Tumgik
ceritasofia · 3 years
Text
Mau cerita banyak, mau nulis panjang lebar, mau menuangkan semua yang ada di kepala, tapi bingung saking banyaknya.
Lalu, hanya bisa menangis. Haha
Puasa hari ke-8, 20 april 2021
5 notes · View notes
ceritasofia · 3 years
Text
Doa itu bukan hanya untuk mendekatkan yang jauh, bukan juga hanya untuk mengikat ia yang berserak. Kamu lupa, bahwa doa juga bisa menjauhkan yang tidak baik bagimu, apapun itu. Entah pada orang yang buruk atau pada pilihan yang salah. Doa itu manis, semanis hati yang tulus tanpa ingin diketahui.
Hari ini kamu akan belajar, soal doa yang pernah dilantunkan belasan tahun yang lalu, bahwa doa akan datang dengan apa yang kamu inginkan tepat pada waktunya. Buruk sangka yang dahulu pernah terucap, kini hanya bersisa penyesalan kenapa terlalu cepat kamu menghukumi sebuah doa.
Mari mulai melepaskan apa yang seharusnya dilepaskan, mulai menata langkah dan doa lagi untuk hari-hari berikutnya. Sebab doamu hari ini, pasti akan datang padamu suatu saat nanti, entah dengan jawaban yang sama atau lebih baik. Yang jelas ia pasti terbaik untukmu.
Tidak banyak orang yang yakin akan doanya, tidak banyak pula orang yang setia menunggu dengan apa yang di doakan. Doa itu unik, ada harapan dan rasa, ada khawatir dan gelisah, ada tangis dan bahagia. Tapi akhir dari doa akan selalu yang terbaik untuk manusia.
Mendoakanmu.
@jndmmsyhd
1K notes · View notes
ceritasofia · 3 years
Text
It will pass, Syofia.
1 note · View note
ceritasofia · 3 years
Text
Semakin dewasa rasanya sedikit demi sedikit mulai memahami mengapa banyak orang yang memilih mengakhiri hidupnya.
Bukan membenarkan pilihannya ya,
Hanya saja, mencoba menahaminya saja. Betapa berat bebannya, betapa rapuh mentalnya sehingga memilih jalan yang bukan seharusnya dipilih.
Ketika sedang di fase itu, mungkin jawaban terbaik hanyalah Iman.
Memeluk iman sekuat mungkin, menjaganya agar fikiran dan hati tetap dilandasi dengan iman yang kokoh.
11/2/2021
0 notes
ceritasofia · 3 years
Text
semakin dewasa
semakin takut ngomongin orang lain. takut kalau suatu hari kita jadi seperti yang diomongin. takut karena yah, kita cuma beda dosa aja.
semakin hati-hati membuat komitmen. lebih banyak menolak daripada menerima. lebih banyak berkata tidak daripada berkata iya. punya not-to-do list alih-alih to-do list saja.
semakin sabar urusan rezeki. sudahlah, yang memang untuk kita pasti akan datang dari mana pun itu. yang bukan untuk kita, nggak akan sampai meskipun sudah di depan mata. juga, semakin sadar bahwa setiap manusia bisa jadi wasilah rezeki bagi manusia lain. termasuk diri kita.
semakin bersyukur sama pasangan, anak, dan keluarga. rasanya, di luar sana orang tuh macam-macam banget. kadang artinya "ada-ada saja". pasangan yang setia, terbuka, dan menyayangi itu sangat istimewa. selebihnya maafkan dan terima.
semakin ingin mengikhlaskan. barang-barang, kepemilikan, masa lalu, luka, beban. ingin semua bersih agar setiap hari bisa berjalan dengan hati ringan.
semakin yakin dengan jalan yang dipilih. ternyata nggak berubah, krisis identitas itu selalu ada di setiap fase hidup. tugas kita adalah membuat kapital identitas yang jauh lebih besar daripada krisisnya. caranya, tetap teguh berjalan pada pilihan. jadilah pemenang yang sabar.
semakin sadar betapa kecilnya manusia. bumi Allah luas, kekuasaan Allah tinggi, Allah Mahabesar. nggak ada yang nggak mungkin bagi Allah.
semakin sayang orang tua. ya Allah, muliakanlah kedua orang tua kami.
1K notes · View notes
ceritasofia · 3 years
Text
Parenting : Minum
Aku dan suami punya kebiasaan kecil (yang lucu) untuk mengekspresikan perhatian dan rasa sayang. Kami sering mengambilkan minum satu sama lain tanpa diminta. Jadi kalau makan, kadang kejadiannya aku nggak ambil minum untuk diriku tapi untuk suami, dia juga sebaliknya hahaha.
Itu nggak hanya di waktu makan, waktu suami kerja, waktu aku kelihatan lelah, atau waktu-waktu random pengen merhatiin satu sama lain. Pagi hari kami juga bergantian membuatkan teh.
Ternyata kebiasaan kecil itu dilihat oleh anak pertama kami, Shabira. Shabira akhir-akhir ini sering sekali mengambilkan minum untuk kami berdua. Ketika melihat itu, aku langsung ngeh, ini dia mulai meniru kebiasaan kami! Haha. Ternyata bener yaa kita nggak bisa seenaknya aja di depan anak. Karena mereka benar-benar belajar dari orangtuanya, peniru ulung.
