Tumgik
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
Ujian Online vs Ujian Offline
Tumblr media
“Alhamdulillah, akhirnya kewajiban ngawas ujian online kelar juga”
Itu adalah ungkapan rasa syukur dari teman saya saat ngglinding bersama pada Ahad pagi beberapa minggu lalu. Teman saya sebut saja Ibnu adalah seorang guru di sebuah madrasah terkenal di kecamatan Naki. Kecamatan tersebut tidak begitu jauh dari kecamatan saya. Ibnu acapkali bercerita tentang kesehariaannya sebagai seorang guru muda di madrasahnya. Tidak jarang pula berkeluh kesah tentang pandemi yang kurang lebih dua tahun melanda sehingga benar-benar merubah secara drastis kegiataanya sebagai seorang guru. Baik dari kebiasaan  hingga proses pembuatan bahan ajar.
Belum lama ini madrasah tempatnya mengajar mengadakan kegiatan Penilaian Akhir Tahun untuk kelas 7 dan kelas 8. Karena masih pandemi akhirnya ujiannya dilakukan secara daring atau online. Jujur awalnya saya kaget mendengarnya. Mengapa harus online? Bukannya kegiatan yang melibatkan banyak orang sudah mulai diperbolehkan oleh pemerintah? Sama seperti yang dilakukan rezim di Konoha? Dia menjelaskan memang kegiatan belajar mengajar sudah mulai diperbolehkan. Namun ujian online dipilih karena ada beberapa alasan dan pertimbangan.
Sebelum dia menjelaskan saya masih saja belum mendapat petunjuk bagaimana ujian online itu dilakukan. Apakah ujiannya dikerjakan dirumah? Apakah muridnya boleh mengerjakan dimana saja selama masih terhubung dengan internet? Apakah pengerjaannya menggunakan zoom atau aplikasi lainnya? Ternyata apa yang saya tanyakan tidak ada yang sesuai dengan apa yang dia maksud. Ibnu menjelaskan bahwasanya ujian online yang dilakukan sebenarnya tidak sepenuhnya online. Karena pada kenyataan murid tetap hadir di sekolah. Namun proses mengerjakan soalnya tidak menggunakan kertas dan pena. Namun cukup menggunakan smartphone saja.
Tumblr media
Walaupun online siswa tidak diperbolehkan mengerjakan dari rumah dan wajib hadir di sekolah. Apabila tidak hadir di sekolah maka walaupun mengikuti ujian maka jawaban yang dikirim dianggap tidak sah. Siswa tersebut harus mengikuti ujian susulan. Saya agak kaget mendengarnya. Istilahnya online namun siswa harus tetap hadir dan mengerjakannya di sekolah. Bahkan siswa yang sakit sekalipun tidak boleh mengerjakan dari rumah dan disarankan mengikuti ujian susulan saja ketika sudah mulai sehat.
Sebagai seorang guru yang diberi amanah menjadi pengawas Ibnu lebih menyukai ujian dengan kertas atau pena (offline). Karena bagi dia lebih mudah memantau siswa yang mengerjakan ujian offline. Mengapa seperti itu? Bagi dia ujian yang bersifat online sudah berkurang nilai kesakralannya, kesuciaanya. Kalau bahasa bang Yayan Ruhiyan di film The Raid, Kurang Greget. Karena siswa merasa ujian online lebih mudah. Karena proses mengerjakannya cukup memilih jawaban yang tersedia saja tanpa harus bingung ketika tidak bisa menjawab.
Perlu diketahui ujian online memang menggunakan sistem multiple choice. Setiap soal ada beberapa jawaban yang dapat dipilih. Sehingga tidak akan terjadi soal yang tidak terjawab. Ujian online juga tidak terdapat soal isian maupun uraian. Sehingga tentu akan lebih mudah dalam memilih jawaban. Karena tidak harus menulis manual sehingga banyak siswa yang tidak membawa pena maupun pensil. Karena semuanya sudah diwakili oleh keberadaan smartphone. Bahkan untuk ujian yang paling horror sekalipun yakni matematika sekalipun mayoritas siswa tidak membawa pena, pensil, dan kertas kosong untuk menghitung. Sistem online menjadikan ujian Matematika tidak segarang dulu lagi. Ujian Matematika setara ujian mapel lainnya yang tidak membutuhkan banyak berhitung.
Ibnu juga menambahkan bahwasanya lebih sulit memantau kejujuran siswa dalam ujian online. Sebagai perbadingan saja saat ujian offline hal yang dilakukan siswa sebatas bertanya kepada teman, mencontek menggunakan buku, atau tidur. Tentu hal-hal tadi adalah hal yang dapat dideteksi dengan mudah. Sehingga menanggulanginya juga mudah. Siswa lebih mudah diminimalisasi dalam melakukan kecurangan. Bandingkan dengan ujian online dimana sangat sulit memantau apa yang dilakukan dengan smartphone atau smartphone mereka.
Ibnu menjelaskan bahwasanya suatu fenomena yang tidak bisa dipungkiri adalah saat ujian online siswa tampak lebih cepat selesai daripada ujian offline.  Tidak terkecuali itu soal Matematika. Sebuah soal yang diberi alokasi waktu pengerjaan hingga 2 jam, mampu mereka selesaikan hanya dalam waktu setengah jam. Bahkan mungkin lebih cepat dari itu. Matematika saja yang notabene merupakan pelajaran yang dinilai paling membutuhkan usaha untuk menjawabnya ketika dikerjakan dengan online ternyata menjadi tidak lebih sulit dari soal-soal lainnya. Bahkan dalam mengerjakan soal yang dipenuhi hitungan tersebut segenap siswa tidak membutuhkan kertas coret-coretan sama sekali. Lha bagaimana mau coret-coret? Pena saja digilir pemakaiannya satu kelas.
Tumblr media
Siswa-siswa Tampak Serius Menatap Layar Smartphone
Kemudian apa yang dilakukan setelah mengerjakan soal dimana durasi waktunya masih sangat panjang? Tentu saja siswa-siswa “memanfaatkan” smartphone yang ada dengan sebaik-baiknya. Ada yang membuka Youtube Instagram, Tiktok dan lain-lain. Tidak sedikit pula yang bermusyawarah di group atau saling berdiskusi jawaban yang benar dari sebuah soal. Tidak jarang ketika mereka juga melakukan transaksi jawaban di group dengan memfoto secara utuh jawaban-jawaban atas soal yang mereka kerjakan. Inilah yang disebut Ibnu dengan hal-hal yang susah dipantau dan dikontrol. Tentu tidak mungkin ketika seorang pengawas harus memantau satu persatu smartphone tiap siswa selama dua jam penuh.
Melalui penuturan teman saya tersebut saya mencoba beropini bahwasanya penyelenggaraan ujian berbasis online memang ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan pertama adalah ujian online lebih hemat dan efisien. Harus diakui ini fakta. Ujian online menjadikan sekolah tidak harus repot-repot untuk mengcopy kertas soal dan lembar jawaban yang begitu banyak untuk mengakomodasi kebutuhan siswa-siswinya. Dengan ujian online penghematan dalam penggunaan kertas dapat ditekan hingga mencapai hampir 100% kecuali untuk lembar kehadiran atau absen peserta ujian. Apalagi ketika pemanasan global semakin nyata tentu penghematan kertas dapat menjadikan pohon-pohon lebih panjang umurnya.
Kedua,ujian online juga lebih efisien dalam hal penilaian atau koreksi soal. Segenap guru tidak lagi harus repot mengoreksi jawaban dari banyak siswa. Karena ketika mengerjakan ujian secara daring maka tidak butuh lama nilai akan keluar dengan sendirinya. Karena memang sudah diatur seperti itu. Karena ketika siswa sedang mengerjakan maka saat itu pula proses koreksi terhadap jawaban yang benar dan salah sudah berjalan secara otomatis. Segenap guru tidak lagi dibebani untuk menghitung jawaban yang salah dan benar untuk kemudian diolah menjadi nilai. Karena ketika ujian sudah selesai maka nilai ujian tersebut juga sudah terpampang jelas.
Ketiga, ujian online juga adalah sebuah langkah besar dalam menyongsong kecanggihan dunia digital dimana semakin massif perkembangannya. Segenap siswa mulai diperkenalkan dengan dunia digital yang tidak hanya tentang sosial media namun juga hal yang bermanfaat bagi kehidupan mereka kelak. Ternyata smartphone bukan sekedar sarana penghilang penat diakhir pekan atau liburan. Namun juga sebagai sarana evaluasi diri mereka sendiri selama proses pembelajaran. Tentu ini adalah langkah awal agar mereka tidak mengalami gegar budaya digital dalam dunia akademik nantinya.
Keempat, ujian online dengan menggunakan smartphone juga merupakan sebuah awal untuk mengajari segenap siswa bertanggung jawab, jujur, dan tidak curang ketika pelaksanaan ujian. Fakta yang tidak dapat dipungkiri adalah smartphone saat ini sudah dibekali aplikasi dan kemampuan yang lebih dari cukup untuk “membantu” siswa-siswa mengerjakan soal dan menemukan jawaban. Contoh saja ketika ujian Matematika yang mayoritas siswa tidak membawa coretan. Karena mereka yakin smartphone dapat menggantikan semua alat tulis dan membantu otak lebih cepat menemukan jawaban dalam soal hitung-menghitung.
Ibnu pernah mendapati smartphone beberapa siswa yang sengaja menyalakan mode translator agar ketika mengerjakan ujian bahasa asing baik itu Bahasa Inggris, Arab, dan Indonesia maka secara otomatis semua soal akan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Tentu bagi mereka akan lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal bahasa asing tersebut karena sudah berubah menjadi bahasa ibu mereka. Dengan fenomena tersebut tentu kejujuran siswa akan diuji, apakah mereka jujur mengerjakan soal dengan kecurangan-kecurangan tadi atau mereka mampu tetap jujur, tanggungjawab dalam mengerjakan setiap soal. Ujian online dapat menjadi latihan memperkuat kejujuran dan tingkat kesucian niat mereka.
Ketika sudah gamblang memamparkan hal-hal yang positif dari ujian online maka tidak adil  bila tidak disajikan kekurangan atau minus dari ujian online. Kekurangan ujian online yang pertama adalah, merosotnya kesakralan ujian itu sendiri. Fakta yang cukup mencengangkan adalah tes, ujian atau sejenisnya akhir-akhir ini memang tampak mulai luntur nilai kesakrakalannya. Tentu berbeda dengan sekitar sepuluh tahun yang lalu dimana ketika sudah memasuki masa-masa ujian siswa-siswa sekolah seolah berusaha membatasi kegiatan dan fokus untuk belajar agar mendapat nilai yang memuaskan.
Ternyata semakin majunya dunia digital dan dunia teknologi juga semakin membuat nilai sakral dari sebuah ujian mulai memudar. Lebih-lebih saat ujian juga menggunakan digital dimana siswa tidak lagi perlu repot-repot membawa alat tulis untuk mengikuti ujian. Karena semuanya sudah terwakili dalam sebuah smartphone. Contoh paling kentara adalah ujian Matematika. Sudah barang tentu ujian yang berbasis angka dan hitung-hitungan ini memerlukan kertas coretan untuk mengerjakan sebuah soal. Namun tampaknya seperti yang dituturkan Ibnu hal seperti itu sudah jarang terlihat. Bahkan Ibnu mengatakan ada yang mencoba menghitung hanya dengan menggerak-nggerakan tangannya di meja seolah-olah sedang menghitung.
Kedua, siswa dapat dengan bebas membuka sosial media tanpa ketahuan guru. Sebagaimana diceritakan Ibnu bahwasanya ketika mengikuti ujian online segenap siswa menjadi sangat cepat dalam mengerjakan soal. Sebuah soal yang durasi mengerjakannya hingga dua jam, dapat dikerjakan hanya dalam tempo waktu 30 menit bahkan kadang lebih cepat. Kemudian apa yang dilakukan setelah mengerjakan? Tentu jawaban dapat ditebak. Segenap siswa mulai menunggu waktu habis dengan membuka sosial media yang mereka punyai. Mulai dari Instagram, Facebook, Tiktok, Youtube, Snack Video bahkan mungkin Friendster. Bahkan ada pula yang berkomunikasi dengan teman dalam group WA. Sedangkan guru tidak bisa mengawasi dan mengontrol apa yang mereka lakukan. Karena untuk mengawasi apa yang dilakukan siswa satu kelas dengan smartphone mereka masing-masing secara terus menerus adalah hal yang berat dilakukan oleh seorang guru.
Ketiga, peluang menggunakan smartphone dengan tidak bijak makin besar. Ujian online yang menggunakan smartphone menjadikan segenap siswa memiliki akses yang cukup lama dalam menggunakan handphone mereka. Berbeda ceritanya saat kegiatan belajar mengajar dimana akses terhadap smartphone dibatasi. Akses yang lama menjadikan mereka cenderung mengerjakan hal-hal yang tidak semestinya. Ibnu pernah menemukan di smartphone salah satu siswa terdapat foto pengawas yang sedang tidur, mengobrol atau lainnya. Kemudian foto tersebut dimasukkan group mereka dengan komentar yang terkadang kurang arif.
Keempat, menjadikan siswa malas berfikir. Mayoritas pertanyaan dalam ujian online adalah multiple choice. Siswa ketika menjawab tinggal memilih dari beberapa plihan yang ditawarkan. Sistem ini menjadikan siswa dimungkinkan dapat menjawab semua soal walaupun ada beberapa pertanyaan yang tidak mereka ketahui jawabannya. Sudah barang tentu hal tersebut menjadi kemudahan bagi segenap siswa. Lebih-lebih ketika menggunakan smartphone tentu akan jauh lebih mudah karena cukup dengan mengklik jawaban yang dipilih.
Ibnu menjelaskan bahwasanya ujian online memang menggunakan pilihan ganda. Karena dengan begitu lebih mudah dalam hal penilaian. Karena ketika mengklik jawaban yang benar maka secara otomatis nilai akan bertambah. Ini berbeda dengan soal isian atau uraian. Sebenarnya ujian online bisa mengunakan model soal isian atau uraian. Namun proses penilaian akan jauh lebih rumit. Karena jawaban baru dinilai benar ketika jawaban yang ditulis atau diketik oleh siswa benar-benar mirip 100% dengan jawaban yang dimasukkan ke dalam sistem. Diksi, susunan kalimat pun harus benar-benar mirip. Maka plihan ganda dipilih karena tidak terlalu rumit dan lebih mudah untuk mengkoreksi jawaban yang dipilih oleh siswa.
Kesimpulannya adalah ujian baik itu online maupun offline mempunyai kelebihan dan kekurangan masing. Tinggal bagaimana kekurangan yang ada dievaluasi untuk kemudian dilengkapi agar proses ke depannya lebih baik. Namun hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kecanggihan dunia digital mau tidak mau menjadikan pendidikan perlahan merubah sistemnya. Yang awal offline menjadi online, manual menjadi otomatis, tulis tangan menjadi ketikan, menyilang jawaban menjadi mengklik jawaban. Selanjutnya yang harus dipersiapkan adalah kesiapan SDM yang ada di dalamnya, baik itu guru, murid dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Karakter tiap individu juga harus disiapkan. Jangan hanya karena digital, semua serba cepat menjadikan otak menjadi malas berfikir dan ketergantungan terhadap smartphone.
1 note ¡ View note
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
SEPEDA MOTOR (Antara Hidup dan Gaya Hidup
Tumblr media
Sekitar seminggu yang lalu saya selesai melakukan ritual khusus. Ritual yang sudah menjadi agenda rutin ketika kuda besi peliharaan sudah merengek minta perbaikan. Bagi pengguna kuda besi yang taat dan patuh pasti paham apa yang saya maksud. Ritual tersebut adalah servis rutin kuda besi yang mulai lelah. Seperti biasanya saya membawa kuda besi matic tersebut ke tempat servis resmi. Betul servis resmi. Karena titah dari empunya sang kuda besi berwarna hitam glowing harus dibawa ke servis resminya. Bukan di bengkel sembarangan di pinggir jalan. Kalau melawan atau melanggar titah tersebut saya takut kuwalat.
Seperti biasa bengkel sudah ramai walau belum begitu banyak motor yang antri. Karena ternyata yang membuat ramai bengkel resmi tersebut bukan hanya pelanggan namun pekerja yang lumayan banyak. Apalagi ketambahan anak SMK yang lagi magang. Pemandangan yang menarik adalah mayoritas yang antri adalah kuda besi yang tidak punya gigi alias matic. Bahkan hampir semunya adalah tipe-tipe kuda besi yang masih berumur muda. Hal tersebut tampak dari bodi masih kinclong hingga bisa untuk bercermin dan berdandan. Ban yang masih tebal menghitam menjadi tanda bahwa ban tersebut jarang mengaspal hingga tidak tampak dekil berdebu.
Sebelum saya melanjutkan tulisan ini. Sebenarnya ada hal menarik dan mengganggu , mengusik hati ketika mengantarkan servis kuda besi dari dulu sampai sekarang. Belum juga menemukan jawabannya. Hal aneh nan menarik tersebut adalah mengapa karyawan di bengkel resmi tersebut memakai seragam atau baju kerja berwarna putih. Padahal mereka kerja di bengkel yang akrab dengan debu, oli bekas, polusi, dan lainnya. Apakah mereka mempunyai deterjen yang super ampuh yang bisa meraibkan kotoran yang menempel di baju putih hanya dalam hitungan detik. Apakah hanya dengan merendamnya dengan deterjen tersebut kotoran langsung menguap seketika?. Atau mereka mempunyai sikat super sakti yang dapat mengandaskan kotoran sekali sikat.
Apa dampak psikologis dari pemakaian baju putih bagi motor yang diservis dan pemilik motor tersebut. Kalau dokter berbaju putih memang ada maksudnya. Yaitu agar menimbulkan efek tenang bagi segenap pasiennya. Warna putih juga menunjukkan kemurnian dan kommitmen yang dipegang oleh dokter tersebut. Kemudian apa alasan pekerja bengkel memakai baju putih? Apakah baju putih menjadikan motor lebih cepat selesai dikerjakan? Apakah baju putih menjadikan pelanggan akan datang kembali? Sedangkan kasir yang bekerja di depan meja pendaftaran justru memakai baju merah kalau tidak salah. Kenapa tidak tukar seragam saja mereka?
Balik lagi ke pembahasan tentang kuda besi matic. Kuda besi matic beberapa tahun berakhir memang sangat masif ekspansinya. Kepopulerannya menggusur bebek manual yang sudah dahulu ada dan merajai era sebelumnya. Padahal dulu motor matic dibuat pertama untuk kalangan kaum hawa. Bahkan laki-laki yang pake matic sekalian saja diminta pake lipstic. Kalau sedang berkendara di jalan, berhenti di lampu merah, ngantri di SPBU, ditilang polisi, hingga ban bocor di jalan pasti yang banyak mendominasi adalah kuda besi matic. Persaingan motor matic juga sangat sengit antar pabrikan satu dengan lainnya. Mereka seolah ingin menghadirkan tunggangan yang bagus, nyaman dan kekinian. Sehingga pasar dan konsumen selalu melirik barang dagangan mereka.
Padahal kalau dipikir dalam-dalam setiap motor yang dikeluarkan tidak berbeda jauh dari pendahulunya. Paling yang ditambah hanya warna, stripping, fitur-fitur baru, fitur keselamatan. Sudah itu saja. Apabila dilihat dari dapur pacu juga tidak jauh-jauh banget. Sebenarnya essensi adanya kendaraan bermotor adalah bagaimana mempermudah mobilisasi manusia dan barang mereka dari satu titik ke titik yang mereka tuju. Namun semakin kesini fungsi motor tidak lagi sebagai alat transportasi namun juga gengsi dan simbol eksistensi diri. Hampir semua pabrikan rajin membuat inovasi dan memproduksi motor baru. Dan hampir selalu laku. Lebih-lebih pabrikan besar.
Mengapa laku? Tentu jawabnya karena gengsi dan ego untuk unjuk gigi tidak akan pernah mati. Pada dasarnya manusia adalah mahluk yang dianugerahi otak/akal dan nafsu. Namun pada kenyataannya dalam membeli sesuatu pertimbangan otak acapkali dikalahkan oleh kuatnya dorongan nafsu. Sebenarnya otak masih dapat membendung nafsu untuk tidak menguasai manusia lebih jauh. Namun seringkali otak tidak berdaya ketika nafsu yang berasal dari diri manusia sendiri mendapat dukungan dari sekitarnya. Baik itu keadaan sekitar maupun bujukan dari orang lain. Hal yang terakhir inilah yang seringkali menjadikan nafsu akan sesuatu tidak dapat dikontrol.
Nafsu yang menggebu menjadikan seseorang membeli sesuatu karena keinginan bukan kebutuhan. Kalau sudah seperti ini yang lebih berperan adalah gengsi dan gaya hidup. Walau bukan hal yang essensial namun terkadang akan lebih diprioritaskan daripada yang prioritas. Memang pada akhirnya kebutuhan akan dikalahkan keinginan. Bahkan untuk memenuhi keinginan seseorang dapat melakukan berbagai hal. Mengganti motor dengan yang baru tentu adalah sesuatu keinginan. Karena seringnya motor yang lama masih bisa dipakai dan berfungsi baik. Walaupun memang ada pabrikan sepeda motor yang menyarankan setelah lima tahun pemakaian untuk mengganti motor dengan yang baru. Alasannya adalah karena kinerja mesin yang sudah menurun. Karena garansi mesin yang diberikan hanya lima tahun.
Kemudian bagaiamana seseorang bisa mempunyai keinginan untuk mengganti motor padahal motor lama masih bagus? Sebab pertama bisa dikatakan karena tergoda iklan dari motor itu sendiri. Era sosial media seperti ini iklan tidak hanya terbatas pada baliho, brosur, maupun banner yang ada dijalan. Model iklan seperti itu bisa dikatakan sudah jadul. Karena tentunya tidak semua orang dapat melihatnya. Namun di kala internet demikian masif iklan sudah mulai menggunakan sosial media yang tentu lebih murah namun lebih jitu menyasar konsumen. Facebook, Youtube, Instagram bahkan Tiktok adalah sebuah alat yang digunakan masyarakat sekarang ini. Bahkan tiap detik orang pasti mengakses sosial-sosial media tersebut. Bangun tidur hingga tidur kembali sosial media adalah sesuatu yang selalu wajib untuk dilihat.
Ada yang membukanya untuk mencari informasi, mencari tips, sekedar scroll agar tidak gabut maupun untuk kepentingan bisnis lainnya. Peran Influencer juga tidak bisa dinafikan sebagai alat promosi. Kontrak kerjasama pun dilakukan oleh pabrikan sepeda motor agar produk-produk mereka dapat wira-wiri di sosial media dan kemudian mendapat banyak like dan view. Makanya tidak jarang banyak produk yang belum launcing sekalipun, seorang Influencer sudah dapat memperkirakan dan memberi ulasan sepeda motor apa yang akan keluar. Pabrikan motor dapat sarana promosi sedangkan influencer dapat bahan untuk konten di sosial media.
Kedua adalah karena “dorongan” dari lingkungan sekitar. Seringkali seseorang ingin membeli motor baru karena tidak mau kalah dengan teman, kerabat dan tetangga. Yang terakhir inilah yang sangat besar peranannya. Khususnya kalangan masyarakat Indonesia. Karena tetangga beli motor baru maka rasanya tidak afdhol kalau tidak beli juga. Apalagi kalau sudah sering kumpul-kumpul bareng. Tentunya rasa tidak ingin kalah serasa menggebu kalau melihat tetangga membeli motor baru. Tidak mau kalah saing pokoknya. Sekalipun harus membeli motor secara cicilan. Lebih-lebih ketika tetangga sudah melancarkan omongan-omongan yang dapat membakar semangat dan nafsu untuk membeli motor baru. Sudah barang tentu segala hal akan dilakukan agar tidak kalah dengan apa yang dimiliki oleh tetangga. Ditambah lagi apabila tingkat ekonomi tetangga jauh lebih tidak mampu daripada orang tersebut.
