Tumgik
lazyven-blog · 4 years
Text
Barista dan Espresso
Jadi dua tahun terkahir ini saya memulai sebuah kedai kopi. Awalnya berniat hanya menjual kopi saja. Namun, realita berkata lain. Juga perlu untuk menjual makanan sebagai nilai lebih agar orang akan datang ke kedai kopi kita ini. Karena tidak adanya latar belakang tentang pembuatan makanan, maka kakak pun ikut membantu dalam pembuatan menu makanan. Untungnya kala itu, kakak membuat menu makanan dan pengajaran kepada karyawan hingga selesai. Bisa dibilang saya tidak mengurusi sama sekali tentang makanan yang terjual. Saya pun hanya tahu menjual di konter. Lalu perlahan saya mulai belajar memesan bahan yang diperlukan ketika habis. Pada saat itu saya sangat bersyukur karena terlepas dari beban kerjaan bagian makanan. Karena bagian coffee bar ternyata sangat chaotic. Ternyata profesi barista yang ada di Jakarta ini sudah melenceng jauh dari arti barista sesungguhnya. Bahkan ada suatu ketika saya interview pelamar kerja posisi barista, saya bertanya “Definisikan barista dan espresso.” Dengan entengnya banyak pelamar menjawab ‘barista adalah peracik kopi dan espresso adalah inti sari kopi.’ Jika anda sebagai pemilik/HRD sebuah kedai kopi, apa rasanya dijawab seperti itu? Dan, bagaimana dengan anda? Apakah barista dan espresso bagi anda?
Bagi saya sendiri, seorang barista adalah seseorang yang bertanggung-jawab dalam pembuatan minuman kopi yang menggunakan mesin dan manual. Pembuatan kopi yang menggunakan mesin umumnya adalah berbasis espresso dan yang manual adalah tanpa menggunakan mesin. Minuman berbasis espresso biasanya dijual seperti espresso, cappucino dan latte sebagainya. Kopi seduhan manual yang populer adalah V60, french press, tubruk dan sebagainya. Seorang barista juga mengenalkan minuman kopi, daerah asal kopi yang digunakan, menyampaikan teknik penyeduhan, mendiskusikan rasa kopi, dan menjawab pertanyaan seputar kopi yang disajikan di kedai kopi tersebut. Seorang barista juga bertanggung-jawab dalam hal penggunaan bahan dan kebersihan dalam area kerja dimana dia membuat dan menyajikan kopi tersebut. Keahlian yang diperlukan oleh seorang barista adalah bersih, bekerja dengan efisien di area bar, bisa kalibrasi untuk mengoptimalkan rasa kopi dan berkomunikasi dengan customer.
Espresso adalah kopi yang diekstraksi menggunakan mesin dengan suhu air tertentu biasanya 90-96 derajat Celcius dan dengan tekanan biasanya 9 bar.
Jadi memang, kalau kopi yang dibuat tanpa mesin, biasanya bukan disebut sebagai espresso. Lalu muncullah pertanyaan, tetapi sekarang sudah banyak yang tidak perlu memakai mesin yang besar dan menggunakan listrik dengan daya watt yang besar yang tentunya mahal untuk membuat espresso. Contoh seperti Flair espresso, ROK presso, Aeropress mungkin ( jujur, saya tidak begitu paham dengan Aeropress karena simply saya tidak tertarik dengan Aeropress dan saya tidak pernah mencoba seduhan kopi dengan Aeropress. Jadi saya hanya menebak disini ). Tapi yang saya ingin tunjuk poin nya adalah dimana alat-alat tersebut mengambil poin dasar mesin yang makanya dapat menghasilkan espresso yakni suhu air dan tekanan. Suhu air bisalah disetel dan tekanan didapatkan dari penarikan tuas yang ada di alat tersebut.
Jadi tetaplah harus disebutkan poin dasar yang dapat membuat espresso yakni suhu air dan tekanan. Ya jangan lupa juga kopinya!
0 notes
lazyven-blog · 4 years
Text
Tumblr media
Comes as a surprise that I read this very slowly.
0 notes
lazyven-blog · 4 years
Text
Q
Do I continue what I started ?
Or do I continue a family legacy ?
Certainly I am not capable for both. Do I really have to pick one ?
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Struggling
Been almost two years opening a coffee shop 
- dealing with customers with sarcastic words, funny demands - customers who like to go into staff spaces like the coffee bar and kitchen  - customers who ask the decorations properties  - customers who told you to do step by step in making the drinks with their own ratios - customers who keep bringing food and drinks from outside  - customers who just want to sit without ordering anything  - customers who can’t get connected to WIFI and upset about it 
- staff who has no focus  - lack of understanding of the need of customers - still doesn’t know what are the products they sell  - keep counting wrong stocks 
- dealing with inconsistent schedules
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
My sister had this dream of me splitting a red snake into two pieces with a forklift. The snake did not die but becomes two. One of those then climbed up a wall and so I caught it using a cloth and kill it. 
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Quote
not everyone is as fortunate as you
mom
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Is this anxiety?
