Tumgik
liza-rastiti · 1 year
Quote
Kalau udah rejeki, pasti ngga kemana.. Kalau belum rejeki, ngga usah dikejar segitunya.. Pasti semua sudah diukur sesuai takarannya
2 notes · View notes
liza-rastiti · 1 year
Text
Singgasana Jiwa
“Di dunia ini, tidak ada yang layak diperjuangkan..
Tidak pula patut untuk ditakutkan..
Cukuplah terlaku untuk mengejar Sang Maha Satu..
Ijinkan Dia yang memilihkan, isi dunia sebelah mana yang akan menyertai kita.
.
Biarkan akal yang memperhitungkan..
Agar diri mampu menunaikan..
Hanyalah hati yang memegang kepemimpinan..
.
Cukuplah Sang Maha Raja lagi Maha Esa, yang berkuasa di singgasana jiwa ”
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Tumblr media
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Tumblr media
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Tumblr media
1 note · View note
liza-rastiti · 2 years
Text
Tumblr media
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Tiada kemaksiatan, kecuali berbuah penyesalan..
Tiada kesalahan, selain melemahkan..
Manusia kuat, dialah yang kembali dan bertahan pada fitrah
Tumblr media
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Merajut Husnul Khotimah
Tumblr media
#Day30
Penutup cerita yang terbaik tersusun oleh setiap bagian cerita yang berakhir dengan sebaik-baiknya. Maka merajut husnul khotimah adalah menutup setiap bagian kehidupan dengan akhir yang terbaik. Bila setiap bagian cerita ditutup oleh akhir yang terbaik, maka setiap cerita berikutnya tentulah lebih baik daripada sebelumnya. Karenanya, perjalanan hidup seorang husnul khotimah bukan hanya berpindah dari satu bagian ke bagian yang lain, melainkan juga mendaki dari titik terendah hingga mencapai puncak. Akhir perjalanan adalah ketika sampai pada derajat tertinggi, puncak kebaikan sebagai penutup yang terbaik.
Sejak awal Bulan Ramadan kita telah banyak berbicara dengan alur yang cukup sederhana. Kita awali pembicaraan ini dengan menyadari hakikat penyambutan Ramadan hingga mengakhiri dengan menyepakati pentingnya resolusi pascaramadan. Tulisan kali ini hanya ingin memberi gambaran bahwa apa yang kita renungkan sejauh ini hanyalah pilinan kecil dari apa yang sedang kita rajut bersama. Setiap manusia tentu mendamba akhir hidup yang bahagia. Setiap kita tentu menginginkan pulang pada keabadian yang penuh suka cita. Kita hanya bisa sampai ke sana dengan melewati sebuah pintu bernama husnul khatimah. Itulah yang sedang kita rajut dengan mengupayakan setiap akhir bagian kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Akhir bagian tulisan ini bertepatan dengan akhir bulan kemuliaan, Ramadan. Maka jadikanlah hari ini adalah hari terbaik di antara 30 hari yang telah kita lewati. Malam ini adalah malam terindah dalam syahdu dan khusyu’nya bermunajat. Lebaran tahun ini adalah lebaran paling berpesan diantara semua lebaran sebelumnya. Jangan lupa untuk terus berdoa agar Allah menerima segala amal ibadah kita, taqobbalallahu minna wa minkum. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang kembali (suci) dan mendapat kemenangan, sebagai arti dari ungkapan minal aidin wal faizin. Teruslah berdoa agar Allah pertemukan kita pada Ramadan berikutnya, bersama orang-orang tercinta. Sematkan harapan tentang keberhasilan resolusi yang kita rencanakan, sehingga tampaklah siapa diri kita ketika bertemu ramadan berikutnya.
