Tumgik
haqqi-note · 5 years
Text
Tumblr media
Good bye PC Gaming.
Sekitar tahun 2016 akhir, waktu masih tinggal di kontrakan kantor Mimi Creative, aku memutuskan untuk berfoya-foya waktu.
Waktu itu, masih senang-senangnya ngegame Dota2. Berawal dari main Dota bareng teman kantor Tomatech tahun 2013. Terus ketagihan.
Ok, lets get back a while, and put the timeline here.
2013, masih jaya-jayanya Tomatech, malah ketagihan main Dota2 karena banyak temen mainnya. Apalagi temen masa kecil ikut main juga. Waktu banyak terbuang buat main sampai pagi. Apalagi weekend.
2014 akhir, Tomatech bubar setelah merger. Berdirilah PT API awal 2015. Habis jatuh, sedikit mencoba mengurangi ketagihan dengan mengganti laptop dengan MacBook.
Eh, karena masih banyak teman main, dan juga tingkat kesantaian di API, jadi ketagihan Dota2 lagi.
Karena MacBook gak kuat untuk main Dota2 dengan high graphic, maka belilah ASUS ROG yang katanya ringan, "cuma" 2kg. Tapi adaptornya tambahan sekilo sendiri.
2016, cukup banyak traveling. ROG berasa berat. Terus berusaha gak ketagihan, dengan menukar MacBook jadi Asus Zenbook UX390, super mini ultrabook.
Ya karena Dota2 aku anggap sebagai social game, selama ada temennya, ya terus main. Apa daya ultrabook super tipis itu sempat kebakar 2x sampai harus ganti motherboard 2x juga. Dipaksa kerja berat ngerender 3D game sampai kayak kompor kepanasan.
Karena masih ketagihan, waktu ngontrak 2016, belilah PC Gaming di foto ini. Berbekal skill jualan komputer waktu SMA, beli perangkat dan rakit sendiri. Spec gak tanggung-tanggung. Habis sekitar 15 juta lebih buat semuanya.
Alhasil, ngegame tambah lancar. Gak cuma Dota2, tapi permainan RTS dan 4k pun dijalani. Habis nyonya tidur, selalu main sampai pagi. Temennya? Ada. Online. Setia main tiap malam. Thanks to Ovis.
Bahkan sampai sudah punya anak tahun 2017, setiap anak habis tidur, langsung main sampai pagi. Ini posisi sudah balik tinggal di rumah ortu lagi. Yang perhatiin si krucil ada banyak.
Pekerjaan utama? Ya nggak ditinggalin. Tapi jelas gak maksimal.
Sadar sih, tapi ngegame ini asyik. Kejar MMR. Beli item. Padahal gak ada manfaatnya. Seru-seruan aja.
Sampai kenal teman main di Jakarta. Ya pas ke Jakarta pun kopdar.
Gak lama, kesibukan nambah. 2018 awal mulanya. Ikut jalankan bisnis keluarga.
Masih nge-Dota2? Masih donk. Temen masih banyak. Seru. Satu sisi sadar waktu semakin terbatas. Satu sisi masih merasakan nikmatnya MMR naik.
2019 punya anak lagi. Bisnis keluarga belum banyak perkembangan. Cenderung stagnan. Tapi beban kerjanya malah nambah. Harus bekerja lebih keras.
Masih nyempetin Dota2? Masih donk. Lha wong ditungguin teman tiap malam. Rutin. Jarang absen.
Ya sebenernya kalau dihitung-hitung sih kerja tetap bisa minimal 8 jam sehari. Tapi dengan API, side job, ngurus anak, dan bisnis keluarga, harusnya butuh waktu 12 jam sehari buat kerja. Cuman, waktu yang ada itu malah habis dibuat ngegame.
Sadar? Ya sadar. Berubah? Belum tentu. Padahal sudah punya basic NLP, tapi ya gak dipakai.
Sampai puncaknya, waktu benar-benar load tambah banyak, kena teguran, pekerjaan banyak yang kelewat. Sekitar habis lebaran. Harusnya menyempatkan diri nengok outlet, tapi malah terlalu positive thinking, "everything's gonna be okay".