Is this anxiety? Those sleepless night. Those mornings when you wake up and feel you haven’t got any sleep yet. Constantly tired. That constant uncomfortable feeling through the day. And worst of it is that being unable to pinpoint the source to work on that. To be better, to feel better. 
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Quote
Dulu, orang berbuat salah itu takut. Sekarang, orang melakukan kesalahan dan hanya akan merasa dosa ketika kesalahan itu diketahui oleh orang lain. Bahkan, kemunduran terjadi luar biasa. Kesalahan yang tidak bisa diketahui oleh orang lain sekarang dianggap menjadi sebuah prestasi.
Thomas, Koran Kompas Minggu 29 September 2019
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Vision + clarity = wealth = invest time = create value = wealth flows = with rhythm + harmony = resonate ( attract wonderful things )
Five star is about service, quality and conduct. These things do not cost money. It just takes better rules and better systems to enaure yoy do not settle for less
1 note · View note
lazyven-blog · 5 years
Text
Opportunites can be created out of every moment
Had you been clearer in your vision and your focus, what might have happened?
Had you started with a wealth of passion and enthusiasm, what opportunities might you have uncovered?
What we do when we are not working is more important as what we do when we are. Wealthy people don’t work. They follow their passion.
It is not just what you do. It is when you do it.
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Four level of communication
1. Exchange
2. Connect
3. Motivate
4. Inspire
‘Be true to yourself’
Be careful with your time. How much is invested and how much is spent.
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Almost forget how good this song is
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Vulnerability soundslike truth and feels like courage. Truth and courage aren’t always comfortable, but they’re never weakness.
Brené Brown
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Little notes
1. Think it. Ink it. Do it. Review it. 
2. Choose the level you want to play.
3. What you see is always what you get.
4. Ask and you shall receive. 
5. Learning is a game.
6. Invest more of your time, spend less of it. 
7. Invest more of your money, spend less of it. 
8. Your well is in your words. 
9. Wealth is the beginning, not the end.
10. Sow. Nurture. Reap.
11. Your passion is your compass. 
12. To know and not to do, is not yet to know.
13. Value is the river in which wealth flows.
14. Become an inspired work-in-progress. 
15. Plan to fail. 
16. See the wood from the trees. 
17. Opportunities lie in every moment. 
18. The key to leverage is how you use it. 
19. Sustainable wealth follows a rhythm. 
20. Time is your most precious asset. 
21. Harmony is the foundation of wealth.
22. Time has seasons. 
23. It’s not just what you do. It’s when you do it. 
24. When you resonate, you accumulate.
25. You settle for your standards. 
26. A five star life is easier than a two star life.
27. Your environment is your playground.
28. You are the result of your choices. 
29. Water always finds its level. 
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Kutek
Pagi-pagi ketika turun dari kamar dan menuju dapur untuk mengambil air putih, ada paket di tengah meja. Dan ternyata, paket kutek Malaga Wine sudah sampai! Langsung buka dan langsung kutekan. Lupa sudah sama air putihnya. It already made my day! Bahkan ketika siang hari berkeliling untuk melihat kafe lain yang baru buka ramai. No bete! I feel I can smile all day just looking at my nails! 
Tak ayal, munculah pertanyaan. Bagaimana sebuah kutek bisa membuat seseorang merasa seperti dirinya kembali? Setelah setahun setengah memulai usaha kafe ini, banyak hal yang saya suka lakukan, tidak saya lakukan lagi. Contohnya seperti memakai lotions setelah mandi (dulu tidak pernah terlewat sama sekali), memakai kutek, dandan, maskeran rambut, maskeran muka dan sebagainya. Dan sekarang saya mulai merelakan meninggalkan kafe ke staff, saya mulai lagi memanjakan diri dan saya merasa kembali pulang dan merasa, ‘Wow, this is me. I am back again. It’s me.’ 
And it feels good. I suddenly realized that I need to be kind to  myself and only then I can be kind towards others. I need to care about myself first and only then I could take care others. And it is so selfish that I need to put me first and then others. But I don’t feel that it is wrong, does it make me a bad person? 
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Eh, dilihatin!
Jadi hari ini ada pelanggan yang membuat alis saya naik.
Pelanggan pertama adalah seorang wanita yang masuk dan bertanya dengan nada ketus ‘rice bowl nya cuma ada rasa blackpepper ya?’ Dan si kasir pun agak terhenyak mendengar pertanyaan ketus tersebut dan agak terbingung karena menu kami cukup jelas dengan judul RiceBowl and dibawahnya terdapat empat gambar dengan nama menu dan harga. Mengikuti SOP, sang kasir pun mulai menyebutkan variasi topping yang ada untuk ricebowl. Lalu dengan ketus pula, pelanggan bertanya lagi ‘iya, untuk beef kan ada blackpepper dan hamburg, maksudnya ada rasa lain ga mba?’ Saking ketusnya, saya dan dua staff lainnya yang sedang berkutat mengganti filter air pun menoleh untuk melihat sang pelanggan ketus tersebut. Mungkin karena kami bertiga bersamaan menolehkan pandangan kami ke dia, ia pun akhirnya merasa sungkan dan mulai berbicara dengan nada yang lebih sopan.
