Tumgik
larat-hati · 2 months
Text
Tumblr media
UMPAMA BILA LEMPAR TANDUK.
⚠️ PERINGATAN : DARAH, BUNUH DIRI, PUTUS ASA, KEMATIAN. MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA.
️️ ️️
Hidupku alu patah, lesung hilang. Itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun lamanya. Mencari secercah binar pada lorong yang gelap katup tidak kunjung ditemukan. Sarwa pada lorong ini adalah jalan buntu. Lantas aku harus apa?
Tidak bersambung tangan dan akal sehatku benar-benar tumpas di sini. Hanya ada satu cara untuk mengakhiri segalanya; kematian. Sebab, semua yang aku lakukan hanya menangkap angin.
Aku didaratkan pada dua pilihan; depanku ada tali panjang dan benda tajam yang kerap aku hindari. Gelak sumbing karena hidup ini tidak pernah berjalan sesuai keinginan. Ibu berputih tulang, cita-cita tidak bisa dibawa pulang dan hanya rasa sakit yang mengganyang. Lelah, aku lelah bila terus menerus hidup begini.
Aku mirip sampah masyarakat yang memang sejatinya musti di tumpas langis. Sudah siap bila harus melakukan ini, kendati ruang minda masih disadarkan oleh sayup-sayup suara Ibu yang melarang. Bu, aku ingin sekali mati. Ingin sekali. Biar kita hidup di alam selanjutnya dengan penuh bahagia.
Dua pilihan itu aku jadikan satu. Tali yang sudah disiapkan, aku lilit pada leher. Benda tajam sudah dijawat dengan kuat. Sebelum kursi ini aku dorong, goreskan benda tajam ke kulit halusku. Ke titik nadi yang bisa membuatku lekas pergi.
Sakit..
Ini sungguh sakit..
Bahkan darah mulai mengucur ke lantai dan aku mendorong kursi. Diriku bergantung di dalam lorong kelam dengan darah yang mengalir deras tanpa ampun.
Perlahan..
Napasku mulai habis..
Leherku tercekik..
Dan aku mati..
Mati dalam keadaan bunuh diri..
Dan yakin, tiada siapapun yang datang ke pemakaman aku nanti..
Sebab aku mati dalam keadaan keji..
Sebuah umpama yang terasa nyata, yang ingin aku icipi segera sebab hidupku tidak lagi berguna. Aku sudah putus asa. Apa aku boleh melakukan hal serupa?
0 notes
larat-hati · 2 months
Text
Tumblr media
SEHARUSNYA AKU NGGAK MEMILIH ITU.
️️ ️️
⚠️ PERINGATAN : MENTION TENTANG KEMATIAN, KEKERASAN, KEINGINAN BUNUH DIRI. MOHON BIJAK DALAM MEMBACA.
️️ ️️
Semesta saja tahu bahwa aku menyesali segalanya tatkala Ibu tiada. Sedari dulu memang tidak pernah dekat dengan Ayah. Aku dan Ibu sudah tidak dapat dipisahkan, namun Tuhanlah yang memisahkan kami.
Kadang, aku suka berpikir. Haruskah aku turuti perintah Ayah? Atau aku lari sejauh-jauhnya? Ketika dua pilihan aku coba, ternyata ancaman kematian pada orang sekitar membuatku jauh lebih takut. Jadi, tersisa satu pilihan yang harus aku lakoni.
Bahkan, sewaktu aku terus ikuti titah si bajingan, tiada satupun darab yang absen pada pungkur dan punggung. Hari-hari aku dapati kekerasan fisik dari Ayah sampai berdo'a pada Tuhan, lekas temukan aku pada Ibu!!
Sayang, Tuhan tidak mendengar do'aku. Apa mungkin Ibu tidak menginginkan aku menjadi dirinya? Makanya, aku harus kembali menata rencana? Jadi aku harus apa, Bu? Pilihan terakhir itu enggan aku pilih. Aku sungguh menyesal. Sudah enam tahun Bu, aku penuh luka-luka. Sekujur tubuh dan hatiku sudah terkoyak oleh luka.
Terkadang.. setiap melihat benda tajam, rasanya ingin aku goreskan pada tubuh ini. Lalu, aku selalu tersadar akan ucapan Ibu dulu. Ibu tidak suka aku menyakiti diri sendiri. Perkataan Ibu yang tertanam di benak, selalu mampu mewaraskan akal sehatku.
Ibu, mungkin ini saatnya aku pergi. Bukan untuk bertemu Ibu, sebab masih banyak hal yang harus aku susun. Aku akan bertahan meski kerap menyesali pilihan. Tenang, bahagiaku kan menjemput. Aku akan akhiri lingkungan yang beracun ini.
0 notes
larat-hati · 2 months
Text
Tumblr media
SEPERTI MATAHARI TENGGELAM DI UFUK.
️️ ️️
⚠ PERINGATAN : BUNUH DIRI, KEMATIAN, MAYAT. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA YA!
️️ ️️️️ ️️
Dua hari sudah pasca meninggalnya Kamari. Dia nampak kuyu, tidak memiliki semangat untuk kembali hidup dan bahkan sudah dua hari ini Kahwa kesulitan untuk tidur. Sampai-sampai netra cantik dia meredup dan dikelilingi berwarna hitam.