1 note · View note
liza-rastiti · 2 years
Text
Indah
Tumblr media
#Day29
Setelah tertampaknya benih-benih karakter mulia, tugas selanjutnya adalah memastikan terpenuhinya asupan sesuai kebutuhan. Fitrah kemuliaan adalah titipan agar senantiasa dipelihara dan ditumbuhkembangkan. Bekal berharga yang Allah karuniakan untuk mencapai puncak mulia sebagai manusia. Dinamika kehidupan membuka peluang untuk menjadikannya terkotori, tersakiti, atau bahkan mati. Karenanya, kita bertanggung jawab mengupayakan agar setiap aktivititas tidak berdampak negatif pada fitrah ini. Sebaliknya, tugas kita adalah menjadikan jatuh bangun kehidupan sebagai peluang untuk mewujudkan nilai-nilai fitrah sebagai karakter indah kepribadian.
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. kaidah ini telah masif menjadi acuan pada berbagai aktivitas kebaikan. Mungkin kita sadar bahwa adanya kesempatan untuk berbagi kebermanfaatan, seringkali beriringan dengan terbukanya peluang untuk saling menyakitkan. Setiap interaksi dengan orang lain adalah kesempatan untuk saling meringankan beban. Namun, tidak dipungkiri bahwa di dalamnya terdapat pula kemungkinan untuk saling mengecewakan atau bahkan menyakitkan. Di sinilah medan perjuangan yang paling menantang. Mempertahankan diri kita tetap dalam kemuliaanya, baik secara batin maupun kasat mata.
Segenap langkah kehidupan adalah tangga untuk mencapai puncak kemuliaan. Di puncak itulah akhir kisah yang kita harapkan, yang bernama husnul khotimah (sebaik-baik penutup). Maka setiap langkah perjalanan adalah kesempatan untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai kebaikkan. Ada berbagai kesempitan untuk melatih karakter sabar. Mungkin terdapat beragam kehawatiran yang menguatkan keterampilan berserah atau tawakkal. Beberapa “luka sayatan” untuk menguatkan sifat memaafkan. Keberhasilan menjadikan setiap bagian cerita  sebagai sarana menguatkan karakter mulia tentu akan membawa kita pada puncak keindahannya.
Ramadan tercipta sebagai bulan yang penuh kemuliaan. Karena di dalamnya, sarat akan kesempatan untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai mulia. Kesempatan berpuasa membangun karakter sederhana. Kesungguhan untuk berbagi menguatkan saling menyayangi. Kegigihan bermunajat dalam dzikir dan salat, memudarkan ego yang merasa lebih kuat. Kemenangan hakiki bagi mereka yang telah berhasil menjalani bulan ini. Ungkapan selamat atas tercapaikan kemenangan ini sering kali kita ucapkan dengan kalimat minal aidin wal faizin, yang berarti semoga kita termasuk orang-orang yang kembali (suci) dan mendapat kemenangan (hakiki).
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Menampak
Tumblr media
#Day28
Pada tulisan sebelumnya, kita telah menyepakati bahwa jernih akan menampakkan karakter asli. Kejernihan identik dengan kekosongan dari pengotor yang mencemari. Kitapun berharap buah madrasah ramadan adalah kembalinya kejernihan diri, baik fisik, akal, maupun hati.
Mengapa sifat asli begitu penting untuk didapatkan kembali? Karena di sinilah letak identitas  kita yang sebenarnya. Kejernihan akan menampakkan orisinalitasnya tanpa tertutupi atau sengaja berpura-pura. Manusia telah terisi oleh sifat-sifat mulia sebagai karakter aslinya atau fitrahnya. Karenanya, kita tercipta sebagai makhluk paling mulia. Dalam nurani kita, ditiupkan ruh Sang Maha Mulia.
Kita diajarkan untuk meminta fatwa pada hati atas berbagai persoalan hidup. Maksudnya, dalam menentukan langkah di antara beberapa pilihan yang telah jelas hukumnya, tanyakan pada hati tentang mana yang lebih utama. Hanya pada hati, kita dapat berkomunikasi pada Sang Maha Mengetahui. Bisa kita bayangkan ketika hati sudah tak lagi bertahan pada kemurnian. Ketika dia telah tertutupi oleh berbagai pengotornya. Maka setiap partikel cahaya yang mencoba memasuki akan terhalang oleh noda yang menutupi. Selanjutnya, fatwa yang diberikan pun tak lagi bersih dari berbagai kepentingan. Suara hati yang selayaknya menjadi barometer kehidupan, tak lagi mampu mengarahkan pada hakikat tujuan. Identitas kepribadian akan semakin samar hingga akhirnya asing dengan dirinya sendiri.
