Tumgik
crackedmeup · 7 years
Link
Halo. Saya mulaik aktif lagi menulis di wordpress. Silakan kunjungi bila ada waktu~
Hehe.
1 note · View note
crackedmeup · 7 years
Text
Membenci Dengan Akal Sehat
Ditulis kembali dari tulisan berjudul “Manajemen Benci” dalam buku Happiness Laboratory : Meramu Kebahagiaan Hakiki (Quanta, 2016)
Ada mata pelajaran yang terlewat dalam ‘sekolah’ percintaan muda-mudi masa kini. Mereka asyik menikmati rumus-rumus merayu, mengatakan cinta, dan melamar. Mereka dengan mudah menjawab soal-soal mengenai seks. Mereka senang menghafalkan lagu-lagu romantis untuk dipersembahkan pada sang kekasih. Tapi mereka melewatkan satu hal yang sangat-sangat penting, yakni mereka lupa mempelajari manajemen benci. Sehingga mereka tak tahu harus berbuat apa manakala kisah cintanya kandas karena sang kekasih menolak mentah-mentah ‘tembakannya’. Cinta pun berubah jadi benci. Benci menyulut amarah. Amarah melipat ganda menjadi murka. Murka membutakan nurani. Setan pun dengan mudah menguasai.
Mempelajari benci sama pentingnya dengan mempelajari cinta, bahkan seharusnya kita lebih dulu menguasai manajemen benci sebelum memulai mencintai. Sebabnya, saat terlanjur cinta, manusia cenderung menutup mata pada sisi kodrati sosok yang dicintainya. Sehingga yang tampak di mata ialah sosok malaikat dengan sepasang sayap yang bisa membawanya terbang ke mana pun atas nama cinta.
Saat terbangun dari fantasi dan menyadari bahwa sosok yang mereka cintai adalah zat fana yang bisa menolak, mengkhianati, meninggalkan, mereka terlambat. Kebencian menguasai lebih dahulu daripada akal sehat. Jika sejak awal manajemen benci sudah dikuasai, mereka seharusnya lebih mampu mengendalikan diri saat menghadapi kemungkinan-kemungkinan itu.
Sayangnya, lebih banyak motivator yang membuat pelatihan manajemen cinta ketimbang yang membuat pelatihan manajemen benci.
Apa yang membuat kita merasa benci? Rasa benci adalah ekspresi emosi, sama seperti rasa kagum, suka, dan cinta. Benci berkembang dalam rahim sakit hati. Embrio benci ialah ketidakmampuan dalam menoleransi perbedaan. Perbedaan antara keyakinannya dengan keyakinan orang lain, perbedaan antara alam ideal dengan alam realita, dan perbedaan antara harapan dan takdir.
Benci tidak selalu buruk, ada rasa benci yang sifatnya konstruktif. Contohnya kebencian seorang guru kepada kebodohan. Kebencian itu mendorong sang guru untuk mendidik dan mengajarkan ilmu pada murid-muridnya. Ia bermimpi anak-anak didiknya dapat terbebas dari kebodohan. Namun lebih sering kita melihat benci yang sifatnya destruktif. Misalnya bagaimana seorang pria membunuh seorang perempuan karena perempuan tersebut menolak cintanya.
Yang membedakan keduanya adalah keterlibatan akal sehat. Dalam contoh sang guru, ia sadar betul bahwa tidak tepat jika ia membenci murid-muridnya karena mereka bodoh. Yang membuatnya benci ialah kebodohan, bukan murid-muridnya. Maka ia berusaha menghilangkan kebodohan itu dan tetap menyayangi murid-muridnya. Sementara dalam contoh kedua, sang pria tidak bisa menerima bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan. Masalahnya adalah sang pria sudah terlanjur berharap tinggi, maka ketika harapannya berbeda dengan takdir, timbullah kecewa dan sakit hati. Ia gagal mengelola sakit hati sehingga berkembanglah sakit hati menjadi benci. Benci yang tidak ditopang oleh akal sehat pun menjadi alasan cukup untuk melakukan kejahatan.
Dengan demikian, cara utama dalam mengelola rasa benci adalah memelihara akal sehat. Akal sehat adalah akal yang senantiasa digunakan untuk memikirkan hal-hal baik. Akal tidak bisa baik jika tidak diberi ‘makan’ dengan sesuatu yang baik. Makanan akal ialah apa yang kita lihat, baca, dengar, dalam hari-hari kita. Maka memelihara akal sehat berarti memelihara apa yang kita lihat, baca, dan dengar.
