Tumgik
itsphysio-blog · 9 years
Text
Sejarah Fisioterapi
Dokter seperti Hypocrates dan Hector dipercaya sebagai yang pertama melakukan fisioterapi yang primitive, menyarankan pemijatan (Hipocrates) dan Hydroterapi (Hector) pada masyarakat zaman 460 SM. Dokumentasi paling awal mengenai praktek fisioterapi yang professional, bagaimanapun kembali ke tahun 1894 ketika empat perawat di Inggris membentuk Chartered Society of Physioterapy. Negara- negara lain segera mengikukti dan memulai program pelatihan formal, seperti Sekolah Physiotherapy di Universitas Otago di New Zeeland di tahun 1913, dan di Amerika tahun 1914 di Reed College, Portland, Oregon. Penelitian mendukung tersebarnya fisioterapi. Penelitian pertama Fisioterapi di publikasikan pada Maret 1921 dalam PT (Physiotherapy) review. Pada tahun yang sama Mary McMillan membentuk Physical Therapy association (sekarang disebut American Physical Therapy Association-APTA) di tahun 1924, Georgia Warm Springs Foundation mempromosikan fisioterapi sebagai perawatan terhadap penyakit polio. Perawatan sampai tahun 1940 terutama semata terdiri dari latihan, pijatan, dan traksi.
Tumblr media
Prosedur manipulatif pada tulang belakang dan sendi ekstremitas mulai untuk dipraktekkan, terutama di negara-negara persemakmuran Inggris, pada awal 1950-an. Pada dekade berikutnya, fisioterapis memulai berherak ke praktik diluar rumah sakit, ke pasien rawat jalan klinik bedah tulang, sekolah negeri, universitas, pengaturan berkenaan dengan geriatri (fasilitas keterampilan merawat), pusat rehabilitasi, rumah sakit, dan pusat medis. Spesialisasi untuk fisioterapi di US terjadi tahun 1974, pada bidang Orthopedic dari APTA untuk fisioterapis yang mengkgususkan spesialisasi di Orthopedic. Di tahun yang sama , International Federation of Orthopedic Manipulative Therapy dibentuk, yang telah memainkan suatu peran penting di dalam mempercepat therapy manual yang diseluruh dunia yang pernah ada, Sampai saat ini fisioterapi terbagi ke beberapa bidang spesialisasi karena ilmunya yang luas spesialisasi itu meliputi cardiopulmonary, geriatri,neurogical,ortopedik, pediatri, dan integrumen.
Arti istilah fisioterapi diseluruh dunia sangan beraneka ragam, tiap negara mencoba menggali jati diri profesi Fisioterapi menurut pemahaman masing-masing, sementara definisi fisioterapi koncensional yang masih menganggap ilmu dan seni pengobatan dengan memakai sumber fisis sudah tidak relevan lagi, Istilah Fisioterapi merupakan istilah asing yang telah di Indonesia-kan bukan diterjemahkan aslinya dari kata Physical Therapy (negara-negara Amerika), Fisioterapi (Indonesia), Physiotherapy (negara Eropa), Fysiotherapie (Belanda) adalah istilah-istilah yang pada hakekatnya sama mempunyai nilai nilai, konsep, paradigma, yang bersifat universal. Untuk menjaga kesamaan tersebut, Indonesia tidak menterjemahkan istilah tersebut menjadi terapi fisik, bahkan di Malaysia yang tadinya disebut " Juru Pulih Anggota" telah kembali kepada istilah Physiotherapy, demikian pula orang yagn telah berhak menjalankan pekerjaan Fisioterapi disebut Fisioteapis, Physioterapist, Physical Therapist, Fysioterapuet. Profesi fisioterapi telah berkembang demikian pesat di dunia, bahkan Fisioterapi merupakan salah satu dari 10 besar profesi yang berkembang di Amareika dalam dekade ini, setelah para pakar Fisioterapi dunia menggali jati diri ini menjadi konsep Fisioterapi baik apa itu Fisioterapi , apa itu fisioterapis, bagaimana pola pelayanannya, pola pendidikan serta bagaimana otonomi Fisioterapi sebagai suatu profesi. Karena perkembangan yang begitu cepat tersebut baik dalam perkembangan pelayanan mauoun dalam keilmuan serta perkembangan tuntutan masyarakat, ekonomi dan efisiensi dan lain sebagainya, setiap mencoba mencari jati diri yang tepat memungkinkan untuk berkembang sesuai dengan kaidah kaidah jari diri profesi fisioterapi.
