Tumgik
jenderaleka-blog · 6 years
Text
Takdir
Dari setiap doa yang kita panjatkan, setiap mimpi yang kita harapkan, dan dari setiap proses yang kita jalani. Semoga itu semua menjadi ibadah yang di ridhoi-Nya. Karena Dialah yang membimbing hati kita di kala bimbang, yang menerangi di kala gelapnya jalan, yang menujukkan di kala kita tersesat. Dan menjadikan setiap keputusan adalah hal yang terbaik bagi kita.
11 notes · View notes
jenderaleka-blog · 6 years
Text
Jaya dlm kepatuhan ILLAHi Rabbi
Apa-apa yang diharamkan itu gak selalu harus ada solusinya. Justru meninggalkan sesuatu yang dilarang syari'at adalah solusi itu sendiri.
Islam itu agama yang solutif. Hanya saja solusinya gak sesuai dengan hawa nafsu.
Jadi pilihannya cuma ada 2, mengikuti aturan Allah atau mengikuti hawa nafsu.
42 notes · View notes
jenderaleka-blog · 6 years
Text
CALM..... sabar
Tersenyumlah, ada hikmah di dalamnya. Jangan sampai kau berputus asa..
Menangislah HANYA di depan Tuhanmu ALLAH swt, Saat Sholat di keheningan Malam.
...... hasbunallah wa nikmal wakil...sesungguhnya Cukup ALLAH sebagai penolong. Manusia dan lainnya hanyalah perantara yg Fana/ sekejap (at a moment)
Jangan, kumohon jangan. Jangan menggerutu pada takdir dan ketetapan yang ditentukan oleh Ar-Rahman. Jangan menyimpan banyak pertanyaan, jangan membiarkan singkatnya kalimat tanya ‘kenapa?’ membuat imanmu goyah dan runtuh sebab merasa Allah memberikan ujian yang terlalu berat. Terlalu besar, dan terlalu rumit untuk akhirnya ditawakkal-kan.
Seberapapun kita akan dibuat berkali-kali jatuh, akan selalu ada kekuatan untuk bangkit jika Allah menjadi tempat yang dituju. Sebagaimanapun kita akan dibuat berurai-urai air mata, akan selalu ada setitik cahaya, untuk akhirnya menyapu dan menyirnakan badai kesedihan di dalam jiwa. Jika masih Allah, yang menjadi tempat kita memuarakan segala rasa.
Saudaraku, apapun yang sedang menimpamu hari ini.. kuyakin, kau kuat. Lebih kuat dari sekuat yang kau kira. Meski aku tak mengetahui, bagaimana kau sedang dibuat berdarah-darah, aku yakin, in syaa Allah, selagi iman itu masih terpancar dari balik dadamu, kau mampu. Dan kau akan berhasil melewatinya. Ingatlah, tentang apa yang Allah katakan,
“Kamu benar-benar akan diuji pada hartamu dan dirimu” (QS. Ali ‘Imran 186)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna illaaihi ra’jiun” (QS. Al baqarah 155-156)
Demikianlah..
“Seorang Mukmin pasti akan diuji pada harta, jiwa, anak dan keluarganya.”
Saudaraku, pernahkah kita mendengar kisah Urwah bin Az-Zubair dengan ujian yang Allah berikan kepadanya? Dan sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya”
Tersebutlah, pada suatu hari seorang Khalifah dari bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul Malik, mengundang Urwah bin Az-Zubair untuk mengunjungi istananya di Damaskus. Adalah sebagai wujud sapaan cinta, untaian hormat dari sang Khalifah. Urwah memenuhi undangan tersebut dengan menggandeng anak sulungnya.
Disaat Urwah berbincang-bincang pada majelis sang Khalifah, anak sulungnya diantarkan oleh pengawal untuk mengunjungi tempat dibagian istana mana pun yang dia suka. Hati anak sulungnya terpikat untuk melihat kuda-kuda khalifah. Dan,
‘Bughh!’