Kemudian yang ketiga adalah untuk eksistensi dan gaya hidup. Ada yang bilang uang berapapun cukup untuk hidup, namu uang sebanyak apapun tidak akan cukup untuk gaya hidup. Semakin majunya zaman menjadikan semakin tinggi pula gaya hidup seseorang. Lebih-lebih ketika era sosial media menjadi sangat gencar. Hampir semua pengguna sosial media ingin esksis di dunia maya baik itu melalu Whats App, Youtube, Instagram hingga Tiktok. Hampir setiap orang seolah-olah ingin apa yang dilakukannya selalu menjadi sorotan. kemudian apa tujuannya, tentu agar mendapat jempol, like, dan perhatian. Kemudian setelah itu akan dianggap orang yang eksis, gaya, dan berkecukupan.
Kendaraan pribadi baik itu mobil maupun sepeda motor dapat menjadi simbol sosial seseorang di sosial media mereka. Kerap kali hal tersebut dijadikan bahan untuk mengisi sosial media mereka. Hemat saya hampir semua orang yang mempunyai sosial media adalah konten creator. Setidaknya untuk dinikmati mereka sendiri. Konten yang dibuat pun adalah hal-hal yang berasal dari diri mereka sendiri. Baik itu barang-barang, pakaian, gadget hingga transportasi. Apabila sepeda motor atau kendaraan yang dimiliki jadul, kuno, atau usang sudah pasti tidak akan menjadi konten yang baik dan menarik untuk dilihat. Akibatnya akan diremehkan karena dianggap tidak punya, tidak mampu dan kekinian.
Motor memang saat ini seolah menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang. Apakah hal itu salah? Tentu tidak. Karena sejatinya keberadaan sepeda motor memang membantu dalam mobilitas banyak orang. Namun yang menjadi masalah adalah ketika fungsinya yang awalnya essensial semakin lama berubah menjadi simbol sosial di masyarakat dan di media sosial. Akibatnya membeli motor tidak lagi menjadi kebutuhan namun berubah menjadi keinginan yang harus selalu berganti seiring lahirnya motor-motor baru. Keberadaan motor tidak lagi untuk mempermudah hidup namun untuk gaya hidup. Motor yang paling sederhana bahkan kuno sekalipun sudah cukup untuk hidup. Namun berapapun motor tidak akan pernah cukup untuk gaya hidup.
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
Menunggu (Khataman) Ikatan Cinta. (Part 4)
Tumblr media
Apakah anda termasuk penggemar sinetron Ikatan Cinta? Apakah istri atau ibu anda penggemar Ikatan Cinta garis keras? Sinetron Ikatan Cinta memang masih mendapat tempat di hati segenap ibu-ibu dan emak-emak di negara Indonesia. Namun sampai kapan sinetron tersebut akan tetap eksis dan bertahan? Yang bisa menjawab pertanyaan tersebut tentu adalah segenap crew dari sinteron tersebut. Namun mungkin saja crew film Ikatan Cinta terutama penulis cerita sedang mengalami kebingungan dan stress yang lumayan berat. Karena sedang galau konflik apa lagi yang harus dihadirkan di tengah cerita agar sinteron tersebut tetap mendapat attensi dari masyarakat.
Pada awalnya sinetron tersebut mengudara dengan konflik antara Andien dan Elsa dimana Andien menjadi pesakitan karena dituduh membunuh Roy. Padahal pembunuh sebenarnya adalah Elsa. Elsa pada akhirnya sudah mendapat ganjarannya. Kemudian konflik berganti dengan identitas Reyna yang belum jelas. Sebenarnya Reyna tersebut anak biologis siapa. Singkat cerita akhirnya diketahui apabila Reyna adalah anak kandung Nino yang pernah ditelantarkan sejak lama. Kemudian konflik apalagi yang diketengahkan? Bahkan saya pernah membahas konflik-konflik tentang Ikatan Cinta sampai tiga bagian.
Konflik muncul lagi ketika Nino mengalami kebutaan karena menyelamatkan Reyna dalam sebuah pesta pernikahan. Penonton disajikan penderitaan Nino yang harus sedih karena tahu kalau Reyna adalah anaknya ketika keadaan tidak melihat. Sehingga suasana sedih sangat terpancar dalan raut wajah Nino. Sangat nelangsa kehidupan lelaki tersebut. Bahkan dalam keadaan masih di rumah sakit Nino harus menandatangani surat perjanjian dengan Aldebaran untuk tidak mengatakan kepada Reyna bahwa dia adalah ayah kandungnya. Namun akhirnya Nino bisa melihat dan dapat mendekap Reyna walau dengan suasana yang penuh rahasia.
Prahara kebutaan Nino usai, konflik berganti dengan rentetan teror yang menimpa keluarga Al-Fahri. Bahkan teror tersebut menimpa seluruh keluarga Al-Fahri mulai dari mama Rosa, Aldebaran, Andien hingga Reyna. Untuk konflik ini lumayan rumit. Karena melibatkan banyak pihak dan banyak juga mengungkap fakta-fakta dari masa lalu yang sebelumnya tersembunyi. Bahkan dihadirkan pula karakter baru yang berasal dari masa lalu Andien dan keluarga Al-Fahri. Karakter tersebut adalah Om Irvan yang tidak lain adalah satu-satunya keluarga Andien yang tersisa. Irvan adalah adik dari Sofia yang merupakan ibu kandung Andien.
Bahkan karakter baru juga dihadirkan untuk tokoh om Irvan. Bukannya mendandani pemeran om Irvan muda agar tampak lebih tua. Sosok untuk pemerannya juga bukan orang sembarangan yakni seorang Oka Antara. Oka Antara sendiri bukan sosok asing dalam dunia perfilman Indonesia. Sudah banyak film yang dibintangi aktor berwibawa tersebut. Mulai dari drama, cinta hingga laga. Harus saya akui pemilihan Oka Antara sebagai sosok pemeran Om Irvan adalah langkah tepat. Karena perhatian penonton sangat tersedot pastinya. Karisma dari Oka Antara juga sanggup menjadi lawan sepadan untuk aura ketampanan seorang Arya Saloka. Om Irvan digambarkan sebagai sosok yang kaya, dewasa, tenang namun mempunyai banyak rahasia.
Kehadiran sosok Om Irvan dalam Ikatan Cinta adalah pemicu konflik baru yang dihadirkan. Setelah konflik identitas Reyna sudah klimaks. Apalagi kala itu kehadiran Om Irvan bebarengan dengan rentetan teror yang menimpa keluarga Al-Fahri. Sebenarnya bagi penonton yang jeli sudh kelihatan bahwa om Irvan ada kaitannya dengan teror keluarga Al-Fahri. Pada akhirnya terungkaplah kalau dalang dari teror adalah Om Irvan. Namun Om Irvan tidak mau mengotori tangannya sendiri. Om Irvan meminta orang kepercayaannya yakni Iqbal untuk meneror keluarga Al-Fahri. Bahkan Iqbal juga rela masuk penjara untuk mendukung rencana Om Irvan.
Teror yang dilakukan Om Irvan disebabkan kematian Sofia karena kecelakaan mobil. Ternyata yang menabrak mobil yang ditumpangi Sofia dan Om Irvan adalah Hartawan Al-Fahri. Sejak itu Om Irvan sudah bertekad untuk membalas dendam kepada Hartawan dengan caranya sendiri. Bahkan bantuan uang dari Hartawan kepada Om Irvan sebagai bentuk permohonan maaf ternyata ditolak olehnya. Kemudian dendam itu semakin membuncah ketika Jessica anak Om Irvan pernah akan diperkosa oleh seseorang yang mengaku disuruh oleh Rosa yang merupakan istri Hartawan Al-Fahri.
Bahkan Rosa sempat dibawa ke pengadilan hingga “diinapkan” di hotel prodeo oleh Om Irvan. Walaupun pada akhirnya dibebaskan kembali oleh Om Irvan. Namun ternyata hal tersebut hanya tipu daya Om Irvan untuk hal yang lebih besar. Yakni ingin mengadili Rosa al-Fahri denga caranya sendiri. Namun pada akhirnya kebenaran terungkap. Karena sesungguhnya selama ini Rosa al-Fahri tidak ada kaitannya dengan pemerkosaan yang menimpa Jessica.Rosa hanya dijadikan kambing hitam oleh orang lain. Karena ternyata yang memperkosa Jessica hingga mengalami gangguan mental adalah Iqbal yang tidak lain adalah orang kepercayaan Om Irvan Sendiri.
Selanjutnya setelah mengetahui kebenarannya Om Irvan sadar dan menyelamatkan Rosa al-Fahri dari kebakaran sebuah. Padahal yang membakar rumah tersebut adalah Om Irvan sendiri. Namun mujur tidak dapat diraih malang tidak dapat ditolak. Karena saat menyelamatkan Rosa Om Irvan justru harus terkena imbasnya karena tertimpa kayu yang terbakar. Sehingga harus dibawa ke rumah sakit dan meregang nyawa di atas kasur rumah sakit. Banyak yang bersedih kala itu. Mulai dari Jessica, Andien, Aldebaran, Rosa al-Fahri. Termasuk Istri saya juga ikut sedih walaupun hanya dapat melalui layar kaca. Saya juga curiga kalau istri saya mengirim surat al-Fatihah untuk Om Irvan.
Pertanyaan selanjutnya adalah Konflik apa lagi apa yang akan dihadirkan dalam sinetron andalan RCTI tersebut? Karena apabila konflik yang dihadirkan tidak cukup kuat, rapi dan menyentuh penonton tentu menjadikan rating sinetron menjadi jeblok. Menjadikan tampang pemeran yang ganteng dan cantik bukanlah langkah yang tepat untuk mempertahankan sebuah rating sinetron. Karena harus diakui konflik dalam sinetron adalah kekuatan utama untuk mengaduk-ngaduk emosi penonton sehingga mereka mau menonton lagi.
Sebagai informasi per 9 Februari rating Ikatan Cinta masih menduduki posisi puncak sebagai program dengan rating paling top. Sedangkan pada posisi ke dua dan ketiga disusul Amanah Wali dan Layangan Putus yang baru tayang. Tentu mempertahankan posisi lebih susah dari merebutnya. Mempertahankan eksistensi sebuah program televisi memang bukan hal yang mudah. Apalagi sinetron diperlukan banyak usaha dan pikiran agar tetap diminati. Selain itu persaingan antar sinetron memang sengit. Tentu stasiun TV yang lain berlomba-lomba untuk menyajikan sinetron yang lebih menghibur dengan konflik yang lebih mengaduk-aduk emosi.
Hemat saya konflik Ikatan Cinta yang benar-benar menarik adalah teror yang menimpa keluarga Al-Fahri. Bahkan saking menariknya, saya sebagai orang yang tidak suka sinetron tergoda untuk menontonnya. Saya ibarat menyaksikan rentetan misteri yang menjadikan jiwa detektif saya meron-ronta. Namun pasca meninggalnya Om Irvan tampaknya sinetron Ikatan Cinta masih belum mempunyai konflik utama untuk dijadikan daya tarik. Konflik-konflik kecil sejauh ini yang baru terlihat. Cenderung dipaksakan pula. Misal konflik yang terjadi dalam rumah tangga Elsa dan Nino yang berusaha membangun rumah tangga mereka kembali dari awal. Nino sudah berusaha menerima Elsa sebagai istri dan ibu dari Keisa. Namun sejatinya Nino masih mempunyai sesuatu yang mengusik. Yaitu apakah Keisa benar-benar anak kandungnya atau anak dari Ricky yang merupakan laki-laki yang sangat sayang kepada Elsa.
Konflik remeh juga diperlihatkan dengan persiapan pernikahan Rendy dan Katherine. Mereka selalu mengalami hambatan ketika akan mengadakan foto pernikahan. Hambatan seolah datang bertubi-tubi. Mulai dari kediaman fotografer yang kebanjiran, peralatan rusak, hingga tidak berani mencari fotografer yang lain. Sebagai pengamat sinetron saya juga ikut bingung. Kalau tahu fotografer kebanjiran kenapa mereka tidak pakai jasa fotografer yang lain saja. Toh banyak fotografer yang nganggur dan rumahnya tidak kebanjiran. Apalagi masih keadaan pandemi seperti ini. Lagipula Rendy dan Katherine mempunyai karir yang cemerlang di perusahaan masing-masing. Tentu keadaan finansial yang sangat kuat. Atau bisa juga tidak usah memakai foto preweding sehingga langsung saja akad nikah. Tentu akan lebih cepat, tidak banyak dosa, lebih cepat mendapat pahala, dan tentunya lebih menghemat biaya.
Dari pengakuan istri saya yang merupakan Fans Ikatan Cinta Garis Keras dan hasil observasi sendiri tampaklah bahwa konflik yang sekarang dihadirkan dalam Ikatan Cinta belum begitu kuat. Konflik saat ini adalah ketika Andien masuk rumah sakit karena tensi darahnya yang tinggi. Belum jelas apa penyakit Andien. Namun hal sedikit saja yang membuat pikiran Andien tidak tenang maka tensi darahnya otomatis akan meningkat dengan sendirinya. Hal itu terjadi ketika Reyna mengalami kecelakaan. Tentu dapat ditebak bagaimana kelanjutannya. Tensi darah Andien naik drastis. Lebih-lebih sekarang Reyna hilang dan belum ditemukan.
Tampaknya hilangnya Reyna adalah konflik yang saat ini sedang dijadikan konflik utama dalam Ikatan Cinta. Konflik yang diharapkan dapat kembali melanjutkan konflik-konflik sebelumnya yang tentu saja dapat menjadikan Ikatan Cinta selalu jadi perhatian. Tentu saja didampingi dengan konflik-konflik receh seperti kesulitan-kesulitan dalam persiapan pernikahan Rendy dan Katherine hingga Elsa yang sedang di rumah sakit karena jatuh dari panggung ketika acara di penjara. Sosok Reyna kembali dijadikan bahan untuk tetap menjadi perhatian. Kasihan anak kecil tersebut. Ketika kecil pernah tinggal di panti asuhan karena ibunya sedang berada di penjara.
Terkadang saya kasihan sama Reyna anak sekecil itu sudah menjadi tulang punggung untuk mendongkrak rating sintetron Ikatan Cinta. Kehidupan Reyna selalu dijadikan sorotan. Dulu identitasnya menjadi sorotan. Sekarang anak manis tersebut dibuat “hilang” dari sinetron agar rating sinetron tetap tinggi. Dari lubuk hati terdalam saya hanya dapat berdoa agar Reyna cepat ditemukan sehingga dapat kembali bersama Andien dan Al. Andien juga semakin pulih dan tidak naik lagi tensi darahnya. Keluarga mereka bahagia dan semakin lengkap dengan kehadiran adeknya Reyna. Kemudian sinetron tersebut Tamat dan tidak berlanjut lagi. Sehingga saya bisa tenang menonton sepakbola lagi seperti ketika belum mempunyai istri. Amien
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
Crazy Rich dan Sultan. Impian atau Pilihan?
Tumblr media
Pernah mendengar istilah Crazy Rich? Sultan? Era sosial media yang semakin nggak ketulungan seperti saat ini, istilah Crazy Rich dan Sultan seolah tidak berhenti mencuri perhatian. Seringkali gelar-gelar yang saat ini viral tersebut bersliweran di berbagai platform media sosial. Mulai dari Instagram, Youtube, hingga Tiktok. Televisi sebagai media mainstream yang lebih dahulu lahir juga tidak kalah gesit untuk selalu mengabarkan tindak tanduk Crazy Rich dan Sultan-Sultan tersebut melalui program-program acara mereka yang saking seringnya justru terlihat berlebihan.
Kemudian apa arti sebenarnya istilah Crazy Rich tersebut. Awalnya saya menganggap Crazy Rich berasal dari dua kata yakni Crazy dan Rich. Crazy berarti gila dan Rich berarti kaya. Jadi mudahnya orang kaya yang gila. Apakah gila dalam diksi ini adalah gila secara tingkah dan sudah tidak waras? Tentu saja tidak. Gila disini saya menggambarkan sebagai pribadi yang melakukan hal-hal aneh dan kurang wajar dalam pandangan masyarakat umum. Sekali lagi dalam kacamata masyarakat umum. Karena bisa saja “kegilaan” tersebut dianggap wajar-wajar saja bagi sesama kaum Crazy Rich.
Kegilaan yang saya maksud bisa dicontohkan memiliki koleksi mobil mewah yang banyak. Saking banyaknya harus menyewa garasi yang lebih besar hanya untuk menyimpan mobil-mobil tersebut. Walaupun terkadang banyaknya mobil tidak sebanding dengan keterpakaiannya dalam menunjang aktivitas mereka sehari-hari. Mobil hanya sebagai koleksi. Kalau dalam bahasa Mas Wahid hanya sekedar menjadi ratu di garasi. Adapula “kegilaan” dimana dengan mudahnya membeli mobil mahal semudah membeli gorengan di pasar. Pagi hari bisa membeli mobil, siangnya bisa beli lagi. Bahkan malamnya bisa pula membeli lagi. Bahkan pernah viral seorang Crazy Rich yang membeli mobil listrik di toko online hanya karena gabut dan tidak bisa tidur.
Agar tidak terlalu jatuh dalam pemahaman sendiri, saya akhirnya mengetik di google tentang asal muasal istilah Crazy Rich tersebut. Ternyata Crazy Rich sendiri adalah istilah untuk seseorang yang “super kaya”. Istilah Crazy Rich sendiri mulai dikenal sekitar tahun 2013 melalui sebuah buku Crazy Rich Asians. Kemudian istilah Crazy Rich semakin moncer ketika buku Crazy Rich Asians mulai dijadikan film layar lebar pada tahun 2018. Pasca film tersebutlah istilah Crazy Rich semakin menjadi istilah yang sering dipakai dan booming ke berbagai tempat bahkan melanglang buana ke ibu pertiwi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya istilah Crazy Rich Surabaya dan kota-kota besar lainnya.
Kemudian bagaimana dengan Sultan? Istilah Sultan erat kaitannya dengan kerajaan muslim pada zaman dahulu. Sultan adalag gelar dalam dunia muslim yang digunakan untuk merujuk berbagai kedudukan yang beragam dalam sepanjang sejarah penggunaannya. Sehingga istilah Sultan sangat mudah ditemukan pada sejarah kerajaan-kerajaan Muslim baik itu di Jawa atau ditempat lain. Namun seiring berjalannya masa istilah ini mengalami pergeseran makna. Apabila pada zaman dahulu diidentikkan dengan seorang pemimpin yang mempunyai kekuasaan tidak hanya dalam bidang kekuasaan namun juga bidang agama maka sekarang Sultan lebih identik dengan orang yang kaya raya dan hidup mewah. Tampak bagaimana makna Sultah telah mengalami degradasi arti yang siginifikan.
Baik Crazy Rich maupun Sultan adalah dua istilah yang saat ini sangat akrab bagi netizen Indonesia. Terutama bagi mereka yang getol bermain sosial media sembari rebahan santai di rumah. Bahkan dapat saya katakan untuk istilah Sultan adalah khasnya netizen Indonesia. Mungkin di negara lain lebih sering memakai istilah Crazy Rich. Namun untuk Sultan tampaknya hanya ada di Indonesia. Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah kapan seseorang dapat menyandang gelar Crazy Rich atau Sultan? Apakah semua orang kaya dapat disebut sebagai Crazy Rich atau Sultan? Apakah syaratnya cukup kaya saja atau harus ada syarat yang lain?
Saya pertama kali mendengar istilah Crazi Rich bukan dari media sosial namun dari saluran televisi. Tepatnya di sebuah program infotainment. Maklum infotainment adalah sebuah program yang memberikan informasi tentang dunia selebritis, artis dan segala hal yang terkait dengan dunia mereka. Segala hal tentang artis diberitakan. Mulai kisah artis yang pdkte, pacaran, putus, tunangan, nikahan, cerai, rebutan harta gono gini, perselingkuhan hingga menikah lagi. Hal positif juga diberitakan seperti prestasi hingga kontroversi yang berbau negatif. Bahkan berita receh macam seorang artis yang tidak tahu tempat menaruh sapu, tidak bisa mengupas buah Salak juga menjadi bahan berita.
Namun lambat laun infotainment juga melebarkan cakupan berita-berita mereka. Segala macam berita yang unik, viral, atau mengguncang jagat sosial media juga mereka beritakan. Termasuk hal-hal yang tidak “wajar” yang dilakukan oleh segenap Crazy Rich yang ada di Indonesia. Tidak berbeda dengan istilah Sultan yang juga sama temukan penggunaanya dari dunia infotainment yang memang getol sekali mencari berita agar rating tetap tinggi. Melalui Infotainmet saya mengenal Sultan Andara, Sultan Bintaro dan Sultan Sultan yang lain. Tentu saja Sultan-Sultan seperti Sultan Hasanah Bolkiah, Sultan Hamengkubuwono, Sultan Agung, Sultan Ageng Tirtayasa tidak akan ditemukan dalam tayangan infotainment.
Melalui tayangan-tayangan yang ada mengenai Crazy Rich maupun Sultan, infotainment mulai membentuk atau membuat konstruks bagi segenap penonton setia mereka bahwa orang yang dapat disebut Sultan atau Crazy Rich adalah orang seperti tayangan yang mereka sajikan. Kemudian bagaimana sosok Sultan atau Crazy Rich yang hendak disampaikan oleh infotainment tersebut? Sultan atau Crazy Rich adalah mereka yang sangat kaya, super kaya dan tajir melintir. Tidak peduli dari mana kekayaan mereka berasal. Karena terkadang hanya ditampilkan kekayaan yang ada. Apakah cukup hanya kaya saja? Tentu tidak. Selain kaya mereka juga harus gemar atau royal membeli barang-barang branded yang harganya satuannya bisa untuk memberi makan warga satu RT selama 3 bulan lamanya.
Selain barang-barang branded, Crazy Rich atau Sultan adalah mereka yang mempunyai rumah besar, megah, dan mempunyai banyak karyawan. Saking besarnya rumah tersebut sampai sang pemilik tidak tahu dimana barang-barang terkadang diletakkan. Rumah yang besar tersebut juga diisi koleksi mobil-mobil mewah dan Super Car macam, Rolls Royce, Bentley, Ferrari, Lambhorgini, Mini Chopper. Bahkan saking banyaknya mobil yang ada terkadang ada mobil yang jarang atau tidak pernah dipakai untuk mengaspal jalan. Sehingga hanya sebatas menjadi ratu di garasi.
Infotainment juga kerap kali menggambarkan bahwasanya Crazy Rich atau Sultan adalah mereka yang gemar plesiran ke luar negeri sembari memamerkan foto-foto mereka yang estetik. Mereka tidak ketinggalan memakai outfit-outfit yang mahal-mahal yang tentu saja berasal dari brand-brand terkenal. Tidak cukup sampai disitu saja. Koleksi barang-barang mahal juga sudah menjadi sebuah keniscayaan. Mulai dari jam tangah, tas mahal, sepatu mahal dan hal-hal lainnya yang dapat menunjang penampilan mereka. Walaupun terkadang hal-hal tersebut tidak begitu urgent dan jarang dipakai. Sehingga hanya menjadi hiasan etalase rumah mereka masing-masing.
Kemudian barang-barang tersebut juga sering bersliweran di sosial media masing-masing. Mereka kerap membagikan moment-moment dimana mereka “memamerkan” barang-barang mahal mereka. Baik ketika bersama teman sejawat atau rekan satu komunitas. Saling pamer mobil baru, membanggakan koleksi barang mahal sudah menjadi sebuah rutinitas. Rumah Crazy Rich dan Sultan tersebut juga sudah serasa tempat syuting yang selalu siap dijadikan tempat untuk penganmbilan gambar atau sekedar diliput. Rumah mereka serasa produk yang siap direview untuk berbagai program. Bahkan dengan dalih menjadi motivasi dan kesuksesan bagi banyak orang harta mereka kerap kali dijadikan konsumsi publik melalui layar kaca.