Napsu untuk makan juga seketika hirap. Tiada halwa nikmat menggugah selera. Berkali-kali dibujuk dan disuapin oleh Naima juga tidak banyak yang masuk. Paling banyak lima suapan.
Acapkali menangis tatkala menjenaki potret dia bersama Kamari. Lagi-lagi, dia seperti ditarik ke dalam ruang paling kelam;tanpa penerangan sedikitpun. Dia juga tidak ada waktu untuk mensyaki mengapa Najandra belum mengirim pesan atau menemukan dengan mudah.
Vibrasi benda pipih tersebut tidak mampu buat atensi dia teraup. Sebandung ain yang kosong tetap menatap lurus dan sesekali berkejip bila ingin. Naima iba lihat keadaan Kahwa dan handai mencoba untuk menghibur, namun nihil.
“Wa, ada pesan tuh. Coba lo lihat dulu. Mungkin penting.”
Nona surai jelaga hanya menjeling sejemang, lalu kembali ke semula. Dia tidak tertarik dengan benda tersebut. Atas inisiatif, Naima membuka pesan yang berduyun-duyun datang dan membaca dengan lantang.
“Wa, Kahwa. Udah dengerkan? Ayo sekarang ke rumah lo. Lihat dulu di sana ada apa. Gue temenin, serius.”
Segala ucap yang merangsek ke rungu tanpa aba buat dia sekonyong-konyong mencelang dan menyergah. Apa tidak salah mengindahkan? Rungu masih berfungsi, 'kan? Meski dia sempat lenyap daratan sejemang, dibantu Naima untuk mengganti pakaian agar bergegas ke hunian.
LIMA BELAS MENIT BERLALU...
Akhirnya tiba di hunian yang begitu bising oleh kerumunan orang. Dibatasi hunian dengan garis polisi. Dia memiliki langkah buruk dan bersongsong masuk ke dalam. Biarkan dia berjibaku dengan kerumunan meski harus siah layah untuk meloka kejadian apa di dalam.
Pantas menjadi halwa mata, dia menjenaki jisim terbujur kaku di lantai ruang tengah dengan leher terlilit tali. Ini suatu kejadian yang muskil dicerna akal sehat dia yang tinggal sejengkal saja. Namun, tidak ada tangisan tatkala melihat mayat tersebut.
Mayat itu adalah Najandra.
Najandra tutup riwayat karena suduk selira. Kendati dia tidak dapat meyakini bahwa ayahnya berkalang tanah dalam keadaan keji. Tidak mungkin jua bila pria paruh baya tersebut sadar akan gajaknya selama ini. Ini semua.. mustahil.
Sebelum ditarik keluar oleh polisi, dia sempat gelak nabi sembari berbisik, ‘mampus.’ Walakin, dia lebih tidak sadar bahwa dibalik kerumunan manusia ini, ada orang yang sama seperti di rumah sakit dua hari lalu sembari menyeringai.
— RAMPUNG. —
1 note · View note
larat-hati · 2 months
Text
Tumblr media
ARAL MELINTANG BUAT BERURAI AIR MATA.
️️ ️️
⚠ PERINGATAN : KECELAKAAN MOTOR, MAYAT & KEMATIAN. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA YA.
️️ ️️
Selesai sholat ied, dia kembali ke kostan Naima. Entah apa yang dia laku, sekonyong-konyong menyalakan televisi untuk melihat berita. Dari sekian berita mengenai hari raya Idul Fitri ini, ada selipan berita terkini. Berita kecelakaan dini hari.
Firasat tidak nyaman menjadi momok dari semalam hingga kini. Bersamai dengan Kamari tidak membalas satupun pesan. Bahkan, dia sendiri muskil terpejam dan tidurpun tidak pulas. Kelesah sudah gerogoti dia tanpa ampun.
Inisial korban buat dia kian kelesah. Kirim pesan berturut-turut di aplikasi berwarna hijau. Mencoba lakukan panggilan, namun tidak kunjung diangkat.
Sekali.. dua kali.. hingga empat kali tidak ada yang terangkat. Kemana perginya Kamari? Pertanyaan seputar itu kerap menggerayangi minda yang karut-marut hingga tidak sadar bibir ranumnya berdarah. Hirapnya Kamari buat dia semakin kelesah.
Sekonyong-konyong ada telepon balik dari Kamari, dan tanpa menaruh syak, dia mengangkat panggilan tersebut.
“Halo Kama.”
“Maaf lancang telepon Mbaknya karena tadi saya lihat ada banyak pesan dan panggilan masuk. Jadi memutuskan untuk telepon dan mengabari pihak keluarga atau kerabat korban.”
“Korban? Maksudnya pak?”
“Mas ini korban tabrak lari semalam dan meninggal pagi tadi.”
Meninggal? Dia beneran tidak saliwang dari panggilan ini ‘kan? Akal sehatnya seakan-akan tumpas hanya sekali indahkan ucapan pria di seberang sana. Jisimnya lunglai, hening mengoyak hunian dan air mata sudah bergumul untuk lekas merabas.
“Mbak?”
“Iya pak. Kirimi saya alamat rumah sakitnya ya.”