Indonesia dalam kongres nasional Ikatan Fisioterapi Indonesia VI di Solo tahun 1992 menyepakati suatu paradigma baru Fisioterapi yang dibangun dari falsafah - falsafah yang diyakini kebenarannya. Beberapa pakar dunia mencoba membuat definisi profesi fisioterapi yang pendekatan sisitematis baik menurut teori kajian falsafat ilmu maupun melihat dari perkembangan tuntuttan dan kebutuhan masyarakat masing masing negara. Keanekaragaman penggambaran fisioterapi ini merupakan issue yang mengemuka dalam kongres/general assemblu WCPT XII tahun 1991 di London yang kemudian membuat kelompok kerja untuk menyusun Draft Description of Physical Therapy. Demikian pula negara - negara lain, masing masing mencoba merumuskan definisi Fisioterapi se dunia (World Confederation for Physical Therapy) XII di Washington DC Juni 1995 memutuskan jati diri Disiterapi yang berlaku di seluruh dunia. Bahkan keputusan-keputusan tersebut disertai suatu deklarasi yang berisikan pronsip -prinsip fisioterapi serta pernyataan posisi Declaration of Principle and Position Statement yang memungkinkan disioterapi berkembang secara cepet di seluruh Dunia.
0 notes
itsphysio-blog · 9 years
Text
Sejarah Perkembangan Fisioterapi Indonesia
Latar Belakang
Pada awal abad-20 terdapat banyak penyandang cacat akibat perang Dunia ke II yang tidak mendapat perlakuan yang semestinya sebagai bagian dari mahluk ciptaan Tuhan. Akhirnya pada tahun 1954 dibuat klinik orthopedi untuk mengatasi peningkatan kebutuhan akan pelayanan medis terhadap kecacatan fisik yang dialami.
Fisioterapi di Indonesia pada awalnya merupakan satu vokasi kesehatan. Dimulai dari didirikannya Sekolah Perawat Physiotherapy di Solo tahun 1956 oleh Bapak Fisioterapi Indonesia, Prof.dr. Soeharso.
Perkembangan Fisioterapi Indonesia
Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang bahwa berdirinya fisioterapi karena sisa-sisa dari perang dunia. Perang dunia 1 dan perang dunia 2 yang berakhir pada tahun 1945. Kemudian muncullah revolusi abad-20, dimana mulai diperhatikannya kemanusiaan (HAM), yakni:
-          Hak hidup
-          Hak mendapat pendidikan dan pekerjaan
-          Hak berkeluarga
-          Hak bersosialisai/bermasyarakat
  Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pada tahun 1940 di dunia mulai berkembang organisasi-organisasi kemanusiaan (WHO, UNICEF, ILO) dan pelayanan rehabilitasi penyandang cacat. Kemudian di Indonesia pada tahun 1951 didirikan Rehabilitasi Centrum di Jebres, Surakarta oleh Alm. Prof. dr. Soeharso. Tahun 1954, Alm. Prof. dr. Soeharso juga merintis Klinik Orthopedi di Jebres (bengkel prothose dan orthose). Tahun 1955 terdapat kursus terapi latihan dan massage selama 6 bulan, dimana pengajarnya berasal dari Eropa dan peserta didik berasal dari kalangan perawat.