Melalui gambaran dan konstruk yang dibentuk oleh infotainment diataslah akhirnya image Crazy Rich dan Sultan mulai tertanam di alam bawah sadar setiap penonton dan pemirsa di seluruh jagat raya. Bahkan konstruk tersebut juga diperkuat dengan berbagai platform media sosial seperti Instagram, Youtube, Tiktok dan lainnya. Akhirnya sosok Crazy Rich dan Sultan hanya dibatasi pada keadaan tertentu yang digambarkan oleh infotainment dan sosial media lainnya. Seperti koleksi barang mahal, gemar plesiran, getol membagikan koleksi di sosial media, sering melakukan hal-hal yang “gila” karena kekayaan mereka hingga mengeluarkan uang milyaran untuk hal-hal yang sepele yang tidak urgent,
Makanya wajar kalau istilah Crazy Rich atau Sultan tidak serta merta dapat dilabelkan kepada pengusaha kaya raya semacam Chairul Tanjung, Sandiaga Uno, Abu Rizal Bakrie, Jusuf Kalla, Yusuf Hamka, dan konglomerat lainnya. Karena mereka memang tidak masuk gambaran sebagaimana yang dijelaskan oleh infotainment. Sangat jarang atau tidak pernah saya mendengar konglomerat diatas memamerkan rumah, kekayaan hingga koleksi mereka. Justru hal yang kerap mereka bagikan adalah kerja keras mereka dan waktu mereka yang sangat terbatas untuk sekedar bermain sosial media. Tidak pernah saya tahu Yusuf Hamka memamerkan koleksi mobil beliau. Justru beliau memamerkan kebiasaan beliau makan di warteg atau beliau yang lebih suka beli celana jeans di daerah Bandung.
Kemudian bagaimana dengan kalangan artis dan selebritis? Apakah banyak yang disebut Crazy Rich dan Sultan? Ternyata tidak semuanya. Hanya beberapa artis yang sudah bergelar Crazy Rich atau Sultan. Kemudian artis-artis tersebut adalah mereka yang kerap kali menunjukkan koleksi barang-barang mewah mereka yang ditunjukkan melalui stasiun televisi maupun sosial media. Padahal tidak semua artis seperti itu. Bahkan banyak yang tetap sederhana, tidak pernah memamerkan barang-barang dan harta mereka. Bahkan jarang sosial media mereka memuat harta, koleksi, hingga kekayaan mereka. Susah juga menemukan informasi dimana mereka menggunakan uang mereka untuk hal-hal yang receh atau kurang penting.
Deddy Corbuzier, Sandra Dewi, Reino Barack, Dian Sastrowardoyo adalah sedikit artis yang sebenarnya tajir melintir namun tidak diberi gelar Crazy Rich atau Sultan. Siapa yang tidak tahu Deddy Corbuzier publik figur yang sekarang justru dikenal sebagai presenter dan influencer papan atas di dunia sosial media. Bahkan ada yang menyebut dia The Godfather of Youtube. Dengan pundi-pundi uang yang dia miliki tidak serta merta menjadikannya digelari Crazy Rich atau Sultan. Mengapa demikian? Mudah menjawabnya karena Deddy Memang tidak “Crazy” yang gemar memperlihatkan apa yang dia miliki lewat sosial media. Ada lagi Sandra Dewi yang diketahui mempunyai jet pribadi. Namun tidak pernah diposting di sosial medianya.
Sederet artis-artis diatas secara fakta di lapangan tidak ada yang menyangkal tentang harta mereka yang melimpah. Namun karena jarang atau tidak pernah menunjukkan barang-barang pribadinya untuk konsumsi publik maka gelar Crazy Rich atau Sultan belum atau tidak mereka sandang. Kediaman mereka juga jarang diiput atau direview untuk mendongkrak rating sebuah acara infotainment. Bahkan walau mereka kaya raya saya tidak tahu menahu apakah mereka mempunyai koleksi mobil pribadi, barang-barang branded atau tidak. Karena memang tidak pernah diberitakan oleh infotainment atau dipamerkan di sosial media. Namun tidak ditunjukkan bukan berarti tidak punya. Karena tidak sedikit orang kaya yang tidak butuh dianggap kaya sehingga butuh memamerkan harta mereka.
Kaya raya adalah impian semua orang. Banyak orang kaya yang gemar menunjukkan harta mereka, mobil mewah mereka agar dianggap kaya. Namun banyak pula yang bersikap tertutup dan diam karena merasa tidak butuh pamer agar diakui orang kaya. Karena pada dasarnya kekayaan yang dimiliki adalah hasil kerja keras sendiri. Sehingga tidak perlu pengakuan orang lain atau publik untuk merasa kaya. Istilah Crazy Rich atau Sultan adalah dua label rekaan yang dibuat oleh media demi menaikkan rating mereka dalam pemberitaan. Tujuannya tentu agar attensi publik terhadap program-program mereka tidak turun. Bahkan bisa pula segenap Crazy Rich atau Sultan yang ada di Indonesia tidak pernah merasa sebagai Crazy Rich atau Sultan. Karena memang kedua istilah tersebut adalah rekaan atau konstruk yang dibuat oleh media.
Menjadi kaya adalah impian semua orang. Namun menjadi Crazy Rich atau Sultan adalah sebuah pilihan yang dapat dipilih semua orang.
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
Mencari "Tauladan" dari (Kasus) Sosok Ferdinand Hutahean
Tumblr media
Belum lama ini kembali terjadi kasus yang menyita seluruh perhatian netizen dan segenap penduduk Indonesia. Kasus yang kesekian kalinya terjadi di negeri ini. Kasus berawal dari seorang mantan kader sebuah partai yang mencuitkan sesuatu di akun twitternya. Tidak disangka tulisan tersebut menjadi masalah yang akhirnya menjadikan beliau bermasalah. Bahkan sampai menjadi tranding topic dan melahirkan sebuah tagar yang mengisyaratkan agar menangkap beliau tersebut.
Mantan kader partai tersebut tidak lain adalah Ferdinand Hutahean. Mantan fungsionaris sebuah partai politik yang sempat digadaya namun sekarang tampak nelangsa. Sebenarnya bagaimana asal muasal kasus tersebut. Singkat cerita Ferdinand Hutahean mengetweet atau menulis pesan di twitternya yang berbunyi:
"Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah, harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, Dialah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela."
Tweet diatas saya dapatkan dari portal berita Liputan 6. Akibat cuitan tersebut Ferdinand Hutahean menjadi sorotan. Sebenarnya cuitan tersebut sudah sempat dihapus oleh Ferdinand. Namun sayangnya sudah di copy oleh seseorang yang kemudian disebarkan lagi bahkan dijadikan barang bukti untuk melaporkannya. Karena cuitan tersebut jagat twitter heboh. Bahkan pada tanggal 5 Januari tagar #TangkapFerdinand menggema di jagat twitter. Akibatnya bisa ditebak, sebuah organisasi pun langsung melaporkan Ferdinand ke polisi dengan dugaan pemberitaan bohong bernada penodaan agama.
Sang pelapor menjadikan tangkapan layar cuitan Ferdinand di twitter sebagai barang bukti. Namun tentu Ferdinand tidak bisa langsung ditangkap begitu saja. Karena hukum mempunyai proses dan mekanisme sendiri. Kemudian polisi sebagai pihak yang menerima laporan juga tidak terburu-buru langsung mengambil tindakan tegas. Namun tentu harus dicermati terlebih dahulu. Lebih-lebih kasus ini adalah kasus yang terjadi di media sosial. Barang buktinya juga berupa tangkapan layar dari twitter. Jadi barang buktinya adalah sebuah gambar dari tulisan.
Untuk memecahkan kasus yang rumit ini polisi juga mengadakan gelar perkara. Setelah gelar perkara polisi memutuskan menaikkan kasus Ferdinand dari penyelidikan menjadi penyidikan. Untuk membantu mengurai benang kusut dalam kasus ini polisi memeriksa 10 saksi dimana terdiri dari lima saksi dan lima saksi lainnya adalah saksi ahli. Dimana saksi ahli yang dihadirkan pun tidak main-main karena berasal dari ahli bahasa, sosiologi, agama, pidana, dan ITE. Akhirnya pada tanggal 10 Januri 2022 setelah pemeriksaan Ferdinand Hutahean ditetapkan menjadi tersangka dan terancam hukuman 10 tahun penjara. Ferdinand dijerat dengan salah satu pasal terkait kebohongan yang membuat keonaran.
Era digital dan sosial media seperti saat ini memang menjadikan banyak orang dapat sesuka hati menuangkan ide serta gagasan mereka. Tidak ada lagi sekat-sekat yang membatasi seseorang untuk merespon sesuatu, meluapkan uneg-unegnya hingga melayangkan kritik terbuka. Tentu berbeda dengan puluhan tahun lalu dimana uneg-uneg hanya sebatas tulisan diatas kertas putih sederhana. Yang bisa membacanya hanya orang yang menulisnya. Karena memang sifatnya rahasia. Berbeda dengan saat ini ketika seseorang lebih memilih untuk meluangkan pendapat mereka di sosial media yang tentunya dapat dilihat banyak orang. Tidak ada lagi rahasia dan sekat pembatas. Semua hal menjadi konsumsi publik.
Ketika dimintai keterangan Ferdinand mengatakan bahwasanya cuitan yang heboh tersebut adalah manifestasi dialog imajiner antara hati dan pikirannya. Saat itu sedang terjadi perdebatan dalam dirinya. Pikiranya mengatakan kalau dia akan segera mati. Namun hatinya tidak sependapat. Maka lahirlah cuitan “Allahmu lemah”. Ferdinand mengatakan hal itu terjadi karena dirinya sedang mengalami gangguan syaraf selama dua tahun terakhir. Dia menegaskan bahwa cuitan tersebut tidak ada maksud untuk menyindir pihak lain. Namun ditujukan untuk dirinya sendiri.
Fakta-fakta yang ada menjadikan kasus ini rumit dan pelik. Tulisan dalam sosial media yang awalnya biasa akhirnya menjadi sebuah derita. Padahal susah untuk dibuktikan. Karena barang bukti hanya sebuah tangkapan layar. Karena cuitan “Allahmu lemah “ tersebut Ferdinand Hutahean dikenai pasal kebohongan yang memicu keonaran. Padahal untuk membuktikan kalau cuitan itu bohong adalah suatu hal tersendiri. Bagaimana membuktikan kalau kata-kata “Allahmu lemah” itu adalah sebuah kebohongan? Karena tuhan adalah entitas tertinggi yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Bagaimana bisa membuktikkan bohong atau tidak, untuk menjangkaunya saja susah.
Kemudian diduga pula cuitan Ferdinand dikhawatikan menimbulkan keonaran di masyarakat. Hal ini juga adalah hal yang sukar dibuktikkan secara konkret. Diksi yang digunakan adalah memicu keonaran. Sehingga secara eksplisit keonaran bisa jadi belum terjadi. Selain itu yang ramai barulah di sosial media. Terutama twitter yang pada akhirnya melahirkan tagar untuk menangkap Ferdinand Hutahean. Fenomena yang terjadi di Sosial media terutama twitter tentu belum bisa dijadikan tolok ukur hal yang terjadi di dunia nyata. Walaupun sudah menjadi trending tentu tidak bisa menjadi cerminan apa yang terjadi di masyarakat. Keonaran mungkin terjadi di twitter namun belum tentu terjadi juga di dunia nyata. Apalagi tidak semua orang menggunakan twitter. Lebih-lebih masyarakat menengah ke bawah dan di daerah pinggiran.
Roland Barthes pernah berkata, ketika teks lahir maka pengarang telah tiada. Dia digantikan pembaca yang bebas menafsirkan teksnya. Pendapat Roland tersebut mungkin senada dengan apa yang dialami Ferdinand Hutahena sekarang. Cuitannya di twitter menjadi ramai karena sudah menjadi konsumsi publik secara luas. Teks tersebut seolah sudah terlepas dari sang pembuatnya sendiri yaitu ferdinand. Ferdinand boleh saja mengklaim bahwa apa yang diasumsikan oleh publik tidaklah seperti yang dia maksud ketika mengetik cuitan tersebut. Namun karena sudah kadung viral dan menjadi konsumsi publik, maka publik bebas menafsirkannya dengan pikiran masing-masing. Karena ketika teks lahir maka pengarang sudah tiada. Teks dalam hal ini adalah cuitan Ferdinand tersebut.
Jadilah cuitan tersebut ramai dan heboh dikalangan masyarakat twitter. Tentu hal tersebut tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Karena ketika sudah ada di media sosial, maka seluruh orang yang melihat tulisan tersebut berhak mengklaim pendapatnya masing-masing. Lebih-lebih sudah ada yang berhasil mengcopy cuitan tersebut untuk kemudian dijadikan barang bukti. Memang setelah itu Ferdinand sempat mengahapus cuitan yang telah menimbulkan kegaduhan di dunia maya. Sekali lagi di dunia maya. Barulah dari kegaduhan di dunia maya kemudian menimbulkan efek domino hingga dunia nyata yang berbuntut adanya laporan kepada Ferdinand Hutahean.
Kemudian yang menjadi pertanyaan mengapa hanya dari sekedar cuitan di media sosial yang awalnya hanya sebatas uneg-uneg pribadi namun kemudian menjadi bola salju yang terus menggelinding hingga menjadi besar? Tentu ada beberapa hal yang menjadikan masalah sepele tersebut menjadi masalah besar. Pertama tentu karena orang yang mengelurkan cuitan tersebut bukan orang sembarangan. Tentu sangat berbeda apabila yang membutan cuitan tersebut seorang pemuda desa yang tidak begitu terkenal. Tentu tidak akan menjadi heboh.
Namun karena yang empunya cuitan tersebut adalah seorang Ferdinand Hutahean maka ceritanya akan berbeda. Bagi sebagian orang yang melek politik dan hobi nongkrong di depan Tv sambil mantengin acara politik pastilah tidak asing dengan nama Ferdinand Hutahean. Ferdinand Hutahean adalah eks fungsionaris Partai Demokrat. Dalam partai besutan SBY tersebut Ferdinand pernah menduduki jabatan strategis dari tahun 2015-2020 namun akhirnya keluar dari partai yang membesarkan namanya tersebut.
Mempunyai latar belakang mantan anggora partai politik tentu menjadikan apa yang dilakukannya selalu menjadi sorotan. Baik positif atau negatif. Lebih-lebih ketika hal yang bernuansa negatif. Tentu akan menjadi santapan awak media atau bahkan hal yang sangat ditunggu segenap lawan politiknya. Maklum dunia politik adalah dunia yang hobinya goreng menggoreng. Hal yang kecil bisa dijadikan gorengan untuk menyerang bahkan menjatuhkan pihak yang dianggap berseberangan. Tentu segenap Buzzer-buzzer berpengalaman siap menggorengnya hingga makin renyah dan kriuk-kriuk.
Sehingga kasus Ferdinand Hutahean setidaknya “menguntungkan” beberapa pihak. Pihak pertama tentu kalangan media yang menjadi pemburu berita. Kapan lagi mendapat berita terkait tokoh politik yang tidak sengaja tersandung cuitan di twitter. Selanjutnya adalah segenap lawan politik Ferdinand. Sebagai tokoh politik Ferdinand dikenal vokal dalam bermedia sosial. Bahkan sekarang lebih dikenal sebagai pegiat media sosial. Ferdinand tanpa teding aling-aling terkadang mengkritik dengan bahasa yang keras di twitter. Tentu hal tersebut menjadikan beberapa pihak geram. Maka ketika dia tersandung kasus cuitannya tersebut tentu menjadi angin segar bagi segenap lawan politiknya. Lumayan buat bahan gorengan.
Dalam media dikenal istilah The Good News is The Bad News. Maksudnya kurang lebih bahwa berita yang bagus adalah berita yang jelek. Ketika ada seseorang digigit anjing maka hal tersebut mungkin bisa jadi berita namun berita yang biasa saja. Karena kenyataannya anjing menggigit manusia adalah hal yang biasa. Namun bila dibalik, yakni manusia yang menggigit anjing maka hal itu akan menjadi berita yang sangat bagus. Tentu berita yang bagus adalah berita yang dapat menyedot banyak attensi masyarakat secara umum. Karena media dapat bertahan ketika mampu menarik perhantian masyarakat banyak.
Akhir-akhir ini disaat media sosial sangat berpengaruh tidak selamanya berita bagus harus sesuatu yang aneh, tidak wajar atau lucu. Namun segala hal yang menyangkut publik figur, orang terkenal, tokoh politik, pejabat negara walaupun hal sepele bisa menjadi sesuatu yang sangat bagus dan besar bagi media untuk dijadikan berita yang menyita attensi publik. Lebih-lebih ketika ada tokoh politik yang tidak sengaja membuat cuitan kontroversi. Sudah barang tentu tidak butuh waktu lama untuk menjadi komoditas berita yang menggiurkan bagi pelaku media.
Kedua, cuitan Ferdinand Hutahean adalah hal yang riskan memicu berbagai ragam reaksi di negeri ini yakni isu agama. Bahkan menyangkut masalah ketuhahan. Negeri ini adalah negara dengan berbagai macam agama yang dianut oleh segenap penduduknya. Sehingga masalah agama dan ketuhanan menjadi hal yang sangat pribadi dan dijaga. Setiap pemeluk agama siap untuk mempertahankan keyakinannya dan berlomba-lomba untuk menjadi penganut agama yang taat.
Tentu sudah dapat diterka apa yang terjadi apabila ada isu tentang agama bahkan ketuhanan diusik. Cuitan ferdinand memang tidak spesifik menyasar salah satu agama. Namun dengan diksi “Allahmu terlalu Lemah” sudah barang tentu banyak orang yang akan merasa tersinggung. Walaupun memang tidak secara langsung menunjukkan sikap tegas mereka atau bahkan membuat laporan ke kepolisian. Namun yang pasti ada yang merasa marah. Setidaknya mengecam tindakan Ferdinand.
Indonesia memang diakui sebagai negara yang berhasil mewujudkan toleransi antar umat beragama bahkan dijadikan contoh dari beberapa negara untuk bagaimana mengelola perbedaan. Namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa gesekan-gesekan kecil masih rentan terjadi di negeri ini. Terutama kaitannya isu agama. Peristiwa dimana Ahok dianggap menistakan al-qur’an tentu masih sangat segar di ingatan. Bahkan kala itu Jakarta seolah terbelah. Suasana kurang kondusif. Pemilihan gubernur yang harusnya menjadi moment untuk suka cita segenap warga Jakarta karena akan memilih pemimpin yang baru justru menjadi sarana terjadinya polarisasi antar umat. Khususnya umat Islam. Suasana juga makin tidak menentu ketika ada sekelompok orang yang menginisiasi adanya demo berjilid-jilid.
Ahok menimbulkan polemik karena ujarannya dalam sebuah video yang berbunyi “ jangan mau dibohongi dengan al-Qur’an”. Sudah barang tentu apa yang dimaksud Ahok bukanlah ingin menistakan kitab suci al-Qur’an. Bahkan Ahok juga sudah berulang kali menjelaskannya. Namun apa mau dikata. Pernyataan Ahok tentang al-Qur’an tersebut sudah kadung ditelan dan ditafsirkan segenap masyarakat sehingga Ahok dilabeli penista kitab suci al-Qur’an. Kemudian ada pula kasus Ahmad Dhani yang juga tersandung kasus ujaran kebencian. Hal tersebut terjadi ketika pentolan Dewa 19 itu menulis di twitternya “ setiap penista agama adalah orang yang wajib diludahi wajahnya”. Gara-gara tweet itu Ahmad Dhani berurusan dengan polisi. Sebagaimana diketahui bersama baik Ahok maupun Ahmad Dhani sama-sama merasakan dinginnya jeruji besi.
Kemudian bagaimana dengan Ferdinand? Ketika tulisan ini saya tulis kasus Ferdinand sudah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat. Selanjutnya Kejaksaan akan membuat surat dakwaan untuk mengadili Ferdinad. Sebelum itu Ferdinand juga sudah merasakan dinginya hotel prodeo. Bahkan masa penahanan Ferdinand kembali diperpanjang yakni dari tanggal 24 Januari-12 Februari 2022 di Rutan Rorenmin Mabes Polri. Ketika berada di dalam Rutan Ferdinand sempat membuat surat berisi permintaan maaf kepada segenap masyarakat. Dalam surat tersebut Ferdinand menjelaskan bahwasanya dia tidak ada maksud sedikitpun untuk menyinggung siapapun. Ferdinand juga meminta agar selalu dibimbing agar menjadi pribadi yang lebih baik dalam beragama dan bertutur kata.
Melalui kasus yang dialami Ferdinand Hutahean banyak hal yang dapat dijadikan tauladan. Ketika era sosial media semakin bebas dan menghilangkan sekat-sekat jarak, manusia dituntut untuk selalu bijak dan arif dalam menggunakannya. Media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube bahkan Tiktok ibarat sebuah pisau. Tergantung bijaknya empunya dalam menggunakannya. Media sosial dapat dijadikan alat untuk menebar manfaat, namun ada kalanya berubah menjadi laknat ketika tidak bijak mengelolanya.
Ferdinand Hutahean contohnya. Apakah Ferdinand Hutahean kurang bijak dalam menggunakan sosial? Mungkin belum begitu bijak. Membuat cuitan yang kaitannya dengan masalah agama tentu bukan hal yang selayaknya dilakukan oleh orang yang notabene terpelajar dan pernah menjadi anggota partai penguasa. Kehati-hatian dalam menulis sesuatu dalam media sosial harus selalu menjadi patokan. Apa yang ditulis kemudian diposting di media sosial tentu akan dilihat banyak orang. Ketika sudah menjadi santapan publik, tentu publik bebas untuk menafsirkannya. Walaupun terkadang sangat jauh berbeda dengan apa yang dikehendaki oleh sang penulisnya. Menghindari isu agama dan SARA adalah hal yang harus dilakukan.
Bukankah kasus Ferdinand Hutahean menjadi heboh karena dia adalah seorang pegiat media sosial yang dulunya fungsionaris partai politik? Sama seperti Ahmad Dhani dan Ahok? Kasus yang menimpa Ferdinand Hutahean bisa terjadi pada siapa saja. Tidak perduli tokoh terkenal atau orang biasa. Alangkah lebih baiknya berhati-hati dan bijak dalam bermedia sosial. Karena belum tentu orang yang biasa tidak punya musuh. belum tentu juga tidak ada yang membencinya. Karena sudah barang tentu sangat mudah mencari kesalahan orang lain walaupun hanya masalah sepele. Untuk kemudian digoreng dan dibesar-besarkan sehingga menjadi modal ampuh untuk menjatuhkan harga diri, martabat, bahkan hingga menyeret orang tersebut masuk jeruji besi.
BIJAKLAH BERMEDIA SOSIAL, KALAU BELUM BIJAK JANGAN BERMEDIA SOSIAL !!!
JAGAT TWITTER KERAS LUURRR !!!
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
Bapakku (Belum) Kyai
Tumblr media
Bulan Ramadhan sebentar lagi menjelang. Sebuah bulan yang disambut dengan kerinduan. Bulan yang penuh keberkahan dan kenangan-kenangan yang tidak terlupakan. Semuanya membekas dalam benak tiap pelakunya. Banyak cerita yang terjadi maupun pengalaman yang ada selama menjalani bulan mulia tersebut. Contoh nyata adalah seperti yang pernah saya alami saat sudah berada di rumah untuk menanti datangnya hari raya Idul Fitri. Sebuah hari raya yang merupakan kemenangan bagi segenap kaum muslimin yang menjalankan ibadah puasa secara sempurna. Pengalaman ini erat kaitannya dengan hal yang terjadi di masyarakat umumnya terkait kegiatan-kegiatan yang terjadi di Bulan Ramadhan.
Pengalaman bermula saat saya menemukan sebuah surat undangan yang berada di atas meja di ruang dapur rumah . Melalui kop undangan tersebut serta lambang yang ada, surat tersebut adalah surat yang berasal dari pengurus masjid yang kebetulan berada di dekat rumah. Apabila dilihat dari keterangan Hal yang ada, surat tersebut merupakan sebuah permohonan untuk menjadi pengisi pengajian atau kultum setelah shalat Subuh. Memang lazimnya, kultum atau kuliah tujuh menit merupakan hal yang lumrah ditemui di beberapa masjid di daerah tertentu saat bulan Ramadhan. Hal tidak berbeda juga dilaksanakan di daerah saya.
Nama yang tertera dalam undangan tersebut tidak lain adalah nama bapak saya sendiri. Hal yang menarik adalah “gelar spesial” yang ditulis di depan nama bapak saya. Hal itu terjadi karena nama dalam undangan ditulis KH. Ma’ruf Baidlowie. Nama lengkap bapak saya adalah Amir Ma’ruf namun lebih sering dipanggil Ma’ruf saja. Sedangkan Baidlowie dinisbatkan kepada alm kakek yang sudah lama meninggal saat saya masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah. Untuk gelar Haji, sudah mafhum karena memang fakta bapak saya sudah melaksanakan Rukun Islam yang kelima pada tahun 2004. Sehingga secara de facto maupun de jure sudah legal untuk dipanggil Haji. Nah tulisan “K” sebelum huruf H pada tulisan KH lah adalah hal lain yang membuat saya penasaran.