Sore hari, datanglah tiga pelanggan di area merokok diluar. Kebetulan saya pun sedang duduk di area merokok dan menulis ini. Mereka pun masuk ke dalam kafe sambil berkata dengan sinis, ‘ada kopi apaan disini?’ Satu dari mereka yang memesan ke dalam. Sisa dua nya duduk diluar dan mulai merokok. Tak lama kemudian, pesanan pun diantar. Mulanya, tidak ada masalah. Beberapa menit kemudian, ada lalat yang terjebak di atas busa susu hot latte yang dipesan. Hot latte itu pun belum tersentuh. Sang pemesan pun lalu berteriak dari luar ‘mba, mba, mba!! Mba!!’ Anehnya, area merokok ini terpisah oleh kaca dan pintu kaca yang cukup kedap pasalnya bila anda duduk di dalam. Dengan refleks, saya pun mengetuk kaca untuk memanggil si kasir. Kasir pun keluar dan diserbu pertanyaan oleh pelanggan. ‘Ada lalat ini, diminum aja belom? Gimana ya? Diganti ga?’ Si kasir pun menjawab ‘Oh, lalat nya dari luar ya? Soalnya kan tadi sewaktu diantar dalam keadaan baik koh.’ Sesaat si kasir menoleh dan saya mengangguk pelan mengkonfirmasi penggantian hot latte tersebut. Sang kasir pun hanya terdiam melihat sang pemesan lalu mengambil hot latte dengan lalat tersebut dan masuk untuk mengganti. Sang pemesan pun lalu menaikkan suaranya dan bertanya ketika sang kasir berjalan masuk ke dalam ‘mba, itu jadi bisa diganti gak? Kalo ga bisa juga gapapa, jangan dibawa masuk trus diaduk lagi. Hahaha! Soalnya belum juga diminum, si Apek aja juga belum foto. Baru aja mau difoto. Mestinya tadi lu foto dulu tuh, kopi apaa ini kopi lalat.’ Tak lama kemudian, si kasir pun membawa hot latte. Sang pemesan pun bertanya ‘diganti ga nih?’ Sang kasir pun meloyor masuk kedalam. Terlihat jelas oleh saya si kasir sudah bete. Teman si pemesan pun menjawab pertanyaanya ‘diganti kok, tadi piringnya warna merah. Ini warna biru.’ Teman lainnya pun berkomentar ‘tadi gambar hatinya beda. Yah digambar susah-susah, elu aduk lagi.’ Beberapa saat kemudian, seorang reguler datang dan saya beranjak berdiri untuk membukakan pintu dan sekalian pergi ke toilet. Lalu mereka pun tersadar bahwa mungkin saya adalah si owner. Sejak itu mereka bertiga menginspeksi perawakan saya dan mulai mengalihkan topik pembicaraan dari kopi atau kafe saya ke yang lainnya.
0 notes
lazyven-blog · 5 years
Text
Marriage
Recently, mum has been reminding me again the importance of getting married. Resulted in me voicing my opinion about getting boyfriend things, why some girls turn gay, married people with their problems, married siblings and how marriage change them. Mum got tired and sighed to sleep.
This morning, my employee shared her marriage problems. And then I changed the water filters and it leaked first time then I need to fix the leaks.
After that I had lunch at 14.30. During lunch, I feel marriage is far from me. I kept on remembering my conversations lately about marriage.
With my mum, men with money often cheat on their wives. Most will likely have affairs. Or they expect a maid/nanny than a wife. And there are so many miserable wives out there. One of my friend even said marriage is like hell.
With my employee, they are having problems simply because the husband can not afford a wive. She told me she divided her salary into three portions which goes to her mum, her in-laws and herself. Then I asked her, so your husband did not feed you? I mean the groceries monthly money or any other pocket money? And she said no. She pays her meals and her stuff all by herself. I did not comment on that but I just ‘wow’.
And then I asked two male-employees I had, to change the water filter and they told me that they never change any water filter before. So I changed it myself. Along the way, I need some help and it was very obvious that they are very stiff and uncertain how to do that. Like they never see a wrench, pliers and probably very rare using them. They even double check with me with the pipe sealing tape. I don’t know the proper name too but at least I know that it is thin, white and rather elastic.
I just can’t help thinking how incompetent men are. The money, the skill, attitudes, looks ( I am not gonna deny this has a point ), the way they show affections. I just get the feelings that I don’t think I will meet a man that can ever sweep me off my feet ( well hey, that’s some sort of my dream, haha! )
On a note, I am not saying that all men are as I said above but that just the men around my friends and I recently. Like my dad, some of my cousins, some of my friends’ husbands are great. They can afford and support their homes and I know they treated my friends great. They also hands-on husbands with their children.
It’s kinda makes me wonder what kind of a husband I will have, if I ever have one.
0 notes