Lantas sebenarnya harus ke mana fatwa itu diarahkan? Seperti ketika kita bertanya mengapa kita diciptakan. Bukankah setiap persoalan hanyalah kepingan mozaik kehidupan? Maka menguak solusinya adalah menyusun keutuhan wajah hidup kita. Jawaban atas setiap persoalan tentu searah dengan tujuan kita dihidupkan.
Ramadan sebagai poros waktu kehidupan, mengembalikan kita pada hakikat tujuan. Madrasah Ramadan dihadirkan untuk membentuk ketaqwaan, yang identik dengan komprehensivitas pengabdian. Di sinilah hakikat penciptaan, di mana keberhasilan hidup ditentukan. Derajat kemuliaan seseorang hanyalah diukur dari nilai ketaqwaan.  
2 notes · View notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Jernih
Tumblr media
#Day27
Apa yang terbayangkan dalam benak kita ketika mendengar kata “jernih”? Bisa jadi air yang jernih, mata yang bening, atau lainnya. Sesuatu yang bersih dari noda. Keadaan yang kosong dari pengotornya. Jernih identik dengan sesuatu yang positif, sebagai lawan dari noda yang terpaut pada hal-hal negatif.
Jernih juga identik dengan kembalinya sesuatu pada keadaan asalnya. Air akan jernih ketika dibersihkan dari kotoran hingga kembali pada kemurniannya. Mata akan bening ketika tidak terjadi iritasi, inflamasi, ataupun infeksi, sehingga setiap bagian mata terlihat bening tanpa noda. Pikiran yang jernih juga identik dengan ketiadaan beban yang meresahkan, sehingga akal bisa berjalan sebagaimana mestinya. Sesuatu yang kosong dari pengotornya akan kembali jernih pada sifat aslinya, yang identik dengan hal-hal yang baik.
Jernih akan menampakkan karakter orisinal, sebagai ciri di mana kejernihan itu bersemayam. Karenanya, sebelum berbicara tentang bagaimana mengisi, membentuk, atau mendorong untuk mencapai kondisi tertentu, jernihkanlah dia terlebih dahulu. Agar upaya kita lebih tepat untuk diberikan dan lebih efektif mencapai tujuan. Sebelum menyeduh teh paling nikmat, pastikan air yang digunakan sudah bersih dari kontaminan. Sebelum meminta akal bekerja sesuai kebutuhan, kondisikan pikiran agar tidak meresahkan beban. Sebelum meminta hati memancarkan sifat-sifat mulia, pastikan jiwa telah rutin dibersihkan sesuai kaidahnya.
Kotoran yang mengurangi kejernihan akan mudah datang seiring waktu yang berjalan. Berbagai langkah untuk mengosongkannya dari kontaminan harus terus dilakukan. Ramadan hadir sebagai karunia untuk membersihkan setiap noda yang mengurangi kejernihan kita. Kehidupan selama sebelas bulan, sangat mudah terjangkiti berbagai noda dan kotoran. Karenanya, maksimalkan memanfaatkan ramadan pada fungsi kehadirannya. Upayakan diri kembali kosong dari berbagai kotoran yang mengurangi kejernihannya. Jadikan kemurnian diri dalam setiap bagiannya, yaitu fisik, hati, dan akal, sebagai buah keberhasilan menjalani madrasah ramadan.
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Jadi, Selanjutnya?
#Day26
Selama 25 hari ini, kita telah berbicara tentang banyak makna. Di hari pertama, kita memahami bahwa diantara variasi cara menyambut ramadan ada satu sisi yang sama. Setiap kita punya kesalahan yang ingin dipudarkan. Lalu kita memaknai lebih dalam tentang kesalahan dengan berbagai perspektifnya. Kemudian kita mendambakan keindahan pada sempurna memaafkan sebagai cara untuk kembali pada kebeningan hati.