Mencermati penggunaan kata Kyai adalah hal yang menarik dan memerlukan kajian yang mendalam dan terkadang harus kritis. Kata ini memang sarat dengan nilai budaya dari masyarakat setempat. Bahkan lebih khusus dari itu, penggunaan diksi tersebut telah menjadi ciri khas salah satu ormas kegamaan tertentu. Sehingga terkesan sudah menjadi hak paten ormas keagamaan tersebut. Mengapa erat kaitannya dengan budaya setempat, karena pada daerah lain akan berbeda lagi diksi yang digunakan. Fakta yang ada penggunaan kata Kyai sering dijumpai di daerah Jawa, sedangkan agak jarang ditemukan di daerah lain.
Berdasarkan asal usulnya, penggunaan kata Kyai tidak dapat dilepaskan dalam menghormati seseorang yang lebih tua dan mulia. Abdullah Faqih berpendapat bahwasanya kata Kyaiadalah sinonim dari Syech dalam Bahasa Arab. Sehingga benang merah dari penggunaan kedua kata tersebut adalah sama-sama digunakan untuk menyebut orang yang mempunyai “hal” yang lebih daripada yang lain. Adapula penggunaan diksi tersebut untuk menyebut sesuatu hal yang keramat atau dikeramatkan oleh masyarakat tertentu, misalnya penggunaan kata Kyai pada nama Kyai Slamet yang merujuk pada kerbau yang dikeramatkan masyarakat Surakarta. Adapula Kyai Kanjeng untuk menyebut group musik yang mengiringi dakwah Cak Nun di beberapa kota di Indonesia. Singkatnya penggunaan kata Kyaiadalah untuk menghormati seseorang atau sesuatu yang mempunyai “hal” yang lebih daripada yang lain.
Hemat saya pada dasarnya, Hal yang lebih penting dari asal usul kata Kyai adalah siapa orang yang pantas dipanggil dengan panggilan “khas” tersebut. Kyai bukanlah sebuah sebutan legal formal yang dapat ditempuh disekolah atau lembaga tertentu. Penggunaanya unik dan secara tidak langsung mensyaratkan hal-hal tertentu yang harus dipenuhi. Walaupun memang hal tersebut tidak tertulis secara resmi. Tentu hal tersebut berbeda dengan sebutan-sebutan yang lain yang dapat didapatkan dengan tahapan-tahapan tertentu. Misal seseorang akhirnya pantas dipanggil Dokter ketika telah menyelesaikan pendidikan kedokteran. Seseorang sudah layak dipanggil Guru ketika mengajar entah itu lama atau sebentar. Seorang manusia sudah pantas dipanggil Sarjana ketika sudah menempuh kegiatan perkuliahan hingga lulus serta disempurnakan dengan menyelesaikan tugas akhir kemudian mempertanggungjawabakannya. Panggilan Kyai tidak sesederhana itu.
Kyai juga bukanlah sebuah cita-cita yang terkadang berorientasi materi dan finansial.
Senada dengan asumsi saya sebelumnya, Abdullah Faqih melanjutkan, hal yang lebih penting daripada penggunaan kata Kyai adalah kepada siapa kata tersebut digunakan. Karena Kyai bukanlah cita-cita. Sehingga tidak begitu saja seseorang dapat menyebut dirinya sebagai seorang Kyai. Bukan juga sebuah posisi atau kedudukan yang diusahakan dengan ambisi tertentu. Menilik orang-orang atau figur-figur yang ada di masyarakat yang telah “bergelar” Kyai, penulis berkesimpulan setidaknya ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar seseorang layak dipanggil seorang Kyai.
Pertama, orang tersebut mempunyai pengetahuan ilmu agama yang mumpuni. Sosok Kyai dalam masyarakat bukalah orang yang pasif dan sekedar berdiam diri. Kyai dalam masyarakat adalah orang yang mampu menjadi tempat bertanya, berdiskusi bahkan menjadi tempat mengadu apabila terjadi sebuah polemik di masyarakat. Khususnya dalam koridor masalah-masalah kegamaan. Oleh karenanya bekal atau pengetahuan agama yang dimiliki hendaknya mumpuni serta mempunyai wawasan yang luas. Hal ini adalah hal yang mutlak dimiliki. Selain itu sosok Kyai adalah orang yang mempunyai wawasan yang luas, sehingga mempunyai pemikiran yang mendalam dalam memahami sebuah permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Kedua, mempunyai peran yang nyata di masyarakat. Sosok Kyai adalah mereka yang mempunyai karakter bermasyarakat yang kuat. Tidak hanya berdiam diri di rumah, namun juga ikut kegiatan bermasyarakat. Bahkan lebih dari itu, bagi mereka masyarakat adalah layakknya “anak-anak” mereka sendiri yang hendaknya selalu dijaga, diasuh, dan diperhatikan dari hal-hal yang dapat mengganggu ketenangan mereka masing-masing. Membangun masyarakat, serta mengembangkannya adalah hal yang bagi mereka menjadi sebuah tanggung jawab yang harus dijaga dan dijalankan dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya, Kyai merupakan sosok yang mendekatkan diri ke masyarakat, menjadi “pelayan” masyarakat tanpa mengharapkan imbalan.
Ketiga, Kyaimengajar dengan tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Sosok Kyaiadalah mereka yang tidak ingin ilmu yang mereka dapat hanya tersimpan rapi. Namun bagaimana ilmu yang mereka punyai walaupun sedikit namun dapat bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya. Mereka adalah orang-orang yang menyakini bahwasanya, ilmu adalah sia-sia ketika tidak diajarkan dan diamalkan dengan baik bagi orang-orang sekitar dan masyarakat. Selain itu, Kyai adalah orang-orang yang berpegang teguh pada asas keihlasan tanpa mengharapkan sebuah imbalan. Mengajar bagi mereka adalah kewajiban dan mengurangi kebodohan adalah tujuan yang mereka usung. Cukuplah bagi mereka pahala dan tuhan yang maha kuasa kelak nanti di akhirat.
Keempat, mereka tidak meminta dipanggil Kyai namun masyarakat yang memanggilnya seperti itu. Ini adalah hal yang penting. Karena pada dasarnya, hampir tidak ada seorang Kyai yang dulunya ingin menjadi Kyai atau dipanggil Kyai. Sebaliknya, penyebutan atau penganugerahan “gelar” tersebut murni berasal dari masyarakat sekitar mereka. penyebutan Kyai adalah hal yang dilakukan masyarakat sekitarnya sebagai sebuah apresiasi dan pengakuan atas hal-hal yang telah dilakukannya di masyarakat. Tentu saja hal yang dilakukan adalah hal yang bermanfaat, dan langsung dirasakan efeknya di masyarakat. Sehingga Kyaiadalah sebutan yang berasal dari orang lain disekitarnya, bukan dari dirinya sendiri.
Sehingga hendaknya dipahami bersama, bahwasanya panggilan Kyai adalah bentuk penghargaan atau apresiasi dari masyarakat kepada seseorang atas apa yang telah mereka lakukan dan sumbangsing yang diberikan tanpa adanya pamrih dan mengharap imbalan. Landasan yang dipegang teguh oleh orang tersebut adalah keikhlasan hati. Apa yang dilakukan tidak mau dilabeli sebagai sebuah pekerjaan. Karena memang Kyaibukanlah sebuah profesi, namun lebih ke pengabdian kepada masyarakat sekitar dan kemaslahan ummat.
Hal tersebutlah yang diperlihatkan oleh segenap Kyai masyhur seperti KH. Maimun Zubair, KH. Bisri Musthofa dan lainnya. Kemudian uniknya, mayoritas Kyai mayshur tersebut adalah beliau-beliau yang jauh dari hingar bingar ibukota dan sorot media. Figur-figur tersebut mengabdi, dan berjuang untuk orang-orang disekitarnya dalam diam tanpa menuntut adanya publikasi. Beliau-beliau berjuang dalam diam. Mereka lebih memilih hadir dan tinggal di tengah-tengah masyarakat sederhana, yang selalu membutuhkan kehadiran mereka. Rumah-rumah beliau adalah bangunan-bangunan yang terbuka untuk semua seorang yang hendak mengadu, bertanya sesuatu maupun berkeluh kesah. Dinding-dinding rumah-rumah beliau sudah terbiasa menyaksikan berbagai elemen dan lapisan masyarakat saling duduk bareng tanpa adanya sekat yang memisahkan satu sama lain.
Beliau-beliau selalu siap menampung keluh kesah setiap warga yang datang. Tidak pernah pandang bulu apakah yang datang kaum papa, orang berada, kaya raya bahkan orang yang tidak berpunya. Beliau-beliau adalah figur yang menjadi tempat bertanya tentang masalah-masalah sosial, keagamaan, hingga permasalahan yang lain. Lingkup pengabdiannya tidak terpaku hanya masalah kelahiran, kematian hingga pernikahan. Namun juga meluas hingga memberikan pendapat, menjadi penengah suatu persoalan. Bahkan ada pula masyarakat yang membutuhkan arahan tentang memulai usaha juga terkadang meminta saran Kyai. Kemudian seperti biasanya, beliau-beliau tidak pernah mematok upah, bayaran atau apapun. Landasan beliau dalam menolong adalah keikhlasan. Apabila ada materi yang dikeluarkan hal itu adalah murni apresiasi dari penduduk yang meminta solusi tersebut.
Semoga Allah selalu merahmati seluruh Kyai-kyai kita yang selalu ikhlas dan sabar membantu dan membina masyarakat.
Al-Fatihah…
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
SURAT CINTA UNTUK GUS AMI
Tumblr media
Kepada yang terhormat
Wakil Ketua DPR RI
ABDUL MUHAIMIN ISKANDAR
السّلام عليكم ورحمة الله و بركاته
Selamat pagi Gus Ami.
Bagaimana kabarnya?
Sebelumnya terimakasih banyak karena disela-sela kesibukan Gus Ami sebagai Ketum PKB dan Wakil ketua DPR RI, anda masih menyempatkan untuk membaca surat saya ini. Terlebih lagi kalau anda berkenan membalasnya dengan tulisan anda sendiri tanpa harus dibantu atau bahkan diketikkan oleh staff professional yang tentu saja anda miliki. Tentu menjadi sebuah kehormatan yang sangat luar biasa bagi saya.
Gus Ami, saya mengucapkan terimakasih kepada anda yang kini “hadir” di kota kecil saya. Di kawasan pantai utara, yakni Kabupaten Pati walaupun “hanya” berupa gambar. Senang rasanya dapat melihat senyum anda yang manis dan menawan walau hanya lewat baliho yang mungkin ukurannya sebesar kamar saya. Setidaknya baliho tersebut menjadi obat rindu saya yang belum pernah bersua anda secara langsung. Walaupun kadang saya prihatin karena gambar anda menjadi basah di kala hujan dan panas di kala terik. Hanya menjadi hiasan di pinggir jalan tanpa mendapat perhatian.
Namun melalui baliho tersebut pula, saya baru tahu kalau nama lengkap anda adalah Abdul Muhaimin Iskandar. Karena selama ini saya hanya mengetahui nama panggilan anda yang lebih akrab dipanggil Cak Imin. Saya dulu berasumsi bahwa nama Gus Ami diambil dari suku kata nama terakhir anda yakni Muhaimin. Namun ternyata Ami adalah inisial nama anda sendiri. Saya sempat berfikir bergantinya nama populer anda dari Cak Imin menjadi Gus Ami adalah demi kontenstasi politik. Atau mudahnya rebranding. Namun itu hanya asumsi saya pribadi. Saya berharap klarifikasi anda dalam surat balasan yang saya terima nanti.
Rebranding dari Cak Imin menjadi Gus Ami mengingatkan saya dengan cara serupa yang ditempuh terlebih dahulu oleh Abu Rizal Bakrie yang awalnya akrab dipanggil Ical kemudian diganti dengan inisial nama ARB. Kemudian ada pula pak Ahok dimana ketika keluar dari penjara mengganti nama panggilan beliau menjadi BTP yang merupakan inisial nama beliau sendiri. Semoga bergantinya Cak Imin menjadi gus Ami adalah sebuah jalan yang berbeda dari yang dilakukan Ical dan Ahok. Karena ketika mereka mengganti nama mereka ada hal buruk yang ingin dilupakan.
Saya juga berterimakasih kepada anda yang setiap hari raya Idul Fitri juga “hadir” di rumah saya dan keluarga walaupun “hanya” berupa gambar yang terpatri dalam plastik berwarna putih sebagai pembungkus THR yang berisi kebutuhan pokok sehari-hari. Seperti gula, beras, minyak goreng dan teh. Walaupun kadang saya kasihan karena plastik berwarna tersebut pada akhirnya hanya berakhir di tempat yang tidak layak. Atau hanya kembali digunakan sebagai pembungkus makanan lainnya.
Namun tetap dalam hati dan sanubari saya, ada harapan bahwa suatu hari saya dapat bersua langsung dengan anda tanpa harus melalui layar kaca, layar baliho, hingga gambar di kertas semata. Kemudian menjabat tangan anda dengan erat dan menunjukkan aura keakraban. Karena saya berkeyakinan, senyum anda lebih manis dan jauh lebih menawan daripada gambar-gambar kaku di baliho dan plastik putih. Anda pula lebih berwibawa, bijaksana lebih dari yang digambarkan dalam media cetak maupun elektronik.
Gus Ami yang saya hormati, sebenarnya saya kurang sependapat ketika pada akhirnya saya melihat baliho yang memajang wajah anda di salah sudut kota saya. Karena hal tersebut menjadikan anda tidak berbeda dengan petinggi-petinggi partai yang lain dimana menjadikan baliho sebagai sarana merebut hati rakyat. Karena baliho bukan cara yang ampuh untuk dapat mendekatkan diri dengan segenap pemilih dan orang yang kagum kepada anda seperti saya. Setidaknya anda harus berani mengambil cara lain yang tentu lebih jitu dan kreatif.
Saya tahu Gus Ami adalah seorang wakil ketua DPR RI bidang kesejahteraan rakyat atau KORKESRA. Terkait kesejahteraan banyak uneg-uneg yang saya sampaikan kepada anda. Tentu kaitannya dengan kesejahteraan rakyat terutama di lingkungan sekitar tempat tinggal saya. Sebagai orang yang hobi bersepeda di pagi hari atau ngglinding saya seringkali menjadikan area persawahan sebagai salah satu rute bersepeda.
Saat bersepeda kadang saya tertegun, karena melihat area persawahan yang sedikit demi sedikit beralih fungsi menjadi bangunan rumah, ruko atau bangunan yang lain. Tentu hal ini kalau dibiarkan terus menerus akan menjadikan ladang persawahan semakin menyempit. Banyak sekali anak muda sekarang yang enggan untuk menjadi petani. Bahkan orang tuanya sekalipun tidak menyarankan untuk mereka bertani dan menganjurkan agar mereka mencari pekerjaan lainnya yang lebih sejahtera. Miris memang. Anak petani malas jadi petani. Seorang petani tidak menyarankan anak jadi petani.
Tentu hal ini diakibatkan dimana semakin sulitnya menjalani kehidupan sebagai seorang petani. Harus bekerja keras, berangkat pagi, berpanas-panasan namun hasil yang didapatkan tidak seberapa tentunya. Belum lagi di kala pandemi seperti ini dimana segalanya menjadi lebih sulit. Belum lagi apabila mereka mempunyai tanggungan menyekolahkan anak yang saat ini nyaris di wajibkan mempunyai smarthphone dan mampu membeli kuota. Tentu kenyataan ini menjadikan pengeluaran mereka semakin membengkak. Padahal pendapatan mereka tidak tetap, tergantung hasil panen.
Petani tidak menjadi profesi idaman. Padahal tidak dapat dipungkiri petani adalah garda terdepan dalam penyediaan dan pemenuhan beras yang menjadi makanan pokok seluruh rakyat Indonesia. Namun peran vital petani tersebut tidak dibarengi dengan kesejahteraan yang baik. Namun justru semakin sulit. Akibatnya yang berprofesi sebagai petani tidak menyarankan anaknya untuk menjadi seorang petani. Tentu kenyataan yang memilukan. Sebagai wakil ketua DPR RI, tentu anda dapat berbuat sesuatu untuk hal ini.
Bisa dipertimbangkan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak kepada petani dengan menambah program yang meringankan petani dalam mengolah sawah yang mereka punyai. Namun tentu kebijakan dan program yang ada hendaknya sistematis mulai dari hulu hingga hilir. Dimana petani benar-benar didukung semenjak proses penanaman padi hingga padi itu dipanen. Pemikiran untuk menjadikan petani sebagai “penguasa tanahnya sendiri”harus selalu menjadi tolok ukur ketika menyusun kebijakan dan program-program yang ada.
Kemudian membuat aturan-aturan agar sawah-sawah yang ada di negeri ini tidak mudah dialihfungsikan menjadi bangunan atau infrastruktur yang lain. Bahkan ketika itu berkaitan dengan proyek Negara sekalipun. Apabila memang terpaksa area persawahan dikorbankan demi memuluskan suatu proyek Negara, hendaknya ganti rugi yang diberikan lebih dari cukup bagi pemilik sawah tersebut untuk kembali membeli sawah di tempat lain. Janganlah karena sawahnya dibeli untuk keperluan proyek namun menjadikan petani tersebut beralih ke profesi yang lain. Jangan sampai generasi masa depan di Negara yang disebut agraris ini justru tidak tahu bagaimana bentuk tanaman padi.
Patut pula dipertimbangkan langkah-langkah agar segenap putra-putri negeri ini semakin mencintai profesi petani dan mempunyai obsesi menjadikan pertanian menjadi jalan hidup mereka. Langkah-langkah tersebut dapat ditempuh dengan memberikan beasiswa kepada segenap anak-anak petani ketika mereka mau melanjutkan pendidikan mereka di jurusan pertanian. Untuk menunjang tersebut wajib pula dibangun STM atau sekolah yang mengakomodir tentang dunia pertanian. Selain itu pertanian hendaknya dijadikan sebagai kurikulum lokal yang diajarkan disekolah-sekolah dari jenjang SMP-SMA.
Gus Ami yang saya hormati, Sebagai seorang guru yang mengajar di sebuah yayasan, situasi pandemi ini sungguh menjadikan saya mendapatkan banyak curhatan dari beberapa wali murid. Mulai dari kesulitan anak mereka mengikuti pelajaran, tidak sanggup membeli kuota, hingga susahnya mengakses aplikasi pembelajaran yang ada. Tampaknya pandemi benar-benar menjadikan mereka kesulitan secara ekonomi. Sehingga hal-hal yang ada kaitannya dengan finansial membuat mereka bingung tidak berkesudahan.
Sebagai seorang wakil ketua DPR RI yang membidani Kesejahteraan Rakyat pasti ada hal yang dapat anda lakukan untuk masalah ini. Lebih-lebih anda membawahi komisi VIII yang bermitra langsung dengan Kementrian Sosial yang tentu dapat berbuat sesuatu yang bermafaat dan menyasar langsung ke kesejahteraan masyarakat yang berada di daerah hingga pinggiran. Saat-saat seperti ini uluran tangan dari berbagai pihak yang diharapkan. Para orang tua sedang mengalami dilema antara membeli beras untuk makan atau membelanjakan uang yang ada demi menunjang kepentingan pendidikan anak mereka. Keduanya sama pentingnya.
Dapat dikaji pula ketika segenap anggota dewan melakukan reses ke daerah pemilihan mereka, isu tentang pendidikan di masa pandemi ini dijadikan prioritas. Ketika reses segenap anggota dewan tidak perlu lagi memberikan bingkisan-bingkisan yang kurang sesuai dengan kebutuhan penduduk saat ini. Alangkah lebih baiknya bingkisan-bingkisan tersebut diganti dengan kuota internet, masker, vaksin dan uang yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari penduduk. Tentu itu lebih membantu dan tepat sasaran. Kurangi baliho yang tidak penting dan tidak tepat manfaat. Uang untuk menyewa satu baliho lebih baik dibuat untuk membantu anak-anak yang kesulitan belajar seperti saat ini.
Selain mendapat curhatan dari wali murid yang ingin segera pembelajaran tatap muka dilakukan, saya sering juga mendapatkan curhatan dari beberapa guru yang berstatus Non PNS. Dimana pengahasilan yang mereka dapatkan tidak sampai Upah Minimum Regional. Tentu hal tersebut menjadi sangat sulit apalagi ketika pandemi seperti ini. Sebenarnya ada insentif yang ditawarkan oleh pemerintah. Namun sayangnya untuk mengurusnya pun tidak semudah membalik telapak tangan. Masih harus antri, disetujui sistem baru insentif itu akan cair. Kalaupun berhasil, insentif yang ada juga tidak bisa cair secara rutin setiap bulannya. Seperti seorang teman yang terakhir mendapatkan insentif tersebut akhir tahun lalu. Itupun untuk bulan September, Oktober dan November 2020 saja.
Gus Ami tentu tahu bagaimana susahnya menjalani profesi guru terutama yang berstatus Non PNS. Jam mengajar mereka sama dengan guru yang PNS. Bahkan kadang-kadang lebih, namun kesejahteraan yang didapatkan masih jauh dari kata memadai. Guru-guru Non PNS tersebut juga bagian dari garda terdepan pendidikan di negeri ini. Namun sayangnya kesejahetraan mereka kurang diperhatikan. Mereka terpaksa menjalani berbagai profesi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak. Justru hal ini menjadikan mereka tidak bisa fokus untuk mengemban tugas mulia mereka.
Gus Ami yang saya hormati, saya hidup di sebuah desa kecil dengan beraneka macam penduduknya. Namun kesamaan mereka semua adalah mereka merasa kesulitan terhadap pandemi ini. Lebih-lebih ketika segala perkara administrasi harus dilengkapi dengan kartu vaksin. Vaksin saat ini menjadi barang mewah bagi penduduk di desa saya. Bahkan ada yang harus pergi ke kecamatan tetangga demi bisa divaksin. Karena apabila ada vaksin gratis pasti langsung ludes. Saya yakin, tetangga-tetangga saya adalah orang-orang yang taat dan mematuhi anjuran pemerintah.
Namun bagaimana ingin vaksin ketika stok yang tersedia selalu ludes. Hal menjadi makin sulit karena bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah harus disertai dengan sertifikat vaksin ketika akan mengurusnya. Gus Ami tentu dapat membantu kami. Dengan membawahi komisi IX yang langsung bermitra dengan Kementrian Kesehatan tentu Gus Ami dapat menyusun kebijakan dan aturan yang lebih ramah terhadap masyarakat pedesaan yang akses untuk vaksin susahnya setengah mati. Tentu hal ini bukan untuk desa saya saja. Namun untuk semua desa yang hingga saat ini mendapatkan vaksin sesulit mencari uang halal.
Dapat dipertimbangkan untuk kuota vaksin ditambah lagi khususnya bagi masyarakat di daerah pedesaan dan pinggiran. Kemudian syarat administrasi tidak perlu melulu menggunakan setifikat vaksin. Karena selama menjaga prokes ketika mengambil bantuan dari pemerintah sepertinya akan aman. Janganlah mempersulit masyarakat yang sudah sulit dengan sertifikat vaksin dimana untuk mendapatkannya tidak kalah sulitnya. Jangan sampai masyarakat mau di vaksin bukan karena agar kebal terhadap virus, namun karena tidak ingin dipersulit secara administrasi.
Tentu hal seperti itu dapat melahirkan oknum-oknum dan mafia-mafia vaksin yang dapat memancing keuntungan di kala keruh seperti ini. Vaksin yang harusnya gratis tentu oleh sebagian mafia akan dikenakan harga yang mahal. Bahkan lebih parahnya akan ada vaksin palsu yang dapat mengelabuhi masyarakat. Karena masyarakat sangat butuh, akhirnya vaksin palsu mereka beli. Dengan mahal pula. Selain itu sertifikat vaksin tentu akan menjadi komoditas yang diperjual belikan. Karena ketika orang ingin mengurus syarat administrasi, sertifikat vaksin adalah hal yang wajib dimiliki.