Jika sedikit diperluas, manajemen benci ini bukan semata soal percintaan remaja. Bisa jadi soal politik, agama, dan sosial.
Sebagian peperangan tidak akan terjadi jika manusia bisa menguasai rasa benci. Bukan tak boleh membenci, tetapi kita mesti bisa bertindak adil, bahkan pada sesuatu yang kita benci. Bukankah begitu ajaran para Nabi?
Jika bisa bertindak adil dalam mencintai, bertindak adil pulalah dalam membenci.
*Urfa Qurrota Ainy
143 notes · View notes
crackedmeup · 7 years
Text
Hampir sebulan yang lalu aku menyelesaikan tahap itu. Sidang akhir.
Alhamdulillah, semua lancar. Super lancar. Aku bahkan ingin mengulang moment itu, mengobrol dan menjadi dekat dengan 3 dosen yang kukagumi.
Tepat satu hari sebelum sidang, ketika aku sedang menyelesaikan membaca buku educational psychology, Ibuku menelepon. Seperti biasa menanyakan sedang apa, bagaimana persiapannya, sudah makan atau belum. Bukannya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Aku malah menangis, terisak.
Aku bercerita. Bahwa perasaanku sangat sedih. Aku menyayangkan proses belajarku di bangku kuliah. Aku bertanya terus-terusan kepada diriku sendiri, “Apakah se-singkat ini?” “Apakah sudah sampai disini?” “Selama ini yang kutahu hanyalah belajar di kelas, kemudian mengerjakan tugas. Jika tidak ada aktifitas2 itu aku harus apa?”
Begitu isi kepala-ku saat itu.
Aku utarakan kepada Ibu-ku. Dan seperti biasa, beliau menenangkanku. “Tenang, nanti justru kamu lupa apa yang sudah kamu pelajari.”
Telpon pun ditutup.
Iya, aku harus tenang dan mengendalikan segala gejolak di dalam pikiran ini.Sesedih itu aku menyambut hari sidang akhir-ku. Sesedih itu. Tapi Alhamdulillah... Tuhan memberikan kebaikan-kebaikan-Nya yang sangat luar biasa. Semua orang mendoakanku. Keluarga di rumah, dan sahabat-sahabat di kampus.
Betapa senangnya aku melihat wajah-wajah cantik yang mendatangiku tepat sebelum sidang dimulai. Mulai dari menanyakan bagaimana perasaanku, sampai menyemangati dan meyakinkan bahwa aku pasti bisa melewati ini.Aku ingat sekali, wajah Vera, Dida dan Suci di depan pintu ruang EF. Mencari-cari namaku di papan putih kecil. Aku lega sekali melihat mereka di tengah rasa tegangku memasuki ruang sidang.Tak berapa lama, Fatimah dan Popy datang.Sungguh, kebaikan Tuhan melalui tangan-tangan malaikat tak bersayap ini luar biasa terasa. Terima kasih :333333
Begitu masuk ruang sidang, dosen pemimpin sidang saat itu tersenyum dan menanyakan kesiapanku. “Aku harus siap mau tidak mau” begitu ucapku di dalam hati. Selanjutnya aku berpasrah. Belajar sudah. Berdoa sudah. Mari lakukan yang terbaik.Pertanyaan demi pertanyaan diajukan oleh ketiga dosen di depanku. Pertanyaan dari dosen penguji banyak yang tergolong ‘baru’ dan tidak sempat aku antisipasi. Tapi kemudian aku harus menjawab. Jawaban demi jawaban aku lontarkan. Banyak sekali jawaban yang terdengar terlalu ‘diplomatis’, menurutku. Tapi tidak tahu mengapa, itu yang keluar dari kepala-ku.Mungkin aku memang se-’diplomatis’ itu. Halah.
Lalu kemudian dosen pembimbingku banyak mengangguk, tanda setuju dengan jawabanku. Aku tenang.
Beberapa kali sidang diselingi tawa. Terutama terhadap jawaban yang berkaitan dengan masa depanku, “rencananya ingin apa setelah ini?” tanya pemimpin sidang.
“saya ingin mencari beasiswa untuk lanjut.”
“lanjut kemana? Dalam negeri atau luar negeri?”