Pada sepuluh hari kedua, kita banyak memaknai aktivitas ibadah fisik, mulai dari dzikir, shalat, sedekah, dan puasa. Kita berharap rangkaian ibadah tersebut bukan hanya sibuk dalam aspek lahiriyah, melainkan juga selaras dengan kesadaran dan ketundukan batin.
Pada hari ke-21 sampai 25, kita mengingati tentang hakikat eksistensi di dunia ini. Kita juga telah mengambil acuan dari para panutan dalam memaknai hal ini. Kitapun berupaya melihat dunia dari perspektif yang sesuai, agar mampu menjalani hidup dengan cukup piawai. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana langkah konkretnya?
Pada banyak kesempatan, kita telah memahami bahwa ramadan adalah momen penyucian jiwa dan pembentukan taqwa. Sepuluh hari pertama telah kita isi dengan refleksi terkait penyucian jiwa. Lalu sepuluh hari kedua adalah memaknai nilai-nilai pada beberapa bentuk ketaqwaan. Selanjutnya, sepuluh hari terakhir adalah waktu untuk menyampurnakan dengan tekad perubahan.  
Azamkan dalam diri untuk mengamalkan rangkaian nilai yang telah kita sepakati selama 25 hari ini. Nyatakan dalam poin-poin perjanjian atau resolusi agar dapat dievaluasi. Sempurnakan dengan sanksi dan apresiasi sebagai upaya penegasan bahwa hidup bukan hanya sebuah permainan. Kita sedang mempertaruhkan keabadian ketika menjalani peran dalam kefanaan.  
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Tutur Mereka (bagian 2)
#Day25
Sosok berikutnya, Imam Hasan Al-Basri. Beliau adalah salah satu tokoh tabiin, yang mengajarkan kita beberapa cara memandang dunia. Yang pertama, beliau berkata bahwa dunia adalah negeri tempat beramal. Barangsiapa bertemu dunia dengan rasa benci dan zuhud ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Namun barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya tertambat pada dunia, ia akan sengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan yang tidak dapat ditanggungnya. Menurut Imam Hasan Al-Basri, zuhud adalah Memperlakukan dunia ini hanya sebagai jembatan yang sekedar untuk dilalui dan sama sekali tidak membangun apa apa di atasnya.
Berdasarkan tutur beliau di atas, dapat kita lihat bahwa ketepatan cara pandang terhadap dunia dan kehidupan adalah justru dengan menarik diri agar tidak terlalu lekat di dalamnya. Maka sebelum kita berbicara tentang bagaimana kita beramal dalam kehidupan, sepertinya perlu dipastikan kesesuaian cara pandang kita pada dunia dan kehidupan itu sendiri. karena di sinilah substansi yang menentukan aktivitas lahiriah yang justru biasanya cenderung lebih diperhatikan.
Kemudian beliau juga mengajarkan cara pandang terhadap dunia yang hakikatnya hanya terdiri dari tiga hari. Hari pertama adalah kemarin, yang sudah pergi dengan segala isinya (tanpa bisa diulang kembali). Hari kedua, adlah hari esok, yang mungkin saja engkai tidak bisa menjumpainya (lantaran ajal menjemputmu). Hari ketiga adalah hari ini, itulah yang menjadi milikmu, maka isilah dengan amalan.
Ramadhan memberi ruang kita untuk lebih banyak bermunajat pada-Nya. Hal ini memudahkan kita untuk belajar memandang dunia dari sudut pandang yang seharusnya. Agar kita mampu menempatkan kehidupan tepat pada porosnya.
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Tutur Mereka (bagian 1)
#Day24
Kita telah banyak berbicara tentang pribadi kita di sepanjang 23 hari sebelumnya. Selanjutnya, kita coba menilik sejenak pada kisah mereka yang telah menemukan hakikat diri dan kehidupannya. Mereka adalah para kekasih-Nya yang telah mampu menikmati hidup pada porosnya.