Panggilan berakhir bertepatan dengan Rusita mendekati dia seraya bertanya, “Ada apa?” namun, dia tidak menjawab dan memilih berurai air mata untuk meluruhkan kesedihan yang tidak dapat dibendung lagi. Padahal baru semalam mereka menjadi sepasang kekasih.
Baru semalam mereka merajut kasih dengan dipenuhi bunga-bunga dan kelakar. Langsung sirna ketika mendengar berita serta panggilan. Dunia dan rencana yang dia damba telah hancur tak terbentuk. Entah dia harus mengabarkan seperti apa kepada keluarga Kamari atas kepergian ini. Di hari yang suci, dia tidak merasakan lagi gegap gempita hari raya.
Dua nona pergi ke rumah sakit guna melihat jisim kaku Kamari untuk kali terakhir, sebelum akhirnya memilih disemayamkan sore nanti. Penampilannya berarakan dengan netra yang sembab. Tiba di ruang mayat, dia kembali berurai air mata seraya memeluk daksa terbaring kaku itu.
“Mana katanya lo mau buat gue nggak sakit dan bebas? Mana Kama? Lo begini buat gue sakit banget. Hancur banget.”
“Jangan begini, Ma. Jangan tinggalin gue.”
“Ayo bangun. Bangun tidurnya terus kita pergi bandara sekarang.”
“Kama.. bangun..”
“Udah Wa, udah. Ikhlasin Kamari pergi ya. Kita juga nggak tahu kalau takdirnya begini.”
Rusita mengelus pundak Kahwa untuk menenangkan barang sedikit, meski itu tidak ampuh bagi dia yang tengah berduka cita di hari raya. Namun, tanpa mereka sadari, ada seorang berpakaian serba hitam berdiri di depan ruang mayat sembari menyeringai.
— BERSAMBUNG. —
0 notes
larat-hati · 2 months
Text
Tumblr media
SERIBU MATAHARI BERSINAR.
️️ ️️
Kerbau turun berendam, Najandra sudah tidak tampak batang hidungnya lagi. Dia sudah mengindahkan lawang yang tertutup bahwa pria paruh baya itu sudah pergi dari hunian. Sudah waktunya rencana yang diutarakan kemarin, dia eksekusikan. Meski harus menantang matahari.
Kahwa sudah mengirim beberapa bait pesan kepada Kamari untuk bertandang segera. Dia menunggu di dalam kamar sembari menjeramah tas ranselnya. Tidak lupa berdo'a kepada Tuhan dan mohon untuk lancarkan rencananya kali ini. Setelah enam tahun merasakan neraka, dia harus setidaknya memijak surga dunia.
Daki dunia hasil upahnya, dia simpan di atas meja kayu ruang tengah. Dia lambat-lambat ambil langkah agar tidak terdengar suara yang merebak. Ada pesan lagi dari pemuda Bachtiar dengan menyatakan bahwa sudah tiba di titik jemput yang biasa. Dengan takut-takut berani, dia membuka lawang dan menutup dengan pelan-pelan.
Syahdan, dia memugar berjalan agar lekas tiba ke titik yang dimaksud. Nona surai pendek ini gelak senyum manakala bersobok pandang dengan handai. Tidak lupa melambaikan tangan sebagai tanda menyapa.
“Hai.”
“Langsung berangkat sekarang.”
Kahwa naik ke atas kuda besi dengan tas yang cukup berat bertengger di punggungnya. Diminta langsung oleh Kamari untuk disimpan di depan saja. Dia hanya manut dan lagipula pundak sudah agak sakit. Jam-jam juga mendekati waktu berbuka puasa, dua anak manusia ini sempatkan singgah di minimarket.
Namun, dia mendapati aral gendala untuk berhimpun di rumah komunitas. Mau tidak mau, dia harus menghadiri sebab masih berstatus sebagai anggota disana.
“Kayaknya, gue harus ke tempat komunitas dulu deh. Soalnya disuruh kumpul.”
Awa tunjukkan isi pesan dari grup komunitas. Kamari mengangguk mafhum dan sudah pasti manut atas permintaan dia. Mereka ini sudah seperti api dengan asap. Kemana-mana berdua dan hanya Kamari lah yang tidak ketahuan, atau barang mungkin Najandra pura-pura tidak tahu? Entahlah.
Usai berbuka, mereka mencari langgar untuk beribadah lebih dulu. Setengah jam mereka habiskan untuk ibadah, lanjutkan perjalanan dengan Kamari meracak kuda besi.
️️ ️️
BEBERAPA JAM KEMUDIAN. . .
️️ ️️
Pertembungan yang sia-sia dia sambangi. Isi dari sarwa pertembungan itu hanyalah utarakan ego masing-masing. Dia yang meloka dan mengindahkan saja sudah kepalang muak. Belum lagi dengan keputusan impulsif ingin membubarkan, dia jengah sendiri.
Sudah kabari Kamari dan Naima untuk jemput dan akan lekas datang kesana. Tas ransel penuh tadi, tidak dia bawa ke jumpa temu. Sengaja dititipkan sebab tidak ingin menjawab pertanyaan dengan tingkat kuriositas berbeda.
Sepuluh menit berlalu, Kamari hadir ke rumah komunitas untuk menjemput. Dia ikuti titah Kamari untuk berada di dalam sampai adam itu tiba. Raba-rubu dia datangi handai. Amat tidak kusdi bila buat tuan netra sipit itu menunggu.