Sedangkan pendidikan formal Fisioterapi di Indonesia mulai berdiri di Solo pada tahun 1956, yakni Sekolah Pengatur Rawat Fisioterapi selama 3 tahun. Sekolah ini didirikan oleh Alm. Prof. dr. Soeharso.
-          Pengajar : Fisioterapi dari Inggris, Denmark, Italia dan Jerman
-          Siswa : Lulusan SMA dan Perawat
-          Lulusan : Asisten Fisioterapi
Pada tahun 1964 berdiri Akademi Fisioterapi DEPKES Surakarta (sekarang Politeknik Negeri KEMENKES Surakarta)
-          Mahasiswa : Lulusan SMA dan Asisten Fisioterapi
-          Pengajar : Fisioterapi dari Eropa
-          Lulusan : Sarjana Muda Physioterapi (SMPH)
Kemudian pelayanan perkembangan dari pasien orthopedi pun meluas, antara lain mencakup:
-          Muskuluskeletal
-          Neuromuscular
-          Pediatri
-          Geriatri
-          Obsetri dan ginekologi
-          Jantung dan pembuluh darah
-          Paru-paru
Tahun 1976 : Semua RSU di seluruh Indonesia harus memiliki Unit Rehabilitasi dimana fisioterapi sebagai intinya.
Di Indonesia juga memiliki ikatan profesi fisioterapi. Ikatan Fisioterapi Indonesia berdiri pada tanggal 10 Juni 1968,  di deklarasikan di Solo dengan nama IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA (IKAFI), sekarang bernama IFI.
  Disadur dari :
http://imfi-online.blogspot.com/2013/01/perkembangan-fisioterapi-di-indonesia_8.html
http://ifi.or.id/post/78/Sejarah-IFI.html
http://forumfisio.blogspot.com/2014/01/sejarah-fisioterapi-di-indonesia.html
0 notes
itsphysio-blog · 9 years
Text
Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Dikembangkan pertama kali oleh dr. Herman Kabat (neurology/psikolog) dari Amerika Serikat pada tahun 1950-an yang kemudian dikembangkan oleh Margaret Knott (fisioterapis) dan Dorothy Voss (okupasi terapis) hingga tahun 1970-an. dikembangkan oleh Dr. Hermann Kabat di Amerika Serikat pada tahun 1946 sampai 1951. Organisasi American Therapist Sherrington dan organisasi lainnya memberikan basis terhadap metode ini. Pada awalnya PNF lebih ditekankan pada berbagai kasus muskuloskeletal. Tetapi kemudian dikembangkan juga untuk kasus-kasus neurology termasuk hemiplegia (stroke). Prinsip umumnya adalah dengan pemberian stimulasi tertentu untuk membangkitkan kembali mekanisme yang latent dan cadangan-cadangannya maka akan dicapai suatu gerak fungsional yang normal dan terkoordinasi.
Tumblr media
PNF adalah salah satu konsep yang terkenal dikalangan fisioterapi namun beberapa diantaranya salah dalam penerapan konsep PNF ini hingga efek nya tidak tampak dengan signifikan, PNF bukan hanya melakukan gerakkan dengan pola diagonal namun untuk melakukan treatment dengan konsep PNF. Dari hal tersebut kita harus memahami filosafi dari PNF. Prinsip-prinsip PNF adalah proses tumbuh kembang, prinsip-prinsip neurofisiologis dan ilmu gerak (biomekanika). 
Dalam pengobatan fisioterapi modern, penggunaan gerakan-gerakan kompleks telah menjadi komponen pengobatan yang sangat diperlukan, khususnya untuk gangguan-gangguan sistem muskuloskeletal dan sistem saraf, perkembangan abnormalitas, dan trauma.
