Tumgik
luthfiahusna-blog · 7 years
Photo
Baguss 😊😊
Tumblr media
Solitude
dulu, gue sempet nggak suka banget sama kata link atau koneksi karena banyak orang yang ngajarin:
“Lo harus punya link biar urusan lo gampang“
dan gue jadinya ngerasa jahat kalo gue sampe memelihara pertemanan gue sama orang cuma gara-gara pengen urusan gue dimudahkan. Punya temen polisi biar bisa nitip ngurus SIM. Punya temen notaris biar kalo beli tanah, balik namanya murah. Semacam pola pikir yang mau temenan kalo ada pamrihnya.
gue ceritain background gue dulu.
gue dibesarkan di lingkungan pedesaan yang sekolahnya santai banget. Orang tua gue nggak pernah nuntut gue buat dapet nilai bagus. Ortu gue nggak pernah ngebandingin diri gue sama orang lain. Jadi sejak kecil, gue cuma fokus ngejalanin hidup gue dan nggak pernah ngerasa perlu ngebandingin dengan hidup orang lain. Pola pikir cuek gue dimulai dari sini ~XD
Pas sekolah,  gue dibully. Jadinya gue nggak punya temen. Akhirnya, gue ngerjain semua hal sendiri. Itu kebawa sampe sekarang.
Di tambah pola pikirnya Bapak gue yang tega banget sama anaknya. Dulu, gue pernah nangis-nangis ga mau belajar sepeda. Bapak gue bilang:
“Kamu milih mana, sakit karena jatuh dari sepeda apa sakit karena dipukul Bapak?“
ibu gue (yang emang sifatnya lembut, kalem dan ga tegaan) nyoba bela.
“Yaudah Pak. Kasihan adek. Kan masih ada mas nya yang nganter ke sekolah“
dan Bapak gue sambil gusar malah bilang
“Nggak usah dibela Bu. Biarin adek mandiri. Kita nggak hidup terus. Nanti kalo adek tetep nggak bisa pake sepeda, dia bakal bergantung sama orang lain. Kita nggak boleh kayak gitu”
Bapak gue tuh lembut tapi keras. Kalo bepergian bareng beliau, jangan harap yang digandeng jalan pelan-pelan. Beliau jalannya cepet banget di depan. Jadinya mau nggak mau ya harus ngikutin ritmenya Bapak.
Dulu, gue kesel banget sama Bapak. Tapi sekarang, gue tahu bahwa Bapak itu pengen gue mandiri dan bisa berdiri di atas kaki sendiri. Hal yang gue syukuri hari ini. Meski sering dikritik temen:
“Lo tuh punya gue, ngapain pake uber sih?“
In this solitary life….
Temen gue yang sampe heran….kenapa gue nggak awkward ke bioskop sendirian, travelling sendirian, makan di food court sendirian. Beberapa mungkin nyangkanya jones banget, tapi nyatanya manusia kayak gue tuh butuh sendiri buat menguatkan diri.
Di usia quarter life gue, gue baru bisa mengurangi rasa ilfeel gue sama istilah link dan koneksi. Gue yang biasanya soliter, ngerasa kalo hidup gue berwarna pas gue punya banyak temen. Gue bisa sharing banyak wawasan dan sudut pandang. Dan yang pasti bisa saling bantu. Punya banyak link itu bisa mengamplifikasi kebaikan karena kita bisa membentuk simpul-simpul kebaikan dari jaringan yang kita punya.
Lantas apakah gue jadi benci sama orang yang minta bantuan ke gue?
Never. We are givers. Kita saling membantu karena kita ingin saling memberi, bukan karena saling meminta. Bagi gue, urusan pribadi gue itu tanggung jawab gue. Harus bisa gue selesaikan sendiri. Meskipun begitu, gue nggak bakal nutup pintu buat temen gue buat nawarin bantuan.
Tapi setidaknya, 
dengan berusaha mengkondisikan semua sendiri,
kita bisa terlepas dari hantu blaming others ketika cita-cita kita nggak kesampaian. Kita nggak bakal nyalahin orang lain yang (menurut kita) menjegal kita.
Pernahkah gue dijegal orang?
Gue bukan princess super yang sampe semua orang perlu iri ke gue dan jegal-jegal gue. Yang gue pahami…..jalan hidup itu kompleks. Kepentingan kita pasti bergesekan dengan kepentingan orang lain dimana dalam setiap gesekan ini kadang ada yang khilaf menjatuhkan orang lain.