Seorang pengawal lari tergopoh-gopoh menghadap Khalifah juga Urwah,
“Wahai Khalifah, sesungguhnya telah terjadi begini dan begini,” Pengawal tersebut menceritakan detailnya, “dan sekarang, sang anak telah berpulang menghadap Allah Subhaanahu wa Ta’ala.”
Siapa yang mampu menduga? Ternyata dalam suka ria nya sang anak, salah seekor kuda menendangnya hingga terpelanting jatuh ketanah dan terinjak-injak oleh kuda yang sedang berlari di atasnya, dan saat itu juga, ia meninggal dunia. Dialah sang anak sulung Urwah bin Az-Zubair. Seorang anak kesayangan yang Urwah harapkan mampu menjadi penerus ilmunya. Maka mampukah kita membayangkan bagaimana reaksinya kala itu?
‘Urwah tersenyum dan ia berkata “Innalillahi wa inna illaaihi ra’jiun”
Maka saat itu juga Urwah sendiri yang turun keliang lahat untuk menguburkan anaknya. Setelah usai pemakaman, dalam dzikir dan ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang ia jadikan permohonan agar Allah berikan kesabaran, tiba-tiba betisnya terasa begitu sakit yang luar biasa. Kakinya terserang penyakit langka yang memaksanya untuk harus diamputasi.
Berkatalah salah seorang ahli pengobatan kepercayaan Khalifah, “Ini harus diamputasi. Dan Wahai Imam, kami akan memberikanmu seteguk minuman yang memabukkan, agar sakit yang ditimbulkan takkan terasa olehmu.”
“Tidak” Jawab ‘Urwah, “Sungguh, aku tidak akan menggunakan sesuatu yang haram demi mendapatkan kesehatanku kembali. Dan aku tidak ingin salah satu bagian dari tubuhku hilang tanpa aku merasakan sakitnya. Ku serahkan semuanya kepada Allah.”
Maka setelah berapa tabib itu berunding, mereka memutuskan agar Khalifah memberikan beberapa orang untuk memegangi ‘Urwah ketika melakukan proses pemotongan kakinya yang manual.
Maa syaa Allah! Pemotongan kaki yang manual. Sekali lagi, manual.
Dengan cepat ‘Urwah berkata, “Aku tidak membutuhkannya, biarlah aku memalingkannya dengan dzikir dan tasbih ketika kalian memotongnya.”
Tak terbayang, bagaimana pedih dan perihnya daging yang dikupas tanpa bius sedikitpun. Tulang yang digergaji, dan darah yang terus mengucur darinya. Tak heran, beberapa kali ‘Urwah meringis kesakitan, “Hassi… Hassi..” katanya. Ia bermakna, suatu rasa sakit yang luar biasa terasa
Sesudah proses amputasi selesai, darah tak kunjung berhenti. Maka cara satu-satunya adalah dengan mencelupkannya pada minyak panas. ‘Urwah menyetujui. Saat kakinya dicelupkan kedalam minyak panas yang mendidih, ia menjerit, lalu pingsan, dan dikatakan bahwa ‘Urwah pingsan dalam waktu yang lama. Satu hari.
Hati ini rasanya mengerdil, sungguh.
Bagaimana, bagaimana jika kiranya ujian yang ‘Urwah hadapi menimpa seseorang diantara kita? Baru saja sesaat dia kehilangan anaknya, dia harus pula kehilangan kakinya dengan proses yang luarbiasa menyakitkannya. Disini, bukankah kita melihat, bagaimana kokoh jiwa haba yang beriman kepada-Nya? dan benarlah, bahwa Allah menguji hamba-hambaNya sesuai dengan kadar keimanannya. Cukuplah, ini sebagai bukti, betapa pancaran iman itu telah memenuhi seluruh penjuru ruang hati ‘Urwah bin Az-Zubair.