“unpad” jawabku tanpa ragu. Yang kemudian ditertawai oleh dosen pengujiku.
“ingin bidang apa?” pemimpin sidang lanjut bertanya.
“saya tertarik dua bidang, yaitu pendidikan dan eksperimen.”
“kamu kok mirip dosen pembimbing kamu..” sapa dosen pengujiku sambil tertawa.
Dosen pembimbingku tersenyum.Betapa aku terinspirasi dari bagaimana dosen pembimbingku membimbing dari semasa mata kuliah eksperimen lanjutan dulu. Kelompokku dulu sering sekali dimarahi. Alasannya hanya satu: karena kelompokku tidak percaya diri.
Beliau sangat tidak suka dengan ketidakpercayadirian kelompok kami ini.Saat membimbing skripsi pun itu yang pertama kali Beliau ajarkan ketika aku mengajukan banyak judul. 
“Pilih judul yang kamu paling percaya diri, Yen.”
Bahkan kalimat perintah singkat darinya aku artikan sebagai nasehat untuk percaya diri:
“Sudah bisa daftar UP Yen”
“Gimana? Udah diuji statistika?” 
“Jangan sedih kalo hasilnya gak ada hubungan. Cari faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel kamu”
“Kan sudah saya bilang Yen kemarin. Jadi sekarang gimana?”
“Jadwalkan saja dulu Forum Yen, nanti dibenarkan sambil menunggu jadwal Forum”
“Kamu bisa kok Yen. Asal gak tidur aja.”
Semua kalimat-kalimat itu terdengar “Percaya diri Yen! Percaya diri!” di kepalaku. 
Hehe.Yap. Betapa menginspirasinya Beliau di mata-ku.Lagi-lagi Tuhan memberikan kebaikan-Nya melalui orang-orang baik di dunia ini. Terima kasih :33333
Kini, aku sudah tidak sedih lagi. Karena jika aku berlarut dalam sedih. Aku akan lupa mensyukuri nikmat yang luar biasa ini. Alhamdulillah, aku dapat terus berkumpul dengan teman-temanku, dapat mendiskusikan masa depanku dengan keluarga, dapat tetap berkomunikasi dengan dosen pembimbingku, dapat mencari pembelajaran baru di biro psikologi langsung, dan yang terpenting dapat terus berupaya mewujudkan cita-citaku.
Alhamdulillah resolusi lulus di Bulan Februari ceklis. 
((Seharusnya di posting tgl 28 Februari, 2017))
2 notes · View notes
crackedmeup · 7 years
Text
#WhatAmIThankfulFor EP2
Keempat: Aku nemu hiburan baru. Sebagai yang succorance alias kebutuhan pemanjaan dirinya amat sangat tinggi (sampai waktu di-tes EPPS keluar dari norma orang pada umumnya +++), aku sangat membutuhkan pemanjaan diri dan kasih sayang dari orang lain. #EEABAHASANYA. Karena kasih sayang dari orang lain yang bisa dibilang tidak bisa juga setiap harinya aku penuhi, jadilah aku sendiri yang suka memanjakan diri. Nah, salah satu caranya adalah dengan nonton. Kalo dulu, yang aku tonton adalah kebanyakan drama, variety show, atau live performance nya orang korea doang. Sekarang, aku nonton.... Stand Up Comedy, The Voice Kids, The Voice Amerika (thanks to Billy Gilman dengan performa Blind Auditionnya), Videonya Gita (INSPIRASIQUU), Life Where I’m From, dan beberapa video blog youtuber ‘terkenal’ macam Raditya Dika, Arief Muhammad, dan Agung Hapsah.
Terlepas dari segala drama yang terjadi di dunia youtube yang sekarang sudah lebih mengejolak dibandingkan televisi, aku bersyukur aja nemu banyak sekali orang biasa yang menginspirasi. Semacam Gita Savitri Devi yang kembali membangkitkan cita-citaku sewaktu SMA dulu untuk kuliah dan tinggal di negeri orang. Semacam Aiko, Papanya yang aku lupa namanya, dan adiknya yang memperkenalkan aku dengan budaya-budaya Jepang yang super berbeda dari Indonesia dan beberapa yang mungkin patut ditiru. Dan semacam Raim Laode, peserta stand up comedy accademy yang nasionalis pisan dengan tanah kelahirannya.