Biasakan yang baik, contohkan yang baik. Ingin anak shaleh, dimulai dari orangtuanya. Ingin anak senang belajar, apa bisa kalau orangtuanya mageran? Ingin anak mandiri, tapi orangtuanya manja. Ingin anak bisa bijak, tapi orangtuanya tidak konsisten. Ingin anak-anak rajin, tapi orangtuanya pemalas. Apa bisa?
Tentu orangtua bukan faktor penentu. Ada banyak, tapi peran orangtua besar untuk bisa membentuk kepribadian anak.
Shabira pernah di fase sukaa banget marah-marah. Selain belum bisa mengungkapkan perasaannya, aku yakin karena di saat itu aku juga sedang mudah uring-uringan :")
Ketika aku instropeksi dan berusahaaa sekali untuk lebih sabar, beberapa minggu setelahnya anakku mulai melunak. MaasyaAllaah huhuhu
Kejadian ini membuat aku kembali refleksi, sudah benarkah aku mencontohkan? Sudah cukup bijakkah sehari-harinya di rumah? Semoga sisi negatifku bisa diambil hikmahnya oleh anak-anakku kelak. Dan sisi positifku bisa diserap sebanyak-banyaknya. Huhu bismillaah untuk perjalanan parenting yang masih panjang ini!
Laa haula wa laa quwwata illa billaaah..
573 notes · View notes
ceritasofia · 3 years
Text
Pengen nangis sambil dipeluk. Diusap belakang kepalanya. Tanpa ditanya apa apa. Nangis aja udah
123 notes · View notes
ceritasofia · 3 years
Text
Dibalik Menunda Marah
Jadi, ceritanya sore tadi Shabira sedang menuang air dari botol besar ke dua gelas yang lebih kecil. Tapi nggak berhenti sampai situ, dia nuang lagi airnya ke meja. Tumpah-tumpah sampai lantai. Semua basah.
"Itu pelnya diambil kak. Asal nanti bertanggungjawab, Mama nggak papa."
Shabira makin asyik menuang air. Wow.
Aku, yang emosinya sedang stabil meski Jogja lagi panas-panasnya, diam mengamati. Aku nunggu, kira-kira apa yang ada di pikiran Shabira saat ini. Karena dari tadi dia emang kaya lagi nguji kesabaran. Jadi aku putuskan untuk menang dari ujian ini😂
"Kak, kenapa dituang?" Tanyaku. Akhirnya bertanya haha.
"Dek Gam menuang kopi hingga membasahi meja..." Jawab Shabira.
Dek Gam itu nama salah satu tokoh di buku yang suka dia baca. Di buku itu memang diceritakan kalau Dek Gam nggak sengaja menumpahkan kopi yang dibikinkan ibunya. Kopinya membanjiri meja.
"Oh gitu..." dalam hati aku langsung bersyukur nggak kelepasan marah duluan. Meski sepele menurut kita sebagai orang dewasa, tapi ini capaian yang lumayan besar buat anak-anak.
Kenapa?
Pertama, Shabira berhasil mengingat jalan cerita. Kedua, dia sedang berlatih bermain peran (jadi Dek Gam)! Ketiga, dia sedang berusaha merangkai potongan cerita lewat adegan yang sedang dia perankan. Keempat, dia berusaha menceritakan kembali buku yang dia baca. Wow! Hal-hal tersebut bagiku penting karena itu artinya anak sedang berusaha memahami bacaan. Nggak cuma sekedar baca, tapi memaknai. Satu level di atas baca.
Selain itu, Shabira merasa dihargai, didengarkan, dan dipahami.
Dia lagi belajar. Aku nggak mau menghentikan stimulusnya dan kesempatan emas ini.
Lalu ayah datang,
"Kakak, kok tuang-tuang air? Bahaya! Nggak kaya gitu, ah." Kata Ayah agak gusar.
"Itu Yah, Kakak lagi jadi Dek Gam yang nuang kopi..." Jawabku buru-buru. Aku takut Ayah kelepasan kesal padahal aku sedang membiarkan Shabira menikmati kegiatannya.
Untung Ayah lekas mengerti--atau pasrah saja sama kode dari tatapanku yang artinya, nggak papa, biarin aja, masih bisa aku handle--, atau mungkin malah keduanya. Hahaha
Ayah membiarkan kami, beliau masih berdiri di tempatnya sambil memegang gelas. Seperti menunggu kira-kira mauku dan Shabira apa.
"Habis numpahin air terus Mak gimana kak reaksinya ke Dek Gam?" Kataku sambil berkacak pinggang.
"Mak marah."
"Ayo dibereskan! Kata Mak marah." Aku berpura-pura jadi Mak.
"Terus sama Dek Gam dipel lantainya." Sambung Shabira.
"Setelah itu Mak memandikan Dek Gam supaya nggak lengket, ya?"
"Iya supaya bersih..." kata Shabira.