Kalau sampai cita-cita gue tertunda karena gue bergesekan dengan orang lain dan jatuh, gue nganggep ini bagian dari takdir. Rezeki itu nggak tertukar. Bisa jadi ujian semacam ini adalah proses pembelajaran buat kita agar lebih berbesar hati dan semakin paham bahwa kelak bila kita di tangga yang lebih atas, kita harus down to earth dan bisa merangkul semua orang, termasuk yang bergesekan sama kita.
Selama kita masih blaming ke orang lain atas cita-cita yang belum tercapai, selama itu mental kita nggak layak untuk meraih cita-cita tersebut.
Kadang, kalo gue merenungi ayat:
…..Dan masa kejayaan dan kehancuran itu Kami pergilirkan diantara manusia agar mereka mendapat pelajaran….
gue jadi ngerasa bahwa nggak ada yang sulit bagi Allah buat mentakdirkan kita menggapai cita-cita kita. Hanya saja…..yang perlu kita persiapkan adalah mental kita ketika benar-benar di atas. Jangan lupa, tercapainya cita-cita itu juga ujian lho.
Jadi buat gue, yang jadi fokus malah bukan tentang kapan kita bisa sampai kecita-cita kita tapi lebih ke gimana gue mengkondisikan mental biar tangguh, tahan banting, nggak gampang nyerah, tetep tawakkal, sabar, penuh syukur dan tidak takabbur entah itu saat di atas ataupun di bawah. Dengan pikiran yang kayak gini, gue berharap bisa nganggep semua yang terjadi sebagai proses yang harus gue jalani. So no need blaming others.
Ini pikiran soliter gue.
Dan pada akhirnya, gue nyadar kalo kita mestinya menjaga hubungan baik dengan orang lain karena kita mencintai kebaikan dan berharap bisa berbuat baik bareng temen-temen kita. Mestinya kita menjaga hubungan baik dengan orang lain karena kita tulus menghargai mereka, karena kita menginginkan mereka berada di dekat kita bukan karena kita membutuhkan mereka untuk menjalankan urusan-urusan kita
Kalo kata temen sekantor gue,
“Kepribadian orang yang berteman lama itu saling memakan. Kepribadian yang kuat akan memakan yang lemah“
…dan pertemanan yang tulus itu jadi semacam reaksi kimia dimana kepribadian masing-masing bisa saling mewarnai. Maka kita jadi bisa saling bercermin, saling menasihati dan saling menumbuhkan bukan untuk saling bergantung dan satu sama lain.
188 notes · View notes
luthfiahusna-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Pengalaman pertama main malam hari. Pas malam takbir idhul adha.
0 notes
luthfiahusna-blog · 7 years
Text
Mahasiswa Salah Jurusan
Di indonesia banyak  orang  yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang mereka miliki .  Biasanya orang seperti ini waktu menjadi mahasiswa, mereka merasa salah jurusan. Diantara mereka ada yang bisa bertahan dengan menjalankan kuliah dengan sebaik mungkin sambil mengembangkan potonsi diri yang dimiliki, ada juga yang menjalaninya dengan setengah hati dan tahun depan mengulang untuk pindah jurusan, ada yang awalnya salah jurusan namun seiring dengan berjalannya waktu mulai mencintai jurusannya atau ada yang  terlalu aktif dengan organisasi sampai tidak mempedulikan nilai akademik.
Hal ini bisa disebabkan karena saat memilih program studi, mahasiswa kurang informasi tentang  jurusan yang akan mereka ambil, kurang tahu tentang linkungan kehidupan kampus yang dipilih, dan kurang tahu tentang pelajaran apa yang akan dipelajari nantinya. Contohnya  banyak yang mengira bahwa masuk teknik kimia yang dipelajari kebayakan tentang kimia padahal tidak, justru di teknik kimia mata pelajaran yang ditekankan adalah fisika dan matematika. Memang kebayakan apa yang kita banyangkan tidak sesuai dengan ekspetasi.