Gus Ami yang saya hormati, itulah uneg-uneg yang ingin saya sampaikan kepada anda. Saya berharap uneg-uneg saya ini tidak hanya berakhir sebagai tulisan semata namun berubah menjadi kebijakan yang menguntungkan serta meringankan orang banyak. Saya berharap pula surat ini dapat anda balas dengan tulisan anda sendiri. Walaupun saya tahu kesibukan anda tidak terkira walaupun sudah ditemani banyak staff professional dan berpengalaman.
Atas perhatiannya anda saya ucapkan banyak terimakasih.
Salam ta’dhim Gus
والسّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Hormat Saya
Faiz F. Abror
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
MENUNGGU UNDANGAN (KHATAMAN) IKATAN CINTA Part 3
Tumblr media
Alhamdulillah Nino sekarang sudah bisa melihat. Setelah melewati proses yang bertele-tele. Bahkan sudah mendekap, dan dapat memeluk Reyna? Kemudian apakah Ikatan Cinta khatam? Ternyata belum. Sekarang konflik bergeser ke keluarga Al-Fahri yang ternyata mengalami terror. Sebuah terror yang awalnya ditujukan kepada Aldebaran dan Bu Rosa. Namun Andien dan Reyna menjadi korban juga. Setelah lama akhirnya terungkap kalau yang melakukan terror adalah Iqbal. Namun Iqbal hanya pion dalam konflik ini. Karena dalang sebenarnya belum terungkap. Bahkan Iqbal sudah sempat ditangakap polisi namun berhasil kabur karena mendapat bantuan dari Bos nya yang ternyata mempunyai pengaruh yang sangat luar biasa.
Ketika terror yang terjadi masih belum menemukan ujungnya, seorang tokoh dihadirkan dalam cerita. Tokoh tersebut datang dari masa lalu. Orang tersebut tidak lain adalah paman Andien sendiri yang dari lahir Andien belum pernah melihatnya. Nama tokoh tersebut adalah Om Irvan. Pemeran yang dihadirkan pun tidak sembarangan. Oka Antara dipilih untuk memerankan karakter tersebut. Sepengetahuan saya ini adalah kali pertama Oka Antara terjun di dunia sinetron. Om Irvan diceritakan adalah satu-satunya keluarga Andien yang tersisa. Om Irvan juga yang menjadi saksi bagaimana ibu Andien meninggal dalam kecelakaan mobil.
Jujur ketika tokoh ini pertama kali dihadirkan saya sudah curiga. Jangan-jangan dalang dari terror bertubi-tubi yang menimpa keluarga Al-Fahri adalah Om Irvan. Hal tersebut sempat saya utarakan kepada istri. Namun tampaknya istri tidak percaya. Bahkan kami terlibat dalam perdebatan sengit. Istri saya mengatakan tidak mungkin Om Irvan meneror keluarga Al-Fahri yang notabene adalah keluarga Andien dari suami Andien. Patut dicatat bahwasanya dulu ibunya Andien yakni Sofia dan Rosa yang merupakan Ibunya Aldebaran adalah sahabat. Ibunya sahabatan dan mempunyai anak yang akhirnya menikah. Dunia sempit bukan. Bahkan dulu Aldebaran dan Andien sudah pernah “dipertemukan” waktu masih kecil. Namun Andien masih dalam kandungan, sedangkan Al sudah berusia 7 tahun. Bahkan Aldebaran sudah pernah “kontak” dengan Andien yang masih di dalam kandungan.
Pada akhirnya penonton sudah tahu kalau dalang dari peneror keluarga Al-Fahri adalah Om Irvan yang tidak lain paman Andien sendiri. Bahkan Al juga sudah mulai curiga. Namun sayangnya Al belum memberitahukan hal tersebut kepada Andien. Al hanya meminta agar Andien berhati-hati kepada Om Irvan. Belum selesai dengan konflik tersebut, konflik lain muncul. Dimana pelaku sebenarnya yang menabrak ibunya Andien hingga meninggal tidak lain adalah Hartawan Al-Fahri yang merupakan ayah dari Aldebaran. Jadi pelakunya adalah bapak mertua Andien sendiri. Rumit bukan? Andien menjadi menantu seseorang yang menabrak ibunya hingga meninggal. Akhirnya Andien tahu. Kemudian ngambek dan meninggalkan rumah suaminya. Kemudian diajak ke rumah Om Irvan.
Harus diakui sinetron Ikatan Cinta memang sangat membingungkan. Boleh dikatakan sadis juga. Misalnya Aldebaran yang menikah dengan perempuan yang ternyata adek tirinya (yakni Elsa) adalah pembunuh adik kandungnya (Adik kandung Al yakni Roy). Namun walau bergitu keluarga Al tidak mempermasalahkan hal tersebut. Bahkan tetap menerima Andien sebagai menantu kesayangan. Keikhlasan keluarga Al-Fahri memang patut ditiru. Alur hidup Andien juga tidak kalah sadis. Andien harus ditinggalkan suaminya (Nino) karena suaminya direbut adik tirinya. Malangnya lagi, suami sudah direbut Andien juga harus masuk penjara karena difitnah melakukan pembunuhan Roy yang pelakunya adalah Elsa yang tidak lain adalah adik tirinya yang juga merebut suaminya.
Kemudian Andien menikah dengan seorang laki-laki kaya dari keluarga terpandang yakni keluarga Al-Fahri. Namun siapa sangka ayah mertuanya adalah orang yang menghilangkan nyawa ibu kandungnya. Bahkan Andien tidak pernah melihatnya sedari lahir. Sungguh rumit sekali sinetron ini. Namun harus diakui selalu ada kejutan, konflik diantara konflik. Namun patut ditunggu. Apakah ketika Andien sudah tahu bagaimana kelakukan Om Irvan yang sebenarnya, Andien akan memaafkan keluarga Al-Fahri dan kembali bersama Al. Namun harapan saya Cuma satu. Dari lubuk paling dalam saya berharap, konflik Andien dan Al segera berakhir. Mereka baikan. Rendy dan Catherine akhirnya naik pelaminan. Semua bahagia. Sehingga sinetron tersebut TAMAT. Aminnnnn
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
MENUNGGU UNDANGAN KHATAMAN IKATAN CINTA (Part 2)
Tumblr media
Bahkan kadang pertengkaran kecil terjadi antara saya dan istri hanya karena rebutan remote televisi demi mempertahankan program favorit masing-masing. Pokoknya kalau sudah jam 20:00 WIB saya harus rela mengalah karena televisi “dijajah” 100 persen oleh istri. Beruntung saat perhelatan Turnamen AFF kemarin, RCTI sebagai official broadcaster lebih memilih untuk menayangkan turnamen tersebut terlebih dahulu. Kemudian apakah Ikatan Cinta tidak tayang? Oh tentu tidak. RCTI tidak mungkin absen menayangkan sinetron jagoannya tersebut. Sinetron yang ratingnya masuk 10 besar program kesukaan pemirsa Indonesia. Bahkan sinetron yang dibintangi Amanda Manopo tersebut sempat memecahkan rekor muri sebagai sinetron dengan pencapaian rekor tertinggi sejak 2005. Rating Ikatan menembus 14,8 dan audience share hingga 51,5 persen. Berarti hampir separuh penduduk negeri ini menonton sinetron tersebut.
Fakta diatas tentu menimbulkan rasa penasaran saya. Mengapa sinetron tersebut bisa meraih prestasi yang fenomenal tersebut. Tentu apabila mengandalkan tampang dari setiap pemerannya tidak bisa menjamin kesetiaan, loyalitas, dedikasi, dan cinta tulus penonton untuk tidak berpindah ke sinetron yang lain. Karena seringkali mendengar sekelumit cerita tentang Ikatan Cinta, kemudian hampir tiap malam menemani istri menonton sinetron tersebut lambat laun saya akhirnya lumayan mengikuti. Sejujurnya terpaksa mengikuti.
Ketika tulisan ini saya ketik Ikatan Cinta sudah mencapai episode 579. Ditayangkan selama satu minggu full dengan durasi 90 menit. Pada awalnya konflik yang ditawarkan dari sinetron tersebut adalah mencari siapa pembunuh Roy yang merupakan adik laki-laki dari Aldebaran. Ditambahi sedikit drama tentang bagaimana hubungan rumah tangga Aldebaran dan Andien yang awalnya kaku dan dingin. Pada akhirnya pembunuh Roy terungkap yang tidak lain adalah Elsa yang merupakan adik tiri dari Andien. Sedangkan Andien adalah istrinya Aldebaran. Bisa dibayangkan bila anda menikah dengan seorang perempuan yang adik tirinya membunuh adik kandung anda? Rumit bukan?
Sekarang Elsa sudah mendapat ganjarannya, mulai dari depresi, kemudian dipenjara, ditinggal suami, bahkan sempat masuk rumah sakit jiwa. Walaupun sekarang sudah tidak dipenjara karena berhasil lolos yakni ketika mobil polisi yang ditumpanginya jatuh ke sungai. Malangnya petugas polisi yang membawanya justru yang mengalami luka. Sedangkan Elsa sehat wal afiat. Ajaib bukan? Polisi yang sudah dilatih fisik, serta bela diri laki-laki pula. Namun justru Elsa yang selamat dan tidak mengalami luka. Namun sekarang Elsa mendapat kemalangan yang lain, yakni menjadi buronan dan anaknya yang masih bayi mengidap kelainan darah yakni kekurangan sel darah merah. Mungkin Elsa kuwalat karena telah kabur dari penjara.
Saat Elsa tertangkap saya berharap sinetron tersebut segera khatam. Toh yang selama ini dibenci ibu-ibu, emak-emak Fans Ikatan Cinta Garis Keras yakni Elsa sudah tertangkap ,depresi pula. Bahkan saya sempat memasang story di WA dan mengatakan kalau Ikatan Cinta bakal tamat. Namun ternyata tidak. Konflik kemudian beralih ke Reyna yakni anak perempuan Andien dengan suami sebelumnya. Karena belum diketahui siapa ayah biologis dari bocah perempuan manis tersebut. Sempat terjadi tarik ulur antara dua keluarga yakni keluarga Al-Fahri dan keluar El-Nino tentang status Reyna. Tentang siapa sebenarnya ayah biologisnya? Nino merasa Reyna adalah anaknya karena merasakan getaran cinta (mungkin). Namun Andien merasa Nino bukan ayah yang bertanggung jawab.
Sekarang ayah biologis Reyna juga sudah ketahuan, yakni Nino yang tidak lain adalah mantan suami Andien. Namun justru menikah dengan Elsa (karena Elsa sudah naksir Nino dari dulu) yang tidak lain adiknya Andien.. Bahkan Nino juga sampai kehilangan penglihatannya karena telah berusaha menyelamatkan Reyna dari musibah kejatuah lampu dekorasi di pesta pernikahan Michel dan Angga (teman akrab Aldebaran). Memang Reyna belum tahu siapa ayahnya yang sebenarnya. Mungkin karena terlalu kecil sehingga belum waktunya mengetahui siapa ayah biologisnya. Ketika tahu kalau Reyna adalah anak kandungnya Nino merasa bahagia dan berharap bisa melihat kembali. Sehingga dapat memeluk, mendekap, memberi kehangatan bagi bidadari kecil itu. Namun tidak semudah itu tampaknya, karena Andien dan Aldebaran masih keberatan terhadap hal itu. Mengingat Nino pernah mencampakan Reyna sewaktu bayi bahkan tidak mengakuinya.
Lanjut Part 3
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
MENUNGGU UNDANGAN KHATAMAN SINETRON IKATAN CINTA (Part 1)
Tumblr media
Saya memulai tulisan ini dengan mengajukan sebuah pertanyaan? Piranti elektronik apa yang hampir ada di setiap rumah penduduk Indonesia? Mungkin salah satu jawabannya ada televisi. Tidak dapat dipungkiri televisi hingga detik ini masih menjadi sarana hiburan yang masih digunakan seluruh rakyat negeri ini bahkan dunia sekalipun. Walaupun era sosial media sangat gencar, namun televisi masih mampu bertahan di kerasnya persaingan dunia digital. Bahkan sebentar lagi televisi juga akan beralih ke saluran digital. Tentu langkah ini ditempuh agar televisi tetap dapat mempertahankan eksistensi.
Televisi secara etimologi berasal dari dua kata yakni Teleyang berarti jauh dan vision yang dapat diartikan dengan penglihatan. Sedangkan secara terminologi televisi berarti suatu sistem penyiaran gambar yang mengubah gambar atau bunyi menjadi gelombang elektromagnetik kemudian diubah kembali menjadi cahaya atau gambar dengan bunyi yang dapat didengar. Terkait siapa penemu televisi setidaknya ada dua tokoh yang dianggap berperan yaitu Jhon Lagie Baird dan Philo Farnsworth.
Apabila diberi anugerah berupa pintu kemana saja milik Doraemon atau mampu meminjam mesin waktunya tentu saya akan menggunakannya kembali ke masa lalu untuk dapat bersua Jhon Lagie Baird beserta Philo Farnsworth. Saya ingin berbincang dengan mereka kalau perlu membuat podcast agar lebih dalam wawancaranya. Saya penasaran bagaimana tanggapan mereka tentang hasil karya mereka yang saat ini menjadi salah satu benda yang paling “disukai” oleh hampir seluruh penduduk dunia. Apakah mereka bahagia atau justru sedih?
Berbicara tentang televisi tentu tidak dapat dilepaskan dari program-progaram yang disuguhkan. Seperti acara musik, berita, kuis, film, talkshow, hingga sinetron. Program yang terakhir adalah program yang menjadi hiburan yang sangat diburu oleh segenap penonton televisi. Tidak peduli siang, sore, atau malam acaranya selalu ditunggu. Bahkan terkadang kewajiban-kewajiban mereka terkalahkan dengan perkara menonton sinetron. Sinetron menjadi sebuah hiburan yang sangat ditunggu segenap manusia ketika mereka lelah setelah seharian bekerja. Dimana sinetron dianggap mampu membebaskan mereka sejenak dari rutinitas harian sembari menikmati waktu bersama keluarga.
Sinetron yang saat ini sedangn digandrungi oleh segenap penduduk Indonesia terutama kaum ibu-ibu adalah sinetron Ikatan Cinta. Sinetron yang pertama kali mengudara pada 19 Oktober 2020 tersebut masih menjadi sinetron yang merebut hati segenap ibu-ibu, emak-emak di negeri ini. Sering ditemui di sudut-sudut atau tempat kumpul-kumpul emak-emak yang sedang “diskusi” tentang alur cerita sinetron tersebut. Tentu saja dua tokoh sentral dalam sinetron dalam tersebut yakni Al dan Andien masih menjadi sosok yang selalu jadi sorotan.
Awalnya saya tidak terlalu paham dan mengikuti sinetron yang tayang di stasium RCTI tersebut. Namun karena hampir di sudut keramaian, tempat kerja, warung, hingga balai desa selalu berseliweran tentang sinetron tersebut lambat laun saya yang awalnya awam tentang sinetron tersebut lambat laun juga menjadi paham hingga setengah ahli. Bahkan saya sempat bersua dengan ibu-ibu yang termasuk Fans Ikatan Cinta garis keras. Mengapa saya sebut seperti itu? Karena tidak ingin ketinggalan walau satu episode pun. Bahkan ketika bekerja di kantor sekalipun menonton Ikatan Cinta adalah hal yang tidak terlewat. Ibu tersebut melakukannya ketika layanan masyarakat di balai desa sedang sepi.
Tidak berbeda halnya di tempat kerja juga sama. Nama Al, Andien adalah dua nama yang sering kali menguap, membahana diruangan setiap kali istirahat jam makan siang. Kedua nama tersebut seolah menjadi mantra saktiyang tiap detiknya haram apabila tidak dirapal. Selain nama keduanya, nama Elsa juga tidak kalah menjadi kata benda yang seringkali disebut setiap hari di lingkungan kerja saya. Bahkan setiap udara yang dihembuskan oleh kipas angina tampaknya selalu memuat kata benda tersebut. Bahkan saya curiga udara yang hirup kala itu selain mengandung oksigen juga memuat kandungan Al, Andien dan Elsa dengan kadar yang lumayan. Tembok pun apabila bisa merekam suara, pastinya akan memuat ketiga nama tersebut.
Sebenarnya saya tahu Ikatan Cinta sebatas mendengar sekelebat. Saat teman-teman kerja terutama yang perempuan cerita sambil gontok-gontokan karena sebel dengan salah satu tokoh di cerita tersebut. Untuk menonton sendiri belum pernah. Karena kebetulan di rumah tidak ada yang fanatik nonton sinetron. Bahkan semenjak di rumah pasang fasilitas wifi seakan televisi sudah diabaikan. Saya menonton televisi sebatas menonton berita, pertandingan bola, mata najwa dan acara music.
Namun semua itu berubah ketika saya sudah menikah. Siapa sangka istri saya juga pada akhirnya tertular virus menonton Ikatan Cinta. Karena ternyata di keluarganya sinetron Ikatan Cinta termasuk tontonan wajib setiap malam. Awalnya istri hanya ikutan nimbrung menonton. Namun lama kelamaan yang awalnya ikutan sekarang malah menjadi ketagihan. Virus ikatan cinta sudah “menyerang” hati dan pikirannya. Setiap malam hampir tidak pernah ketinggalan setiap episodenya. Bahkan terkadang paginya masih nonton via youtube. Virus Ikatan Cinta benar-benar sudah menyerang sendi-sendi rumah tangga kami. Akhirnya istri saya resmi menjadi member Fans Ikatan Cinta Garis Keras.
Lanjut Part 2
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
BOLEHKAN SAYA MERAYAKAN TAHUN BARU MASEHI?
Tumblr media
Hal selanjutnya atau yang terakhir dari bulan Desember yang paling mengendap di kepala saya adalah Tahun Baru. Tidak lepas juga dari segala perdebatan tentang perayaan Tahun Baru tersebut. Walaupun memang perdebatan yang muncul tidak segarang perdebatan tentang pengucapan Selamat Natal. Kalau boleh dibuat urutan pasti yang nangkring di posisi pertama adalah polemik mengucapkan Selamat Natal, kemudian polemik perayaan Tahun Baru, dan terakhir adalah polemik merayakan Hari Ibu.
Mari ditelisik bareng-bareng dimana akar masalah atau pemicu mengapa merayakan Tahun Baru masih saja dibahas boleh atau tidaknya. Hemat saya polemik dipicu karena adanya anggapan bahwa Tahun Baru tersebut karena diambil dari kelahiran Nabi Isa AS. Nabi Isa adalah tokoh sentral dalam agama Nasrani atau yang lebih dikenal dengan Yesus yang diakui sebagai anak tuhan. Karena Nabi Isa AS mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan agama Nasrani/Kristen maka tahun kelahiran beliau yang juga disebut masehi menjadi sebuah masalah ketika dirayakan. Terutama bagi penganut agama Islam.
Sehingga fakta diatas menjadikan tahun Masehi disebut sebagai “tahunnya” orang Kristen. Merayakan tahun Masehi sama halnya dengan merayakan tahunnya orang Kristen. Apabila melakukan hal yang sama dengan orang Kristen berarti termasuk meniru apa yang mereka lakukan. Implikasinya ketika meniru yang dilakukan orang Kristen maka dianggap termasuk bagian dari mereka. Kurang lebih seperti itu yang sering didengar di kalangan masyarakat. Malah yang lebih ekstrem lagi, merayakan tahun Masehi sama halnya meniru budaya orang Kafir. Istilah Kafir inilah yang sampai saat ini selalu memicu polemik dan kekerasan.
Harus diakui ada beberapa hal yang memang diidentikkan dengan agama tertentu. Misalnya saja seperti pohon Cemara yang sebagian masyarakat menyebutnya pohon orang Kristen. Mengapa streotipe itu muncul? Tidak lain dan tidak bukan karena pohon Cemara adalah pohon yang digunakan umat Kristiani sebagai pohon Natal. Kemudian yang paling masyhur adalah sebutan Burung Gereja hanya karena sering nangkring di Gereja. Kemudian timbul pertanyaan, apakah boleh Burung Gereja masuk masjid?
Anggapan apabila tahun Masehi adalah tahun umat Kristen dikarenakan penanggalan dimulai ketika Nabi Isa lahir. Tentu timbulnya polemik akan mengerucut pada dua hal yakni boleh dan tidak. Padahal pada dasarnya tahun Masehi perhitungannya didasarkan pada pergerakan Matahari. Sehingga sebenarnya tidak bisa dikaitkan dengan agama atau kelompok apapun. Namun sayangnya penggunaan kata Masehi menjadikan tahun yang berdasarkan pergerakan matahari tersebut lebih berafiliasi dengan agama Kristen.
Tahun masehi dapat pula disebut Tahun Syamsiyah karena memang berdasarkan pergerakan matahari. Adapula beberapa tokoh agama yang menyebutnya dengan Miladiyah. Mungkin hal tersebut karena awal penetapannya didasarkan pada kelahiran Nabi Isa AS. Kemudian ada pula tahun Qomariyah yang perhitungan menganut pergerakan bulan.
Tahun Qomariyah disebut pula tahun Hijriyah. Penyebutan ini tentu berawal dari dimulainya awal perhitungan yang mengambil peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Hingga akhirnya disebut Tahun Baru Islam. Dua jenis penanggalan inilah yang terkadang menimbulkan polemik di masyarakat. Padahal selain dua penanggalan tersebut masih ada yang lain yakni penanggalan Jawa, Sakha, Sunda, China. Untungnya hanya Masehi yang seringkali menimbulkan perdebatan ketika dirayakan.
Kalau dicermati mengapa perayaan Tahun Masehi/ Syamsiyah/ Miladiyah menjadi polemik hemat saya ada beberapa penyebab. Pertama karena awal tahun diambil dari kelahiran Nabi Isa AS yang harus diakui beberapa orang menganggapnya “Nabinya Orang Kristen”. Kedua, perayaan tahun masehi dinilai meniru budaya umat lain bahkan adanya yang bilang budaya orang kafir. Kemudian bagaimana menyikapinya?
Pertama, apabila yang menjadi alasan polemiknya adalah karena yang dijadikan patokan kelahiran Nabi Isa AS yang disebut “Nabinya Orang Kristen”, maka harus diketahui bahwasanya Nabi Isa AS juga adalah nabi dalam agama lainnya yakni agama Islam. Sehingga sebenarnya tidak ada masalah untuk merayakan tahun tersebut karena penetapannya berawal dari seorang nabi dan rasul yang harus diimani. Kemudian dikatakan perayaan tahun baru adalah budaya umat lain, budaya orang kafir. Dimana merayakan tahun baru dengan hura-hura, meniup terompet, menyalakan kembang api.
Maka solusinya cukup dengan merayakan tahun baru namun tidak usah hura-hura, meniup terompet, dan tidak usah menyalakan kembang api. Tentu hura-hura, pesta-pesta dapat digantikan dengan kegiatan-kegiatan yang positif misal mengadakan acara bakti sosial, kegiatan amal, vaksinasi gratis, khitan gratis hingga nikah gratis. Tentu banyak orang yang akan bahagia dan tersenyum merona. Karena ketika awal tahun nanti tidak hanya tahun yang baru, namun mereka juga mendapat pasangan baru. Bisa pula dengan mengadakan acara pengajian, khataman, atau sholawatan. Namun harus diakui sepertinya masih jarang perayaan tahun baru mengadakan acara-acara tersebut.
Budaya tiup terompet bisa diganti dengan tiup-tiup bara api agar jagung, dan ayam gorengnya cepat masak. Atau kalau capek tiup-tiup bisa pula tiupannya diganti dengan hembusan dari kipas angin. Kalau jagung bakar, dan ayam bakar sudah masak tentu kegiatan kumpul-kumpul menjadi lebih mantap dan akrab. Terkait budaya tiup terompet ini saya menjadi ingat teman saya yang bingung ingin merayakan tahun baru namun tidak boleh oleh orang tuanya. Karena ada budaya meniup terompet. Teman saya menceritakan sepengetahuan orang tuanya meniup terompet adalah budaya orang barat jadi tidak boleh ditiru.
Mendengar cerita teman saya, akhirnya saya menyarankan kepadanya agar ketika merarayakan tahun baru, acara tiup terompet diganti saja dengan meniup seruling bambu. Karena seruling bambu adalah budaya Nusantara. Tentu mengganti terompet dengan seruling bambu dapat menjadikan larangan merayakan tahun baru akan gugur. Karena tiup terompet yang dikatakan budaya barat sudah diganti dengan tiup seruling bambu. Padahal apabila larangan tiup terompet benar-benar dilaksanakan tentu yang akan rugi adalah pedagang-pedagang kecil yang rezeki mereka berasal dari jualan terompet tersebut.