Melenggang maherat mereka tinggalkan pekarangan rumah komunitas dan memilih makan angin keliling bilangan Jakarta. Malam ini terbilang ramai meski sebagian penduduk di sini sudah pergi untuk kembali ke kampung halaman. Kendati ditinggalkan, Jakarta tetaplah Jakarta yang tidak pernah mati bila ditinggalkan penduduk.
Mereka mendekati keramaian untuk hindarkan bersobok langkah dengan Najandra dan para anjing-anjing peliharaan. Keduanya berhenti di tempat di mana agak mirip pasar. Banyak yang jual pakaian untuk lebaran, banyak juga yang menjual panganan dan ada kawasan bermain.
Dua manusia ini bermain beberapa permainan untuk sekadar menghibur diri. Sepulang dari bermain, mereka dapatkan boneka bebek hadiah hasil menangkap ikan. Syahdan, di parkiran yang sunyi Kamari hentikan jangkah dan berbalik daksa.
“Ada yang mau aku omongin, Wa.”
“Ngomong aja, Ma. Gue dengerin.”
Selain daripada suara hewan malam yang mendominasi, dan bilamana mereka fokuskan rungu pada satu suara. Yakin betul akan dengar irama detak jantung satu sama lain. Sebab ritme kedua insan ini tidak teratur terkesan cepat. Sebenarnya ada apa?
“Rasanya aku nggak gentar ya begini terus. Tapi, ini kali terakhir aku akan bilang begini. Aku suka sama kamu, Wa. Sampai kapanpun juga aku akan tetap suka. Nggak ada sedikitpun rasa tiap harinya berkurang. Malah yang ada nambah. Aku mau sama kamu, kalau bisa selamanya. Mau buat kamu bisa senyum manis kalau tiap lihat kucing. Aku mau jadi alasan kamu bahagia juga. Mau bantu kamu juga lari dari rasa sakit dan merasa bebas. Ini aku serius, nggak bercanda.”
Kahwa tidak buta selama ini. Dia tahu bila Kamari sudah menyukainya sejak lama. Bahkan ini kali ketiga tuan tersebut menyatakan perasaan. Untuk sekarang, dia sudah tahu alasan untuk tetap hidup. Salah satunya, Kamari. Namun, dia mendua hati. Apa bisa? Dia takut kejadian masa lalu dengan hubungan terulang lagi. Nggak, dia harus yakin. Yakin bila akan melewati ini semua bersama Kamari.
“Kama.”
“Gue..”
Kamari gelak sumbing dan merasa akan kembali dapati penolakan untuk kali ketiga. Sekonyong-konyong si pemuda antap dengar tuturan dia.
“Kama, gue mau. Mau jadi pacar lo.”
Pemuda ini masih diam seribu bahasa. Meyakinkan diri bahwa bukan kebohongan belaka atas apa yang diindahkan tadi. Tanpa diduga, senyum paling lebar mengembang dan menular ke Kahwa. Dua insan merasa paling bahagia hari ini.
Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Sebelum itu, Kahwa diantarkan ke kostan Naima Rusita. Waktu hendak berpisah, tiba-tiba dihinggapi firasat tidak enak. Dia adalah seorang pahit lidah, namun tidak yakin firasat ini dituju untuk siapa.
“Lo habis ini langsung pulang. Jangan mampir ya? Besok kita harus ketemu.”
️️ ️️
— RAMPUNG. —
0 notes
larat-hati · 2 months
Text
Tumblr media
POTRET USANG BUAT DIRI BERNOSTALGIA.
️️ ️️
Kamar ini kembali rapi usai dihancurkan berkali-kali. Aku, sudah merencanakan hal gila kembali untuk hengkang dari sini. Sekian barang hancur berkeping-keping, aku temukan sebuah potret usang Ibu dan diri sendiri.
Ah, aku kembali merindu. Merindu kala itu, disaat semuanya berjalan sempurna. Penuh bahagia. Namun, di sana juga mula dari pelbagai sesal yang enggan didamba. Rasa sakit kerap menghantui tanpa henti. Rasa sesak yang buat diri ingin mati.
Disimpan potret tersebut ke dalam tas ransel yang akan aku bawa esok malam. Rencana baru akan segera dimulai. Sebelum tandaskan sarwa kegiatan ini, aku ambil kertas dan bolpoin. Ingin menuliskan sesuatu.
Teruntuk aku di masa lalu. Bagaimana rasanya tersenyum paling lebar? Bagaimana rasanya menjadi paling bahagia sejagad? Aku berharap, di masa sekarang ataupun masa depan bisa kembali sediakala meski alasan bahagia tidak lagi orang tua. Mengingat diri yang lalu, kerap menyesakkan. Bahagiaku dari masa lalu akan tetap abadi di hati yang penuh sesak ini.
Maafkan aku ya, bila ekspektasi tentang hidup menyenangkan di masa sekarang tidak terjadi sepenuhnya. Kendati saat ini aku banyak berjumpa orang-orang hebat. Yang banyak berikan aku pengalaman. Rasa sakit yang sama, sedih yang sama, pahit yang sama dan bahagia yang sama pula.