Salah jurusan juga bisa disebabkan karena kurangnya informasi tentang karir. Kebanyakan orang hanya tau bahwa pekerjaan itu dokter, guru, dosen, pilot, arsitek, akuntan, dan pns yang bisa membuat kita sukses. Padahal masih banyak pekerjaan yang bergaji besar dan membuat kita sukses seperti di zaman sekarang ini youtuber, vlogger, online shop, Strat up ( gojek, zenius, grab, bukalapak, ruang guru dll ) , desainner , membuka usaha kuliner/ cafe, fotograffer, pengusaha dll. Saya amati minat kaum muda di indonesia untuk menjadi  seorang pengusaha masih kurang. Menurut data yang saya dapatkan pengusaha di indonesia hanya berkisarn 1% - 2%. Padahal untuk bisa menjadi negara maju jumlah pengusaha minimal harus 4%.
Ketidak jujuran pada diri sendiri akan potensi yang dimiliki dan ikut – ikut temen waktu memilih program studi bisa membuat kita salah jurusan. Karena itu malah menyusahkan diri sendiri. Jadi waktu kita kuliah kita tidak punya motivasi berpresati, kurang melakukan yang terbaik dan kurang gairah untuk melakukan sesuatu demi mencapai prestasi terbaik.
Kurang mengenal diri sendiri, paksaan dari orang tua dan tidak tahu nantinya mau menjadi apa bisa membuat mahasiswa salah jurusan saat memilih program studi. Salah jurusan juga bisa karena kita di tolak di pilihan pertama kita ini mungkin yang paling membuat kita sedih. Saya amati sistem pendidikan di indonesia kurang menitikberatkan potensi diri yang kita miliki. Kita dituntut untuk menguasai semua bidang. Dan banyaknya waktu yang dihabiskan disekolah membuat siswa kurang bisa mengembangkan minat dan bakatnya. Mungkin ini salah satu alasan mengapa banyak orang di indonesia kurang mengetahi minat bakat dan potensi diri yang kita miliki.
Salah mengambil jurusan bisa membuat kita malas menjalani perkuliahan, dan biasanya orang yang salah jurusan biasanya melampiaskannya dengan banyak mengikuti kegiatan organisasi dan tidak mempedulikan niai akademik di perkuliahan walaupun tidak semua orang seperti itu. Karena mereka merasa bisa menyalurkan kreativitasnya dan bisa menyalurkan potensi dirinya yang kurang mereka dapat di runga kelas waktu kuliah. Tapi ketika kita merasa tidak cocok dengan prodi yang kita ambil kita jangan terburu – buru untuk menyimpulkan bahwa kita salah jurusan. Mungkin saja kita hanya sulit beradaptasi dengan lingkungan kampus, kurang cocok dengan dosennya waktu menyampaikan materi atau kita tidak suka dengan senioritas yang terjadi di kampus.
Ketika kita sudah terlanjur salah jurusan, apa yang harus kita lakukan. Yang pasti kita harus  bersyukur karena kita masih bisa kuliah dan diterima di prodi yang kita dapat saat ini. Bisa jadi ada banyak orang yang menginginkan posisi kita. Ketika  kalian menyadari salah jurusan disemester awal dan ingin pindah Cuma didiskusikan dengan orang tua dengan kepala dingin. Yakinkan orang tua kalian, mungkin orang tua kalian bisa menerima keinginan kalian. Tapi jika kalian ingin pindah jurusan sudah disemester akhir pikirkan matang – matang terlebih dahulu. Mengenai masalah waktu, finasial, dan tenaga, karena ini merupakan keputusan yang sangat besar
Salah jurusan bukan berarti salah masa depan. Walaupun kita kurang cocok dengan jurusan yang kita jalani sekarang, itu bukan alasan tidak menjalankan perkuliahan  dengan  sebaik mungkin. Niatkan saja di hati kita, menjalani kuliah dengan sebaik mungkin bisa menjadi bentuk pertanggung  jawaban kita kepada orang tua kita atas apa yang telah kita pilih dan. Kita juga bisa membuat mereka bangga karena kita berhasil mendapatkan gelar sarjana kita.
Carilah kekiatan diluar kampus yang bisa mengembangkan potensi diri sebagai bekal menghadapi masa depan nanti. Carilah pengalaman sebanyak mungkin, carilah teman sebanyak mungkin, dan carilah wawasan sebanyak mungkin. Mungkin hal itu bisa membantu kita sebenarnya apa sih yang ingin kita lakukan dan yang kita cari di dalam hidup ini. Apa dasarnya kuliah merupakan tempat untuk kita menemukan jati diri kita yang sebenarnya.
