Tumgik
miaambars-blog · 5 years
Text
Berkali kali aku di inginkan bahagia dengan yang dekat. Namun pada akhirnya aku sendiri yang meluka dan melupa
28 notes · View notes
miaambars-blog · 5 years
Quote
Kamu tau, mendampingimu adalah salah satu mimpi kecilku. Mendampingi di tiap kau sulit, mendampingi di tiap kau susah, menemani di kala kau menghadapi masalah, juga menghadapi di tiap lelah. Aku berjanji akan selalu ada. Tak hanya di bahagiamu saja, di titik terlemahmu pun, aku akan ada di sana.
(via mbeeer)
722 notes · View notes
miaambars-blog · 5 years
Text
Curhat : Kehidupan Pascamenikah (40 Hari Pertama)
*harusnya ini ditulis setelah 40 hari, eh malah ditulis setelah entah hari ke berapa.
Sebelum menikah, guru saya pernah berpesan sesuatu pada saya, yang saya praktekkan di awal pernikahan. 
“Pik, nanti kalau sudah menikah, 40 hari pertama nggak boleh berantem. Nggak boleh marahan sama sekali.”
“Sama sekali bu?”
“Sama sekali. Meskipun kamu harus nangis-nangis nahan emosi, tahan. Jangan diluapkan. Jangan sampai kamu berkata-kata yang nggak baik, jangan sampai ribut-ribut. Dieeem aja, tahan. Sampai 40 hari.”
“Emangnya kenapa bu?”
“Nanti kamu akan terbiasa untuk meredam ego dan emosimu. Ibu dulu juga dipeseni hal serupa sama teman ibu yang menikah duluan. Kata beliau 40 hari pertama itu sedikit-sedikit mulai terbuka kelebihan dan kelemahan pasangan, jadi harus banyak sabarnya.”
Akhirnya waktu sebelum menikah saya mengajukan permintaan ini kepada suami. Supaya yang berjuang nggak saya sendiri. HAHA. 
Terus gimana Pik 40 hari pertamamu?
Hari pertama sampai ke tujuh masih mulus, jalan tol, terus makin hari makin tahu gimana ternyata pasangan kita. Ada momen-momen dimana rasanya pas ituuuuuuuuuu kzlll harus nahan-nahan. Apalagi saya sama suami nggak LDR dan suami bekerja di rumah, jadi hampir 24 jam penuh kami saling membersamai. Kadang kalau udah kesel, nangis-nangis sendiri. Sampai nulis-nulis di diary sambil terisak-isak WAHAHAHAHA LEBAY. gak ding, ga terisak-isak juga. 
Namanya juga dua orang asing, beda pola asuh, beda karakter, beda sifat, beda deh pokonya. Jadi harus maklum kalau ada yang nggak pas kadang-kadang. Misalnya nih kejadian di kami seperti ini : Mas adalah tipikal orang yang disiplin dan lebih banyak thinking, sedangkan saya cenderung selow dan lebih banyak feeling. Mas suka bersih-bersih, nggak kotorpun dibersihin. Sayanya bersih-bersih nggak sebegitunya. Mas lebih suka warna-warna seperti abu-abu, hitam, putih, dan merah. Kalau saya warna-warna cerah dan mostly pink. Mas suka terlalu hemat, saya realistis (kalau butuh beli, pengen mendekati butuh ya beli hahahaha). Mas hampir Vegan, dan saya masih betah dengan daging, lemak, dan jeroan. Wk. Dan banyak hal-hal lain yang bertolak belakang. Banyak yang harus saling diterima. 
Tapi alhamdulillah, kami lulus 40 hari nggak berantem dan marah-marahan. Dan memang pembelajarannya kerasa sekarang, semoga sampai kami menua. Saya jadi belajar buat diem dulu kalau kesel, baru kalau udah enakan saya cerita. Kalau Mas lagi emosi, juga belajar buat nggak lama-lama. Dan kami berdua belajar nggak mengungkit-ungkit kesalahan pasangan (ya meski nggak bikin perjanjian untuk ini, tapi tanpa dibilangpun saya belajar dari Mas buat nggak ngungkit kesalahan). Kalau salah yaudah, salah, minta maaf, sebisa mungkin jangan diulangi.