Sosok pertama adalah Imam Junaid Al-Baghdadi. Beliau mengajarkan bahwa kemurnian hubungan dengan Allah SWT dapat dicapai dengan meninggalkan kesenangan dunia. Menjadikan lapar (puasa) sebagai karakter, dengan meninggalkan kelezatan dunia dan melepaskan segala hal yang menyenangkan dan indah. Hal ini menjadi langkah awal untuk mencapai puncak kemurnian hubungan dengan Allah, yaitu ketika seorang sufi sudah tidak lagi menyadari apa saja selain Allah. Keterikatan pada berbagai kepentingan, ataupun kecenderungan pada beragam kesenangan, dapat mengotori kemurnian hubungan dengan Allah SWT. Tetapi beliau tidak mengarahkan untuk meninggalkan dunia. Beliau mengajarkan untuk memiliki sifat zuhud, yaitu tidak meninggalkan harta (dunia) tetapi juga tidak tamak mengejarnya. Zuhud adalah tetap memiliki harta (dunia) tetapi tidak mencintainya. Imam Junaid mengajarkan untuk menjadi pribadi yang sederhana, agar terhindar dari keterikatan yang menjerumuskan.
Beliau juga menggambarkan tentang karakter seorang sufi. Hakikat kepribadian seorang sufi adalah seperti bumi. Meskipun segala kotoran dicampakkan padanya, ia tidak menumbuhkan kecuali tumbuhan yang baik. Ia pun seperti mendung, yang selalu memayungi apa saja di atas muka bumi. Dia juga seperti hujan yang tiada pernah enggan mengairi segenap penjuru muka bumi. Di sinilah beliau menggambarkan hakikat jiwa seorang kekasih-Nya, yang selalu sempurna dalam memaafkan. Hal itulah yang menjaga kesempurnaan kasihnya kepada siapa saja yang Allah pertemukan dengannya. Dia selalu rela untuk sempurna memberi dengan ketulusan hatinya. Sebagai wujud kemurnian jiwa dalam keikhlasan mengabdi untuk mencintai-Nya.
Madrasah Ramadhan merupakan media penempaan jiwa untuk membentuk pribadi yang sederhana. Menjalani rangkaian ibadah ramadhan, diantaranya dengan berpuasa, zakat, infaq, dan sedekah. Menahan nafsu berarti menundukkan diri dari kecenderungan pada ketamakan. Kesediaan untuk memberi merupakan bukti pudarnya rasa memiliki. Kerelaan berbagi adalah tanda lahirnya rasa saling menyayangi.
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Bersama Siapa?
#Day23
Kita telah telah memastikan tentang siapa tujuan kita. Kitapun telah mengetahui dengan berpedoman pada apa perjalanan ini akan kita jalani. Lantas selanjutnya, dengan siapa kita akan menunaikan semuanya? Dengan siapa kita akan menempuh perjalanan panjang atas nama kehidupan?
Tiada teman yang lebih setia melebihi diri kita sendiri. Dialah yang selalu menemani sejak membuka mata hingga berakhirnya nyawa. Diapun selalu ada dalam suka dan duka. Dia tetap menerima ketika semua memilih untuk menolak. Diapun tetap mencoba untuk mempertahankan ketika semua kian menjatuhkan. Maka menjaga diri kita adalah tugas utama sebelum kita bertanya akan tanggung jawab untuk menjaga yang lainnya. Bila kita memang mengingnkan agar bahtera kehidupan benar-benar akan berlabuh pada tujuan yang telah ditekadkan.
Menjaga diri adalah menjaganya dari segala sesuatu yang melemahkan. Di awal rangkaian tulisan ini, kita banyak berbicara tentang mengenali diri, memaafkan, bahkan upaya untuk membeninkan hati. Semua itu adalah rangkaian cara untuk membersihkan segala kontaminasi yang dapat mengeruhkan nilai-nilai diri. Allah bukan hanya menurunkan Al-Quran dalam dinul Islam sebagai pedoman, melainkan juga meniupkan ruh sebagai referensi internal dalam menyempurnakan kehidupan. Rasulullah saw pun memastikan bahwa setiap diri adalah pemimpin dari dirinya sendiri. Karenanya, diri kita bukan hanya teman setia yang akan selalu ada, melainkan juga pemimpin utama yang berhak mengarahkan perjalanan kehidupan.  