Sang Khalifah merasa kasihan dan ingin menghibur ‘Urwah. Namun ia bingung, ia tidak memiliki cara untuk menghiburnya. Namun cara Allah lebih menakjubkan, datanglah seorang lelaki buta kepada Khalifah, dan dia bercerita
“Wahai Amirul Mukminin!”, seru laki-laki buta tersebut, “dulu tidak ada seorang pun dari bani Abas yang lebih kaya dariku, lebih banyak anak-anak selain diriku. Aku tinggal disuatu lembah, dan banjir besar menerjang kaumku. Tak ada lagi hartaku, tak tersisa lagi anak-anakku kecuali hanya seorang bayi dan seekor unta.”
“Namun unta tersebut hendak melarikan diri, aku mengejarnya dan meninggalkan anakku. Maka kudengar teriakan bayi, ternyata anakku sudah berada di mulut serigala. Aku kembali hendak mengejarnya, namun sia-sia, serigala tersebut telah memakannya. Aku berbalik lagi, kukejar unta yang kabur, dan saat sudah dekat dengannya, salah satu kakinya menyepak wajahku. Hingga hancurlah keningku dan buta mataku.”
Sang Khalifah mendapatkan apa yang dia cari, Maha Baik Allah mengirim laki-laki untuk ‘Urwah. Sebab, ujiannya jauh lebih berat dari ‘Urwah. Diutuslah laki-laki tersebut kepada ‘Urwah untuk menceritakannya. Seusai ia bercerita, ‘Urwah berkata,
“Innalillahi wa inna illaaihi ra’jiun…”
Dalam do’anya, ‘Urwah berkata,
“Ya Allah, dulu aku memiliki empat anggota badan, dua tangan dan dua kaki. Lalu Engkau mengambil satu darinya dan Engkau menyisakan tiga darinya, maka segala puji bagi-Mu. Dulu aku memiliki empat orang putra, lalu Engkau mengambil salah satu darinya dan Engkau menyisakan tiga darinya, maka segala puji bagi-Mu.” isak ‘Urwah, “Demi Allah, seandainya Engkau mengambil, pasti Engkau menyisakan, dan seandainya Engkau memberi ujian pasti Engkau memberi kesembuhan.”
~
Inilah, ‘Urwah bin Az-Zubair. Inilah, kisah-kisah seorang hamba yang Allah berikan ujian hebat luarbiasa. Belum lagi, jika kita melihat ujian para Nabi.
Maka…. segala puji, hanya bagi Allah..
Inilah salah satu dari sekian rintik hujan yang Allah berikan, yang menyimpan berkah, menyimpan maksud dan tujuan.
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allah membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa.”
Dan cukuplah, segala ujian yang Allah berikan kepada kita menjadi sebaik-baiknya cara Allah membersihkan dosa-dosa kita. Sebab sungguh, apalah arti sakit di dunia jika dibandingkan dengan sakit di akhirat.. apalah arti tangis di dunia, jika dibandingkan dengan tangis karena siksa dan penyesalan di akhirat..
Mari, bukan lagi memfokuskan kepada apa yang telah hilang dan pergi. Melainkan, kepada apa yang masih Allah sisakan dari segala yang sudah tidak dimiliki. Betapa, betaaapa Allah Maha Baik. Dari sekian sakit yang mungkin bisa dihitung dengan hitungan jari, mampukah kita menghitung nikmat sehat yang sudah Allah beri? Mampukah kita mengkalkulasi, berapa banyak biaya oksigen yang Allah beri dari kita terlahir di muka bumi ini? Yakinkah.. kita merasa aman, jika tiba-tiba jantung ini bermasalah?
Maka bacalah, apa yang sudah tertulis dikalimat awal yang dikutip pada tulisan kali ini.. :’)
–Ibn Sabil
2 notes · View notes
jenderaleka-blog · 6 years
Text
Belajar menjalani Hirah; 
Masya Allah,Tahun baru hijriah tidak sepopuler TAHUN BARU MASEHI. Momen sakral yang selalu mengingatkan saya atas sekelumit kisah indah yang tercatat dalam tinta sejarah emas tentang perjuangan “hijrah” Rasulullah dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah untuk menyelamatkan keimanan mereka dari para kaum kafir Quraysi.