Tumblr media
  Tekhnik PNF 
Tumblr media
Contoh kasus
1. Hold Rileks Kasus : keterbatasan gerak/ROM sendi lutut Pelaksanaan : penderita tengkurap dengan lutut fleksi. Fisioterapi disamping penderita, satu tangan pada sendi lutut, tangan yang lain dibagian distal sendi pergelangan kaki. Penderita diperintahkan menggerakkan sendi lututnya ke ekstensi sebatas ROM yang ada melawan tahanan yang diberikan fisioterapis secara optimal pada posisi tersebut selama 8 hitungan, hingga terjadi isometric kontraksi selama 8 detik satu kali gerakan dan rileks. Diulang 3-4 kali, setelah itu penderita disuruh menggerakkan lututnya kearah ekstensi sekuat mungkin diikuti pemberian force passive movement kearah ekstensi lutut ketika pasien rileks. Tujuan: mengulur m. hamstring, memperkuat hamstring dan m. quadriceps. Latihan diulang 5-6 kali setiap terapi.
2. Kontraks rileks Kasus : keterbatasan sendi lutut Pelaksanaan : penderita tengkurap dengan lutut fleksi, fisioterapis disamping penderita, satu tangan pada sendi lutut dan tangan yang lain pada bagian distal ankle joint. Lalu penderita disuruh menggerakkan sendi lututnya kea rah ekstensi sebatas ROM yang ada , lalu pasien disuruh menggerakkan sendi lututnya ke arah fleksi dengan melawan tahanan fisioterapis sehingga terjadi isotonic kontraksi kea rah fleksi lutut yang dilakukan 3-4 kali, kemudian penderita disuruh menggerakkan lututnya kea rah ekstensi agar m. hamstring rileks sepenuhnya. Lalu penderita melakukan gerakan ekstensi lutut sekuat mungkin agar m. quadriceps berkontraksi maksimal, lalu fisioterapis memberikan force passive movement ke arak ekstensi. Tujuan : mengulur dan memperkuat hamstring dan menambah ROM ekstensi dan memperkuat koordinasi gerakan.
Keunggulan dari metode PNF ini adalah, bahwa PNF mempunyai banyak tehnik yang dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Proses pelaksanaan juga singkat dan mudah. Namun dalam prakteknya tidak semua orang bisa melakukan PNF, hanya mereka yang memang benar ahli dalam bidangnya untuk melakukan tehnik tersebut kepada orang lain yang memang membutuhkan. Atau bila anda memang sangat membutuhkan datangilah pihak-pihak yang memang ahli dalam PNF atau Proprioceptive Neuromuscular Facilitation. Selamat beraktivitas kembali dengan kesehatan selalu menyertai.
-physioToYou
sumber ;
Physiotherapy Nusantara Medical Center
herdinrusli.wordpress.com
www.fisioterapi.web.id 
0 notes
itsphysio-blog · 9 years
Video
youtube
Bobath
0 notes
itsphysio-blog · 9 years
Video
youtube
Kiropraksi
0 notes
itsphysio-blog · 9 years
Video
youtube
Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
0 notes
itsphysio-blog · 9 years
Text
MLDV (Manual Lymphatic Drainage)
MLDV adalah teknik manual yang dikenal  sejak tahun 1932 untuk membantu mengalirkan cairan dari jaringan melalui kelenjar getah bening. Bila dilakukan dengan cara, arah, tekanan, serta metode yang tepat, maka teknik MLDV sangat tepat untuk memfasilitasi drainage.
Tumblr media
1. SEJARAH
Pada 1933,  Dr. Emil Vodder, biolog dari Denmark, dan istrinya, Astrid Naturopat dari Jerman, memperkenalkan MLDV di Austria. Semula, MLDV segan diterima karena pada waktu itu manipulasi sistem limfatik dianggap berbahaya, karena kemungkinan menyebarkan infeksi. Pada 1958, Vodder bersama ilmuwan Deutsche Gesellschaft fur Manuelle Lymphdrainage nach Vodder berhasil membuktikan efek fisiologik teknik pegangan Vodder berkaitan dengan irama (ritme), dan gerakan spiral pada limfangion, supaya dapa­t terjadi sambungan (anastomose) di sistem limfatik. Pada akhir masa kerjanya, Vodder me­milih 7 murid kepercayaannya untuk mem­perkenalkan dan mengembangkan MLDV di beberapa negara, yaitu di Swis, Sepanyol, Itali, Austria, dan Belgia. Virginia Cool yang diutus ke Belgia pada 1976  mendirikan Virginia Cool School di Belgia dan Belanda (Original Vodder Method). Beberapa tahun kemudian, pengelolaannya dipercayakan kepada Philippe M.N.A. de Paepe dan Lutgart Was.
