-berhenti sejenak-
6 notes
·
View notes
Dan kini aku mendiami getirnya waktu penghancur ratapan harap dunia.
Ditemani diri yang tak bisa berbuat apa-apa.
Hari ke #66
0 notes
Zaman
Dijerat metafora angan, kau isyaratkan keraguan. Hingga hadir yang terpastikan, cita sesaatnya ditelan. Kurun pasti yang terlewat ini, asa hadir juga kian memati pasi. Dan zaman yang mulai pergi. #65
0 notes
Lelah-lah
Letih dalam kalap Menung aku berkarat Tubuh kian dilahap Dilahap masa yang erat Hingga diri terlelap Dan masa pun terlewat Letih dalam kalap Letih aku berkarat Masih merenung dan siap Berserah satu yang cacat Sampai diri terlelap Dan aku yang kini terlelah pekat #64
1 note
·
View note
Re: Serah
Tidak selalu, yang jatuh 'kan bangkit kembali. Karena hujan yang menuju dan tak mengalir, Tak kan pernah sampai ke atas awan lagi. Tidak selalu. Tak selamanya, roda kehidupan selamanyakan berputar. Tidak semua yang merasa di bawah, kan pergi menjulang ke atas. Karena putaran itu, suatu saat 'kan berhenti juga. Tak selamanya. Lalu, Alam semesta penuh dengan kemungkinan Namun semua menuju kiamat hari pengakhiran Lalu, Apa intinya? #63
1 note
·
View note
Hari-hari
Satu hari berpisah Satu hari usia bertambah Satu hari kau goyah Satu hari kembali tak patah Satu hari bahagia kita pernah Satu hari semua selewat musnah #62
1 note
·
View note
Dan kini, lubuk benakku saat ini;
adalah samudra hampa yang dulu dijajah kasih,
semesta kosong yang dulu dipenuhi rindu.
Hari ke #61
1 note
·
View note
Februari
Langit satu melipat garis demi garis Garis tersusun oleh titik-titik perih Mereka bilang ini kurun masa kisah dan romantis Romantis memukau mereka yang berpadu kasih Satu dan dari lain mereka yang berpadu hadir Dan februari yang telah berakhir Dan februari, satu waktu yang kuingin merubah takdir #60
1 note
·
View note
Serah
Tidak selalu, yang jatuh ‘kan bangkit kembali. Karena hujan yang menuju dan tak mengalir, Tak 'kan pernah sampai ke atas awan lagi. Tidak selalu. #59
2 notes
·
View notes
Selintas
Sepotong percakapan itu, di yang satu malam sabtu. Sepotong percakapan itu, datang berseru dan latunkan lagu. Sepotong itu, Dan yang bersatu dan melagu. Menyatu dan berlagu. Sepotong itu, yang terlewat baru, yang terasa rasa aku. Sepotong itu, Sepotong cita dan ceritamu. Dan yang terlewat dan merindu. Melewat dan terindu. #58
1 note
·
View note
Sajak-nya
Saat isi kepala seraya jalan raya, Dirimu masih bernaung sebagai sebuah lampu merahnya. Ketika sejauh apapun jalanan yang kutempuh, Kan selalu ku berhenti oleh hadirmu. #57
1 note
·
View note
Kosong
Menulis untuk abadi? Tidak, Menulis untuk membunuh hari Dan waktu yang kian memati. Sampai tubuh juga tulismu, dilupa setiap kali. #56
1 note
·
View note
Pukul Tiga Sore
Pukul tiga sore Belumku beranjak semenjak diri berinjak Di saat kau masih mengingat; tentang hujan dan kenangan sajak Di saat kau masih mengingat; mengingatnya ketikaku tengah berpijak, Mengarungi lembayung sepi sore Menelusuri akhir hari di waktu pukul tiga Menelan awan dan senja kelam bersama sepotong kue Menetes embun di jendela dan cemas pada hati tanpa curiga Dan di saat surya itu tak lagi mendayung sampan hari, Ketikanya ia sembunyi di balik garis antah berantah Diri ini mencoba mencipta tenang untuk datang kemari Ketikanya seorang wanita pergi tanpa perintah Pergi dan tetap mengingat; tentang hujan dan kenangan sajak ini #55
1 note
·
View note
Dan dihadap dirimu yang tak lagi tipis,
Adalah kesalahan hebat melupamu sampai habis.
Hari ke #54
1 note
·
View note
Puisi 4 Baris
Habis tubuhmu dikoyak pilu
Biar mati dipalu semu
Coba merakit puisi itu
Dan melagu di dalam kalbu
#53
1 note
·
View note
Enyah Kau, Waktu
Dihanyut kenangan dalam ingatan penantian tak sia-sia Dicekatnya sendu dalam sela kerongkongan tersentak oleh mereka Dibiaskan keinginan akan cita temani hadir menjajah kala Hal-hal tabu merisak rasuki jiwa rapuh pemaki pahitnya nyata Kini aku mendiami getirnya waktu penghancur ratapan harap dunia Ditemani diri yang tak bisa berbuat apa-apa #52
1 note
·
View note
Odeku Kini
Dibangunnya rimba akal dalam musimnya sendiri. Dibelantaranya peradaban, mengoyak alam yang tersaji. Cipta dalam pembebasan terhimpit waktu yang sempit. Hingga satu yang dibebaskan, hanya elegi tak utuh tercuit. Amarah rasa berhamburan, imajinasi angan berkejaran, cita harap bertautan Dan ode asa dilahirkan. #51
1 note
·
View note