Proses perjalanan hijrah Rasulullah dan para sahabat selalu memantik percikan-percikan hidayah yang membuat pipi saya harus tertampar-tampar setiap kali menelusuri jejak shiro mereka tentang betapa mengangumkannya konsep keimanan dan keyakinan yang mereka miliki, dan lagi-lagi saya harus tertunduk malu untuk yang kesekian kali karena menyadari antara diri saya saat ini sungguh tak ada apa-apanya dibanding perjuangan hijrah mereka yang terpisah 1400 abad tahun yang lalu itu. Bahkan kalau kalian mendengarkan kisah mereka dibacakan, saya pastikan kalian akan bergumam “kok ada yah manusia dengan tenaga super kebaikan seperti ini.”
Kisah mereka sangat mudah kalian temui di toko buku atau sekedar googling di hp dan lebih bagusnya lagi ikutan kajian. Jadi saya mungkin tidak akan fokus membagikannya disini supaya kalian menyisihkan waktu untuk berdua saja dengan kisah itu melekat-lekati setiap tetes hikmah dan pembelajaran didalamnya. Karena di tulisan kali ini yang akan saya bagikan hanyalah kisah perjuangan saya sendiri -yang sedari awal tadi sudah saya katakan tak ada apa-apanya dibanding kisah perjalanan hijrah mereka. Stop baca tulisan saya ini sebelum kalian membaca kisah perjuangan hijrah luar biasa dari Rasulullah dan para sahabatnya.
***
When the first sight meet “Hidayah”
“Wahai manusia! Berhijralah kalian dan berpegang teguhlah pada Islam”
(H.R Thabrani)
Kata Hijrah yang diambil dari bahasa arab hajarah-yahjuru-hajran-hujrana ini memiliki makna yang sangat luas tentang menjauhi-meninggalkan-pindah-berpisah- dan menuju sesuatu atau istilah kerennya sih “MOVE ON”.
Bisa dibilang kisah move on saya ini terhitung langka, saya move on awalnya hanya gara-gara saya tidak bisa lulus di SESKOAD yang saya impi-impikan sejak lama. Lalu impian saya yang lain ikut runtuh satu per satu, dunia terasa terbalik dan saya merasa sedang tidak berpijak di bumi saat itu. Allah mencabut satu per satu nikmatNya sehingga mau tak mau saya harus berkawan dengan ujian. Jad I meet with Hidayah itu bukan karena saya insyaf abis ikut kajian , punya teman yang selalu nasehatin atau seperti kisah Umar Radyallahu anha yang langsung tersentuh ketika mendengarkan bacaan Al-Quran. Saya tidak, bahkan hidayah datang ketika saya benar-benar down dan putus asa, yah ketika kondisi hati saya bergemuruh karena ekspektasi yang saya bangun selama ini ternyata sangat jauh dari kenyataan.
 Jadi begini ceritanya. Dulu saya kepingin Ikut Pendidikan SESKOAD. Alhamdulillah saya setiap tes mencapai skor tertinggi. Saya sangat pede akan lulus. Tibalah masa pengumuman. Saat itu saat-saat paling menyakitkan. Saya tidak Lulus Tes 6X selama 6 tahun panjang. Kecewa, sedih, semuanya berkumpul jadi satu. Dari kegagalan itu saya mencoba bangkit untuk mencoba segala kemungkinan yang ada. Saya mendaftar di semua Perusahaan PERTAMINA untuk SECOND CARRIER. Dan lagi-lagi saya gagal. Saya BERSEDIH setiap kali mengecek jadwal pengumuman. saya yang tahu kalau semenjak bangku SD hingga SELAPAIF saya selalu mendapatkan prestasi ikutan heran. Bahkan sudah Masuk Tes ORAL . Rencana sudah saya susun jauh-jauh hari, usaha sudah saya gunung lembahkan namun Qadarullah ternyata takdir berkata lain.