Sejak 2004, MLDV juga diperkenalkan  dan mulai dipelajari di Indonesia ketika Renee S.T. Go, fisioterapis MLDV Belanda, dibantu oleh Philiipe M.N.A. de Paepe, tertarik untuk memperkenalkan MLDV di Indonesa. Beliau merasa terpanggil untuk membantu meningkatkan kualitas Fisioterapi di Indonesia. Upaya pengenalan MLDV dilaksana­kan dengan pelatihan MLDV bagi fisiote­rapis Indonesia. Pelatihan MLDV pertam­a dengan 30 peserta fisioterapis dilaksan­akan di Pematang Siantar. Untuk mendapatkan spesialisasi MLDV, haruslah seorang Fisioterapis yang akan melalui sebuah pelatihan selama minimal 110 jam selama 2 minggu dengan teori dan praktek klinik. spesialisasi ini berlaku di seluruh dunia, karena Instruktur nya pun seorang Master teacher MLDV.
2. MANUAL LYMPHATIC DRAINAGE
Dalam tubuh manusia 2/3 bagiannya terdiri atas cairan dimana cairan ini terdapat di dalam / di sekitar sel-sel tubuh, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan otak. Banyak proses tubuh di dalam tubuh kita yang terjadi melalui cairan tubuh ini, antara lain penghantaran rangsang saraf, pengangkutan hormon atau zat-zat yang merugikan ( misal bakteri ), pertukaran zat-zat  atau pertukaran gas-gas ( seperti zat asam / zat asam arang ). Proses – proses yang terjadi melalui cairan tubuh ini kita sebut Waterhuishouding yang amat penting dalam mempertahankan Homeostasis tetap dalam keadaan optimal. Tubuh dalam keadaan yang seimbang optimal apabila waterhuishouding dalam keadaan optimal. Sistem limfe ( pembuluh limfe dan kelenjar limfe ) memainkan peranan yang penting dalam menciptakan dan mempertahankan keadaan yang ideal untuk sel-sel tubuh kita, yang mana berperan dalam pemberian nutrisi, pembersihan dan pengaliran. Dengan demikian limfedrainase ( pengaliran limfe ) merupakan fungsi yang normal dan alamiah dari tubuh kita.
Sistem limfatik adalah suatu jaringan kompleks pembuluh dan saluran yang mengalirkan cairan dari seluruh tubuh dan bertanggung jawab untuk memindahkan racun dari sel-sel sehat dan membawa kuman-bahan untuk melawan sel-sel ketika mereka diserang oleh virus. Fungsi ini dapat mengalami hambatan atau gangguan oleh adanya kecelakaan, penyakit atau stress. Pada keadaan itu, ganguan atau hambatan tersebut dapat diatasi dengan pengaliran limfe secara manual ( dengan menggunakan tangan ) yang kita sebut sebagai teknik MLDV.
