Tumgik
lianyaaan · 2 years
Text
Semuanya cuma tentang Allah suka atau gasuka.
Karena kalo mampu ga mampu mah emang kita ga mampu kalo bukan Allah yang mampukan.
Dan mau ga mau mah mah belum tentu apa yang kita gamau teh buruk buat kita, dan sebaliknya.
"Hidup adalah seni merespon segala skenario yang Allah kasih buat kita."
6 notes · View notes
lianyaaan · 2 years
Text
ton ton, don don, kira kira, bura bura, banyak kata dalam bahasa jepang yang berasal dari simbolisme bunyi, yang menunjukkan betapa mereka aware dengan suasana2 indriawi yang beragam. Sekecil apapun mereka bedakan dan perhatikan. Makanya para pengrajin juga sering disebut sebagai perwujud ikigai 💙
Tumblr media
0 notes
lianyaaan · 2 years
Text
Butuh waktu yang lama dan riset yang panjang untuk menghasilkan sebuah formula muskmelon. Padahal kenikmatan rasanya cuma bisa kita dapat sesaat. Dan kita tidak bisa mengabadikan rasa dalam foto tapi toh tetap dilakukan orang Jepang. Karena mereka menghargai kebahagiaan2 kecil. Mereka hadir di waktu dan tempat saat ini.
Tumblr media
0 notes
lianyaaan · 2 years
Text
Hari ini baca lagi buku IKIGAI yg kubeli beberaa waktu lalu di Playstore. Kalo dipikir2, konsep IKIGAI ini banyak banget irisannya sama konsep Fitrah Based Life. Kurang konsep tauhid nya aja.
Salah satu hal yg sama itu mengawali dengan hal kecil yang paling sesuai dengan dirinya atau lingkungan lokal nya. Kenapa Allah lahirkan kita di Indonesia bukan di Amerika? Kenapa Allah lahirkan kita di zaman ini bukan 100 tahun lalu atau 100 tahun lagi? Karena pasti Allah pengen kita mengoptimalkan apa yang ada di hadapan kita sekarang. Bukan cuma dam diri tapi juga di alam 💙
Sejak dulu pernah ngefans banget sama Jepang dan walaupun sekarang Jepang kesannya kaya stuck apalagi dibandingkan dengan gempuran budaya Korea, tapi tetep ada banyak hal yang bisa dipelajari dari Jepang :") 👍
Tumblr media
0 notes
lianyaaan · 2 years
Text
"Sebaik-baiknya orang...."
Aku sering banget denger hadist di atas tapi ga pernah bener2 memaknai hadist tsb. Coba ulang2 deh.
"Sebaik-baiknya orang..." yg berarti gaada definisi baik lain selain yg ada di kalimat lanjutannya. "..yang mempelajari Al Quran daj mengamalkannya.
Hari ini baca buku "Dalam dekapan mukjizat Al Quran" dengan seorang Ibu yg berusaha menghapal sedikit demi sedikit. Se ayat demi se ayat setiap hari. Ga harus langsung 30 juz. Karena ngebayanganginnya aja udah berat kan.
Mulai dari surat2 juz 30 dan 29. Bisa ngga li? Mau mulai kapan? Bismillah....
Tumblr media
0 notes
lianyaaan · 2 years
Text
Tumblr media
Jadi inget dari Ust oemar mita lagi kemarin.
Beliau bilang,
Kalau nilai kita cuma dihitung dari seberapa banyak ibadah kita,
mungkin jumlah shalat abu bakar lebih sedimit dari kita. Jumlah ramadan yang dilewatin Abu Bakar lebih sedikit dari kita.
Islam kan gak turun dari beliau lahir.
Beda banget sama kita yang sejak kecil udah belajar solat puasa. Sampe sekarang udah berapa tahun?
Tapi apakah kedudukan kita lebih tinggi dari Abu Bakar?
Masih jauhhh. Jauhhhhh banget keduduka kita sama Abu Bakar huhu karena yg paling utama bukan cuma kuantitas.
Tapi bagaimana kita MENGHADIRKAN HATI. Bahkan bukan cuma dalam solat puasa. Tapi dalam SEGALA AKTIVITAS.
Milih menu makan karena Allah suka, tidur lebih awal karena Allah suka, bekerja hari ini karena Allah suka, dst. Dari hal kecil sampe besar karena Allah suka.
Semoga Allah ridho dengan semua ibadah kita ya huhu
1 note · View note
lianyaaan · 2 years
Text
Akhir-akhir ini 'dipaksa' untuk menyerap ilmu daei berbagai sumber, mulai dari kajian, webinar, termasuk buku Fitrah Femininitas Bunda yang baru aku baca barusan. Bagaimana mereka berubah setelah ikut kuliah Bang Aad.