Kalau prinsip Mas : komunikasikan. Semuanya harus dikomunikasikan dan emosi nggak boleh kebawa tidur. Kalau kesel bilang. Nggak boleh sok kuat. Kalau saya beda: sok kuat dulu di awal. Komunikasikan kalau lagi pas nggak marah, biar enak. wkwkwk. Nah lho. Tapi pada intinya, kita harus belajar untuk meredam lalu mengkomunikasikan semuanya dengan baik dan baik-baik. Saya masih belajar sih, huhu. Kadang malah nggak tahu harus gimana bilangnya, terus malah ditulis. Berharap Mas baca. Tapi saya sembunyiin. Dasar perempuan WKWK. 
“Darimana pasanganmu bisa tahu atau berbenah kalau kamu nggak bilang?” kata Mas.
Pasangan kita juga perlu tahu apa yang kita rasakan, agar jika itu menyangkut kekurangan, bisa saling instropeksi. Dan jika menyangkut kelebihan, biar bisa saling berbahagia. Tapi nggak boleh tersulut emosi. Boleh kalau demi kebaikan–marah, tapi jangan marah-marah :)
Terimakasih bu, untuk pelajaran 40-Hari-Pertama-Anti-Berantem-dan-Marah-Marah. Kami belajar banyak. Semoga, bisa menjadi hikmah untuk teman-teman semua. Buat yang sudah menikah, nggak papa 40 harinya nggak pertama, di tengah-tengah juga nggak papa, asal disepakati dan diusahakan berdua. Biar sama-sama berjuang dan kebiasa. Intinya sih, ini cuma pembiasaan dan peredaman ego/emosi.
Semoga curhatan ini bermanfaat!
1K notes · View notes
miaambars-blog · 5 years
Text
yang kita khawatirkan
saya kira, setelah lewat fase quarter life crisis, tidak akan ada lagi yang saya khawatirkan. ternyata, kekhawatiran itu tidak pernah hilang, dia berganti bentuk.
dulu khawatir akan apakah saya bisa menyelesaikan skripsi, menjadi sarjana seperti harapan orang tua, sekarang khawatirnya apakah saya bisa memanfaatkan ilmu dengan sebaik-baiknya, tanpa menghakimi orang lain.
dulu khawatir akan siapa jodoh saya, kapan saya akan menikah, sekarang khawatirnya apakah saya bisa menjadi istri yang cukup melayani atau tidak.
dulu khawatir akan apakah saya akan merintis karier, memiliki penghasilan sendiri, sekarang khawatirnya apakah penghasilan yang ada–entah dari diri endiri atau dari suami–bisa dikelola dengan berkah, bisa cukup memenuhi kebutuhan.
dulu khawatir akan apakah saya bisa menjadi ibu yang baik, bisa masak atau tidak, mau setrika baju atau tidak, sekarang khawatirnya bisakah saya memenuhi kebutuhan emosional anak saya.
dulu khawatir akan apakah saya bisa menjadi teman yang asyik, sekarang khawatirnya apakah saya bisa menjadi tetangga yang baik.
dulu khawatir akan apakah saya bisa membeli barang a b c d, bisa ke tempat e f g h, sekarang khawatirnya apakah pengeluaran itu cukup bermanfaat, apakah yang saya beli akan rusak.
ternyata kekhawatiran itu terus ada, hanya bentuknya saja yang berganti-ganti. saya pikir, justru kekhawatiran-lah yang membuat kita mau bergerak, berupaya, dan bertumbuh.
mungkin, yang perlu kita lakukan adalah mengganti kekhawatiran itu. berani melangkah, menjadi lebih dewasa. tentunya, sambil menyadari bahwa kita tidak sedang berkompetisi dengan siapa pun, kecuali dengan diri sendiri.