Manual Drainage limfatik adalah jenis terapi yang dimaksudkan untuk membantu tubuh mengalirkan cairan dengan bebas. MLDV (Manual Lymphatic Drainage) adalah sebuah bentuk pemijatan ringan yang bertujuan untuk merangsang sirkulasi limfa. Pemijatan ini sangat efektif untuk mengobati kulit yang sembab akibat retensi cairan.Tujuan dari Manual Lymphatetic Drainage Vodder (MLDV), yaitu:
Regenerasi sel
Meningkatkan Imunitas
Meningkatkan kerja saraf parasimpatis
Mempertahankan keseimbangan pH tubuh
Teknik Manual Lymph Drainage ad modum Vodder (MLDV) adalah teknik dengan menggunakan metode inhibisi (menghambat) orthosympathetic dan menstimulasi parasympathetic. Teknik ini selalu diawali dengan ‘teknik Basic’ yang dilakukan pada area jugular-abdomen-mobilisasi diafragma. Teknik ini akan memberikan efek cepat pada saraf vagus (saraf cranial X) yang akan memprovokasi stimulasi sistem parasympathetic sehingga berefek langsung pada seluruh sistem limfatik. Hasilnya adalah relaksasi dan Mental Awarenes (kesadaran mental). Tekanan yang dilakukan pada teknik ini adalah sangat ringan karena untuk melengkapi tekanan hidrostatik jaringan, dan juga mempunyai efek parasympathetic. Beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan MLDV yaitu Lymfeoedem, Oedema postraumatis dan post, Rematik dan pembengkakan yang disebabkan rematik, Keluhan pada sistema saraf, Keluhan THT, Kasus pediatri : cerebral parese, kelainan neuropati, Problem dermatologi:(Exzema kronis, Neurodermatis, Acne, Jaringan parut pos operasi),etc.
INDIKASI. MLDV dapat diberikanpada kasus-kasus dibawah ini : 1. lymfeoedem. 2. Oedema postraumatis dan post operatif, seperti : - Pembengkakan lengan post mastectomi. - Terkilir. - Patah tulang. - Haematom. - Algodistrofi ( antara lain sudeck ). 3. Rematik dan pembengkakan yang disebabkan rematik, seperti: - Aspesifik mesenchymreaksi. - Arthritis infektif. - Penyakit autoprogresif ( antara lain kronis polyarthritis ). - Coxatrosis. - Periarthritis humeroscapularis. - Cervicalgia. 4. Keluhan pada sistema saraf. - Susunan saraf pusat: perifokal oedem ( Foldi ), apopleksi, multipel sklerosis. - Susunan saraf tepi: trigeminus neuralgia, facialis parese, migraine. - Keluhan karena nervous: gangguan tidur, stress, gangguan usus ( antara lain konstipasi ). 5. Keluhan THT : - Tinitus aurius ( telinga berdengung ). - Radang selaput lendir kronis. - Sinusitis kronis. 6. Extraksi gigi – orthodonsi – gangguan gusi, paradentose. 7. Kasus pediatri : cerebral parese, kelainan neuropati. 8. Problema dermatologi : - Exzema kronis. - Neurodermatis. - Acne. - Jaringan parut pos operasi. 9. Keluhan internis : bronchitis kronis, emfisema, asthma-bronchiale, pada intoksikasi oleh makanan atau medikasi dan mucoviscidose. 10. Kasus geriatri : osteoporose, problema vasculer. 11. Gangguan sirkulasi : sclerose otak, glaucoma, oedem karena venus stasis, arthritis, claudikasio intermitten, varicose ulcer. 12. Kasus sport injuri : sakit otot, haematom dan lesi. KONTRA INDIKASI. 1. Absolut kontra indikasi : kanker, infeksi umum ( demam ), Decompensatio Cordis, TBC dan transplantasi organ. 2. Relatif kontra indikasi : - infeksi lokal - Asthma bronchiale: MLDV dapat membangkitkan anval karena rangsangan pada parasimpatis. - Astma cardiale. - Hyperthyroidea: hindarkan penanganan pada kelenjar gondok. - Vagoton pasien. - Kemungkinan reaksi kelelahan. Semoga tehnik MLDV ini bisa berkembang pesat di Indonesia dan mambantu meningkatkan taraf derajat kesehatan masyarakat Indonesia
0 notes
itsphysio-blog · 9 years
Text
Bobath atau Neuro Development Treatment (NDT)
Sejarah
Bobath atau NDT yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan system saraf pusat pada bayi dan anak-anak.