Aku makin sadar kalo ilmu adalah kunci dari semuanya. Seperti yang Allah bilang di QS Al Kahfi 68:
"Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
Jadi semangat menuntut ilmu ya. Jangan lupa adabnya juga. Semoga niatnya senantiasa lurus. Allah bimbing selalu 💙
0 notes
lianyaaan · 2 years
Text
Tumblr media
Setiap anak punya fitrah belajar. Termasuk kita.. semua pekerjaan yang kita lakukan, semua hasil olah pikir, itu karena Allah udah kasih bekal nya. Semua sudah ada fitrahnya..
0 notes
lianyaaan · 3 years
Text
13 April 2021
Setelah hampir 2 tahun sejak pertama kali nonton Sirah Nabawiyah eps 1, akhirnya selesai jugaaaaa sampai eps 25!!
Apakah liana masih ingat semua detail kisah nya? Oh tentu tidak 🤣
Kalo gambaran besarnya ingat? Ingat dong!
Apa ruhiyah nya bertambah? Bertambah banget! Apalagi setiap habis dengar.
Apa makin kangen Rasulullah? Makin makin makin 🥺
Habis ini pengen denger kajian apa lagi?
Antara ngulang lagi dan nyatet bener2, dan atau dengerin kisah masing2 sahabat 🥺 (dan sekarang lagi otw dengerin kisah sahabat bareng temen2 balin yeay)
Jadi ceritanya, 2019 aku ditugasin mentorku buat nonton sirah nabawiyah dari ust khalid eps 1 - 4.
Aku dengerin dengan sungguh2 sambil nyatet panjang banget dan emang lebih nempel jadinya, dan seruuu! Banyak yang ternyata aku baru tahu.
Karena aku dari sekolah umum juga, selama ini belajar sirah cuma sekilas2 doang, bahkan itu pun pas sd kayanya.
Habis itu berbulan2 ga dilanjut karena mulai banyak kegiatan, kerja, dsb, dan jadi banyak excuse gapunya waktu buat duduk fokus 2 - 2,5 jam (padahal kalo nonton drama mah bisa2 aja ya🙂).
Akhirnya sejak tahun lalu, aku coba rutinkan dengar ini, 10 menit aja per hari.
Yap! 10 menit. Itu pun kadang sambil siap2 kerja atau sambil jalan pagi.
Terlepas dari bagaimana seharusnya dengar kajian.
Aku berpikir, daripada aku terus2 an ngeluh gapunya waktu 2 jam to. Mending aku kecilkan barrier nya.
Dimulai dengan yang mudah.
Kalo kata buku atomic habits, salah satu cara membentuk kebiasaan juga dengan dibuat mudah kan?
Dan akhirnya selesai jugaaaa. Mungkin ini yg namanya the power of 1% setiap hari.
Di ramadan tahun lalu, aku bilang ke temen2, "masa nonton drama ber puluh2 episode bisa, nonton sirah selama ramadan ini ga tamat?"
sekarang mah aku cuma mau bilang, "kalo tidak bisa lakukan semuanya, setidaknya jangan tinggalkan semua.
kalo tidak bisa 2 jam per hari, ya 10 menit aja deh~"
Kenapa siiii kita harus denger sirah?
Temen2 penasaran ga sih, kenapa sejak SD kita selalu dibilangin bahwa satu2 nya idola terbaik adalah Rasulullah.
Yang kalo ada anak ditanya idola nya siapa trus dia jawab Rasulullah, respon auto orang:
'wiiii keren banget!'
Meanwhile liana,
"Iya tau Rasulullah itu Nabi kita. Tapi apakah harus auto jadi idola?" 😅
Kita sering dijejelin dengan kesimpulan2. dengan doktrin2. Tanpa tahu why nya apa. Tanpa tahu kisah dibaliknya.
Dengan tau kisah perjalanan Rasul dari awal sampai akhir (bahkan di seri kajian ust Khalid ini 3 eps awalnya tentang latar belakang Arab saat itu), kita jadi pahaaaam alasan2 di balik "doktrin" itu.
Kenapa wajar banget kalo Rasulullah kita jadiin idola. Wajar banget kalo kita merasa rindu sama Allah.
Btw, kalo dah denger sirah jadi pengen umroh deh beneran. Semoga Allah mudahkan jalan kita untuk mengenal Rasul-Nya, baik via kajian, dan segera via umroh hehehehee aamiin 🥺
1 note · View note
lianyaaan · 3 years
Text
Menolak kerusakan harus didahulukan daripada terraihnya kebaikan.