Tenang ya, aku masa lalu. Aku masa kini dan masa mendatang sudah menyiapkan hal yang mungkin akan terjadi. Aku tidak bisa berjanji, setidaknya aku yakin akan membawa dekat bahagia itu padaku. Sudah saatnya aku mulai berpijak kokoh lagi. Bila berhasil, akan aku kabarkan kembali.
Salam sayang, aku masa kini.
Surat itu sudah tertulis dan aku selipkan dalam tas yang berisi kenaan. Sedikit menyeka air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata. Aku tidak boleh menangis lagi. Aku harus bisa dan yakin untuk memulai berpijak dengan teguh lagi.
0 notes
larat-hati · 2 months
Text
Tumblr media
IA YANG TERKUNYAH DI BATU.
️️ ️️
Si bajingan kembali melekatkan tangan padaku. Ini sudah dini hari, namun dia tiba-tiba hampiri dalam keadaan mabuk. Selain itu, ruang kamar tidak lagi berbentuk. Pecahan cermin berselerak di mana-mana. Aku sekarang bersembunyi di dalam lemari.
Karam di darat. Hunian tidak lagi tempat aku berpulang dan nyaman. Hangatnya hunian tidak lagi terasa. Yang tersisa hanyalah dingin yang menusuk tulang dan sakitnya darab pada punggung belakang.
Bahkan aku sudah tidak lagi menjerit mohon ampun pada bedebah. Aku sudah bisa menahan rasa sakit itu sampai tertahan di bibir yang digigit hingga berdarah. Setelahnya, barulah aku menangis sejadi-sejadinya. Saban malam, teruslah aku begini. Menyebut nama Ibu tiada henti. Sampai aku lelah berakhir tertidur.
Saban malam, aku kerap memutar memoar masa kecil yang belum paham kerasnya hidup. Aku tahu bu, rasanya seperti Ibu waktu dulu. Lelah yang luar biasa sampai-sampai berasa tidak lagi merasa hidup. Andai saja bu, andai saja kala itu aku sudah paham keadaan Ibu yang kerap disembunyikan itu.
Andai aku paham, Bu!!! Pasti kita bisa pergi menjauh dari kungkungan iblis. Kita pasti bisa jauh lebih bahagia dan gapai mimpi bersama. Bu, rasa sesal ini kerap menggerogoti saban hari. Sampai aku sulit bernapas dengan baik lagi. Sesak, rasanya hampir mati.
0 notes
larat-hati · 2 months
Text
LANJUTAN.
️️ ️️
Tumblr media
RUANG PENUH MAKIAN.
Wajar kan kalau kita memaki? Karena punya teman terlampau bodoh sendiri. Apalagi menjadi simpanan seorang yang sudah bersuami. Aku dan Lara udah siap berada di sisi Saddam untuk mencaci maki. Tidak ada kata bosan untuk mengingatkan dan beri makian. Karena kita tidak senang kalau Saddam menjadi selingkuhan. Kalian akan berlaku demikian bila seorang kawan kalian menjadi simpanan?
Saddam Mahardika dan Lara Dewi Nawangwulan, 2001 & 2000. Meminjam rupa Jung Sungchan dan Jeon Heejin. Ada yang memerankan, yakni KisahSUNGCHAN & KisahHEEJIN.
️️ ️️
Tumblr media
GEMAR BERI MAKAN KUCING.
Bertemu di dua tempat yang berbeda tapi dengan maksud yang sama. Berkat kegiatan tersebut, aku jadi setidaknya banyak berbincang dengan mereka. Sedikit terbuka, meski tidak semua cerita diutarakan. Biarkan jadi rahasia saja dan bersama mereka, aku pasti selalu bahagia.
Gatra Haikal dan Jasmine Kinarya, 2000 & 2003. Meminjam rupa Kim Sunwoo dan Baek Jiheon. Ada yang memerankan, yakni KisahSUNWOO dan KisahJIHEON.
0 notes
larat-hati · 2 months
Text
Tumblr media
ANTARA BAIK DAN JAHAT.
️️ ️️
KATANYA DI SEKITAR DIA.
Banyak cerita yang diukir bersama. Boleh menguras air mata, tidak lupa untuk tertawa. Terkadang, hidup di Dunia diperbolehkan sandiwara. Dengan topeng paling mulia. Jangan sampai semua yang direncanakan berakhir sia-sia.
️️ ️️
Tumblr media
️️ ️️KATANYA SEORANG AYAH.
Namun, ia sosok yang payah. Selalu saja merasa benar dan tidak mau kalah. Laiknya Tuhan yang kerap ingin disembah. Benang merah antara aku dan ia sudah berdarah, berludah pula bernanah. Sebab sudah terlilit oleh panah. Paling piawai membuat aku gelisah dan ingin muntah. Bahagia ya menjadi penjajah? Menjarah seluruh kisah dan menanamkan kelesah. Aku akan melangkah tanpa lengah demi menuju kota antah berantah. Menjauhi ia yang mirip para bedebah. Ia bukan ayah, melainkan bedebah biangnya masalah.
Najandra Samadi, 1974. Meminjam rupa Shin Ha Kyun. Tidak ada siapapun yang memerankan.
️️ ️️
Tumblr media
SEBENARNYA TUH, TEMAN ATAU BUKAN?