Ya nggak oke. Hancur semua. Gak beres.
Menurutku pribadi, bakal beres gak kalau gak ngegame? Ya yakin bisa beres. Aku pinter kok.
Tapi tetep ngegame? Ya tetep. Namanya ketagihan. Apalagi dapat temen main baru, sepupu yang masih mahasiswa ternyata rajin ngeDota2.
Tapiiii, setelah pillow talk sama nyonya, terus kontemplasi cukup dalam, dan didukung ekosistem pertemanan Dota2 yang lagi gak oke, muncullah sebuah keputusan besar.
Oke, stop main Dota2. Stop main game. Do something valuable. Invest in yourself.
Tanggal 6 Juli 2019.
Keputusan ini, didukung oleh hasil kontemplasi dan NLP:
Anakmu sudah 2. Butuh perhatianmu. Tiap malam ngegame, bangun siang, anakmu kurang perhatian. Padahal momen ini gak akan terulang. ~ akhirnya terasa waktu lihat anak kedua ketawa2, kok rasanya gak ingat anak pertama dulu ketawa2. Apa gara-gara waktu itu lebih penting ngegame?
Waktumu habis buat ngegame. Ingat, waktu kuliah dulu gak mau ikut ketagihan main Dota 1 sama temen kampus. Hasilnya? Outstanding achievements. Giliran ketagihan game, gak ada yang bisa dibanggakan. Malu!
Umurmu sudah 30. Separuh umur manusia rata-rata. Umur orang tuamu? Sedikit lagi mencapai batas umur rata-rata manusia. Sudah bikin bahagia apa? Katanya mau berangkatin haji. Mana duitnya?
Temenmu sudah pada sukses. Yang dulu ada di bawahmu, sekarang kok kayaknya susah terkejar. Kamu di mana? Di sini-sini aja? Ayo berubah. Kejar!
Bisnis keluargamu potensinya besar. Tapi kamu setengah-setengah eksekusinya. Eman. Dan jadi nyusahin yang lain. Daripada trust dan peluangnya ilang, ayo kerja lebih keras!
Kamu sendiri mau nambah bisnis IT satu lagi. Partneran sama orang luar negeri. Yakin bisa nangani dengan tetap ngegame? Gak yakin deh.
Daaaaan berbagai topik kontemplasi lainnya. Termasuk soal berat badan. Haha.
Yang akhirnya, membuat saat itu juga langsung "kecentok".
Wis, gak usah main Dota2 lagi. Dicoba berhenti dulu sementara.
Pikiran dan perhatian langsung difokuskan ke pekerjaan. Timeline dan google calendar diaktifkan. Todolist dibersihkan. Data laptop dirapikan.
Satu hari gak main. Dua hari gak main. Cuma ngintip chat Discord dan Steam Chat, tapi stay invisible (biar gak ada yang invite). Akhirnya sampai sebulanan gak main.
Hasilnya? Mencengangkan!
Satu-persatu pekerjaan selesai. Satu-persatu peluang nambah. Satu-persatu terasa senengnya lihat senyum anak-anak. Pelan-pelan berubah.
Gak terasa, muncul mindset setiap nyalakan PC Game. "Sebentar, main game bukannya udah mbosenin? Mending coding bikin ABC aja kali."
Jadi habis nyalakan PC, terus matikan lagi. Paling pol, nyalakan PC, create new game (strategi), terus tanamkan pikiran kalau ini mbosenin. Yes, NLP nya kepakai.
Ya akhirnya PC Game hampir gak pernah nyala. Semua pekerjaan dilakukan di laptop. Daripada menuh-menuhin tempat, belum tau kepakai buat apa, akhirnya aku putuskan untuk jual aja. Siapa tau bermanfaat buat gamers lain.
18 September 2019, PC dibersihkan, difoto, dan bikin konten promosinya.
Bismillah, semoga cepet lakunya. Rencana mau dibuat beli sepeda listrik. Kasihan nyonya gak ada kendaraan buat sekedar keluar ke sekitar perumahan. Hampir selalu minta diantar. Akunya sendiri antara repot banyak kerjaan dan males ngantar. Hahaha..