Saya tertekan sampai depresi, saya tidak tahan dengan Senior, teman dan Adik Lething yang sudah pada lulus dan Menjabat Danyon, Dandim dan Asisten, Kasdam sampai Pangdam apalagi jika sampai bertanya kabar, “gimana kamu Bro, masih jadi PNS perwira non sesko ? Perwira lulusan AKMIL Yg tidak Sesko Sama dengan melakukan DOSA BESAR Yg TIDAK TERAMPUNI & TIDAK AKAN NAIK PANGKAT/ JABATAN SAMPAI PENSIUN. Nyess. Sakitnya tuh sini....hati, Saya merasa kehilangan kepercayaan diri. Ditambah lagi kondisi keluarga saya yang saya tidak bisa sebutkan disini.
Ketika Hidayah menyapa
“Katakanlah: Hai hambah-hambahku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah maha mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS: Az-zumar:53)
Dan di hari- hari kesedihan itulah saya merenungkan banyak hal. Dan entah bagaimana caranya hidayah itu begitu lembut menyapa hati saya seperti tanah kering yang sedang dihujani bertubi-tubi air dari langit. Mungkin karena doa orang-orang yang mencintai saya. Allah sungguh Maha baik, di saat kita berada di kondisi terpuruk Allah datang merangkul kita dengan kasih sayangNya. Sejak saat itu satu pemahaman baik yang saya dapatkan bahwa setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan.
Tidak ada jalan keluar selain mendekat kepada Allah, seberapapun banyaknya masalah yang kita hadapi. Bukankah Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kesanggupan hambahNya?
Saya mendekat, mengeluh dihadapanNya. Saya menyesal, Tidak berfikir, Sabar, bertaubat dan menyadari adanya TAQDIR ALLAH, Dari sejak dalam Kandungan sampai sekarang ini senantiasa diberikan ujian takhenti-hentinya. Saya malu, saya takut sudah melewatkan banyak hal tanpa melibatkanNya.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Sejak saat itu perubahan paling mencolok adalah ibadah sholat saya yang masih lambat- Lambat dan sendiri akhirnya dengan sekuat tenaga bisa saya rutinkan awal waktu & berjamaah setiap hari.
Berganti waktu, akhirnya . Saya baru tersadarkan sekarang bahwa dari kepingan puzzle ketidaklulusanku waktu itu, Allah ternyata sedang menyusun rencana lain yang jauh lebih baik, menghadiakan saya hidayah yang begitu indah. Saya akhirnya mengenal agama saya lebih baik. membuat saya merasakan kenikmatan juga kebahagiaan menjadi seorang muslim.
Perlahan-lahan namun pasti, saya bermetamorfosis dari ulat yang penuh masa lalu yang kelam menjadi kupu-kupu pembelajar yang terus berusaha menerbangkan kebaikan.
Perjalanan hijrah saya tidak berhenti sampai disitu. Saya Menenggelamkan diri di lautan dakwah bersama dengan proyek-proyek unta merahnya. Saya sangat bersyukur dengan nikmat keimanan yang Allah berikan. Saya jadi mengerti mungkin saja ketika kemarin saya lulus, saya pasti tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Mungkin saya akan terus jemawa dan sibuk dengan segala pencapaian dunia. Mungkin saya tak akan pernah mengecap rasa manisnya hidayah. Mungkin saya tak akan pernah sampai pada pemahaman baik ini, bahwa kehidupan dan kebahagian ada pada ketaatan kita pada Allah. Maha sempurnaNya Allah yang menjadikan kecintaan dan kerinduaan tertinggi ada pada kenikmatan ibadah dan penghambaan kepadaNya. Saya sungguh belajar banyak hal tentang takdir bahwa tidak semua apa yang kita ingini harus dituruti. Kita hanya hambah yang harusnya patuh pada aturanNya. Bahwa kita boleh saja berencana namun Allah yang menentukan. Bahkan kita begitu lemah dihadapanNya, Sunggu Allah yang paling tahu mana yang terbaik untuk kita, karena sesuatu itu boleh jadi terlihat baik namun sebenarnya buruk dan begitu pun sebaliknya.