Kamu kerap bertanya-tanya mengenai hubungan. Namun, aku tidak pernah memberikan jawaban. Aku bukan enggan, hanyasanya tidak ingin menyakiti perasaan. Padahal jelas bahwa kita seorang teman? Kamu seseorang yang menawan. Tidak semestinya jatuh pada kubangan. Sebab, aku takut untuk memulai hubungan. Mungkin, mungkin, bila kamu mencoba yakinkan aku, pasti lekas dipikirkan. Semoga, pertanyaan kelak yang kamu ajukan dan aku berikan jawaban, akan membuat hidupmu menyenangkan.
Kamari Bachtiar, 2001. Meminjam rupa Yoon Jaehyuk. Tidak diperankan oleh siapapun.
️️ ️️
Tumblr media
DINOBATKAN ORANG PALING SETIA.
Mengapa? Sedari pertama kali aku bekerja, dia satu-satunya orang yang menyambut penuh bahagia. Paling bisa diandalkan dan tidak membeda-bedakan sesama. Tatkala desas-desus recehan terdengar seantero tempat kerja, kamu berusaha di sisi selagi bisa. Ingin ucap beribu-ribu maaf padanya karena dekat denganku, dia kerap dicemooh juga. Tempat kerjaku itu isinya orang-orang gila harta. Rela menjilat bos yang tidak seberapa. Berkat dia, aku masih bertahan untuk mengumpulkan pundi-pundi uang dan bahagia. Jadi, aku nobatkan dia orang paling setia.
Naima Rusita, 2000. Meminjam rupa Hwang Yeji. Tidak ada siapapun yang memerankan.
️️ ️️
Tumblr media
HUJAN ITU TERNYATA MANTAN!
Kita punya nama bermakna samaan. Kali pertama jumpa di pinggir jalan tatkala memberi kucing makan. Aku senang bertemu sosok yang menawan. Banyak adegan yang membuat detak jantungku tidak karuan. Aku ini amatiran soal hubungan, namun kamu piawai menuntunku penuh nyaman. Jadi, aku senang berada di sisi kamu terus-terusan. Sayang nian, aku memintamu untuk udahan. Musabab kala itu aku dirundung ketakutan dan tidak ingin kamu jatuh pada kubangan ancaman. Hujan, kamu itu mantan. Sosok yang paling rentan dan aku tidak mau membuat dirimu kesusahan.
Serinai Hujan, 2002. Meminjam rupa Park Wonbin RIIZE. Ada yang memerankan, yakni KisahWONBIN.
️️ ️️
Tumblr media
DIA SEORANG PENYELAMAT.
Memang nampak seperti bodo amat, aslinya amat bersahabat. Kita berjumpa di satu tempat yang sekelebat membau obat. Meski dia di atas satu tingkat, tidak membuat adanya sekat. Dia adalah salah satu yang paling dekat dan akan aku dekap dengan erat. Selalu memberikan telinga ketika aku berbincang soal si keparat. Membantuku luapkan kesumat yang tidak lagi dapat dicegat. Meski aku pernah maherat, dia tidak menyebutku seorang pengkhianat. Berkat dia, aku bisa maherat ke tempat penuh semangat. Yang bisa buat senyumku tidak terlihat hanya sesaat. Dia benar-benar penyelamat!
Alyssa Mikayla Widjajakusuma, 2000. Meminjam rupa Lee Seoyeon. Ada yang memerankan, yakni KisahSEOYEON.
️️ ️️
Tumblr media
TERLALU ERAT SEPERTI SEPASANG KEMBAR.
Kita kerap bersama secara tidak sadar. Yang satu, gemar sekali mencoba sabar. Satu lagi, malah laku lajaknya kurang ajar. Sudah tahu ya, yang mana orangnya? Kendati begitu, aku selalu sayang sama dia. Senang bisa berjumpa dia di Sekolah Menengah Pertama. Rasanya seperti induk bebek yang kerap diikuti anak. Kita juga senasib dan sepenanggungan. Meski jarang akur dan sering mempermasalahkan hal kecil, justru itu yang buat kita semakin dekat dan erat. Selain itu juga, kita senang berbagi cerita hingga ke akar. Seolah tiada rahasia lagi di antara kita.
Kanigara Dirandra, 2001. Menggunakan rupa Choi Beomgyu TXT. Ada yang memerankan, yakni KisahBEOMGYU.
️️ ️️
Tumblr media
PAHLAWAN YANG ENGGAN BERTAMU.
Bahagiaku selalu semu. Semenjak bertemu kamu, semua tidak lagi palsu. Kita tinggal di satu lingkup yang sama, namun bak kutub magnet berbeda. Kamu sering sekali membantuku ketika sadar sekujur tubuhku lebam melulu dan roman tampak kuyu. Kamu peduli padaku, bahkan sampai rela membawa kabur ke tempat yang aman meski aku kembali ditemukan. Kamu dapati ancaman kematian dari si bajingan. Sejak saat itu, bila kita berjumpa harus bermain kucing-kucingan agar tidak ketahuan.
Ryuannika Gauri, 1999. Meminjam rupa Shen Xiaoting Kep1er. Ada yang memerankan, yakni KisahXIAOTING.