Ramadhan adalah bulan penyucian diri untuk kembali pada karakter fitrahnya. Di sinilah kita kembali mendapatkan energi untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Keberhasilan kita dalam menempa diri sepanjang ramadhan, akan sebanding dengan sejauh mana karakter fitrah manusia terpancar dalam diri kita. Karenanya, indikator keberhasilan Ramadhan adalah adanya peningkatan kualitas hidup pada sebelas bulan berikutnya.
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Dengan Apa?
#Day22
Memastikan tujuan bukan hanya diperlukan untuk menentukan arah perjalanan, melainkan juga sebagai acuan dalam menilai kesesuaian terhadap apa yang ingin didapatkan. Tentang apa yang telah dan perlu dilakukan, sejauh mana harus ditunaikan, sepenuhnya bergantung pada apa yang sedang kita perjuangkan. Penegasan tentang hal ini merupakan sesuatu yang paling fundamental. Karenanya, kita telah berikrar atas hakikat dan tujuan kehidupan bahkan sebelum setiap diri dilahirkan.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”(QS. Al – A’raf : 172)
Kita telah lantang mengikrarkan kesaksian akan Ke-Esa-an Allah SWT. Karenanya, perjalanan hidup adalah konsekuensi atas kesaksian yang telah kita ikrarkan. Ketika Allah SWT telah menjadi satu-satunya tujuan, maka tiada lagi yang layak menjadi acuan kecuali apa yang Allah turunkan.
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu….” (QS.Al-Maidah : 3)
Ramadhan adalah bulan diturnkannya Al-Quran, sebagai rahmat Allah untuk seluruh alam. Al-Quran merupakan pedoman hidup yang kebenarannya tiada terbantahkan. Maka mengagungkannya di bulan Ramdhan adalah menyadarkan kembali akan referensi dalam menjalani kehidupan. Setiap diri yang dekat dengan Al-Quran, sejatinya adalah mereka yang selalu terarah dalam kehidupan.
0 notes
liza-rastiti · 2 years
Text
Untuk Siapa?
#Day21
Menegaskan tujuan adalah langkah pertama sebelum memulai suatu perjalanan. Tidak akan ada rangkaian perjalanan tanpa dipilihnya suatu tujuan. Kepastian tujuan adalah identitas perjalanan yang ingin ditunaikan.  
Tujuan juga merupakan parameter untuk menilai kesesuaian perjalanan yang telah ditunaikan. Apakah sudah akan sampai, ataukah masih jauh, sudah benarkah jalan yang ditempuh, adalah beberapa pertanyaan yang hanya bisa terjawab ketika tujuan telah dijelaskan.
Kita telah banyak merenungi tentang hakikat sebuah kesalahan. Kitapun telah belajar pentingnya untuk sempurna memaafkan. Lalu kita menemukan sumber kekuatan untuk mencapainya adalah dengan mendekat pada Sang Pemilik Ampunan. Lantas sebenarnya untuk siapa semua ini kita jalani?
Selanjutnya kita banyak mamaknai tentang puja dan puji yang sering dilantunkan oleh lisan. Kitapun banyak berbicara tentang nilai-nilai aktivitas fisik yang kita jalankan. Selanjutnya, untuk siapa semua ini coba kita sempurnakan? Dan sejauh apa penyempurnaan ini akan kita upayakan?
Biarkan diri mengungkapkan keinginan yang ingin didapatkan. Karena sekali lagi, suara hati bukanlah sesuatu yang boleh dipungkiri atau bahkan mencoba dielakkan. Dia hanya perlu dijelaskan. Biarkanlah jiwa berbicara apa adanya. Sebagai kejujuran diri tanpa ditutupi. Agar penjelasan tentang tujuan benar-benar akan dipahami oleh segenap karakter diri.
Ramadhan adalah poros dalam rute kehidupan para teladan. Enam bulan sebelum ramadan, mereka berdoa untuk dipertemukan dengan bulan ini. Enam bulan setelahnya, mereka berdoa agar amalan mereka di Bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Karenanya, momen ramadhan sangat tepat untuk kita pilih sebagai momen penegasan akan tujuan atas sepanjang perjalanan kehidupan.
0 notes