Tumblr media
Konsep Awal
Metode Bobath pada awalnya memiliki konsep perlakuan yang didasarkan atas inhibisi aktivitas abnormal refleks (Inhibition of abnormal reflex activity) dan pembelajaran kembali gerak normal (The relearning of normal movement), melalui penanganan manual dan fasilitasi.
Konsep Bobath Terkini
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka konsep Bobath juga mengalami perkembangan dimana menggunakan pendekatan problem solving dengan cara pemeriksaan dan tindakan secara individual yang diarahkan pada tonus, gerak dan fungsi akibat lesi pada sistem saraf pusat.
Tujuan Bobath
Tujuan intervensi dengan metode Bobath adalah optomalisasi fungsi dengan peningkatan kontrol postural dan gerakan selektif melalui fasilitasi, sebagaimana yang dinyatakan oleh IBITA tahun1995.
“The goal of treatment is to optimize function by improving postural control and selective movement through facilitation.” (IBITA 1995)
Tujuan yang akan dicapai dengan konsep Bobath:
Melakukan identifikasi pada area-area spesifik otot-otot antigravitasi yang mengalami penurunan tonus.
Meningkatkan kemampuan input proprioceptive.
Melakukan identifkasi tentang gangguan fungsi setiap individu dan mampu melakukan aktivitas fungsi yang efisien “Normal”.
Fasilitasi specific motor activity.
Minimalisasi gerakan kompensasi sebagai reaksi dari gangguan gerak.
Mengidentifikasi kapan dan bagaimana gerakan menjadi lebih efektif.
Analisa tentang gerak normal (normal movement) menjadi dasar utama penerapan aplikasi metode ini. Dengan pemahaman gerak normal, maka setiap fisioterapis akan mampu melakukan identifikasi problematik gerak kepada setiap pasien/klien atas penyimpangan gerak akibat gangguan system saraf pusat.
Akibat adanya gangguan sistem saraf pusat (SSP) akan mengakibatkan abnormal tonus postural, dari abnormal tonus postural tersebut melahirkan gangguan atau abnormalitas pada umpan balik sensoris yang akhirnya memunculkan kompensasi gerak. Pada aktifitas gerak, maka tonus otot postural akan sangat menentukan efektifitas dan efesiensi gerak yang akan dihasilkan
Bobath atau NDT yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan system saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Agar lebih efektif, penanganan harus dimulai secepatnya, sebaiknya sebelum anak berusia 6 bulan. Hal ini sesungguhnya masih efektif untuk anak pada usia yang lebih tua, namun ketidaknormalan akan semakin tampak seiring dengan bertambahnya usia anak dan biasanya membawa terapi pada kehidupan sehari-hari sangat sulit dicapai.
Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-reflek abnormal yang patologis menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan normal. Anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu yang dinamakan Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk menghambat tonus otot yang abnormal.
Handling digunakan untuk mempengaruhi tonus postural, mengatur koordinasi, menghinbisi pola abnormal, dan memfasilitasi respon otomatis normal. Dengan handling yang tepat, tonus serta pola gerak yang abnormal dapat dicegah sesaat setelah terlihat tanda-tandanya.
Key Point of Control (KPoC) yaitu titik yang digunakan terapis dalam inhibisi dan fasilitasi. KPoC harus dimulai dari proksimal ke distal/bergerak mulai dari kepala-leher-trunk-kaki dan jari kaki. Dengan bantuan KPoC, pola inhibisi dapat dilakukan pada penderita dengan mengarahkan pada pola kebalikannya.
Metode NDT mempunyai beberapa teknik, antara lain:
Inhibisi dari postur yang abnormal dan tonus otot yang dinamis,
Stimulasi terhadap otot-otot yang mengalami hypertonic,
Fasilitasi pola gerak normal.