Random abis tontonan yeniiii.... :”
Kelima: Mama, Papa, Satria baik-baik aja tuh tanpa aku. Dulu aku sombong luar biasa, dengan mikir “kalo aku kuliah siapa yang bantuin mamapapa, siapa yg ngantar les satria, siapa yang bayarin listrik, siapa yg ngurus rumah” Pada kenyataannya, they are doing fine. Aku nya aja yang lebay. Mama capek-capek dari pasar juga tetep aja nyapu, masih sempet masak, masih bisa nyetrika, nyuci baju dan nyuci piring.
Satria bisa juga pergi les ini itu, pergi latihan taekwondo, papa mau nganter kok. Satria juga bisa tuh bantuin mama di pasar setelah pulang sekolah. Mama juga bisa kali ke belakang sholat dan istirahat bentar kalo waktunya udah tiba. Aku aja yang lebay, dan banyak alasan. Selalu berat hati ninggalin rumah. Mungkin karena aku nyaman dan gak mau beranjak dari zona nyaman. Padahal merantau mendewasakan, #duuh.
Yah, kangen sih. Pasti ada. Ada banget. Bahkan sekarang, pun. Kangen L
Keenam: Aku punya target Januari ini. Yang sedang sangat aku usahakan untuk terjadi. Semoga bisaa. Aaamiiin. Setelah itu akan aku susun lagi target dan rencana untuk Februari dan kedepannya. Targetnya apa? Aku masih terlalu malu untuk bilang disini. Yang jelas beberapa action plan yang sudah kubuat supaya target terpenuhi adalah sbb:
1.) NO INSTAGRAM, NO PATH, NO FB (Sebulan ini aja) 2.) Buka LINE Cuma jam 21.00 dan kalo lagi URGENT 3.) DRAMA dan YOUTUBE BOLEH tapi gak banyak-banyak 4.) JANGAN KENYANG BACA JURNAL
Yak. Bahkan untuk action plannya pun masih ada unsur pemanjaan dirinya. Hmmm. Yaa doakan saja semoga targetnya terpenuhi yaaa, Aaaamiiiiiin :”
Sampai jumpa bulan Februari. :)
0 notes
crackedmeup · 7 years
Video
youtube
Kuhampiri engkau meski kau jauh sendiri kutempuh hanya tuk bertemu denganmu
Kuhampiri engkau meski kau jauh namun hatimu tlah runtuh dan buatku terjautuh
1 note · View note
crackedmeup · 7 years
Text
WhatAmIThankfulFor #EP1
#WhatAmIThankfulFor
Pertama: Drama pertemanan yang cukup melibatkan banyak orang berhasil dilalui. (Banyak? Se-peers, lah maksudnya). Kalo dulu, waktu tahun-tahun awal konfliknya cuma sekedar masalah aku sama suci, (hihi, peace suc!). Tapi sekarang, lebih ke masalah kelompok kita. Akhirnya di sore menjelang malam itu, kita kumpul. Sharing unek-unek masing-masing. Dan akhirnya, endingnya, kita kehilangan satu sahabat yang dulunya sering sekali ikutan kumpul. But, that’s okay, people come and go right?
Solusi yang paling jitu yang dikeluarkan oleh Popy hari itu adalah: yaa kita harus terbuka satu sama lain, terbuka yang bener-bener terbuka. He’eh. Karena kita (se-peers ini) pada dasarnya mirip-mirip, kayak: 1. Gak bisa mengungkapkan ketidaksukaan 2. Gak enakan 3. Gampang sakit hati-an. Jadilah kita begini. Gak terbuka satu sama lain. Aku sendiri pernah begitu, ujung konflik-ku adalah bilang “hey aku gak suka kamu begini”, kemudian temanku ini sakit hati. Aku juga gak enak, bener-bener gak enak. Tapi lihat sekarang, kita baik-baik saja. Ada lagi temenku yang satunya. Ketika Ia gak suka, Ia diam. Ia diam. Diam lagi. Sampai akhirnya seminggu kemudian berinteraksi lagi seperti biasa. Ia cuma butuh waktu. Dari situ, aku belajar. Penanganan konflik masing-masing orang beda-beda. BEDA. Gak bisa disamakan.