Kemudian budaya menyalakan kembang api dapat diganti dengan kegiatan menyalakan semangat dan harapan orang-orang sekitar kita yang merasa kesusahan dan kekurangan agar menjadi lebih optimis dan semangat menyambut tahun yang baru. Kemudian bagaimana cara menyalakan semangat mereka? Tentu dengan memberikan bantuan berupa pelatihan usaha, kredit usaha, workshop, seminar yang berguna untuk mengembangkan skill dan kemampuan dalam berwirausaha. Banyak hal positif dan bermanfaat yang dapat dilakukan sembari menunggu pergantian tahun. Tidak usah tersempitkan dengan hura-hura, tiup terompet dan menyalakan kembang api.
Saya juga termasuk orang yang merayakan pergantian Tahun Baru Masehi. Namun tentu bukan dengan tiup terompet, hura-hura, hingga menyalakan kembang api. Saya dan segenap tetangga cukup merayakan tahun baru dengan kumpul-kumpul terbatas. Karena memang masih pandemic corona. Kemudian kami melengkapi kumpul-kumpul tersebut dengan membakar jagung, ayam, menggoreng sossis, hingga membuat lontong sayur. Tentu acara ini bukan diniatkan untuk meniru budaya umat lain, atau bahkan orang kafir.
Perayaan Tahun Baru yang kami laksanakan juga bertujuan untuk silaturahim. Sehingga tetangga dan keluarga yang mungkin jarang bersua dapat saling mengobrol dan bertatap muka. Tentu dikarenakan kesibukan masing-masing sehingga jarang untuk dapat berkomunikasi secara langsung. Terkait jagung, ayam, sossis hingga lontong sayur juga dibeli dengan gotong royong. Ada yang membeli jagung, sossis, ayam, dan lontongnya. Kemudian apa yang saya beli? Tentu membeli yang belum dibeli oleh yang lain.
Tahun Baru hanya sebuah kegiatan menunggu pergantian tahun. Alangkah lebih baiknya tidak lagi dijadikan polemik. Karena sudah terlalu banyak polemik di negeri ini. Sehingga tahun depan tidak usah lagi dibahas Hukum Merayakan Tahun Baru 2022. Kalau ingin merayakan cukup dirayakan saja. Bila tida setuju dengan perayaan tersebut cukup bersikap arif dan bijaksana dengan tidak menghujat yang melakukan perayaan. Jadilah pribadi yang konsisten. Jangan menjadi orang yang melarang perayaan Tahun Baru, menghujat yang merayakannya, namun menikmati libur di Tahun Baru, memburu potongan atau diskon di Tahun Baru hingga bersedia makan ayam, jagung bakar, sossis, dan lontong sayur yang dimasak untuk merayakan Tahun Baru.
Dadi Wong Ojo Mung Golek Kepenake Thok?
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
Selamat Natal (Ucapan yang Menjadi Polemik Kambuhan)
Tumblr media
Hal selanjutnya yang selalu teringat di kepala saya saat bulan Desember adalah Hari Natal. Sebuah hari yang selalu dirindukan oleh saudara non-Muslim. Tanggal 25 Desember memang unik selain diramaikan dengan berbagai pohon Natal lengkap dengan hiasan serta pernak perniknya tanggal tersebut juga ramai dengan berbagai perdebatan tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat Hari Natal. Harus diakui perdebatan tentang boleh tidaknya mengucapkan Hari Natal selalu menjadi perdebatan kambuhan. Karena tiap tahun selalu terulang.
Saya sempat mencari informasi di dunia maya terkait kapan pertama kali timbulnya perdebatan mengucapkan Selamat Natal. Namun ternyata tidak ada. Namun yang pasti sejak saya sudah mengenal bangku Sekolah Menengah Atas perdebatan ini sudah mulai ada. Saya masuk jenjang Madrasah Aliyah pada tahun 2006. Jadi perdebatan tentang ucapan Selamat Natal sudah terjadi kurang lebih 14 tahun. Itu baru hitungan versi saya. Tentu saja bisa lebih lama dari waktu tersebut.
Hal menarik yang saya dapati dalam sejarah natal adalah ternyata tidak hanya tanggal 25 Desember yang diperingati sebagai Hari Natal. Yogie Prihantoro berpendapat yang kemudian dikutip oleh Monique Rijekers dalam tulisannya, mengatakan bahwasanya ada dua tanggal yang diperingati umat kristiani sebagai Hari Natal atau tanggal kelahiran Yesus. Yaitu tanggal 25 Desember dan 7 Januari. Kristen Timur yang berafiliasidengan Gereja Orthodox menetapkan Hari Natal jatuh pada tanggal 7 Januari. Karena kalender yang mereka gunakan menggunakan kalender Julian yang dipakai sejak masa Kaisar Romawi Julius Caesar.
Sedangkan tanggal 25 Desember digunakan oleh umat Kristen Barat yang berafiliasi dengan Gereja Protestan serta Katolik. Hal ini dikarenakan kalender yang mereka gunakan adalah kalender Gregorian versi Paus Gregory XIII. Yogie Prihantoro melanjutkan bahwasanya umat Kristen Koptik di Mesir merayakan Hari Natal pada tanggal 7 Januari. padahal di Mesir juga terdapat Kristen Protestan dan Katolik. Hal tersebut menjadikan perayaan Natal di Mesir lebih dari sekali. Yakni pada tanggal 25 Desember dan 7 Januari. Untuk tulisan Monique Rijekers dapat di buka di tautan berikut : https://www.dw.com/id/polemik-natal-kapan-yesus-lahir/a-51737771
Kembali menyoal perdebatan tentang hukum mengucapkan Selamat Natal. Namanya perdebatan tentu ada pendapat yang berbeda yang pada intinya bermuara pada dua kubu besar yakni pihak yang membolehkan dan pihak yang tidak membolehkan. Pihak yang tidak membolehkan mempunya dasar mengucapkan Selamat Natal sama halnya mengakui bahwa Isa adalah anak tuhan. Sehingga titik beratnya pada aqidah. Sedangkan pihak yang membolehkan mempunyai alasan pengucapan Selamat Natal dapat mempererat tali persaudaran dengan saudara non-Muslim /Nasrani. Kubu ini menitik beratkan pada sosial.
Selain dua kubu diatas ada pula pihak yang netral. Yang lebih memilih tidak mempermasalahkan dan tidak mau terjebak pada polemik boleh atau tidaknya mengucapkan Selamat Natal. Adapula yang tetap mengucapkan Selamat namun tanpa ada kata Natal yang menyertainya. Tentu hal ini termasuk pihak yang memilih jalan tengah. Sehingga tetap mengucapkan selamat demi menjaga perasudaraan namun meninggalkan kata Natal agar tidak ikut mengakui kalau nabi isa adalah anak tuhan.
Namun umumnya polemik ini terjadi pada orang muslim. Karena memang Kristen dan Islam adalah dua agama Samawi yang diakui mempunyai hubungan yang sama erat. Tidak berbeda dengan agama Yahudi. Hal ini tentu tidak dapat dilepaskan dari sosok Nabi Ibrahim yang menjadi tokoh besar dalam ketiga agama Samawi tersebut. Saya sendiri juga pernah mengucapkan Selamat Natal kepada rekan yang memang sedang merayakannya sewaktu saya menempuh program magang di Kementrian Luar Negeri. Karena pada waktu saya satu kantor dengan beberapa rekan yang mempunyai kepercayaan berbeda-beda.
Saya tekankan, dalam tulisan ini yang saya soroti bukanlah hukum mengucapkan Selamat Natal. Namun mengapa polemik mengucapkan Selamat Natal selalu menjadi perdebatan tiap tahunnya yakni ketika bulan Desember mulai datang. Boleh tidaknya mengucapkan Selamat Natal sudah dibahas jauh sebelumnya. Jawabannya pun berbeda-beda/khilafiiyah. Sehingga tinggal memilih pendapat mana yang akan diikuti. Sudah semudah itu. Kalau beralasan tidak tahu, sekarang zaman digital. Perdebatan seperti itu pasti sudah pernah dipublish. Banyak pula cendekiawan muslim, ulama, kyai yang mempunyai media sosial yang tentu saja pernah membahas hal tersebut. Jadi cukupkan menjadikan Selamat Natal menjadi isu tahunan.
Kemudian apabila ada seseorang, tokoh masyarakat, pejabat, menteri, pemangku kebijakan yang mengucapkan Selamat Natal jangan dipermasalahkan. Jangan dihujat atau lebih lebih lagi dicap kafir bahkan sampai masuk neraka. Ingat surga dan neraka adalah hak perogatif tuhan. Tidak ada manusia pun yang bisa mengklaim orang lain masuk neraka. Apabila ada yang tidak sepakat mengucapkan Selamat Natal tetaplah menebar damai dengan tidak memusuhi orang yang mengucapkan Selamat Natal.
Kadang yang membuat saya geli adalah ada oknum yang menyalahkan orang mengucapkan Selamat Natal, bahkan menghujatnya. Merasa benar sendiri. Bahkan terkadang tidak nyaman dengan perayaan Natal. Padahal ketika hari libur Natal dia ikut merasa gembira. Karena tanggal merah sehingga bisa libur kerja. Bisa liburan bersama keluarga ke luar kota. Aneh bukan? Seseorang tidak senang pada perayaan Natal, menghujat orang yang mengucapkan Selamat Natal namun dia menikmati Libur Natal juga. Bahkan ketika ada diskon besar-besaran karena Natal, oknum tersebut ikut berburu barang-barang juga.
Jadilah orang yang konsisten. Apabila tidak nyaman dengan perayaan Natal, membenci yang mengucapkan Selamat Natal, maka jangan menikmati libur di Hari Natal. Jangan ikutan liburan di Hari Natal. Tetap masuk kerja. Jangan juga pula ikut berburu barang murah karena Diskon di Hari Natal.
Mosok dadi wong kok mung penake thok?
0 notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
TIDAK BOLEHKAH MERAYAKAN HARI IBU? HARAMKAH?
Tumblr media
(Selamat Jalan Desember Part 1)
Selamat jalan bulan Desember. Itulah ungkapan pertama guna membuka tulisan ini yang entah nantinya akan dibaca orang atau tidak. Kemudian saya rangkai dengan sebuah pertanyaan kepada pembaca tulisan ini, Apa hal yang anda ingat dari bulan Desember? Ketika saya tanya kepada istri saya dengan cepat tanpa mikir dia berujar hal yang paling diingat dari bulan Desember adalah hari pernikahan kami. Sepertinya dia lupa hari ulang tahun saya, sehingga memilih tanggal pernikahan adalah hal yang paling dia ingat dari bulan Desember.
Saya juga bertanya ke mbah Google tentang hal-hal identik dengan bulan Desember, maka ditampilkan 7 hal yang identik dengan bulan ke -12 tersebut. Tujuh hal tersebut adalah musim hujan, flu, galau, cuaca dingin, banjir, belanja akhir tahun, dan rencana tahun Baru. Kalau saya pribadi mempunyai pendapat lain. Bagi saya bulan Desember identik dengan ulang tahun saya, tanggal pernikahan saya, hari Ibu, hari Natal, dan tahun Baru. Dimana dua yang terakhir seringkali menimbulkan perdebatan skala nasional bahkan internasional.
Mari dibahas satu-satu. Untuk hari ulang tahun, dan tanggal pernikahan saya tidak usah dibahas. Karena tidak menimbulkan perdebatan skala nasional regional saja tidak. Perdebatan timbul paling skala rumah tangga yakni antara saya dan istri saya. Bukan karena ada yang lupa tanggal pernikahan, namun lebih kearah mengapa kalau istri saya hafal ultah saya namun tidak sebaliknya. Ketika istri mengajak debat soal itu saya selalu menjelaskan, kalau istri ingat ulang tahun suami itu dapat pahala. Kalau suami tidak wajib ingat ulang tahun istri.
Pembahasan selanjutnya adalah tentang hari Ibu, hari Natal, dan tahun Baru. Hari Ibu jatuh pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Terkait sejarah hari Ibu saya masih mencari sejarah yang valid. Namun sejarah pertama yang saya dapat tentang hari Ibu adalah ketika saya masih menuntut ilmu di sebuah kota suci di Jawa Tengah. Waktu itu saya mendapat penjelasan dari guru saya, beliau adalah Ustadz Sinar Cahaya (identitas saya samarkan). Dalam penjelasannya, kami dilarang untuk merayakan hari Ibu. Karena hari Ibu bukan budaya umat muslim namun bersumber dari budaya non muslim.
Waktu itu beliau menjelaskan bahwa dipilihnya 22 Desember sebagai hari Ibu bukan tanpa alasan. Namun sudah disusun sedemikian rupa sehingga terstruktur, sistematis dan masif. Tanggal 22 Desember dipilih karena tidak jauh jaraknya dengan 25 Desember yang merupakan hari Natal. Kemudian tanggal 31 Desember merupakan tahun Baru. Sehingga 22 Desember dijadikan hari Ibu agar moment yang dirayakan dapat berkesinambungan dengan hari-hari setelahnya yakni hari Natal dan tahun Baru. Oleh karenanya, hari Ibu bukan budaya muslim. Namun budaya orang yang tidak bisa berkumpul dengan Ibunya sehingga bisa berkumpul dengan Ibunya kemudian dilanjutkan bersama-sama merayakan Natal dan tahun Baru. Kurang lebih seperti itu penjelasan beliau.
Karena waktu itu saya masih bocah dan tentu saja ewuh pakewuhdengan beliau maka saya tidak mempunya cukup keberanian untuk sekedar bertanya atau mengajak diskusi kritis. Maupun sekedar bertanya bersumber dari mana pendapat beliau tersebut. Cukup lama saya meyakini pendapat ini untuk kemudian saya yakin kalau hari Ibu bukan budaya islam. Namun semakin lama rasa penasaran saya semakin membuncah. Akhirnya setelah sekian lama penasaran, akhirnya sebuah informasi saya temukan. Tentu saja berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh guru saya semasa sekolah dahulu.
Informasi yang saya temukan tersebut bahwasanya adanya hari Ibu erat kaitannya dengan masa perjuangan dulu. Tepatnya sewaktu dilaksanakannya Kongres Perempuan Indonesia 1 pada tanggal 22-25 Desember 1928. Menariknya kongres ini terjadi tidak berselang lama setelah Kongres Pemuda II dimana menghasilkan Sumpah Pemuda. Adapun kongres perempuan tersebut diikuti tidak kurang 600 orang perempuan dari berbagai perhimpunan yang ada dan berlatar belakang berbeda-beda. Baik suku, agama, usia maupun pekerjaan.
Kemudian versi mana yang benar? Versi guru saya atau versi sejarah Indonesia? Sejauh ini saya belum bisa menentukan versi mana yang benar. Karena saya belum bisa berdiskusi langsung dengan guru saya terkait penjelasan yang beliau kemukakan. Sumber yang beliau jadi rujukan belum bisa digali secara rinci. Jadi terlalu prematur untuk membandingkan dengan sumber yang lain. Beberapa tahun terakhir adanya hari Ibu tampak adem anyem. Karena sejauh saya tahu tidak ada yang memperdebatkannya.
Namun adem ayem itu berubah seketika saya membaca sebuah unggahan di story seorang teman yang membagi sebuah pesan singkat bahwasanya, JANGAN UCAPKAN HARI IBU JANGAN PERNAH MERAYAKAN HARI IBU. Saya agak kaget ketika membacanya. Jangan-jangan ini akan menjadi isu baru di tahun depan ketika bulan Desember datang menjelang. Tentu saja akan menjadi sebuah perdebatan baru selain perdebatan yang sudah-sudah tentang ucapan hari Natal dan perayaan tahun Baru.
Ada sebuah pesan lain yang nadanya hampir sama bahwasanya, Berbakti pada Ibu itu setiap waktu. Tentu yang dimaksud disini adalah berbakti kepada Ibu tidak harus menunggu sampai hari Ibu. Bahkan disertakan juga terjemahan ayat al-Qur’an yang berbunyi:
“ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu bapaknya; Ibunya telah mengandungny dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(QS. Lukman :14)
Perintah berbakti di sini bukan hanya berlaku pada hari Ibu saja , tetapi setiap waktu.
Saya agak heran membaca pendapat diatas. Namun ini hanya hemat saya pribadi. Pertama adalah mengapa hal seperti ini menjadi hal yang harus dihukumi boleh atau tidak. Kemudian mengapa baru sekarang? Dari zaman Presiden Sukarno tahun 1953 Hari Ibu sudah ada, sudah diperingati. Namun mengapa Baru sekarang dipermasalahkan. Mengapa baru sekarang menjadi isu. Atau saya saja yang kurang update akan dunia per-isu-an yang lagi hot.
Kedua, mengapa harus dipermasalahkan. Hari Ibu adalah hari yang ditetapkan pemerintah kepada Ibu sebagai penghargaan atas jasa-jasa mereka. Kemudian dirayakan secara serempak seluruh rakyat Indonesia dengan berbagai acara yang intinya berterimakasih kepada jasa-jasa seorang Ibu. Hari Ibu tidak ada kaitannya dengan aqidah, fiqih, ibadah, atau hal yang lain. Mengapa harus direpoti dengan menetapkan hukum boleh atau tidak boleh memperingatinya. Apakah tidak boleh seseorang yang ingin mengucapkan selamat hari Ibu kepada Ibunya sebagai perwujudan rasa terimakasih yang dalam?
Ketiga, adanya hari ibu tidak menjadikan seorang anak tidak berbakti kepada orang tuanya selain pada hari ibu. Saya yakin selain hari ibu mereka tetap hormat, saying kepada ibunya, mendoakan, mau disuruh ibunya untuk berbelanja kepasar, mencuci baju cuci piring, menyiram tanaman, mengeluarkan motor, hingga memijit ibunya ketika lelah. Hari Ibu adalah moment dimana banyak orang berterimkasih kepada ibunya secara serempak. Apakah ketika Idul Fitri banyak orang bermaaf-maafan menjadikan seorang ketika selain Idul Fitri tidak boleh bermaaf-maafan? Tidak bukan?
Hari ibu adalah apresiasi kepada jasa seorang ibu. Bukan berarti selain hari ibu tidak berbakti. Analoginya seperti peringatan Hari Guru. Apakah harus menunggu Hari Guru agar seorang murid berterima kasih kepada gurunya? Tidak kan? Hari Guru adalah bentuk apresiasi atas jasa seorang guru yang telah mengabdikan dirinya untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Adanya hari Ibu maupun hari guru tidak menjadikan kalau selain dua hari tersebut mereka tidak dihormati atau diapresiasi. Hari tersebut hanya bentuk perayaan, hanya bentuk moment secara resmi dimana seluruh Negara serempak memperingati Hari Guru dan Hari Ibu.
Kadang geli juga mengapa hal-hal yang bersifat budaya, sosial, yang jelas-jelas bersifat positif harus repot dihukumi segala. Harus dihukumi boleh atau tidak. Padahal hari-hari tersebut adalah sebuah bentuk apresiasi dan penghormatan. Apakah hukumnya tidak boleh apabila sebuah Negara menetapkan sebuah hari sebagai Hari Ibu sebagai bentuk penghormatan kepada seorang wanita yang besar perannya dalam keluarga? Apakah hukumnya tidak boleh apabila segenap warga Negara khususnya umat muslim merayakannya? Atau karena tidak ada dalilnya atau karena zaman nabi tidak melakukannya sehingga hal tersebut dihukumi tidak boleh? Bahkan dilarang merayakannya?
Sudahlah tidak perlu repot menghukumi sesuatu yang jelas-jelas sudah baik, tidak menimbulkan perdebatan. Cukup hukumi saja sesuatu yang memang harus dihukumi. Tolong jangan mengurangi kebahagiaan seorang ibu di hari dimana beliau dia apresiasi oleh satu Negara atau bahkan seisi dunia karena jasa-jasanya, hanya karena kamu tidak setuju merayakannya.
3 notes ¡ View notes
ibnuamirworld ¡ 2 years
Text
Saatnya Persipa Pati Terbang Lebih Tinggi
Tumblr media
Belakangan ini Klub Sepakbola Persipa Pati sedang mendapat sorotan. Baik secara lokal (dari warga Pati sendiri) maupun secara nasional. Tentu penyebabnya bukan kontroversi namun karena prestasi gemilang yang baru didapatkan. Harus diakui walaupun klub Persipa Pati sudah berdiri sejak 19 April 1951 (Wikipedia) namun gaung memang tidak terlalu terdengar. Penyebabnya tentu sudah bisa ditebak, karena klub kebanggaan warga Bumi Mina Tani tersebut masih bermain di liga 3. Prestasi terbaik adalah tampil di divisi 1 tahun 2014.
Klub berjuluk Laskar Saridin itu juga kalah pamor dari “saudara mudanya” PSG Pati yang tak lain adalah klub milik wakil bupati pati Saiful Arifin. Apalagi pembelian klub yang awalnya berawal dari Gresik itu sempat menjadi sorotan secara nasional. Termasuk protes beberapa pihak yang tidak senang pembelian klub tersebut karena kota Pati sudah memiliki klub sendiri. Ditambah lagi PSG Pati sudah bermain di liga 2 dan sudah mendatangkan beberapa pemain berlabel timnas. Kisah pembelian PSG Pati kala itu sempat membuat kota Pati menjadi terkenal.
Tumblr media
Namun kali ini persipa benar-benar mendapat sorotan. Ketika sinarnya tertutup gonjang-ganjing bergantinya nama PSG Pati menjadi AHHA PS Pati karena dibeli Youtuber kondyang Ashiapp, Atta Halilintar, justru prestasinya makin mengkilat. Persipa berhasil menjadi juara Liga 3 Regional Jawa tengah setelah mengandaskan perlawanan Persebi Boyolali 5 gol tanpa balas. Bahkan sang kapten sukses mencetak hatrick untuk klub kebanggan warga Pati. Sebuah prestasi yang luar biasa.
Tumblr media
Tentu kemenangan ini menjadi sebuah “peringatan” bahwa Persipa bisa berprestasi. Walau dalam diam tanpa banyak tahu mereka berjuang sekuat tenaga demi membawa prestasi bagi Bumi Mina Tani. Mereka berhasil menggondol trofi juara Liga 3 Jawa Tengah menuju kota Pati. Bahkan saking tidak percayanya, seorang penyiar radio lokal di Pati sampai menanyakan suatu pertanyaan yang mengindikasikan ketidakpercayannya kepada salah satu pengurus Persipa pati ketika terjadi wawancara via telpon.
Sang penyiar tersebut berkata (kurang lebih seperti ini)” Kok bisa pak Persipa Juara? Sepertinya tidak mungkin karena masa pandemi juga?” Apa yang disampaikan penyiar tersebut tentu bukan maksud untuk meremehkan namun bagaimana dia belum percaya kalau tim Persipa bisa juara. Apalagi juara di masa pandemi seperti ini dimana banyak klub-klub besar yang sudah mapan secara finansial dan infrastruktur juga kesulitan untuk mengarungi kompetisi. Bagaimana bisa meraih prestasi untuk tetap mengikuti kompetisi saja sudah setengah mati.
Sang pengurus persipa berinisial JK juga agak tertawa sedikit dan pastinya agak kaget ketika mejawab pertanyaan sang penyiar. Dengan tenang beliau menjelaskan bahwa memang terkait finansial semua klub merasa kekurangan. Namun, beliau melanjutkan karena semangat kekeluargaanlah Persipa Pati bisa juara. Namun dengan tegas beliau menjelaskan bahwasanya gelar juara ini baru awal karena perjalanan untuk kedepannya yakni bisa promosi ke liga 2 perjuangan masih panjang. Bahkan gelar juara baru awal untuk perjuangan yang lebih panjang.
Perlu diketahui gelar juara yang diraih persipa adalah Juara Regional Jawa Tengah. Dengan gelar juara ini Persipa berhak mengikuti putaran nasional yang nantinya akan diikuti 64 klub dari seluruh Indonesia. Kemudian dari 64 klub yang saling berjibaku tersebut hanya ada 8 klub terkuat yang berhak menggenggam tiket untuk promosi ke liga 2. Setidaknya itulah yang hasil keputusan rapat PSSI. Tidak dapat dipungkiri memang ada penambahan kuota klub liga 3 yang promosi ke liga 2 yakin yang semula 6 klun sekarang menjadi 8 klub.