Kesempatan! Sekalian bikin dia mau mandi tanpa drama hahaha.
Akhirnya aku menggiring Shabira mandi seperti Mak yang mandikan Dek Gam. Bedanya ini Shabira mandi sendiri wkwkwk.
Apa jadinya kalau aku nggak mendengar dia dulu? Apa jadinya kalau aku malah marah-marah? Ternyata seringkali kita perlu melihat dari sudut pandang anak sebelum benar-benar melepaskan emosi 'marah' itu...
Dibalik tingkah ajaibnya, anak selalu punya alasan.
Apa jadinya kalau Ayah nggak percaya sama aku, sama kami? Apa jadinya kalau ayah ketinggalan jauuuh sekali pemahamannya terkait menghadapi anak usia dini?
Ayah dan Ibu, suami dan istri. Satu tim. Komunikasi dan berbagi peran itu membawa banyaaaak sekali dampak positif di keluarga. Ayah posisinya emang nggak bisa sesering ibu ada di samping anak, menghargai Ibu yang menerapkan SOP dan aturan khusus dalam berbagai aspek parenting rasanya melegakan. Beberapa kali dapat curhatan juga, yang malah sering menjadikan anak bingung karena ortu tidak konsisten adalah ayah yang tiba-tiba 'ngacau' kesepakatan yang udah mati-matian dibuat ibu selama di rumah hahahaha.
Lucu ya parenting itu. Naluri, pengetahuan, insting, perasaan, dan logika...beda kasus beda takaran. Sebagai orangtua dari hari ke hari belajar untuk lebih peka meramu, mana yang harus dipakai, berapa takarannya, berapa dosisnya, mana yang lebih penting, dan semuanya harus diputuskan dengan cepat. Wkwkwkwkk.
Aku bersyukur tadi nggak marah. Aku bisa belajar banyak hal. Terima kasih sabar, kamu memang selalu menang dan membawa maslahat.
973 notes · View notes
ceritasofia · 3 years
Text
Page 11/365
Aku ga tahu, akan ada hal besar apa yang nantinya akan datang di tahun ini,
Aku ga tahu, akan ada keputusan-keputusan besar apa yang akan dilakukan tahun ini,
Aku ga tau, akan ada pengorbanan apa yang akan aku jalani tahun ini,
Pun dengan kebahagiaan dan duka yang akan menghampiri di tahun ini,
Apapun itu, semoga selalu kuat.
Dan tenang tentunya.
Dari Aku, Untuk Aku.
1 note · View note
ceritasofia · 3 years
Text
Menuju 1 tahun nganggur kok degdegan ya hoho
(Ya Allah aku bener-bener sama sekali ga meragukan jalan rezeki tiap orang, tapi gatau kayak degdegan aja wkwk)
Eh tapi.. kalo degdegan begini bisa dikatakan kalo aku ragu gasih? wkwk
1 note · View note
ceritasofia · 3 years
Text
Kepercayaan Diri
Sebenernya pengen banget ikut #30HariBercerita lagi. Karena tahun kemarin bolos karena sok sibuk, harusnya tahun ini tetep ikut.
Tapiiiiiii........
Entah kenapa, sejak akhir tahun 2019 kepercayaan diri mulai terkikis. Rasanya membagikan hal-hal apapun itu dilaman media sosial yang diliat banyak orang kurang pede.
Sebenarnya sadar ini kurang bagus dan ga boleh terlalu mengikuti hal-hal yang bikin memperlambat proses perkembangan diri. Ingin banget meng-cut proses ini, lagi belajar-belajar menanggulangi hal-hal ini. Semoga segera menemukan celahnya supaya kepercayaan diriku mulai kembali.
Liat capture-an tulisan-tulisan yang di posting di laman social media (manapun) kok rasanya hebat banget saat itu gak takut nulis apapun, biarpun tulisannya jelek sekalipun wkwk.
Semoga segera menemukan celah-nya yaa, ku juga gasuka dengan krisis kepercayaan diri ini huhu
7/1/2021
1 note · View note
ceritasofia · 3 years
Text
Page 5/365
Semua orang bisa saja Pulang. Tapi belum tentu semua orang berhasil Pulang ke "Rumah".
1 note · View note
ceritasofia · 3 years
Text
Page 4/365
Jangan pernah ngerusak kebahagiaan orang dengan standar kebahagiaan sendiri.
1 note · View note
ceritasofia · 3 years
Text
Page 3/365
Kadang hidup berjalan tak semenakutkan itu. Hanya saja pikiran-pikiran kita yang terlalu jauh
1 note · View note
ceritasofia · 3 years
Text
Page 2/365
Perihal apapun itu,
Akan pudar seiring dengan berjalannya waktu.
Tugasmu, tetaplah menjadi kuat.
1 note · View note
ceritasofia · 3 years
Text
Page 1/365
Terima kasih sudah berusaha menerima segala yang hadir selama setahun terakhir.
Semoga selalu kuat pundak dan pikirannya
1 note · View note
ceritasofia · 4 years
Text
Seandainya perpisahan sudah Allah kasih schedule via google calendar, aku pasti akan kasih yang terbaik 🌻
0 notes