Di perjalanan hijrah ini, saya selalu mengajak diri saya untuk terus berproses menjadi lebih baik, untuk terus mendekat kepadaNya karena perjalanan hijrah tak mengenal batas. Kecuali jika kakimu sudah melangkahkan kaki ke syurga. Yah, perjalanan hijrah ini punya ujung bahagia yang indah. Makanya butuh perjuangan untuk melewatinya. Di tengah perjalanan pun akan sering kita temui jalan yang menanjak, bertebing, berlubang membuat kakimu harus berdarah-darah. Namun itu semua terbayarkan nanti jika kakimu sudah melangkahkan kaki di SyurgaNya insyaAllah.
Teruslah berbuat kebaikan di perjalanan hijrah ini karena iman itu yazid wa yanqus akan selalu berbolak-balik – naik-turun, dan kita tidak akan pernah tahu kapan jatah perjalanan kita habis untuk kemudian berpulang ke kampung akhirat yang sebenarnya. Tanpa perbekalan, kita tak akan pernah sampai.
Jangan lupa untuk selalu menguprade niat, karna niat ini yang akan menentukan langka-langkah kita di perjalanan. Salah niat, salah langkah bahkan akan salah tujuan. Sesungguhnya apa yang kita dapatkan nanti akan sesuai dengan niat kita di awal.
Selamat menikmati perjalanan hijrahmu, bagi yang belum yuk berhijrah! Kita sama-sama berproses di jalan ini. Semoga Allah selalu memudahkan langkah-langkah kita menuju kebaikan kebaikan yang menghebatkan kita nantinya. Salam semangat! Salam hijrah!
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dijalan Allah dengan harta benda, diri mereka lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberi rahmat-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal selama-lamanya, sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”
(QS. At-taubah;20-22)
“Berhijralah, karena Hijrah adalah serangkaian episode hijrah menuju Jannah/ Sorga”
1 note · View note
jenderaleka-blog · 6 years
Link
Tips Tangani Masalah Pribadi Tidak ada masalah dengan masalah, karena masalah akan selalu ada selama hidup di dunia, yang mana semuanya telah terjadi dengan izin Allah. Yang jadi persoalan sebenarnya adalah bagaimana sikap yang benar dalam menghadapi masalah itu… Masalah terbesar bukanlah apa yang dirasakan, tapi akibat dari masalah itu, yaitu karena ketidaksabaran, maka hilanglah 10 perkara yang seharusnya dimiliki, yaitu : pahala, terhapusnya dosa, keberkahan, rahmat, petunjuk, kebaikan, cinta Allah, selamat dari Neraka, masuk Surga dan naiknya derajat di sisi Allah… Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku tidak perduli keadaan apa yang bersamaku, apakah yang aku senangi atau tidak, karena aku tidak tahu kebaikan itu ada pada yang aku sukai atau yang aku tidak sukai” (Mausuu'ah Ibnu Abi Dunya I/414) Oleh karena itu, bagi seseorang yang memiliki masalah, hendaknya ia memiliki sikap : (01). Beriman dan ridha kepada taqdir Allah (02). Tidak berputus asa dari rahmat Allah (03). Tidak mengharapkan kematian (04). Mengharap kepada Allah jalan keluar, serta yakin akan pertolongan dari-Nya (05). Memperkuat kesabaran, sebab mengeluh dan menggerutu hanya menambah derita, bukan menghilangkan musibah dan masalah (06). Memperbanyak doa dan dzikir kepada Allah (07). Tetap ikhtiar mengupayakan selamat (lari dari taqdir yang satu ke taqdir lainnya) (08). Memperbanyak istighfar/taubat kepada Allah (09). Meletakkan dunia dan semua permasalahannya di tangan dan meletakkan akhirat di hati (10). Memahami bahwa masalah yang menimpa tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan segala pemberian dan nikmat dari Allah (11). Menghibur diri dengan melihat dan mengingat masalah