TAPI, yaa biarlah solusi saling terbuka ini jadi semacam teguran aja untuk kita. Meski gak semua orang bisa melakukannya. Orang macam kita yang pengennya dimengerti orang lain ketika cuma ngomong “A..i..u”, butuh juga ditegor gini. SUPAYA, gak mengandalkan orang lain buat paham apa yang kita mau sementara kita sendiri gak mengkomunikasikannya. YE GAK?
#WhatAmIThankfulFor
Kedua: “I AM FREE (!)”. Setelah terbelenggu masa lalu dengan sang mantan #eeaa. Akhirnya aku bisa full melepaskan. Indikatornya, gak chat-chat lagi, gak nelpon random lagi (HAHA). I’m so proud of myself. Walaupun kalo kepo ke pacarnya mantan yang sekarang masih ada sih, dikit. Wkwk.  Masalah aku yang super merasa ketergantungan dengan mantan ini udah jadi topik konseling aku dua kali, dengan kelompok konseling. Thanks Juli for listening to all those stupid action that I did. Aku minder untuk cerita masalah ini ke temen-temen se-peers. Karena masalahnya berlarut-larut. Aku block dia, kemudian aku unblock. Aku bertekad gak mau ngechat dia lagi, kemudian esok harinya aku chat lagi. Kalo cerita ke Luthe pasti reaksinya udah “GILAAAA MANEH YEN”. Tapi untungnya ada mata kuliah konseling, yang didalamnya ada praktikum mengkonseling-kan temen sendiri. Dan, LAGI LAGI, aku dapet kelompok praktikum sama Juli. Keluar deh semua cerita tentang mantan ini, wkwk.
Sekarang kalo aku mengenang apa yang udah aku lakukan waktu itu, aku berasa bego sih. Dia jauh di Lampung. Aku random nelpon malem-malem, KETIKA SEBENERNYA BANYAK LAPORAN PRAKTIKUM YG HARUS DIKERJAKAN. Yaa Ampun, Bodohnya! Curhat ke dia pun soal-soal gak penting. Nanya hal gak penting semacam “Udah makan belum? Makan apa? Enak gak?” SO WHAT! PERTANYAAN GAK PENTING BGT, SUMPAH. Tapi biarlah, terkadang kita harus melakukan sesuatu yang bodoh untuk tahu bahwa hal-hal tersebut bodoh. #naonsihyen!
#WhatAmIThanfulFor
Ketiga: “Rezeki sudah diatur. Perlu diusahakan. Tetapi jangan takut kalo kita tidak dapat yang kita inginkan. Nanti, Tuhan akan kasih yang kita butuhkan.” Ceritanya, dulu sebelum mengambil mata kuliah skripsi, aku mengajukan seorang dosen yaitu Mba Witri untuk jadi dosen pembimbingku. Aku menganggap Mba Witri enak diajak diskusi, dan aku nyaman berinteraksi dengan beliau. Tapi kemudian beliau menolak. Alasannya karena beliau masih ada beberapa anak bimbingan 2012. Yasudah, aku tidak boleh memaksa. Hehe. Lalu kemudian aku pasrah. Pasrah. Lalalala~. Dan akhirnya aku dapat dosen pembimbing yang membimbingku ketika Ekslan. Wah, Mas Whisnu. Senang. Aku masih proses menyelesaikan skripsi ini. Tapi so far menyenangkan. Rezeki memang tidak pernah kemana, wkwk.
Cerita lain yang berhubungan dengan ini: Suatu siang waktu makan di SS, bareng temen-temen se-peers, aku nanyain satu-satu ke mereka. “Ada yang mau nonton film hangout?” ....... (sunyi). Tidak ada yang menjawab adalah pertanda, mereka tidak mau nonton. “Pop, ayodong nonton?” Aku todong popy. “Kalo nonton film Radit jangan ngajak aku Yen. Aku mah suka nya nonton animasi” Popy menolak dengan halus. Belum ditanya, Mei udah menolak “Aku suka nya action, Yen” Oke Mei. Oke. Kalo Dida “Apa Yen? Kalo nonton atau karaokean jangan ngajak aku” IYAA DID. Udah deh. Aku berangan-angan nonton sendiri aja di Jatos.