️️ ️️
Tumblr media
APA KABAR TEMAN KECIL?
Anak kecil yang aku temukan waktu Sekolah Dasar diperlakukan tidak adil. Dia semestinya dicintai. Karena kesal, aku lempar mereka kerikil. Biar dia tidak merasa sendiri. Ada aku yang berlagak pahlawan dan menemani orang terkucil. Tidak masalah! Karena aku senang bisa bertemu orang hebat seperti dia. Aku banyak belajar tentang makna kehidupan, meski dia lebih muda. Kita tetap bersama hingga saat ini.
Shenina Arutala, 2002. Meminjam rupa Ning Yizhuo Aespa. Ada yang memerankan, yakni KisahNINGNING.
️️ ️️
Tumblr media
TOLONG, JANGAN BODOH.
Lagi-lagi, aku bertemu dengan orang pasti ketika sedang memberi makan kucing jalanan. Dia adalah orang kesekian. Tentu saja kami menjadi dekat. Aku kerap memberikan telinga, meski sejatinya ingin menutupi telinga. Malas mendengar bila dia sudah berbicara mengenai mantan. Ah, aku tidak segan berucap sumpah serapah untuk pemuda gila itu. Alasan putus yang terlalu gila untuk diterima oleh akal sehat manusia. Memang pemuda itu manusia? Mana ada manusia tidak berperasaan? Jadi, tolong jangan bodoh.
Aruna Reswara, 2002. Meminjam rupa Park Sohyun TripleS. Ada yang memerankan, yakni KisahPSOHYUN.
️️ ️️
0 notes
larat-hati · 2 months
Text
Tumblr media
BUNGA YANG HAMPIR MATI.
️️ ️️
⚠ PERINGATAN : ADEGAN KEKERASAN, BERBICARA TIDAK SENONOH, DIPERUNTUKKAN UNTUK 18+. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA YA!
️️ ️️
Ia itu bagaikan bunga yang sudah layu pasca meninggalnya Ibu pada tahun 2018 lalu. Terbiasa tersenyum palsu dengan kebahagiaan yang semu. Rasanya hendak mengadu kepada Ibu seraya mendamba rengkuhan hangat yang menggebu.
️️ ️️
TAHUN 2018.
Kasmirah sudah meninggalkan keluarga lebih dulu ke pangkuan Tuhan. Penyebab meninggalnya Kasmirah dikarenakan alami kelelahan luar biasa. Tubuh ringkih wanita tersebut tidak mampu lagi untuk mencari nafkah demi keluarga kecilnya. Keluarga ini bukan dari kalangan atas, namun kalangan bawah memiliki anak satu-satunya yang amat dekat dengan Ibunda. Ia, Kahwa Narain.
Semenjak kepergian Kasmirah, ia merasa adanya kekosongan di dalam hunian. Keadaan mulai berubah tatkala Najandra kerap pulang larut dalam keadaan mabuk. Banyak melantur soal kepergian Kasmirah bahwa penyebabnya adalah ia. Kahwa merasa Ayahanda tidak betul-betul berujar demikian kausa dipengaruhi oleh alkohol.
Namun, merasa bahwa ucap tersebut senyata-nyatanya ditujukan padanya. Bagai pungkur terhantam oleh sesuatu yang berat dan berakhir menyakitkan.
“Mulai sekarang, jangan minta uang lagi. Gua ogah nafkahi lu ya. Soalnya lu penyebab kematian istri gua. Lu cuma ngerepotin Kasmirah dan jadi beban. Sekarang, lu makan atau apapun sendiri.”
“Tapi, yah. Tugas ayah kan nafkahi keluarga.”
“DIBILANGIN MALAH NGELAWAN!”
PLAKK.
Tangan besar Najandra kali pertama melayang di pipi anak dara satu-satunya yang mestinya dirawat dengan baik. Kausa, usianya sedang berada pada tahap remaja yang membutuhkan figur orang tua yang baik. Ia menangis sejadi-jadinya.
Semenjak kejadian malam itu, Kahwa dalam beberapa hari selanjutnya makan seadanya dengan uang simpanan mulai menipis. Najandra benar-benar tidak memberikan ia sepeserpun. Mau tidak mau, ia mencari pekerjaan untuk uang makan harian. Ia dapati pekerjaan untuk berjualan makanan di sekolah. Ibu warung dekat huniannya menolong ia dari neraka yang mulai dipijak.
️️ ️️
Tatkala naik kelas, ia berhasil membeli barang-barang kebutuhan sekolah yang baru. Meski untuk tas hanya dapat bekasan dari kawan. Ia sudah berada di tingkat sekolah akhir dan guru BK mengajukan formulir untuk melanjutkan studi ke tingkat selanjutnya. Meragu hendak tanyakan ini pada Najandra, namun ia harus.
“Yah, ini ada formulir dari guru BK untuk gambaran jurusan nanti kuliah. Awa udah sudah isi dan tinggal tanda tangan.”
Lelaki paruh baya itu mengambil selembar kertas, lantas merobek-robek hingga menjadi potongan kecil. Dari raut wajah nampak begitu geram tatkala Kahwa berujar demikian.