Taubat atas dosa-dosa di masa lalu harus segera dilakukan sebelum maju ke meda jihad.
Karena kemaslahtan sejati hanya akan dicapai dalam kondisi kemungkaran dan kerusakan minimal.
Maka jangan muluk-muluk mencari kebaikan jika sumber keburukannya belum kita selesaikan.
ーRefleksi buku Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim
1 note · View note
lianyaaan · 3 years
Text
Aisyah adinda kita
Yang sopan dan jelita
Angka SMP dan SMA
Sembilan rata-rata
Pandai mengarang dan organisasi
Mulai Muharram 1401
Memakai jilbab menutup rambutnya
Busana muslimah amat pantasnya
Itu adalah 2 penggal lirik lagu Bimbo berjudul Aisyah Adinda kita yang dirilis tahun 2007 an. Memberikan semangat berjilbab kepada para pemudi.
Bapakku biasanya sering muter lagu itu (bersama dengan lagu-lagu Bimbo lainnya) selama ramadan atau menjelang ramadan.
Dan liana sendiri waktu SD jujuuurrr merasa semngat mendengar sosok aisyah di lagu itu.
Kata Ust Salim A. Fillah, dalam buku Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim, proyek pemikiran harus disupport oleh proyek budaya.
Bagaimana supaya satu pemikiran lebih menempel dalam setiap orang? Melalui produk budaya~
0 notes
lianyaaan · 3 years
Text
"Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak mudah akrab.."
Komunikasi adalah kunci awal dakwah. Bagaimana bisa kita menyampaikan isi kalam Allah dengan baik kalo berkomunikasi saja kita tidak bisa?
Yo mangat, li. Bisa yo bisa.
0 notes
lianyaaan · 3 years
Text
Ada kaidah dakwah untuk nenjawab permasalahan sosial dulu baru kemudian menyerukan iman, kesabaran, dan kasih sayang. Maaf, bukankah tanpa kerja-kerja sosialーmembebaskan budak, memerangi kelaparanーseruan-seruan itu bakal terasa omong kosong?
Beberapa waktu lalu aku ketemu sama seorang perempuan adiknya ustazah di sebuah pengajian. Waktu aku ajak ngobrol, beliau cuma jawab sekata-sekata. Maaf, tidak supel dan nampak tidak senang diajak mengobrol, nyampe aku juga bingung ngajak ngobrolnya gimana.
Trus setelah membaca buku Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim (mungkin next disingkat SBASM aja ya) nya Ust. Salim dan sering dikasih tau teh juan tentang hal ini dari dulu sampai akhir2 ini, aku jadi berpikir,
Bukankah supel adalah sifat yang baik? Bukankah kemampuan komunikasi adalah skill yang penting? Dan bukankah Islam mencakup itu semua?
Ketika beliau menjadi adik dari seorang ustazah, seorang sumber ilmu, bukankah seharusnya beliau bisa menunjukkan kemampuan yang lebih baik? Itu adalah bagian dari menjadi seorang muslim.
Trus ya aku juga jadi refleksi sama diri sendiri. Melihat kekurangan aku di mana aja. Aku juga masih punya kesulitan untuk ngobrol sama orang dewasa. Hard skill soft skill aku masih belum terasah. Masih banyak banget lah kurangnya liana.
Dan mestinya, cukuplah Allah menjadi alasan kita bertumbuh menjadi lebih baik.
Cukupkah Allah menjadi alasan untuk kita mau jadi orang yang terus belajar, menjadi orang yang bisa diandalkan.
Karena itu adalah bagian jadi seorang muslim.
Bagaimana bisa kita menyerukan iman jika tidak ada kerja-kerja nyata yang kita lakukan?
Gausah jadi tertekan sendiri. Dapet insight ini aja udah Alhamdulillah, liii. Yu ah terus belajar dikit2.
0 notes
lianyaaan · 3 years
Text
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya..." (HR Muslim)
Sebagai seorang ang introvert dan jarang ngobrol sama orang dewasa, bersosialisasi dengan tentangga adalah salah satu hal yang sempat aku khawatirkan kalau sudah menikah 🤣
Bahkan dulu pernah kepikiran, "Alangkah baiknya kalau aku tinggal di komplek yang sepi, gausah banyak ngobrol sama tetangga, hidup masing-masing aja selama tidak saling merugikan." Astagfirullah.
Mungkin sekilas gaada salahnya juga sih. Dan gak banyak ngobrol juga bukan berarti tidak baik kan.
Tapi dari presepsi aku yang malas bertetangga sejak awal nya yang udah salah.