Sore nya aku buka facebook. Tetiba ada Kak Sidiq, kakak tingkat dari Lampung yang tinggalnya di Bandung tiba-tiba ngirim pesan:
“Weekend ke bandung?” “Kebetulan aku akan ke Bandung, tapi Jumat bareng temen. Ada apa kak?” “Kalo Sabtu nya ke Bandung lagi cape gaa?” “Engga lah kak, santai. Mau kemana emang.” “Nonton yuuk. Film hangout gimana?” Rejeki. Emang gak kemana. Tanpa pikir panjang aku iyakan. Bayang-bayang nonton sendiri pun buyar. Walaupun setelah nonton film itu, kita berdua sama-sama kecewa. KECEWA, YG BENAR-BENAR KECEWA. KENAPA KOMEDI RADITYA DIKA JADI BEGITU? KENAPA??
(Bersambung....)
2 notes · View notes
crackedmeup · 8 years
Video
youtube
If we’re not meant to be together someday we’ll know the reasons why
0 notes
crackedmeup · 8 years
Text
Jangan tanya
Beberapa bulan yang lalu, aku sempat sangat mempercayai kata-kata yang terucap dari seorang teman. Sangking percayanya, aku dan dia berubah menjadi lebih dari sekedar teman. “Mari membuatnya menjadi kita”—begitu katanya. Dan aku mengiyakan. Lalu dua minggu kemudian, tepat di hari pertama aku masuk kuliah, dia mundur. Dia bilang “Semua tidak mungkin, pikirkan kedua orang tuamu, pasti tidak ada yang setuju”—hari itu, aku hanya bisa diam mendengarkan. Sudah tidak bisa mikir apa-apa lagi. Dengan isak tangis, aku menjawab “Oke.”
Dia melanjutkan, “Daripada sama kamu, keluarga ku menginginkan aku balik lagi ke mantanku. Dia juga udah kembali lagi menghubungiku sejak kemarin-kemarin.”
Aku terdiam. Lalu kulanjutkan, masih dengan tangis “Oh gitu....” Norak sekali aku, pakai nangis segala.
Kita pun mengakhiri sambungan telepon itu. Selesai. Aku dan dia juga selesai. Masing-masing kembali ke habitatnya masing-masing. Tepat di hari yang sama pula, dia kembali ke seseorang yang memang lebih Ia cintai (mungkin).
Sudahnya aku bercerita kepada beberapa sahabat. Reaksi pertama yang keluar dari mereka adalah, “kurang ajar”, atau “gila yen! Tuh orang tega banget” atau “boleh ngomong kasar gak? Kamu kok tenang gitu, gak marah-marah? Aku yang rasanya pengen marah.”
Aku marah.
Sangat marah.
Dan dia sudah tau aku marah. Lalu aku berpasrah. Aku bukan yang hobi dan sanggup balas dendam. “Sudahlah, jadi pelajaran saja.”—begitu ujarku, meski dalam hati sakit juga.
Suatu hari, aku bertanya padanya, “mengapa kamu lakukan itu?” Aku bertanya ini mungkin lebih dari satu kali. Hanya dengan diksi yang berbeda.
Jawabnya pun beda-beda, kadang Ia bilang “Aku ini tipikal yang mudah kesepian loh, gak bisa sama kamu yang jauh gitu.”, kadang dia bilang “dia cuma memiliki tubuh aku, hati aku tetep di kamu” –yang kemudian aku ‘iyuh’kan.
Atau pernah juga dia bilang “hmmm.. gak tau aku juga kenapa”—yang kemudian aku jadikan jawaban tunggal. “Gatau aku juga kenapa”—yaaa, “Gatau aku juga kenapa”.
Kadang memang aku, dia, beberapa orang, bertindak berdasar hal yang kita sendiri tak sadari. Lalu kemudian cuma bisa berujar “Gatau aku juga kenapa”.
Dari situ aku memutuskan, sudah jangan tanya lagi. Itu keputusannya untuk berbuat hal demikian. Meski pada saat itu keputusannya tersebut sangat mempengaruhi aku, tapi itu dia. Dirinya. Aku tetaplah orang diluar dirinya. Aku tak bisa apa-apa.
Sekarang, sudah. Aku tak akan bertanya lagi.
0 notes
crackedmeup · 8 years
Text
How to Care Less about what Other People Think
1. Know what matters to you, personally – what you stand for, and what your values are .
2. Don’t be anxious about breaking social norms. The more often you do this, and go against the flow, the less it will bother you to simply be yourself.
3. Decide not to live as a people pleaser, or to get upset and take rejection personally.
4. Hang out with people who are self confident, who know what they believe in, and what they want from life. You’ll find their self-confidence will rub off on you, too, and you’ll start to worry less about what other people think.