ternyata, kekhawatiran itu selalu ada. mungkin, yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi kekhawatiran selanjutnya: dengan belajar, dengan bersabar.
ternyata, kekhawatiran itu selalu ada. mungkin, yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap rasa khawatir yang ada hari ini–dan tidak lari menghindarinya.
seperti… menikah yang tidak akan menyelesaikan masalah “merasa kesepian dan tidak kuat sendiri” jika kita belum bisa mengisi dan menguatkan diri.
seperti… berpenghasilan yang tidak akan menyelesaikan masalah merasa kekurangan jika kita belum bisa mengelola keuangan dan bersyukur.
jangan lari dari yang kita khawatirkan. kalahkan dia. sebab setelah itu, akan ada kekhawatiran lain yang menunggu untuk dikalahkan.
976 notes · View notes
miaambars-blog · 5 years
Text
“Malam ini, aku memutuskan untuk berhenti menunggu dalam ketidakpastian. Dalam angan-angan yang kulangitkan-bersamamu. Aku memilih melangkah dan melanjutkan hidupku. Sebab aku sadar bahwa sehebat apapun aku dalam berdoa, jika doaku nyatanya bertolak belakang dengan lirih doamu, tidak akan mampu aku meraihmu, sebab aku terlalu pendosa bila harus bersaing denganmu perihal pengabulan doa. Maka, mundurnya aku malam ini, barangkali bukti bahwa sebentar lagi doamu untuk hidup bersama perempuan terbaik, akan terkabul. Semoga saja ia lebih baik dari aku perihal mencintai kamu”
Tulisan di atas bisa kau berikan untuk seseorang yang menyuruh kamu menunggu dalam waktu yang tak menentu-jika kau telah lelah dalam penantianmu.
149 notes · View notes
miaambars-blog · 5 years
Text
Luka dan Doa
________
Sejauh perjalanan ini, aku tidak tahu seberapa banyak perempuan yang telah singgah mengisi kekosongan hatimu setelah aku pergi. Sebagaimana ada beberapa pria yang mencoba menggantikan posisimu; di sini. Di hatiku.
_
Kini, tibalah hari di mana semesta menuntut kita untuk saling dewasa menyikapi kesalahpahaman. Saling menggenggam dalam sebuah ketidakrestuan. Juga saling menerima atas segala kekurangan.
_
Kita sama-sama telah mendewasa, dan biarlah luka-luka itu menjadi saksinya. Bukankah setiap manusia memiliki kesalahan? Dan satu-satunya obat yang paling mujarab untuk itu adalah kasih sayang.
_
Kita pernah menyatu sebab cinta. Kita pernah saling menolong sebab kasih sayang. Lantas, mengapa satu luka harus membuat kita buta akan rasa bahagia yang dulu pernah kita cipta?
_
Semoga saja kau bukan seorang yang pendendam. Sama seperti aku-yang selalu berusaha memaafkan kesalahan setiap orang.
_
Doa-doa baik selalu kulangitkan agar kau tetap dalam penjagaanNya. Agar hatimu tetap utuh untuk tidak jatuh pada siapapun selainku. Tapi, aku tak punya kuasa setelahnya. Tuhanlah penggerak alam semesta, juga penggerak hati manusia.
_
Semoga kelak, ada hari di mana aku mampu menyalurkan segala rindu yang membatu dalam peluk seorang kamu.
_
Semoga saja.
08 Januari ‘19
52 notes · View notes
miaambars-blog · 5 years
Text
Akan selalu seperti ini keadaannya. Bila saat ini saja kamu tidak mampu tegas terhadap dirimu. Bagaimana nanti saat kita mulai perjalanan yang kau janji tak hanya denganku tapi juga pada Tuhan?
Bila saat ini kamu masih bisa memanipulasi aksara, bagaimana nanti saat aku sepenuh itu harus percaya padamu tapi kamu tak mampu menopangku dalam bengkoknya diriku? Coba katakan padaku.
158 notes · View notes
miaambars-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
pantai sayang heulang, 23 Agustus 2018.
1 note · View note