Mengingat fakta yang ada diatas, tentu Persipa Pati dan warga Pati seluruhnya tidak boleh terlalu larut dalam euforia juara. Karena perjalanan masih sangat panjang. Masih ada proses berdarah yang harus dilewati. Karena nantinya Persipa harus bersaing dengan klub dari provinsi lain yang tentu harus diwaspadai. Jawa tengah harus diakui dalam persepakbolaan Indonesia belum begitu bertaji.
Jawa tengah tampak masih kalah mentereng dari Jawa Timur, Jawa Barat bahkan bisa jadi provinsi-provinsi lain. Di kompetisi tertinggi Jawa Tengah hanya diwakli PSIS Semarang. Bandingkan dengan jawa timur yang diwakilil Persela Lamongan, Persebaya Surabaya, Persik Kediri, Arema Malang, hingga Madura United. Memang ada klub asal jawa tengah selain PSIS yaitu Bhayangkara Solo FC namun itu pun bukan asli klub asal jawa tengah. Klub asal Solo sendiri yakni Persis juga sedang berjuang promosi ke Liga 1.
Oleh karena itu Persipa harus benar-benar menyiapkan semuanya. Setidaknya untuk berjuang memperebutkan tiket 8 klub yang berhak promosi ke liga 2. Proses masih panjang, stamina harus terjaga. Selain itu dukungan baik moril maupun materil harus selalu dijaga. Perjuangan yang dilakukan bak lari marathon bukan lari jarak pendek. Sehingga stamina, mental, dan stamina adalah yang terpenting. Setelah itu ketika nanti bisa merebut tiket untuk naik level tentu makin banyak yang harus dipersiapkan. Sekali lagi ini bukan meremehkan. Namun sebagai masukan agar lebih baik ke depannya.
Ketika nanti mentas ke Liga 2 maka banyak hal yang harus dibenahi. Tentu yang pertama adalah terkait pembiayaan. Ketika sebuah klub sudah naik ke liga 2 maka sudah tidak diperbolehkan menggunakan APBD dan klub harus membuat PT. Selain itu stadion juga ikut dibenahi agar sesuai dengan standar kompetisi liga 2. Belum lagi semakin ketatnya sebuah kompetisi tentu harus dibenahi dengan banyak pemain yang berkualitas. Apabila ingin bersaing dan tidak menjadi bulan-bulanan tentu harus merekrut pemain-pemain berkualitas yang dapat membantu meraih hasil maksimal selama satu musim kompetisi.
Apakah operasional liga 2 semakin mahal? Pasti, karena semakin tinggi sebuah liga akan semakin kompetitif atmosfer persaingannya. Sehingga mau tidak mau apabila biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Selama masih di liga 3 mungkin tim yang dilawan hanya sebatas regional Jawa Tengah. Namun saat sudah naik kasta ke Liga 2 pastilah tim yang akan dihadapi akan seluruh Indonesia. Hal ini tentu memicu efek domino makin mahalnya ongkos perjalanan, akomodasi, konsumsi dan lainnya.
Dalam sebuah artikel dijelaskan setidaknya sebuah klub yang mentas di Liga 2 harus menyiapkan setidaknya dana 4 Miliar. Jumlah itu setengahnya digunakan untuk deposit dana sebagai sebuah syarat klub bermain di Liga 2. Nominal 4 Milliar adalah jumlah nominal. Karena tentu nantinya bisa lebih besar dari itu. Apalagi bila mendatangkan pemain yang berkualitas atau bahkan berlabel timnas. Tentu biaya akan semakin membengkak. Karena pos pengeluaran sebuah klub yang paling besar adalah dari gaji pemain, pelatih, dan offisial.
Pendapatan sebuah klub untuk bisa mengarungi satu musim kompetisi bisa berasal dari beberapa sumber. Seperti sponsor, apparel dan merchandise, subsidi liga dan hak siar televisi, dan yang terkakhir penjualan tiket. Untuk sumber pertama yakni sponsor adalah sumber pendapatan yang sulit didapatkan. Misalnya dapatpun belum tentu nilainya seperti yang diharapakan. Karena jarang klub di Indonesia bahkan sekelas Liga 1 sekalipun yang mendapat nilai kontrak yang besar.
Sumber yang kedua adalah apparel dan merchandise. Pemasukan ini bisa diharapkan ketika sebuah klub sudah punya nama besar atau setidaknya punya basis supporter yang kuat dan banyak. Karena tidak masuk akal sebuah apparel mau menjalin kerjasama dengan klub yang basis penggemarnya tidak banyak. Sumber ketiga adalah subsidi liga dan hak siar televisi. Namun ini juga belum bisa diharapkan. Karena belum pasti. Azrul ananda sebagai Presiden Klub Persebaya Surabaya, menganjurkan sebuah klub tidak menggantungkan nasibnya pada subsidi liga dan hak siar televisi. “Anggap saja itu bonus”. Tambahnya.
Sumber terakhir adalah hasil penjualan tiket. Tentu ini adalah salah satu sumber yang paling dapat diharapkan dari sebuah klub sepakbola. Namun yang menjadi tantangannya adalah ketika mengharapkan pemasukan dari sebuah pertandingan tentu klub harus mempunyai stadion sendiri tidak menyewa stadion lain. Karena menyewa stadion lain tentu dana yang masuk akan terpotong untuk biaya sewa. Belum lagi kalau stadion yang disewa jarak jauh tentu supporter yang datang sedikit. Alhasil pemasukan yang masuk tidak maksimal.
Tumblr media
Itu baru masalah kepemilikan stadion. Tantangan yang lebih besar lagi adalah ketika klub yang ada belum mempunyai basis supporter yang besar, setia dan loyal. Karena sebuah klub tanpa supporter tentu bukan apa-apa. Ketika mempunyai supporter yang besar namun tidak loyal, setia juga tidak maksimal. Karena ketika klub bermain supporter enggan datang ke stadion. Tentu sebuah klub yang mempunyai supporter yang kuat, setia dan loyal adalah klub yang beruntung sehingga dapat memaksimalkan penjualan tiket untuk mengarungi kompetisi. Penjualan tiket juga untuk saat ini belum bisa diharapkan ketika pandemic masih menghantui.
Tumblr media
Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah sudah siapkan Persipa Pati dengan segala tantangan diatas? Saya katakan Persipa Pati harus bersiap. Tentu saja hal tersebut harus didukung oleh seluruh warga Pati terutama pengusaha-pengusaha dan investor baik dari Pati maupun luar Pati. Saya hanya ingin Persipa Pati dapat tampil di kompetisi Liga 2 secara sehat tanpa berdarah-darah dalam hal finansial di tengah jalan. Saya tidak ingin tiba-tiba di tengah-tengah kompetisi Persipa Pati dibeli investor lain kemudian di boyong keluar dari kota Pati dan berganti nama. Atau bahkan merger dengan “saudara mudanya” PSG Pati, sehingga menjadi Persipa Safin Group Pati. Atau berubah nama menjadi AHHA Persipa Pati. Jangan sampai.
0 notes
ibnuamirworld ¡ 5 years
Text
Yogyakarta, 4 Januari 2019
Mem-Politikkan Silaturahmi atau Men-Silaturahmikan Politik?
(Sebuah Kajian Tentang maksud tersembunyi dalam sebuah budaya sehari-hari)
“ Dalam dunia politik hanya dikenal tiga kata, Jangan, Sampai, Tertangkap!!!”
(Echelon Conspiracy)
Bahagia itu adalah ketika apa yang disusun dan direncanakan dapat berjalan dengan baik dan semestinya. Bahkan bisa dikatakan melebihi ekpestasi. Seperti yang saya alami pagi ini, rencana yang sebelumnya sempat selalu tertunda karena mendung dan hujan masih saja menggelayuti langit Kota Djogja, akhirnya dapat terlaksana. Karena cerah kembali menyapa di tengah dominasi musim hujan akhir-akhir ini. Tidur awal sehingga badan lebih fit dan siap dapat disempurnakan dengan gowes ke Embung Tambak Boyo. Jogging empat kali putaran dilengkapi dengan porsi fitnes kecil-kecilan menjadi sajian penutupnya.
Tidak Cuma sukses gowes dan jogging saja, cerahnya Djogja yang lumayan menyengat, memberi saya lumayan waktu untuk mengeringkan apa-apa yang kemarin belum sempat kering. Baju-baju dan cucian yang beberapa hari tertahan dalam keadaan basah, akhirnya dapat mendapatkan sengatan matahari agar dapat digunakan untuk menunjang aktivitas ke depannya. Tidak hanya baju dan cucian yang kering, helm sepeda dan helm motor serta beberapa baju lain yang lembap juga dapat segera kering karena memang sang Surya lumayan lama menyinari langit Kota Djogja setelah beberapa waktu terkalahkan oleh mendung. Sinar Matahari yang banyak dirindukan orang.
Saya menulis tulisan ini sebenarnya langit kota djogja kembali bocor. Ternyata Matahari dan kecerahannya hanya bertahan sekitar setengah hari. Selesai Sholat Jumat di masjid, langit Kota Djogja kembali murung dan cerahnya kembali bersembunyi. Namun bagaimanapun juga semua harus disyukuri karena itu sudah menjadi sunnatullah. Agar semuanya bisa adil dan seimbang. Untuk tulisan ini saya ingin membahas hal yang agak serius, insyallah. Kalau tulisan-tulisan sebelumnya membahas terkait cerita perjalanan, nah untuk ini sedikit mengulas tentang politik. Mumpung tahun 2019 ini menjadi tahun politik bagi segenap penduduk ibu pertiwi.
Namun tentu saja, pembahasan politik tetap bertolak dari pengalaman yang saya alami sehari-hari. Saya mengenal istilah politik pertama kali waktu masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyyah. Saat itu masih kelas 6 Madrasah Ibtidaiyyah. Mungkin usia yang terlalu dini untuk mengenal istilah tersebut. Istilah itu muncul saat saya sedang mngikuti pelajaran Bahasa Inggris oleh guru saya yang bernama pak Supadi. Mudahnya waktu itu beliau mendefinisikan politik sebagai salah satu upaya seseorang untuk mempertahankan diri dan terlihat di antara orang-orang yang lain. Saya tahu beliau berusaha untuk membuat bahasa yang mudah dalam mendefinisikan politik. Maklum yang menjadi audience adalah anak kelas 6 MI yang tentu saja lebih suka nonton kartun dan main kelereng daripada berdiam diri sembari menonton berita politik di televisi.
Cerita saya diatas hanya sebagai sebuah pembuka dari apa yang akan saya tuliskan kemudian. Pointnya adalah saya sudah lebih dahulu mengenal istilah politik sebelumnya. Namun hanya sebatas pengertian agar orang dapat mempertahankan posisi dirinya. Kemudian cerita saya berlanjut dengan pengalaman yang menjadi latar penulisan tulisan ini. Waktu itu pastinya saya sudah lupa, saat itu saya sedang berada sendiri di rumah. Kebetulan ayah sedang pergi untuk mengawasi pembangunan rumah ibadah dekat rumah sedangkan ibu menjalankan aktivitas rutinnya, yakni mengajar di sekolah di belakang rumah ibadah tempat ayah mengawasi pembangunannya.
Yang pasti peristiwa yang saya alami ketika musim pemilihan legislatif. Saat itu saya sedang berada di ruangan tengah sembari menonton televisi. Perlu diketahui ruang tengah saya berada di belakang ruang tamu. Jadi lokasinya berdekatan, namun walau berdekatan ada sebuah buffet besar yang memisahkan keduanya. Sehingga apabila ayah atau ibu saya sedang menerima tamu, saya tidak bisa langsung tahu siapa tamu yang datang. Mungkin sebatas hanya mendengar suaranya saja. Kemudian ruang tamu langsung mengakses pintu depan rumah seperti rumah-rumah pada umumnya. Pintu depan rumah dilengkapi dengan bel untuk mempermudah tamu yang akan berkunjung.
Saat sedang serius menonton acara di televisi, tiba-tiba saya mendengar suara deru mobil yang kemudian berhenti di depan rumah. Saya sempat menerka kalau itu deru mesin mobil apa, tapi sekilas seperti mobil minibus jadi bukan sejenis sedan. Setelah suara deru mobil menjadi pelan dan kemudian menghilang, dilanjutkan dengan suara orang yang mengucapkan salam. Saya pun segera menjawab salam tersebut. Bukankah menjawab salam itu wajib? Walaupun mengucapkannya itu sunnah. Selesai menjawab salam, saya segera beranjak dari posisi duduk saya untuk segera melihat siapa tamu yang datang.  Untuk tahu tujuan tamu tersebut, mencari siapa, keperluan apa. Pastinya bukan mencari saya, karena jarang sekali saya mendapat tamu atau ada teman yang berkunjung. Maklum menjadi anak perantauan dari Aliyah tentu membuat saya terbatas dalam kuantitas pertemanan.
Ketika sampai di depan pintu, akhirnya saya dapat melihat jenis mobil yang tadi mesinnya saya dengar. Sebuah Toyota Togreamer gagah parkir di depan pekarangan rumah saya. Saya awalnya kaget, karena perasaan teman ayah jarang yang mempunyai jenis mobil tersebut. Karena jenis mobil tersebut termasuk jenis menengah walaupun belum sampai jenis Premium. Namun dengan kapasitas mobil yang besar, tampilan gagah, tentu harganya menjadi tidak ramah bagi kantong orang biasa.  Tambah kaget lagi adalah ketika saya mendapati tamu yang datang adalah bapak-bapak paruh baya, berkumis yang wajahnya sangat asing bagi saya. Asing dalam arti memang saya belum pernah melihatnya. Jujur saya bukan orang yang mudah lupa akan wajah orang, kalau nama mungkin agak lupa, tapi masalah wajah insyallah ingatan saya masih setajam silet. Hehehe
Walaupun jarang dirumah, saya hampir kenal  semua wajah dan nama teman-teman ayah saya. Selain ingatan saya terhadap wajah orang yang lumayan kuat, ayah juga sering mengenalkan saya kepada teman-temannya. Sehingga sedikit banyak saya hafal wajah teman-teman ayah. Selama orang tersebut pernah berkunjung ke rumah dan saya pernah melihatnya, maka dipastikan saya ingat wajah dan namanya. Namun kali ini sungguh wajah tamu itu masih asing bagi saya. Wajah saja asing bagaimana tahu nama. Namun namanya tamu walaupun belum kenal harus diperlakukan sebaik mungkin. Karena tamu adalah raja, sehingga harus diperlakukan sebaik mungkin. Namun itu kata-kata untuk tuan rumah bukan untuk tamu yang datang.
Setelah melihat tamu tersebut, saya segera mempersilahkan tamu itu untuk masuk dan duduk di ruang tamu sembari kemudian menyodorkan air mineral yang ada. Alhamdulillah masih ada sedikit cemilan di meja, sehingga standar paling sederhana dalam menerima dan memuliakan tamu sudah saya penuhi. Setelah duduk, saya memberanikan diri untuk menanyakan ada keperluan apa. Mendengar pertanyaan saya tamu itu pun segera menjawab dengan melembutkan suara. Mungkin beliau sadar kalau saya  masih merasa asing dengan beliau. Melalui jawabannya, saya akhirnya tahu kalau nama tamu tersebut adalah pak Pono lengkapnya Kupono. Sebuah nama yang sebenarnya saya pernah mendengarnya. Karena seingat saya beliau bukan orang sembarangan.
Nama pak Pono atau Kupono bagi saja sebenarnya tidak asing. Beberapa kali bapak saya pernah menceritakannya. Namun hanya sekedar kalau beliau adalah kepala perusahaan waktu bapak saya masih menjadi karyawan. Tentu itu sudah lama karena sekarang saja, bapak saya sudah pensiun. Kemudian masih di ruang tamu akhrinya saya dan pak Pono mengobrol. Pak Pono memperkenalkan bahwasanya beliau adalah atasan bapak saya ketika masih menjadi karyawan. Bahkan beliau menanmbahkan, hubungan beliau dengan bapak saya lumayan akrab. Beliau cerita bahwa waktu bapak saya ditempatkan sebagai supervisor  di pabrik  Dogo yang lokasi sangat jauh dari rumah kami, beliaulah yang akhirnya membantu agar bapak saya berpindah ke pabrik Wera  yang letaknya lebih dekat.
Penjelasan beliau saya benarkan, karena memang dulu bapak saya sempat menjadi supervisor di pabrik Dogo  yang  letaknya sangat jauh dengan medan yang terjal. Saking terjalnya kalau hujan turun, bapak saya memilih untuk tidak berangkat ke pabrik, karena jalannya susah untuk dilalui. Setiap hujan datang, bapak saya mengajukan izin kepada teman kerjanya karena tidak bisa berangkat dan rekan kerjanya pun memakluminya. Karena memang jaraknya sangat jauh. Akhirnya setelah beberapa tahun, bapak saya berpindah ke pabrik Wera yang berada di dekat rumah kami. Melanjutkan cerita, pak Pono  mengaku bahwasanya beliau sekarang sudah pensiun. Sekarang fokus untuk mengabdikan diri di gerakan sosial-kemasyarakatan. Beliau juga cerita bahwasanya dekat dengan pak Bupati.
Semakin lama beliau bercerita, sepertinya saya mulai sedikit tahu ke mana arus pembicaran akan bermuara. Karena sedari awal beliau belum mengatakan apa tujuan untuk bertemu dengan ayah dan ibu saya. Pak Pono kembali bercerita bahwasanya oleh arahan pak Bupati, beliau diminta untuk mengabdikan diri di dunia sosial-kemasyarakatan melalui jalur politik. Namun beliau sempat bingung harus bagaimana terjun ke politik, karena memang tidak memupunyai jaringan dan pengalaman sebelumnya. Apalagi partai politik, beliau tidak berafiliasi di manapun. Kemudian singkat cerita beliau diminta untuk bergabung dengan partai yang sama dengan partai pak Bupati yakni partai Pegasuss.
Seketika saya langsung tercerahkan kemana beliau akan mengarahkan tujuan kunjungannya ke rumah saya kali ini. Ternyata beliau sedang menggalang kekuatan atau dukungan untuk membantu beliau mencapai tujuan yang dikehendaki. Karena beliau tahu bahwasanya ayah dan ibu saya termasuk orang yang banyak dikenal, karena memang sudah lama tinggal di desa kami. Keluarga saya sudah beberapa generasi tinggal di desa kami, sehingga pastilah banyak orang yang kenal. Apalagi ayah saya yang sedari dulu sudah berperan di masyarakat kemudian ditambah ibu saya yang juga mempunyai aktivitas dan gerakan dalam memajukan perempuan. Maka bagaimanapun juga akan mudah diterima saran dan arahannya dalam memilih wakil rakyat.
Namun pak Pono juga tahu, bahwasanya walaupun bapak dan ibu saya tidak ikut kegiatan politik dan menjadi simpatisan partai, namun beliau berdua hanya condong ke salah satu partai. Partai tersebut adalah partai Dedaunan. Namun pak Pono tidak patah arang, beliau menjelaskan kepada saya, bahwasanya simpatisan partai Pegassus tidaklah seperti pada masa lalu, sekarang banyak orang yang sudah bergabung. Berbagi macam latar belakang dan posisi. Mulai dari pegawai, guru, pensiunan, agamawan dan tokoh masyarakat.  Kemudian partai Pegasuss bertujuan agar masyarakat pedesaan menjadi lebih maju dan lebih baik. Pak Pono juga meminta kalau memang bapak dan ibu saya tidak mau mendukung partai Pegasus, setidaknya jangan tidak mendukung kadernya. Mudahnya kalau benci partai jangan benci anggotanya juga.
Akhirnya saya dan Pak Pono mengobrol lumayan lama, namun bapak dan ibu saya tidak kunjung pulang. Pak pono menceritakan bahwasanya belaiu sudah beberapa kali datang ke rumah bapak dan ibu saya, namun sayang belum pernah bertemu. Saya berfikir, wah bapak ini gigih juga ternyata dalam menggalang dukungan. Kemudian karena tidak enak hati saya menyarakankan agar lain kali membuat janji terlebih dahulu dengan bapak dan ibu saya. Mungkin bisa melalui SMS, Telfon, atau Wassap. Namun jawaban yang saya dapat sungguh tidak saya kira. Beliau malah meminta nomor ayah dan ibu saya. Agak ganjil menurut saya.
Mendengar permintaan tersebut saya jadi aneh sendiri. Tadi bilangnya teman, ngakunya akrab tapi kok nomor saja tidak punya. Bagi saya sungguh agak aneh, mana ada teman akrab, tapi sampai tidak punya nomornya. Namun saya tidak tega untuk mengatakan itu kepada beliau. Akhirnya saya menuruti permintaan beliau untuk mendapatkan nomor bapak dan ibu saya. Setelah mendapatkanya, kami mengobrol kembali. Namun tidak lama, karena setelah itu beliau segera meminta pamit. Tidak lupa beliau menitipkan salam untuk bapak dan ibu saya.
Setelah bapak dan ibu saya pulang, saya menceritakan tentang kedatangan pak Pono ke rumah kami. Lengkap dengan semua hal yang beliau sampaikan dan tujuan beliau ingin bertemua bapak dan ibu saya. Mendengar apa yang saya ceritakan, bapak saya hanya mengatakan bahwa beliau dan pak Pono tidaklah akrab. Bahkan jarang mengobrol. Malah ketika masih menjadi kepala perusahaan terkesan tidak mau terlalu akrab dengan bapak saya. Sungguh sangat berbeda dengan apa yang pak Pono tadi sampaikan kepada saya. Ketika ayah saya mencoba mengajak beliau ngobrol terkesan tidak terlalu digubris. Terkesan tidak ingin terlalu lama bercakap-cakap dengan ayah saya.
Teman-teman itulah gambaran singkat realita yang kadang terjadi. Apa yang pak Pono lakukan menunjukkan bagaimana beliau mulai merangkul orang yang dulu pernah tidak begitu diperhatikannya. Orang yang dulu jauh ingin di dekati, orang yang dulu berjarak ingin dipeluk. Namun itu semua bukanlah tanpa harga atau tanpa tujuan. Pak Pono melakukan itu karena sedang menggalang dukungan untuk jalan beliau menjadi seorang wakil rakyat dari partai Pegassus. Politik dapat menjadikan yang awalnya lawan dan jadi kawan begitu pula sebaliknya. Hari ini berselisih mungkin besok pagi bisa saling kasih. Hari ini berbaur besok bisa saling tempur. Karena ada agenda politik akhirnya pak Pono mengunjungi bapak saya, orang yang dulu pernah tidak diakrabi.
Sebenarnya dari segi materi pak Pono adalah orang yang berlebih dari segi materi. Beliau punya banyak badan usaha, beliau punya banyak lembaga yang tentu saja setiap bulannya mampu memberikan masukan ke kantong beliau. Beliau punya passive income yang lebih dari cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan jalan-jalan keluar negeri. Saya kadang bingung dengan orang seperti pak Pono. Hidup sudah sangat mapan, tabungan tersimpan, kebutuhan terjaga namun mengapa masih ingin bersusah untuk ikut-ikut terjun ke dunia politik yang tentunya tidak murah. Setiap pencalonan pasti akan menyedot banyak anggaran. Sering saya baca di media massa banyak orang kaya awalnya namun ketika gagal dalam pemilihan menjadi bangkrut dan jatuh miskin. Parahnya banyak pula yang menjadi gila dan stress karena kalah dalam pemilihan dan kehilangan uang banyak.
Tapi akhirnya saya sadar, fitrah manusia adalah entitas yang tidak mudah puas. Sudah punya ini pasti ingin punya yang itu. Apabila sudah mempunyai motor pasti ingin punya mobil. Selain itu, kepuasan manusia bukan hanya masalah materi berlimpah dan hidup mewah. Namun juga bagaimana dipandang dan dihormati banyak orang. Kepuasaan tidak hanya banyak materi namun juga punya kedudukan dan dihormati. Namun sekali lagi, politik tidak cukup hanya punya uang. Politik harus didorong juga dengan relasi dan jaringan yang kuat. Uang mungkin bisa membuat beliau dikenal, tapi untuk memperoleh dukungan uang saja tidak cukup.