  Inhibisi adalah suatu upaya untuk menghambat dan menurunkan tonus otot. Tekniknya disebut Reflex Inhibitory Paternt. Perubahan tonus postural dan patern menyebabkan dapat bergerak lebih normal dengan menghambat pola gerak abnormal menjadi sikap tubuh yang normal dengan menggunakan teknik “Reflex Inhibitory Pattern”.
Fasilitasi adalah upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal. Tekniknya disebut “Key Point of Control” yang bertujuan untuk : (1) memperbaiki tonus postural yang normal, (2) memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal, (3) memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja, diperlukan dalam aktifitas sehari-hari.
Stimulasi yaitu upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus otot melalui proprioseptif dan taktil. Berguna untuk meningkatkan reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara automatic. Tapping: ditujukan pada group otot antagonis dari otot yang spastic. Placcing dan Holding: Penempatan pegangan. Placcing Weight Bearing: Penumpuan berat badan.
Tumblr media
  Adapun prinsip-prinsip dalam  NDT antara lain:
Kemampuan mekanik setelah mengalami lesi atau dengan menggunakan penanganan yang tepat memungkinkan untuk diperbaiki.
Lesi pada susunan saraf pusat menyebabkan gangguan fungsi secara keseluruhan namun dalam NDT yang ditangani adalah motorik.
Spastisitas dalam NDT dipandang sebagai gangguan dari sikap yang normal dan kontrol gerakan.
Pembelajaran pada gerakan yang normal merupakan dasar gerakan dapat dilakukan jika tonus normal.
Mekanisme Postural Reflex yang normal merupakan dasar gerakan yang normal.
Otot tidak tahu fungsi masing-masing otot tapi pola geraknya.
Gerakan dicetuskan di sensoris dilaksanakan oleh motorik dan dikontrol oleh sensoris.
  Tujuan konsep NDT adalah memperbaiki dan mencegah postur dan pola gerakan abnormal dan mengajarkan postur dan pola gerak yang normal. Prinsip terapi dan penanganan pasien yaitu:
Simetris dalam sikap dan gerakan
Seaktif mungkin mengikuti sertakan sisi yang sakit pada segala kegiatan.
Pemakaian gerakan-gerakan ADL dalam terapi.
Konsekuensi selama penanganan (ada tahap-tahap dalam terapi).
Pembelajaran bukan diarahkan pada gerakannya, tetapi pada perasaan gerakan.
Terapi dilakukan secara individu
  Tahapan teknik dasar latihan gerak pada anak terdiri dari 4 tahapan yaitu sebagai berikut:
Tahap I, merupakan latihan mengontrol kepala dan tangan.
Latihan mengontrol kepala dan tangan sangat penting sebagai tahap awal dari latihan selanjutnya. Mengangkat dan menahan kepala serta badan melalui penumpuan tangan berguna untuk persiapan berguling, merangkak dan duduk.
Tahap II, merupakan latihan mengontrol badan untuk duduk
Pada tahap ini, anak diajarkan untuk mempertahankan badannya tetap tegak sewaktu ia bergerak dari dan hendak bersandar pada tangannya. Posisi duduk akan membuat sang anak mampu melihat kedua tangannya dan mempergunakannya. Tujuan latihan pada tahap ini yaitu agar anak anak dapat beraktivitas ke segala arah pada saat duduk, mempersiapkan diri untuk berdiri dan jongkok dari posisi duduk, dan beraktivitas dari posisi duduk ke merangkak.
Tahap III, merupakan latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan.
Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat mempersiapkan tungkainya dari duduk berlutut untuk selanjutnya berdiri. 
Tahap IV, merupakan informasi umum untuk keluarga
yaitu dengan menginformasikan  kepada keluarga untuk senantiasa melatih anak dengan teratur dan penuh kasih sayang agar anak lebih cepat mandiri. Keluarga atau orang tua diajarkan untuk menggerakkan sendi secara penuh setiap hari sekitar 3 kali per sendi tanpa disertai dengan gerakan paksaan. Hal ini untuk memelihara jarak gerak sendi anak dan untuk mencegah kekakuan.
0 notes