orang lain yang ternyata banyak juga yang tertimpa masalah, bahkan lebih berat (12). Mengingat pahala yang besar di sisi Allah (13). Tidak mengkedepankan perasaan dan emosi, sehingga melakukan sesuatu yang lebih banyak mudhorot dari pada manfaatnya (14). Memahami bahwa bisa jadi dengan masalah seperti itu lebih baik untuknya dalam penilaian Allah daripada tanpa adanya masalah (15). Bersyukur kepada Allah, karena masalah itu tidak menimpa kepada masalah agama, tetapi hanya menimpa kepada masalah dunia saja (16). Memahami bahwa kehidupan dunia ini adalah sebentar, yang pasti ada ujian dan cobaan (17). Memahami bahwa masalah yang menjadikan seseorang semakin dekat kepada Allah lebih baik daripada kenikmatan yang membuat lalai (18). Memahami bahwa masalah yang menimpa bisa menjadi penyebab seseorang merasakan suatu kenikmatan dalam beribadah, bahkan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah (19). Selalu mengevaluasi, apakah hijrahnya sudah di jalan Allah ? Jika iya, pasti Allah akan bantu : “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak…” (QS. An-Nisaa’ [4]: 100) (20). Selalu mengevaluasi, apakah sudah bertakwa kepada Allah ? Jika iya, pasti Allah akan bantu : “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3). “Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” (QS. Ath-Thalaq [65]: 4) ✍ keep smile General
0 notes
jenderaleka-blog · 6 years
Text
Bersabar dalam kegagalan, yakin akan kesuksesan dan tawakal dengan Takdir ketentuan..... pada ALLAH tok !
“Keyakinan”
Tidak semua orang mampu menyakini akan janji Allah ketika dirinya diberikan kesulitan. Inilah letak ujian yang tidak semua dari kita menyadarinya, dan ini sangat tergantung daripada pemahaman dan keyakinan kita kepada Allah.
Tidak semua orang akan mampu melihat tanda tanda pertolongan Allah dengan sama, sangat tergantung dari tebal tipis nya keberadaan hijab diantara dirinya dengan Allah.
Allah sudah berjanji bahwa tanda tanda NYA hanya akan diperlihatkan kepada yang menyakini-NYA saja. Maka janganlah sampai mempertanyakan mengapa tanda tanda tersebut tidak diperlihatkan-NYA dengan sama antara kepada mu dan kepada yang lain.
Segera periksa diri sendiri, sebesar apa rasa percaya kepada-NYA? Sudah penuh utuh percaya kah? Sudah berikhtiar dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya kah? Atau masih ada keraguan yang tebal antara diri mu dengan DIA?
Sadari, bahwa setiap kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi, disaat itulah sebetulnya kita diberi peluang untuk melebarkan dan meluaskan hati untuk berbaik sangka kepada Allah.
Kalau diberikan ujian dengan kesulitan sedikit saja, kepercayaannya sudah hilang kepada Allah, sudah hilang fardhunya, hilang tahajudnya. Bagaimana Allah akan menolong? Padahal bukankah dari awal tidak yakin akan pertolongan Allah? Bagaimana Allah akan menolong, jika keyakinannya saja belumlah seutuhnya??
54 notes · View notes
jenderaleka-blog · 6 years
Text
SESKOAD KEGAGALAN YG KE- 6
05012018
Dunia tak boleh tau Mayor sedang babak belur. Dunia hanya boleh tau Mayor masih tegak dan tak hancur selepas badai menerjang. Dan senantiasa Tersenyum, walaupun hati Menangis
karena KELUARGA semua........
PELDA afkiran caba umum......
KOPRAL tua menjelang pensiun.......
Allah memberiku kekuatan luar biasa untuk terus yakin dan percaya pada mimpi dan do'a-do'a yang kulangitkan.
Bahkan disaat-saat ku kalah. Keyakinanku tidak dibiarkan-Nya lekang dan hilang.
Pada serumpun harap pagi ini || 08.45
189 notes · View notes