Najandra kembali ringan tangan dengan menampar pipi Kahwa sebanyak dua kali. Kemudian, dilanjutkan dengan memukul jisim dara malang ini gunakan sapu lidi. Ia meringis, meminta lelaki tersebut menyudahi kekerasan ini.
Adegan tersebut terasa begitu lamban bagi Kahwa. Tubuh ia sudah seperti hancur lebur dan tulang-tulang tidak lagi pada tempat semestinya. Ia yakin bahwa punggung akan di penuhi gores-gores memerah dan membekas berkat pukulan yang bertubi-tubi datang.
“Eh tolol! Lu udah tau keluarga kita miskin, ‘kan? Ngapain lu kuliah? Ngabisin duit aja. Nanti lu nikah juga kerjanya cuma urus suami, dapur sama ngangkang aja. Minimal sadar diri, goblok! Awas sampai ketahuan lu keterima, habis lu di tangan gua.”
Usai berujar, bajingan ini pergi keluar dari hunian yang meninggalkan anak seorang diri dalam keadaan sakit di sekujur tubuh dan juga hatinya. Sejak hari itu, kejadian kekerasan kerap menimpa Kahwa pada saban hari yang dilakukan Najandra dalam keadaan pengaruh alkohol ataupun sadar.
️️ ️️
️️ ️️
TAHUN 2019.
Berhasil lewati hari yang terasa seperti neraka. Percaya diri kian menurun akibat kejadian tersebut. Meski sudah berusaha, ia memilih ambil langkah aman saja. Kendati, peluang untuk maju dan lari selalu ada.
Contohnya, sewaktu ia ikuti SBMPTN dan keterima pada pilihan pertama. Tidak jadi diambil karena terngiang-ngiang ucapan daripada Najandra. Membuat ia harus relakan angan-angan sedari kecil.
Tatkala sudah lulus sekolah, ia diminta untuk cari pekerjaan. Hal yang sama dilakukan Kasmirah untuk menghidupi pria bajingan ini. Seharusnya sadar bahwa beban dan jadi benalu dalam kehidupan, ya, Najandra? Bukan segalanya dilimpahkan pada anak semata wayang.
Pernah suatu hari, ia kabur dari hunian. Tujuannya ingin bebas dari siksaan dan kungkungan Ayahanda. Namun ia berhasil ditemukan oleh sekawanan anjing-anjing liar Ayahnya. Lagi-lagi darab melayang pada jisim yang mulai ringkih ini dan dapati ancaman bahwa ingin melakukan yang menyebabkan nyawa handai ia melayang bilamana tidak turuti si bajingan.
Belum dapati pekerjaan tetap, ia terus bekerja paruh waktu di manapun dan kapanpun demi hidup, demi si bajingan yang tidak tau diuntung ini. Kahwa sempat berdo'a pada Tuhan agar ia menyusul Ibunda daripada terus menerus rasakan neraka.
️️ ️️
️️ ️️
TAHUN 2020-KINI.
Hampir setahun lamanya, ia akhirnya mendapati pekerjaan meski tidak sesuai diinginkan. Menjadi pengemas pesanan di suatu toko online. Gaji dan jam pekerjaan tidak sepadan. Kendati setahun bekerja ia merasa baik-baik saja. Seperti dapat lingkungan yang lebih baik dibanding di hunian.
Hal tersebut tidak bertahan lama, hingga rumor tentang dirinya menjadi pelakor dalam hubungan rumah tangga salah satu pekerja di gudang. Mulanya memang ia tutup telinga, sampai-sampai terangin-angin ke telinga pemilik toko. Ingin membantah segala tuduhan desas-desus itu, namun tujuan ia bekerja demi uang. Demi ia bertahan hidup pada pahitnya dunia.
Desas-desus dan diamnya ia, menjadi buah petaka dan neraka ke-dua. Pekerjaan yang tidak semestinya ia lakukan, mengharuskan dilakukan. Pekerja yang lain bungkam dan seolah menjauhi ia karena rumor itu. Bahkan, ia kerap dimarahi tidak berdasar. Meski karena pekerjaan, ia selalu merasa pekerjaan yang dilakukan tidak pernah salah sedikitpun.
️️ ️️
Kejadian-kejadian yang dialami menimbulkan trauma pada diri. Ia tidak lagi menjadi sosok penuh percaya diri dan kehilangan arah harus kemana lagi ia melangkah? Lingkup yang toksik sudah menggerayangi ia sejak lama, bahkan hingga tidak mampu untuk mencoba hal baru dan mengembangkan diri. Ia terus berada pada lingkaran yang katanya zona nyaman. Ketakutan ia terhadap bentakan dan tangan yang terangkat. Seolah-olah respon diri entah untuk melindungi atau menutup telinga agar tidak lagi mendengar tutur kasar yang dilayangkan padanya.
Sampai, ia berhasil temukan sebuah komunitas. Berlumang pelanduk di cerang rimba, ia bimbang. Berkat bujukan juga, berhasil melangkah ke tempat baru. Tempat yang membuat ia merasa aman, senang dan hal-hal baik lainnya. Akankah, dengan masuknya ke komunitas ini ia berhasil membuat langkah baru?
️️ ️️
Bunga yang telah layu, kembali segar berkat siraman air baik. Meski tidak secara signifikan, bunga tersebut dipastikan agar lekas membaik.
1 note · View note