Sehingga materi berlebih harus didukung pula dengan dukungan yang kuat di kalangan arus bawah. Arus bawah tidak dapat dimaksimalkan dukungannya selama tidak bisa dipegang orang-orang yang menjadi panutan atau tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh besar. Golongan arus bawah adalah golongan orang desa, sederhana dan tidak neko-neko. Untuk menggerakkan mereka tidaklah begitu sulit. Selama dapat dekat atau memegang orang-orang yang menjadi tokoh di dalam masyarakat tersebut maka setidaknya dukungan dari orang-orang desa dapat diraih. Kebetulan ayah dan ibu saya mempunyai kriteria itu. Pak Pono menilai bapak dan ibu saya dapat memobisasi masyarakat untuk mendukung beliau.
Namun sayangnya, pak Pono tidak begitu dekat dengan bapak dan ibu saya. Solusinya adalah segera mendekat. Segara berbaur. Istilah islamnya segera berilaturahmi. Memang silaturahmi itu netral. Saking netralnya bisa juga ditarik di ranah politik. Silaturahminya seorang politikus tentu saja tidak ada yang gratis. Silaturahmi mereka sarat kepentingan. Mereka tidak mau pulang hanya dengan tangan hampa. Memang silaturahmi tersebut dibungkus dengan diksi meminta doa restu, tapi tentu saja makna kontekstualnya adalah meminta dukungan. Tidak hanya itu, namun juga mobilisasi suara arus bawah. Dewasa ini silaturahmi sudah bergeser dari makna hakikinya. Penggunaannya hanya sebagai pemanis dan laku basa-basi.
Akhirnya yang awalnya tidak akrab mau tidak mau harus segera di akrabi. Awalnya jauh harus didekati. Itulah yang pak Pono lakukan. Tentu saja hal itu demi menunjang tujuan beliau demi memenangi kontestasi wakil rakyat. Namun politik itu ibarat hanya dekat ketika butuh saja. Setelah itu tentu ceritanya akan berbeda lagi. Kalau almarhum pak Ujang, guru PKN   sewaktu saya  di bangku tsanawiyah mencontohkan politikus yang sedang menggalang dukungan tidak ubahnya orang yang meminta tolong ketika mobilnya mogok. Orang yang mobilnya mogok tentu membutuhkan pertolongan orang lain untuk mendorong mobilnya agak dapat berjalan lagi.
Sehingga orang tersebut harus mencari orang yang mau membantunya. Kemudian bagaimana cara untuk menemukan orang yang mau membantunya. Apakah dalam meminta tolong orang tersebut bersikap sombong, arogan dan terkesan tidak akrab? Tentu saja tidak namun dengan bersikap baik, manis, sopan dan mengakrabi orang yang dia temui. Tentu dia tidak akan akan mendapatkan simpati dari orang lain ketika dia sombong, angkuh, dan arogan. Ketika sudah mendapatkan simpati dari orang tentu banyak orang yang akan membantunya mendorong mobilnya. Ketika orang lain mendorong tentu dia cukup berada di dalam mobil sembari memberikan semangat. Dia tidak pernah berfikir apakah orang yang mendorong mobilnya itu kepanasan, kena debu, atau kena kotoran.
Namun ketika mobilnya sudah berjalan, tentu saja dia akan meninggalkan orang yang menolongnya tadi sembari melambaikan tangan. Kalau agak baik mungkin dia akan turun dari mobil menyalami satu persatu orang yang telah membantunya mendorong mobil dan beranjak pergi dengan mobilnya. Namun orang tersebut tidak pernah berfikir siapa tadi yang menolongnya, orang mana, tinggal dimana. Namun bagi orang yang menolong pasti akan selalu ingat. Mereka akan ingat wajah orang yang ditolongnya ketika suatu hari bertemu di jalan. Para wakil rakyat jarang mengingat orang yang pernah mendukungnya. Namun bagi masyarakat selalu ingat siapa wakil rakyat yang dulu mereka perjuangnkan, yang ingin mereka tagih janjinya.
Hemat saya politik memang laksana gawai atau smartphone. Dia dapat mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Tidak sedikit elite politik yang dulu dekat sekarang saling sikat hanya karena politik. Sebaliknya banyak pula para tokoh yang dulu saling jauh namun sekarang saling peluk juga karena politik. Kemudian politik juga sarat kepentingan. Bahkan politik itu buahnya adalah kepentingan. Tidak ada kata ikhlas dalam politik. Semua hal yang dilakukan tentu saja akan berujung pada suatu kepentingan. Entah kepentingan ekonomi, kekuasaan, atau hal yang lain.. Dalam politik negara Indonesia dikenal dengan istilah bagi-bagi kursi.
Makanya tidak salah kalau salah seorang ahli mengatakan kalau politik itu adalah transaksi. Dukungan yang diberikan tentu saja tidak ada yang ikhlas. Diksi ikhlas hanyalah sebagai pemanis, karena tentu saja tidak ada makan siang yang gratis. Semua orang butuh sesuatu untuk dijadikan alat tukar kepada dukungan yang diberikan. Kalau dukungan yang sudah diberikan tidak diimbangi dengan imbalan yang sudah disepakati di awal, tentu saja dukungan dapat berubah menjadi kritikan dan cercaan. Entah berubahnya secara cepat atau secara perlahan. Tidak ada yang gratis dalam dunia politik, tidak ada kata ikhlas dalam kamus politik. Tidak ada lawan dan kawan dalam politik yang hanya ada kepentingan.
0 notes
ibnuamirworld ¡ 5 years
Text
Pasar Kliwon, Sebuah Harmoni Antara Ritual Agama dan Transaksi  Ekonomi
(Kajian Ringan Akan Pasar Terbesar di Kota Kretek)
“Pasar dapat menjadi ladang amal bagi pelakunya namun sebaliknya dapat berubah menjadi lembah dosa”
(Orang Bijak yang saya lupa namanya)
Pagi ini mendung belum juga melepaskan pelukannya atas Kota Pendidikan. Segenap rencana yang sudah saya susun seolah menguap  begitu saja didepan kuasa sang pencipta. Rencana awal adalah ingin gowes sembari berjogging layaknya hari-hari biasa di Embung Tambak Boyo. Makanya semalam tidur seawal mungkin dengan harapan tubuh lebih fit dan siap untuk melahap track jogging di embung sepanjang kurang lebih 4 km. Maklum sudah lama tidak melahap track tersebut, tentu saja istirahat cukup adalah langkah tepat agar tubuh tidak mengalami jetlag dini.
Namun apa mau dikata, saat membuka mata saya sudah disambut dengan rintikan hujan yang tetap setia membasahi Tanah Djogja. Alhasil selesai Sholat Subuh, tubuh tidak mau berkompromi untuk kembali beradu mesra dengan kasur yang sudah tipis. Rencana Jogging hanya tinggal angan-angan. Mungkin ini bukti konkret kalau manusia hanya mampu menjadi perencana saja namun nyatanya tidak bisa dilepaskan dari intervensi tuhan. Karena jogging pagi tidak jadi, rencana cadangan dicanangkan. Jogging digeser pada sore hari walaupun taruhannya mungkin lemak akan berkurang. Konon kalau jogging pagi guna ketahanan tubuh sednagkan jogging sore untuk lemak tubuh.
Saya kembali menulis untuk tetap memelihara ghirah dan keistiqomahan dalam merekam kenangan-kenangan yang sudah lalu. Sudah lama berhenti menulis. Makanya mumpung masih free sebanyak mungkin menulis. Mimpi untuk membuat blog pribadi yang dapat menjadi bacaan banyak orang menjadi alasannya. Di tulisan ini saya ingin sedikit bercerita tentang sebuah tempat. Kalau tulisan-tulisan sebelumnya membahas tentang perjalanan bersama keluarga, pada tulisan ini saya akan mengulas tentang salah satu tempat yang saya kunjungi selama perjalanan tersebut. Mudahnya membuat tulisan sendiri dari sebuah tempat dari sebuah perjalanan yang sudah ditulis sebelumnya. Layaknya spin off karakter dari sebuah film. Membuatkan film untuk sebuah karaktek dari sebuah film lain.
Tempat yang akan saya ulas adalah Pasar Kliwon. Sebuah nama pasar yang besar dan menjadi rujukan banyak pedagang untuk kulakan dikawasan pantura dan sekitarnya. Bagi yang masih merasa asing akan nama itu ditelinga, lokasinya mudah  dijangkau. Kalau dari alun-alun Kudus lurus saja arah keTimur. Kira-kira setelah lampu merah yang pertama nanti masih lurus. Cukup lurus tidak usah belok-belok, pasarnya berada di kanan jalan dengan bangunan yang tinggi menjulang. Kalau misalnya datang dari arah timur seperti Pati, Rembang dan sekitarnya, aksesnya pun mudah. Ketika sudah melewati daerah Ngembal rejo cukup lurus saja setelah menemui lampu merah daerah Pentol. Kalau masih bingung juga di google maps saya yakin sudah ada.
Saya mengenal pasar sudah sedari kecil. Karena memang ayah dan ibu adalah pedagang. Sehingga mengunjungi pasar Kliwon menjadi agenda tiap bulan. Saking seringnya kesana, seolah sudah menjadi tempat main saja. Namun yang menarik sampai sekarang, saya masih sering bingung kalau misal ditinggal disana. Dulu waktu liburan sekolah pasti sering diajak kesana. Jujur sebelum mengenal mall dan departmet store semacam, Matahari, Ramayana, Hypermart dan teman-temannya, saya terlebih dulu akrab dengan pasar tersebut. Karena memang  sering diajak ayah dan ibu kulakan disana. sewaktu kecil  saat liburan sekolah kemudian diajak ke kliwon dan dibelikan sesuatu entah tas, sepatu, baju atau sudah menjadi sebuah nikmat yang hakiki.
Sebagai selingan saja, ketika ditengah-tengah mengetik tulisan ini hujan kembali membasahi tanah Kota Sultan. Awalnya sempat cerah, namun kembali diusir oleh gencarnya serangan hujan. Hujan yang mengguyur jatuhnya agak miring. Kalau dihitung dengan busur mungkin bersudur 60 derajat. Kembali ke pembahasan tentang pasar Kliwon. Sedikit cerita tentang pasar kliwon, pasar ini sempat direnovasi beberapa tahun yang lalu, sehingga sejumlah pedagang harus berjualan di lahan parkir yang berada di depan pasar. Kemudian bangunannya terdiri dari tiga lantai. Semua lengkap, semua hal dijual disini. Mudahnya kalau ada seseorang misalnya, ada seseorang yang telanjang tidak membawa apa, kemudian masuk dari satu pintu dan berbelanja disana, maka dapat dipastikan ketika keluar dipintu yang lainnya kalian tidak akan menemui orang telanjang tersebut. Namun berganti dengan orang yang sudah tertutup semua auratnya dari ujung rambung hingga ujung kaki. Tidak hanya tertutup, namun juga lengkap semua assesoris. Kebutuhan primer, sekunder dan tersier dalam berbusana semuanya terpenuhi.
Selain berada di pinggir jalan besar, pasar kliwon juga mempunyai akses yang mudah untuk beribadah. Karena tepat di sebrang pasar tersebut berdiri kokoh masjid al-Ma’roef yang siap menampung jamaah ketika mereka ingin berkomunikasi dengan tuhannya. Makanya setiap jam sholat, dipastikan terjadi pergantian shift jaga di pasar kliwon. Hal tersebut demi mengakomodir sejumlah pedangan, karyawan, dan pihak-pihak lain yang ingin beribadah shalat fardhu. Melihat banyak laki yang keluar masuk pasar tersebut sembari berkalung sarung di waktu-waktu sholat bukan lagi pemandnagan yang aneh. Tidak aneh pula melihat banyak mbak-mbak, atau ibu-ibu yang keluar sembari menenteng tas berisi mukena. Entah itu yang memakai celana panjang, rok, bahkan celana pendek. Ketika sudah masuk waktu sholat mereka bersama-sama berbondong-bondong pergi ke masjid untuk sejenak “curhat” kepada tuhannya.
Pasar Kliwon menjadi ramai sesak ketika musim-musim liburan dan menjelang perayaan-perayaan  hari besar. Entah itu Idul Fitri dan Natal. Pada moment-moment itu dipastikan pasar tersebut penuh sesak dengan banyaknya orang yang mencari kebutuhan masing-masing. Imbasnya adalah banyaknya kendaraan yang akan berebut mencari tempat parkir. Jadi jangan tanya bagaimana susahnya mencari tempat parkir, apalagi untuk kendaraan roda empat apalagi kendaraan yang besar. Sulitnya minta ampun, layaknya mencari jarum dalam tumpukan sampah. Tidak sampai disana saja, terkadang oknum tukang parkir juga sering seenaknya sendiri menetapkan upah retribusi parkir. Bisa-bisa naik dua kali lipat. Seringkali saya melihat tukang parkir meminta pengunjung yang memarkir mobil untuk tidak menggunakan rem tangan dengan maksud agar mobil lebih mudah digeser atau didorong ketika ada mobil yang ingin masuk atau keluar.
Sungguh banyak hal menarik yang selama ini saya temui ketika berkunjung ke pasar tersebut. Misalnya adalah ketika masuk Pasar Kliwon, para pedagang disana sudah tahu mana pedagang yang akan kulakan barang banyak atau pembeli biasa. Para pedagang bisa membedakan mana orang yang sudah “tahu medan” dan mana yang baru pertama kali masuk di pasar itu. Untuk pedagang yang sudah tahu medan, pasti akan langsung tahu mana toko yang akan dituju tidak lagi nolah-noleh atau clingak-clinguk. Sedangkan yang masih baru atau belum kenal medan, tentu ketika masuk rimba pasar tersebut masih tertatih-tatih layaknya bayi yang baru belajar jalan. Mereka terlihat malu dan sering nanya. Ketika ditanya para pedagang tentang apa yang akan dibeli, kadang-kadang orang tersebut agak gagap ketika menjawab pertanyaan yang ditanyakan.  penggunaan google maps, google asistant tidak membantu kalian ketika mencari suatu barang di Pasar Kliwon.
Pernah suatu kali saya punya tetangga yang akan menikah. Tetangga saya itu seorang perempuan. Sebut saja namanya Fulanah. Si fulanah tersebut ingin tema pernikahannya adalah Wortel. Semua hal di pesta pernikahannya harus ada motif atau sentuhan sayuran wortel. Mulai dari undangan, gaunnya, dan lain-lain. Untung saja mbak Fulanah tidak memaksa peci sang penghulu harus juga bermotif wortel. Kalau misalnya, harus bermotif wortel bisa dipastikan bagaimana pusingnya sang penghulu. Bisa-bisa sang penghulu tersebut mengambek. Imbasnya mbak Fulanah harus menunda akad nikahnya.  Terkait undangan yang harus bermotif Wortel, mereka meminta tolong kepada ibu saya untuk mengusahakan hal tersebut.
Bahkan saking cintanya pada Wortel, mbak Fulanah ingin sprei kasur untuk malam pertamanya pun harus bermotif Wortel. Mungkin mbak  fulanah pengen malam pertamanya bisa sesegar dan semanis buah Wortel. Kemudian untuk menuruti obesesinya akan sprei Wortel tersebut, Fulanah mengajak ibunya pergi ke Pasar Kliwon untuk berburu sprei bermotif Wortel. Sebelumnya perlu dicatat bahwasanya profesi  mbak Fulanah adalah  seorang teller di  bank swasta, sedangkan ibunya adalah petani sukses. Sehingga dari fakta yang ada mereka berdua tidak mempunyai pengalaman berdagang apalagi mengunjungi pasar kliwon.
Alhasil dapat ditebak apa yang terjadi kepada mereka berdua demi menuruti obesesi Fulanah berburu sprei bermotif Wortel. Mereka muter-muter, tanya sana-sini, dari pagi sampai siang menjelang. Namun yang didapati hanya peluh keringat dan perut yang minta diisi. Namun sprei bermotif Wortel tidak kunjung ditemui. Akhirnya karena sudah putus asa, mereka pulang hanya membawa sprei Wortel dalam angan mereka saja. Mendapati kenyataan tersebut, sang ibu akhirnya menemui ibu saya untuk mewujudkan mimpi anaknya agar bermalam pertama beralaskan sprei Wortel. Tidak lupa juga menjelaskan bagaimana usaha keras mereka dalam menemukan sprei tersebut. Namun usaha mereka belum menemui hasil.
Mendapati permintaan tersebut tentu saja ibu saya tidak sampai hati untuk menolaknya. Selain tetangga yang sudah dianggap seperti adik sendiri, membantu orang yang akan melaksanakan niat baik yaitu menikah tentu saja menjadi suatu ladang pahala. Jadilah ibu saya menyanggupi untuk mencarikan sprei bermotif  Wortel di Pasar Kliwon. Namanya pedagang dan orang yang tidak punya pengalaman pasti akan berbeda hasilnya ketika mencari sesuatu di Pasar Kliwon. Singkat cerita ibu saya berhasil mendapatkan sprei bermotif Wortel tersebut. Akhirnya semua senang, ibu saya untung, ibunya Fulanah bahagia karena mbak Fulanah dapat menyungging senyum di atas pelaminan bersama calon suami, dan tentu saja mbak Fulanah yang paling bahagia. Karena obsesinya untuk malam pertama beralaskan sprei bermotif Wortel menjadi kenyataan. Hehe
Selain cerita diatas hal menarik lain yang saya dapati terkait Pasar Klwion  adalah, di Pasar Kliwon mempunyai panggilan khusus kepada para pengunjung yang sudah paruh baya yakni yang berumur kurang lebih setengah abad. Seperti ayah dan ibu saya yang sudah berumur 50 tahun lebih. Ketika para pedangan atau pelayan melihat ada pengunjung paruh baya mereka akan memanggil Pak Haji atau bu Haji. Padahal mereka tidak tahu apakah yang dipanggil benar-benar sudah menunaikan ibadah Haji atau belum. Kemudian bagi yang dipanggil pun terkadang juga bingung ketika dipanggil seperti itu. Sama seperti ketika tukang parkir yang memanggil siapa saja yang memarkir mobilnya dengan panggilan Bos.
Hemat saya, panggilan tersebut mempunyai dua motif. Motif pertama adalah motif ekonomi sedangkan motfi yang kedua adalah motif agama. Motif ekonomi maksudnya adalah agar pihak yang dipanggil pak Haji tersebut mau mampir dan membeli barang dagangan mereka. Bahkan terkadang hanya mampir walau cuma bertanya saja. Para pedangan disana sudah terbiasa semisal ada pengunjung  yang hanya bertanya. Bahkan tidak hanya bertanya tapi sampai memilih-milih barang walaupun ujung-ujungnya tidak jadi membeli. Pemanggilan seperti itu menjadikan akrabnya antara pedagang dan pengunjung yang datang. Ketika sudah akrab dan cair tentu saja pengunjung menjadi nyaman dan lebih mudah dibujuk agar mau membeli barang dagangan mereka.
Untuk motif yang kedua adalah motif agama, yakni panggilan tersebut diharapkan menjadi sebuah doa kepada orang yang dipanggil. Ketika yang dipanggil belum menunaikan ibadah haji diharapkan disegerakan mendapat kesempatan untuk mengunjungi Baitullah. Sedangkan bagi yang sudah tentu saja agar diberi kesempatan untuk dapat mengulangi lagi berkunjung ke Baitullah. Entah apapun tujuannya, pemanggilan pak Haji dan bu Haji adalah sebuah upaya yang dilakukan segenap pedagang agar pengunjung mau berhenti, menoleh, melirik, dan membeli barang dagangan mereka.
Sebenarnya saya kasihan kepada para pedagang, ketika ada pengunjung yang mampir ke toko mereka kemudian bertanya, memilih banyak produk, mencobanya namun tidak jadi membeli. Padahal sang pedagang sudah terlihat susah payah mencari produk yang diinginkan pembeli, membukanya dari lipatan sebelumnya kemudian dicoba oleh pembeli. Namun akhirnya tidak jadi membeli entah karena harga yang tidak cocok, tidak pas ukurannya, atau barang tidak sesuai dengan harapan.  Bukankah membuka baju dari lipatannya, kemudian merapikannya kembali dan memasukkanya ke plastik dengan rapai seperti sebelum adalah hal yang cukup melelahkan? Namun ketika saya tanyakan kepada ibu saya, beliau hanya menjawab memang seperti itulah realita ketika berdagang. Jadi harus siap menghadapinya.
Sekarang saya akan membahas hal terakhir yang menarik dari Pasar Kliwon. Bagi saya ini yang paling menarik. Mengapa? Karena tidak setiap hari bisa saya temukan. Mungkin untuk dua hal menarik sebelumnya mudah terulang sehingga mudah untuk didapati. Untuk yang terakhir ini adalah hal menarik yang saya dapati ketika pergi ke Pasar Kliwon bersama ibu saya. Saat saya menemani ibu saya berbelanja, saya melihat salah seorang pedagang yang kami tuju sedang setengah tertidur di lantai tokonya. Toko yang dituju ibu saya adalah toko perlengkapan baju muslim.
Pedagang tersebut seorang wanita paruh baya. Memang dia tidak sepenuhnya tertidur karena masih bisa menjawab salam dan menanyakan apa yang dicari ibu saya. Tentu saja dia tidak harus repot-tepot terbangun dari tidurnya, karena sudah mempunyai karyawan yang siap setiap saat untuk melayani pembeli. Makanya praktis sang pedagang tidak beranjak dari posisi tidurnya. Namun sembari tetap menjawab hal yang ditanyakan ibu saya terkait barang yang akan dibeli.
Hal yang membuat saya tertegun adalah, ketika sang pedagang tersebut berbaring tidur, tanganya tidak berhenti berdizikir kepada sang pencipta. Saya menyimpulkan hal tersebut karena melihat tasbih yang terus menerus berputar di tangan kanannya sembari mulutnya terus bergerak-gerak. Kalau dalam Bahasa Jawa istilahnya umik-umik. Subhanallah, pedagang tersebut tetap menyempatkan berdzikir sembari menunggu pembeli yang datang. Tidak bisa saya bayangkan berapa kali mulutnya sudah mengagungkan asma tuhan. Mungkin sudah tidak terhitung berapa kali butiran tasbih itu berputar mengitari jari jemarinya. Tidak terhitung pula berapa kali sentuhan jarinya menyentuh butiran-butiran tasbihnya.
Apalagi pedagang tersebut sudah mempunyai karyawan. Sehingga adanya pembeli tidak mengganggu kegiatan bedizkirnya. Sungguh pemandangan yang jarang saya lihat. Misalnya tidak mempunyai karyawan pun tentu saja sudah beratus kali dia menyebut nama tuhan, walaupun akhirnya harus berhenti sejenak untuk melayani pelanggan yang datang. Mungkin ini yang dinamakan ketika amal dunia dan amal akherat dapat berjalan berdampingan. Kegiatan berdagang yang merupakan kegiatan mencari penghidupan dunia dapat diiringi dengan kegiatan berdzikir yang merupakan upaya hamba dekat dengan tuhannya.
Menunggu datangnya pembeli yang merupakan salah satu cobaan dalam berdagang dapat dimanfaatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada tuhannya sembari tetap mendapatkan pahala. Hal ini sesuai dengan sebuah petuah yang mengatakan bahwasanya pasar adalah tempat yang dapat menjadi ladang akherat atau malah pintu neraka. Tergantung bagaimana orang-orang didalamnya yakni pedagang dan pembeli menggunakannya. Fenomena pedagang tersebut membuat saya ingat salah satu cerita unik lain.
Cerita seorang suami istri yang sanggup menghatamkan al-Qur’an setiap bulannya. Padahal mereka berdua adalah seorang pedagang yang setiap hari berdagang. Tentu saja mempunyai kesibukannya setiap harinya. Orang yang tidak begitu sibuk saja belum tentu mampu menghatamkan al-Qur’an setiap bulannya. Tapi pasutri tersebut dapat membaca al-Qur’an setiap hari bahkan khatam walaupun disela-sela kesibukannya sebagai seorang pedagang. Mereka berdua dapat menyeimbangkan tabungan dunia dan akherat. Kedua sama-sama berjalan, tanpa dikesampingkan satu atas lainnya.
Kunjungan ke Pasar Kliwon bersama ibu saya memberi sebuah pelajaran, bahwasanya agama itu mudah tidak sulit. Menjadi hamba yang ingin  taat dan dekat dengan tuhannya itu mudah. Tegantung adakah niat dan tekat untuk menuju arah kesana. Dunia dan akherat sama-sama penting. Jadikan duniamu sebagai ladang menuju akherat.
0 notes