Terima kasih buat semua game yang menemani masa sepiku. Terima kasih buat semua teman Dota2 yang seru. Maaf pensiun tapi gak pamitan. Takut dicegah atau dihina secara halus. Hahaha.
Someday, kalau udah lumayan sukses, nanti nyoba ngegame lagi kok.
Baidewei, ini 5 longest game Steam-ku:
Dota2 — 7320 hours record. Termasuk waktu ketiduran tapi dota masih nyala. Sebanyak ini jamnya tapi tetap skill gak pro-pro amat. Hero pakai itu-itu aja.
Cities Skylines — 583 hours record. Nostalgia main Sim City jaman SD, masih seneng city building game.
Endless Legend — 547 hours record. Main turn-based 4k strategy juga salah satu favorit.
Civilization VI — 434 hours record. Sama, enaknya turn-based 4k strategy adalah bisa main sambil momong anak.
No Man's Sky — 224 hours record. Pertama kali ngerasain serunya world exploration game. Sampai akhirnya bosen karena monoton.
Coba bayangkan, hampir 10rb jam ini, kalau 100 jam kerja aja bisa bikin 1 apps, maka 10rb jam bisa bikin 100 apps.
Kalau baca 1 buku butuh 10 jam. Maka 1rb buku sudah terbaca.
Kalau olahraga cuma butuh 4 jam seminggu, maka akan ada 2500 minggu penuh olahraga.
Daaaan, berbagai "kalau" lainnya.
Namanya sudah terlewat, mau menyesal juga percuma. Dinikmati aja. Yuk lanjut bekerja. Banyak yang masih harus dibahagiakan dengan hasilnya.
0 notes
haqqi-note · 5 years
Text
Tumblr media
(foto: formasi ke sekian Akatsuki band, 17kg yang lalu)
I used to love playing guitar and band.
Yup, dulu dari jaman SMA (tahun 2004-an), sampai kuliah pertengahan, suka banget main gitar. Sebenernya dari SMP sih, sudah main-main gitar sama almarhum sohib. Atau dari SD? Waktu pelajaran seni sekolah? Ah, entahlah.
Dulu main gitar ibarat sebuah kewajiban. Ngeband ibarat sebuah ibadah. Latihan sampai menjelang pagi pun anggap aja tahajud.
Lets say awal bener-bener suka main gitar itu SMA. Mungkin, karena dulu si anak culun ini pingin dianggap keren dengan ngeband. Hey, i will tell you a little story about this.
~
Band pertamaku namanya Chopper. Tau namanya diambil dari mana? Dari sebuah Manga populer, dari nama kru bajak laut topi jerami. Logonya pun topi merah dengan tanduk rusanya. Didesain sama almarhum gitaris keren. Band ini awalnya ada untuk festival sekolah.
Skill main gitar? Super culun. Sudah punya gitar sendiri? Lupa. Kayaknya masih pinjem kakak sepupu. Sok-sokan aja waktu itu. Padahal gak ada apa-apanya.
Band ini bubar begitu aja, lupa kenapa.
Band kedua dan terakhir, namanya Akatsuki. Namanya diambil dari Manga juga, yang sudah tamat.
Naruto. Yup, band jepang-jepangan. Karena personilnya semua suka Jepang. Sampai bokepnya pun Jepang. Haha.
Aku masuk di band ini ceritanya gantiin gitaris sebelumnya yang menghilang entah ke mana. Come to think of, ini band yang paling lama aku bergabung di dalamnya. Selagi masih ngeband di Chopper pun, sudah diajak main di Akatsuki.
Banyak kisah yang bisa aku kenang dari band ini. Love story, mostly. Eits, bukan aku aja, tapi yang lain juga.
Gonta-ganti vokalis, berkali-kali di band ini. Dari karena masalah kuliah (yang akhirnya bukan masalah), konflik cinlok, skill nyanyi, sampai hal sepele lain. Pakai additional vokal pun, sering.
Mostly, kami main di gigs komunitas Jepang lokal atau tetangga, dan juga undangan atau festival.