Sebagai seseorang yang mengaku beriman pada Allah dan hari akhir (masyaallah ya Allah pake kalimat ini, menjadi tanda bahwa sebegitu pentingnya berbuat baik pada tetangga), maka harusnya presepsi awal aku tidak menolak bertetangga. Bahkan menyambutnya dengan gembira untuk mempraktekkan apa yang Allah perintahkan.
Cukuplah Allah dan Rasulullah yang jadi alasan. Semua sifat introvert dan kebiasaan-kebiasaan aku sebelumnya, biarlah aku tepis dengan kalimat, "Ini Allah dan Rasulullah yang perintahkan.."
2 notes · View notes
lianyaaan · 3 years
Text
Full time beda sama full heart.
Ada orang tua yang agenda sehari-harinya sibuuuk. Dakwah ke mana-mana tapi kualitas hubungan sama anaknya tetap terjaga.
Ada juga orang tua yang full time di rumah tapi anaknya merasa jauh dan ga deket samsek sama orang tuanya.
Ada juga yang udah mah ortunya sibuk, anaknya merasa semakin jauhh.
Kuantitas waktu kebersamaan bukan hanya jadi indikator satu-satunya yang mendukung kualitas hubungan keluarga.
Tapi sejauh mana kualitas dari setiap pertemuan. Dan sejauh apa kegiatan2 yang kita lakukan itu justru mendukung hubungan keluarga, misal menimbulkan ghirah dakwah juga ke anak-anaknya, dll.
Noted ya li.
--
Refleksi dari Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim by Ust. Salim A. Fillah
0 notes
lianyaaan · 3 years
Text
"Teh li kalo udah nikah dan punya anak, mau kerja atau engga?"
Beberapa waktu lalu, ada salah satu temen aku tanya gitu. Trus jawaban aku, "Belum kepikiran, hehe."
Sebenernya bukan bener2 belum kepikiran sih.
Tapi yang udah ada di kepala aku ya, "Aku pengen jadi sebaik-baiknya ibu. Mulai dari keluarga aku dulu. Aku juga pengen berkontribusi dalam pemberdayaan perempuanm. Belum kepikiran detail ya gimana sih. Semoga Allah bimbing aku selalu."
Trus kenapa paragraf itu ga keluar ke temen aku?
Karena kumerasa malu hehe cita-cita jadi seorang ibu seringkali nampak tak hebat.
Ya semua orang juga akan jadi ibu pada akhirnya. Itu mah bukan pilihan. Itu kodrat manusia. Katanya.
Padahaaaal, kalo kita liat fakta sekarang, kalo kita baca2 buku tentang pendidikan, menjadi ibu tu sama sekali bukan sesuatu yang mudah. Berapa banyak anak yang terjebak dalam kenakalan remaja. Berapa banyak ibu yang stres gabisa menghadapi anaknya.
Di buku Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim sebelum bab Generasi yang bahas tentang anak itu ada beberapa bab yang bahas soal pernikahan dulu.
Beberapa. Bukan cuma satu aja. Tentang bab pernikahan aja itu panjang, sebelum ke pendidikan anaknya. Trus kenapa kita seringkali meremehkan?
Terlepas dari akan jadi apapun kamu nanti selain menjadi ibu, persiapan jadi ibu tetap harus dilakukan. Sebelumnya, persiapan jadi istri juga harus dilakukan. Sebelumnya lagi, persiapan memilih calon pasangan juga harus dilakukan.
Pertanyaannya, sudah sejauh apa kamu mempersiapkan diri untuk fase2 yang akan kamu hadapi itu, liii?
0 notes
lianyaaan · 3 years
Text
"Jika ada 8 pertemuan kajian pra nikah, maka hendaknya 6 pertemuan membahas satu hal saja: NIAT." -Ust Salim A. Fillah
Baca tulisan itu jadi bikin aku refleksi juga. Seandainya niat kita udah lurus buat Allah aja. Maka sesungguhnya perihal pernikahan ini bakl clear se clear clear nya.
Gausah galau pengen kriteria yg macem2. Yang penting menurut Allah oke aja.
Gausah galau pengen sama si A atau si B. Yang penting menurut Allah oke aja.
Bahkan gausah galau pengen cepet-cepet nikah. Kan Allah yang paling tau waktunya.
Bukan berarti pasrah tanpa keyakinan juga. Tapi fokus ke apa yang bisa kita kendalikan. Pengen boleh (dengan niat karena Allah). Tapi gak galau2 an. Fokus pada apa yang Allah suka.
Perihal Allah kasih itu sekarang atau engga. Atau bahkah kasih sebelum meninggal atau engga. Biarlah jadi keputusan Allah aja.
Nangkep kan poinnya? Wkwkwk monmaap.suka belibet 🙈🙏
1 note · View note