Tumgik
ibroohiim · 2 years
Text
Rumah yang bersih
إن الله جميل يحب الجمال
"Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan mencintai keindahan"
Betul bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah. Kita sepakat kalau pekerjaan seperti shalat, puasa, tilawah atau ritual lain adalah ibadah.
Mungkin, kita juga sepakat bahwa belajar, olahraga, atau bahkan berorganisasi juga termasuk ibadah.
Lalu bagaiman dengan bersih-bersih rumah, apakah dia termasuk ibadah? Bagaimana pandangan islam terhadapnya? Hmm
Sebetulnya, tidak perlu sampai mengatakan pandangan islam dalam masalah ini. Cukup didasari pandangan murni (fitrah) kemanusiaan, kita akan mengangggap bersih lebih baik dari kotor.
Tapi islam memanglah agama kemanusiaan, sehingga ajarannya selalu seiring dengan nilai kemanusiaan yang murni.
Jadi, kalo kebersihan termasuk nilai islam, maka ia setara dengan keadilan, sama-sama harus ditegakkan. Ia juga sama dengan kesejahteraan, mesti diwujudkan.
Sebegitu pentingnya bersih, sehingga redaksi hadis yg digunakan adalah indah. Kalau bersih belum tentu indah, sedang indah sudah tentu bersih. Ya gak sih?
Jadi, kapan kita bersih-bersih? 😁
(Ditulis 26 Okt 2021 saat jadi Musyrif Hadromaut, dan rumah sedang kotor. 😅)
7 notes · View notes
ibroohiim · 2 years
Text
Sabar dan Puasa
Diantara nikmat Allah yang utama, yang patut kita syukuri adalah disampaikannya kita pada bulan Ramadhan. Alhamdulillah..
Bulan Ramadhan sebagaimana yang kita tahu, merupakan bulan diwajibkannya puasa bagi orang-orang beriman. Dan tidaklah Allah mewajibkan sesuatu, melainkan lengkap dengan hikmah dan manfaat yang terkandung bersamanya.
Banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik dari syariat puasa ini. Diantaranya adalah pelajaran tentang sabar. Dan jika kita telisik lagi, ternyata ada beberapa keterkaitan antara puasa dan sabar.
Allah berfirman: "Wahai orang-orang beriman mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS 2:153). Sebagian ahli tafsir mengatakan yang dimaksud dengan sabar pada ayat ini, adalah shaum (puasa).
Lalu tentang ganjaran keduanya, Allah limpahkan balasan sebanyak yang Dia kehendaki. Allah berfirman: "Hanya orang-orang yang bersabar, yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." (QS 39:10)
Begitu juga puasa, dalam hadis qudsi Allah berfirman: "Setiap amal manusia adalah untuknya, kecuali puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya." (HR Bukhari)
Salah seorang bijak ditanya, Bagaimana kita bersabar di dunia ini? Ia menjawab, "Sama seperti ketika kita sedang berpuasa, kita yakin adzan maghrib pasti akan tiba."
"Yakinlah", kata Ali ra, "Bahwa ada sesuatu yang menantimu setelah banyak kesabaran yang kau jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit (ketika bersabar)."
Begitu juga keadaan orang yang berbuka puasa, betapa bahagia mereka hingga lupa rasa lapar dan haus yang mereka jalani sebelumnya.
Nabi ﷺ bersabda: "Bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan, kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu Tuhannya." (HR Ahmad)
Raihlah kesabaran, sebab ia adalah kunci kemenangan. Rasul ﷺ bersabda: "Ketahuilah bahwa pertolongan itu datang setelah kesabaran, dan kelapangan datang setelah kesempitan." (HR Ahmad).
Sabar wahai penduduk Kairo, di bawah suhu 40+ °c, yakinlah adzan maghrib pasti akan tiba..
1 note · View note
ibroohiim · 2 years
Text
Antara Sikap dan Sudut Pandang
Sikap seseorang terhadap sesuatu, tergantung pada bagaimana ia memandangnya.
Orang yang mengetahui keagungan dan keistimewaan Bulan Ramadhan, tentu akan mendudukkannya di tempat dan derajat keagungan sesuai pandangannya. Dia akan mempersiapkan segala yang diperlukan, menyambut kedantangannya, dan melakukan amalan-amalan sebelum datang Ramadhan sebagai pemanasan sebelum benar-benar memasukinya.
Lain halnya dengan orang yang menganggap datangnya Ramadhan sebagai bulan biasa, yang akan melewati kehidupannya satu tahun sekali sebagai rutinitas belaka. Tentu kalaupun dia menyambut kedatangannya, dia akan menyambut sekadarnya saja. Menjalani amalan-amalan Ramadhan hanya karena agar sama dengan kebanyakan orang.
Contoh lain yang lebih sederhana adalah ujian akhir sekolah atau kampus. Siswa yang memandang urgensi dan pengaruh ujian ini untuk masa depan kelanjutan studi atau karirnya, tentu akan berusaha maksimal agar dapat meraih hasil yang terbaik. Namun bagi siswa yang tidak peduli dengan nilainya, dia mungkin masih akan belajar, tapi sekenanya saja. "Yang penting tidak remedial", kata mereka.
Dan masih banyak lagi contoh lain terkait hal ini. Kebanyakan kita, mudah mengetahui tentang keistimewaan suatu hal yang sifatnya materi, terlihat dan dapat dirasakan dampaknya secara langsung. Akhirnya kita luput dari keagungan dan kemewahan suatu hal yang sifatnya tak tampak (ghaib). Padahal beriman pada yang ghaib, adalah ciri orang bertakwa (Qs 2:3).
Kita sering luput dengan keutamaan waktu subuh dan amalan-amalan di dalamnya. Sehingga menyepelekan dan menganggap biasa waktu yang penuh berkah itu. Padahal bimbingan Allah dan Rasulnya sangat jelas tentang itu.
Itulah di antara sebab pentingnya kita berilmu, mengetahui mana yang seharusnya kita anggap mulia dan mana yang biasa. Sehingga kita tidak keliru dalam memandang.
Karna sikap seseorang terhadap sesuatu, tergantung pada bagaimana ia memandangnya.
1 note · View note