Jadi, bukan profesional. Kami justru lebih sering bayar untuk bisa manggung. But, we were so happy with that. Kayak gak ada beban masa depan aja.
Nabung, senam jari, latihan sewa studio, beli gitar dan efek sendiri, main di gigs, sudah jadi rutunitas yang dinanti-nanti. Manggung sampai ke Surabaya, keluar biaya sendiri, capek sendiri pula. But i was really happy.
Di sini aku juga mulai sadar kalau aku suka nyanyi. Beberapa gigs, aku yang nyanyi. Walaupun cempreng, banyak yang bilang jadi ada khasnya sendiri. And i was really appreciated by people.
Sampai akhirnya aku keluar dari band ini setelah bilang ke anggota yang lain kalau aku merasa gak punya soul lagi, dan lebih prefer menata masa depan di dunia IT as a programmer. Fix di kuliah di tahun ke-4, aku sudah gak ngeband lagi.
Sekarang, yang masih konsisten berkarir di dunia musik cuma 2 anggota. Si gitaris dan drummernya. Lainnya? Kerja lah! Cari makan! Buat anak istri!
Terakhir, sebagai anak introvert yang susah punya teman, i admit that i have really good friends there. I have good memories. Thanks, friends! *drop some tears here
~
Selain 2 band di atas, sebenernya ada beberapa band lain yang aku sempat masuk di dalamnya. Ya bukan anggota atau band resmi sih, cuma sekedar seneng main bareng. Di kampus pun juga sempat punya band festival, sebentar doank umurnya.
Terus apa sekarang masih ngeband? Nggak. Walaupun pingin. Sepertinya gak ada waktu lagi.
Nasib gearnya? Gitar listrik, dipelihara mantan drummer. Biar gak karatan. Efek digital, dikerubuti semut di rumah. Ampli, jadi pengeras suara pengajian perumahan. Terakhir beli mic dan sound card buat rekaman sendiri, tapi sekarang nganggur.
Yang tersisa cuma gitar akustik-elektrik aja di rumah. Dan itu pun jarang dipegang. Cuma pas nyanyi-nyanyi bintang kecil, bareng perempuan kecilku aja.
But i still do love music. Pasang headset dan nyanyi keras-keras, masih jadi salah satu hobi favorit.
0 notes
haqqi-note · 5 years
Text
Tumblr media
2019 June 19, just at 3:00.
Ini di Bandar Lampung. Di lantai 8 kamar nomer 09, biasa ditulis 809. Sepagi ini gak bisa tidur, padahal flight balik ke Malang jam 8:40, yang mana harus sudah berangkat dari Hotel Horison ini jam 6:00.
Well, i guess i won't have to sleep this night. Wearing my Mi Airdots Pro headset, listening to some good playlist in Spotify. Duduk hadap pemandangan luar, dibalik korden yang dingin.
Sesaat, waktu lagunya mellow - Linkin Park, Heavy - yang dipikirkan juga mellow.
> Holding on, why is everything so heavy.
> Holding on, so much more than i can carry.
Itu reff-nya.
--
Aku ini pemikir. Dan kalau punya regret, bisa cukup lama.
~ Why did i do that? Why didn't i do that?
Jadi dengar lagu ini, kebayangnya yang negatif-negatif aja. Berbagai penyesalan masa lalu, berbagai beban masa kini, berbagai ketidakpastian masa depan.
That's why, sometimes i love to play game while alone. Dota2, most of the time. That helps me to not over think problems.
Tapi kadang, mainnya kebablasan gak tau waktu. Selama ada temannya main, lanjut terus. Yes, that's bad. Something i should change soon.
--
Hey, life is hard. But everyone has their own different problem. I should be grateful not having to crawl on the street, begging for foods. I must be strong.
0 notes
haqqi-note · 7 years
Text
Same Old Blog, With Fresh New Start
Here is my old tumblr account, old tumblr blog, but i have deleted all the posts before. Most of the posts consist of my regret, negative thought, and sadness. Once, i was writing in this blog as my storage of memories. But now, i realized that i do not need to show up down moment, nor need to regret it. I just want to be a better myself from now on.
0 notes