5. Working on becoming more competent in the skills and areas that matter to you. That will naturally enhance your self confidence, and develop a self image that is strong and positive.
6. Travel, or spend time with lots of different people. That will show you how diverse attitudes and outlooks are. That is, there’s no one way of being – so find, and be, yourself.
3K notes · View notes
crackedmeup · 8 years
Text
Hola
Akhirnya menyempatkan diri lagi untuk sekedar update blog ini. Meski dengan tulisan yang belum tentu jelas. Hehe. Akhir-akhir ini, bukan saya sibuk. Saya cuma tidak menyempatkan diri menulis. Bukan juga karena tidak ada inspirasi (emang sejak kapan nulis yg berinspirasi?), sejujurnya justru banyak sekali hal-hal aneh bin ajaib, unik dan ngangenin yang terjadi akhir-akhir ini. Yang kesemuanya bisa jadi inspirasi. Yang kayaknya baru pertama kali, dan gak pernah terjadi sebelumnya. Tapi yaa gitu, terlalu fokus sama hal-hal itu, sampe lupa mengabadikannya lewat tulisan disini. (ceileh).
Nah. Mulai dari sekarang pengen nyoba update lagi. Biar gak berlalu begitu saja hari-hari di semester 7 ini. Sesuai dengan tujuan pertama dibuat blog ini, untuk mengabadikan momen-momen kuliah, sih, sepertinya (malah ragu sendiri).
Yowis. Jadi sekarang, yuk mulai lagi.
0 notes
crackedmeup · 8 years
Quote
Sesekali, kita perlu berada di tempat yang jauh untuk tau betapa berartinya hal-hal kecil
Ian Frazier
0 notes
crackedmeup · 8 years
Text
Doa di penghujung hari Arofah.
Untuk keduanya:
Pertama, Papa. Sudah kurang lebih 21 tahun aku kenal Papa. Dan sudah kurang lebih tiga tahun aku tinggal jauh dari Papa. Tapi doa-doaku masih tetap sama. Agar Tuhan memberikan hidayahNya, untuk Papa. Supaya Papa selalu dapat kami banggakan. Supaya Papa selalu dapat kami jadikan panutan.
Akhir-akhir ini, kondisi kesehatan Papa mulai menurun. Mata sebelah kanan Papa mulai mengalami gangguan. Papa yang biasanya jarang sekali mengeluh, kini suka tiba-tiba menelepon dan bilang dengan santai “Nak, papa lagi di rumah sakit”, kemudian dilanjutkan keluhan perihal kondisi matanya. Doa-ku tak kalah penting untuk Papa, agar Tuhan memberikan Papa kesehatan.
Kedua, Kakak. Kita belum lama saling kenal. Dan belum lama ini juga kita sama-sama terkurung kesal. Dan, doa-ku masih tetap sama. Agar Tuhan memberikan hidayahNya pula, untuk Kakak.
Supaya Kakak tidak mirip Papa. Supaya Kakak semakin dewasa. Supaya Kakak segera menemukan tujuan. Supaya Kakak tidak lagi suka main-main dengan perasaan.
Yang paling penting, supaya Kakak mulai lagi sholat lima waktunya.
Tak lupa juga untuk di pendoa, semoga Ia tidak sesak karena rindu.
0 notes
crackedmeup · 8 years
Text
Pembelajaran (4): Terima kasih
“Terima kasih” kuucap untuk orang-orang yang dengan tanpa syarat menemani hari-hariku disini. Untuk serangkaian rutinitas yang kujalani. Untuk agenda-agenda baru yang selanjutnya harus aku jalani. “Terima kasih”, ucapku pada mereka semua.
Pasca mengalami kejadian perpisahan yang memilukan itu, tentu sulit bagiku menjalani hari. Aku bahkan tak bosan-bosan mencuri-curi waktu tidur. Di kampus ketika jeda, aku mencari cara untuk tidur. Ketika dosen menjelaskan, aku setengah tidur. Tidur mungkin caraku menyembunyikan rasa sakitku.
Sesampainya di kostan, aku malah tidak bisa tidur.
Tidak afdol rasanya jika tidak tidur di atas jam 12 malam.
Tidak lagi berkabar dengan seseorang yang lebih dari satu bulan selalu tak lepas kabar, itu mungkin yang paling mengusik pikiran ku selama sendirian di kostan.
