadi generasi yang tergantikan, kita akan tersingkir dari rel perjuangan kemudian akan terhempas menuju pojok sampah peradaban, belum mendengar kah antum kisah tentang ustadz fulan dan syaikh fulan yang dahulunya bergelora menyerukan tauhid dan tahridh jihad kemudian berlalulah waktu yang panjang dan tidak sekalipun dia mau beranjak dari maktabnya, dari ta'limnya, dari halaqohnya untuk kemudian berangkat ke tengah-tengah kafilah jihad, sehingga pada akhirnya kita mendengar syaikh ini berakhir menjadi cecunguk-cecunguk thagut?, atau berhati-hatilah ketika ada kabar ikhwah satu halaqoh kita yang beramaliah jihad kemudian yang keluar dari mulut kita adalah kritik yang membalut cibiran, dimulai dengan mengatakan bahwa orang yang melakukan amaliyah itu isti'jal (tergesa-tergesa), tidak tahu maslahat perjuangan, tidak faham kondisi, memadharatkan jama'ah, tidak paham strategi, sampai kemudian mengatakan jihad mereka tidak syar'i dan mereka mati konyol! Shubhanallah sungguh orang yang mengatakan perkataan ini lah yang sebenarnya akan mati konyol dan jika tidak bertaubat maka dia akan mati dalam keadaan munafiq.
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعالَوْا قاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتالاً لاتَّبَعْناكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْإِيمانِ يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِما يَكْتُمُونَ 
“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan, "Marilah berperang dijalan Allah atau pertahankanlah (diri kalian).” Mereka berkata, “Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kalian.” Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.“ (Ali Imran : 167)
Demikianlah ikhwati fillah ada sekat yang memisahkan antara kejujuran keimanan dan kemunafikan yaitu jihad fisabilillah, maka apakah kita mau beruban dan lapuk hanya didalam kubangan halaqoh ta'lim tanpa sekalipun merasakan manisnya jihad fisabilillah, kemudian merasakan indahnya syahadah, yang dengannya kita berharap bisa selamat dari fitnah kubur, kemudian dosa kita terampuni semenjak tetes darah pertama kita, kemudian diberikan kemuliaan untuk memberikan syafa'at kepada tujuh puluh kerabat kita, lalu dimasukanlah kita kedalam jannahNya dan dinikahkan dengam tujuh puluh dua bidadari surga? Bukankah itu harapan kita?
Namun jangan dikira bahwa syahadah bisa diraih dengan duduk-duduk dari jihad, kemudian mencari cara "berjuang” yang paling aman dan nyaman, mengharapkan pengorbanan yang paling sedikit dapat meraih pahala yang paling besar, membusuk di halaqoh-halaqoh ta'lim tanpa pernah merasakan perihnya luka perjuangan, atau dikira syahadah bisa didapat hanya dengan memperbanyak follower dan viewer akun media sosial yang setiap saat sibuk copy paste berita jihad kemudian membalas komentar-komentar ahkhwat?
Pepatah Arab mengatakan
تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا… إِنَّ السَّفِيْنَةَ لاَ تَجْرِي عَلىَ الْيَبَسِ
Kalian mengharapkan keselamatan namun kalian tidak menempuh jalan-jalannya. Sesungguhnya perahu itu tidak berlayar diatas tanah kering
Maka ikhwatifillah bergegaslah! Sunnah tabdil akan senantiasa berlaku, jika tidak bersegara menyambut seruanNya, maka jangan cela siapapun kecuali diri sendiri saat Allah menggantikan posisi kita dengan kaum yang lain, yang mencintai Allah dengan sebenarnya cinta, yang berjihad di jalanNya dan tidak takut celaan orang yang mencela, kemudian orang-orang yang tersisihkan dari medan perjuangan ini akan terhempas ketepian dan menjadi aib bagi sejarah umat.
 وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَٰكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ “Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu”. (At-Taubah : 46)
Bersegeralah karena antara kita dan angan-angan kita ada kematian yang selalu siap memutus semuanya, siapa yang menjamin esok lusa kita masih ada di dunia?
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis segi empat, dan Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda,”Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” (HR Al-Bukhari)
Bersergaralah, berapa banyak mereka yang mengatakan tahun depan akan berangkat berjihad, jika sudah ini akan berjihad, jika telah seselai urusan ini akan berjihad, namun berlalulah waktu yang panjang dan Allah tidak melihat kesungguhan dalam diri mereka sehingga akhirnya dijadikan keraslah hati mereka dan ditahan langkah mereka dari mendapatkan keutamaan jihad dan syahadah. Maka hari ini saatnya kita memutuskan akan mengukir catatan kita dengan darah pengorbanan kita atau dengan kisah pilu seorang pecundang? Bergegaslah karena panggilan jihad ini tidak dijamin akan diulang kembali di telinga kita semua.
1 note · View note
Text
"Sikap pecundangmu tidak bisa menunda maut, sebagaimana keperwiraanmu tidak akan mempercepatnya"
-endlessfight
0 notes