Kembangkan soft skill kita waktu di perkuliahan. Ini sangat berguna untuk menjadi bekal waktu memasuki lapangan kerja nanti. Seperti kemampuan bahasa inggris yang bagus, kemampuan berbicara di depan banyak orang, kerja sama dalam tim dll. Walaupun nantinya kita tidak bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan kita, itu tidak papa. Tidak ada yang dirugikan yang terpenting kita bahagia menjalankan pekerjaan yang kita jalani. Kita juga bisa berdampak dan membantu banyak orang  serta kita dapat berprestasi .
Banyaklah baca buku beografi tentang orang - orang yang sukses. Karena banyak juga orang sukses yang dulunya pernah salah jurusan. Seperti Chairul tanjung, Bill gets, Raditya dika dan masih banyak lagi. Mungkin itu bisa membantu kalian dan menginspirasi kalian untuk tidak patah semangat dan banyak mengeluh.
0 notes
luthfiahusna-blog · 7 years
Text
Memang hidup adalah pilihan. Setiap orang diberi kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya masing - masing. Selamat berprosess
Tulisan : Kesempatan
Kemarin saya bertemu dengan adik kelas saya di SMA dan juga ketika di ITB. Kami tak sengaja bertemu saat check in di Bandara Yogyakarta dan ternyata kami punya tujuan yang sama dan akan berangkat dengan pesawat yang sama pula, waktu check in pun kami duduk di nomor yang berdekatan. Takdir. Sambil menunggu boarding, kami ngobrol banyak hal. Maklum, kurang lebih sudah hampir tiga tahun tidak bertemu sejak saya lulus dan pindah ke Yogyakarta. Obrolan standar. Sedang apa di sini? Sekarang kerja dimana? Dsb. Dia baru menikah dua bulan yang lalu dan sekarang bekerja di sebuah BUMN Migas di negeri ini. Obrolan kami tetap kehidupan pasca kuliah, pekerjaan, aktivitas, keluarga dsb. Salah satu yang menarik adalah ketika kami membahas tentang pekerjaan. Ia menyinggung soal lowongan CPNS yang sekarang ini sedang dibuka. Bahkan diberbagai group whatsapp, into tersebut dibagikan berkali-kali oleh teman-teman yang lain. “Mas, gak minat daftar CPNS? Lagi banyak banget itu dibuka.” “Yah mau gimana, gak ada minat. Daripada coba-coba terus mengambil jatah rezeki orang lain yang mungkin lebih ingin. Alhamdulillah sudah manteb dan mau menekuni bidang kerja yang sekarang.” “Iya juga ya. Jalan rezeki setiap orang memang beda-beda.” “Iya banget. Ini juga mau rencana sekolah lagi soalnya.” “Wah, aku juga pengin sekolah lagi Mas. Tapi, mungkin kudu nyari cara kan soalnya kerja di BUMN.” Kami ngobrol ngalor ngidul tentang banyak hal. Sampai pesawat kami boarding. Dulu, kedua orang tua saya ingin sekali saya menjadi PNS. Sewaktu lulus SMA pun sempat disuruh daftar sekolah kedinasan. Tapi apa hendak dikata, hati tidak ada kecenderungan ke arah sana. Hingga sampai di titik ini, sudah menjadi keputusan bulat bahwa saya mau berkarir di sektor swasta. Bismillah. Dan lowongan CPNS pun tidak berhasil menggoyahkan tekad tsb. Meski memang tawarannya sangat menjanjikan. Saya punya tujuan, ada visi. Dan saat ini, jalan yang sedang saya tempuh guna mencapai tujuan tsb. Kata seorang seniorku. “Kalau kita tahu betul apa tujuan kita, kita tidak akan mudah tergoda oleh hal-hal lain yang mengalihkan kita dari tujuan tsb. Memang ketika kita menempuh jalan untuk ke tujuan itu, kita akan banyak melewatkan kesempatan lainnya. Tapi percayalah pada tujuan dan kata hatimu.” Bismillah. Untuk teman-teman yang mau berjuang untuk mengambil kesempatan (CPNS) yang saat ini dibuka. Semangat. Doa, niat yang tulus, dan proses yang jujur selalu menjadi senjata yang tak tertandingi. Dan semoga menjadi rezekimu, kalau bukan. Jangan bersedih. Berbanggalah, karena kamu sudah berikhtiar. Medan, 7 September 2017 | ©kurniawangunadi
693 notes · View notes