Ada ya fase seperti ini. Orang macam aku harus juga yaa melewatinya. “Haha..” Aku tertawa saja menanggapinya.
Tapi lagi-lagi aku tersadarkan, bahwa apa yang aku dapatkan sekarang adalah buah dari pilihanku. Buah dari tindakan kekanak-kanakan ku. Seharusnya aku tidak memulai hal semacam ini. Seharusnya aku biarkan saja dia seperti semua.
Sekedar tau nama. Sekedar bertegur sapa. Sekedar kenal. Seharusnya semuanya hanya ada kata “Sekedar”.
Supaya keindahannya tetap terjaga. Setelah mengalami, mungkin aku semakin yakin. Semakin percaya, bahwa ada banyak hal yang memang seharusnya tidak kita lakukan. Karena setiap hal itu punya masanya, dan di masa itu hal yang seharusnya indah akan menjadi indah.
Bunga mawar punya waktunya untuk mekar. Begitupun bunga lainnya.
[Jadi ngomongin hal yang sama lagi]
Intinya, dalam melewati hari-hari ini aku bersyukur Tuhan mengirimkanku banyak orang. Divisi acara yang radiv malam-malam  bikin gak sendirian makan malam. Luthe yang suka random juga ngajak makan malam. Lia yang juga sedang mengalami masa-masa yang sama dan suka minta temenin makan keluar. Dida yang juga tidak kalah random mau aja aku ajak makan diluar. Dan masih banyak lagi temen-temen yang superrr.
Bahkan pada satu kesempatan, salah satu sahabat bilang “Kelihatan banget kamu lagi butuh-butuhnya ditemenin yen. Makanya aku mau nemenin kamu aja”. Tanpa aku cerita masalah apa yang sedang melanda diriku.
Antara senang, dan sedih juga. Senangnya karena berasa dimengerti banget, dan sedihnya karena “wah kelihatan banget yaa di muka gue. wkwk”
Yuuu berterima kasih dengan orang-orang ini. “Makasih luuuvs!”
0 notes
crackedmeup · 8 years
Text
Pembelajaran (3): You’ll be okay
Untuk kamu yang mencintai terlalu dalam. Untuk kamu yang mengutuki perpisahan dengan kata-kata kasar dan penyesalan. Untuk kamu yang dengan angkuh merasa sebagai yang paling tegar di dunia. Untuk kamu yang menjerumuskan orang lain dalam drama tak berkesudahan. Untuk kamu yang merasa tersakiti, namun tidak jera menyalahkan diri sendiri.
Untuk kamu, yang memang sekarang sedang dalam titik terlemahmu: “Percayalah. Bukan aku menasihati, bukan aku menghibur, dan bukan aku sok meyakini. Tapi aku tahu pasti kamu sanggup melewati.”
Dari sosok dalam kaca pada yang berdiri di depannya.
0 notes
crackedmeup · 8 years
Video
youtube
A good song for you, Yen!
“It’s not easy, huh? I know you are busy you wonder why you have to come this far they want so much... I know
“You must want a break It’s all so loud all so annoying, right? I bet you want to go home even when you’re home
“At such times, take out this song enjoy it like a piece of chocolate
“Make sure you eat your meals even if you’re tired then I’ll compliment you later”
0 notes
crackedmeup · 8 years
Text
Marriage is not just love and rainbows and butterflies and glitter.
It’s working hard on both ends to make sure that each person is receiving their full rights.
It’s having to pick your battles and decide- is this really worth arguing about?
Marriage is hard work. If both sides don’t put in equal effort, the imbalance itself can destroy a marriage. 
Yes, it’s nice having a supportive companion for the rest of your life (in shaa Allaah). Yes it’s nice that you get to create and share a beautiful life together. But it does not come easy.
Marriage teaches you so much about yourself; things you didn’t really want to know. 
I wish I was more mentally prepared for it. And I say this after a few years and 2 kids later. There is still so much to learn and so much to get used to.
398 notes · View notes
crackedmeup · 8 years
Photo
Tumblr media
Jika mendo’akan adalah cara mencintai yang paling rahasia, maka akan aku ikhlaskan rinduku padamu. aku memahami jalanku dan jalanmu belum sempurna, maka biarkan masa depan yang sempurnakan. dan aku berharap tetap melihatmu ada di masa depanku.
21 notes · View notes