Tumgik
cerita-faza · 8 months
Text
Refleksi Perjalanan Pendidikan Indonesia
Tulisan ini sebagai tugas mata kuliah Filosofi Pendidikan pada Topik 1. Koneksi Antar Materi
Jika ada pertanyaan apa yang membawa saya berjalan jauh ke daerah-daerah Indonesia? Di antara jawabannya adalah saya ingin melihat mereka para anak-anak penerus bangsa. Dan ternyata Pendidikan yang mereka enyam tidak sepenuhnya sama dengan anak-anak di kota dengan kemudahan akses dan sumber daya, termasuk sumber daya seorang guru yang kompeten. Inilah yang kemudian mendorong saya untuk mencoba menjadi seorang guru professional.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Perjuangan dan perkembangan Pendidikan di Indonesia dari masa kolonial hingga saat ini membuat saya banyak berefleksi. Pada masa kolonialisme Pendidikan diadakan dengan sistem yang mendukung kepentingan penjajah. Hingga para pejuang emansipasi sepeti R.A. Kartini, Budi Utomo, dan Ki Hajar Dewantara memperjuangan hak-hak pribumi untuk mulai mengenal pendidikan inklusi bukan hanya untuk keluarga bangsawan.
Dari perjuangan inilah saya mendapatkan banyak pembelajaran yang dapat saya refleksikan. Sepeti Ki Hajar Dewantara dengan keterbasannya diasingkan ke negeri Belanda tidak mematahkan semangatnya untuk terus belajar untuk mengembangkan Pendidikan di Indonesia. Beliau kemudian mengenal gagasan pendidikan Friederich Wilhelm August Frobel (1782-1852) yang menjadikan permainan sebagai media pembelajaran, dan Maria Montessori (1870-1952) yang memberikan kemerdekaan kepada anak-anak. Kedua gagasan tersebut hingga saat ini juga masih berkembang di Indonesia bahkan dijadikan sebagai kurikulum di berbagai lembaga. Hingga akhirnya sepulang pengasingan Ki Hajar Dewantara membentuk sekolah Taman Siswa dengan tujuan membebaskan diri dari penjajah dengan membangun karakter pemuda yang berjiwa bebas, mandiri dan bermental pejuang dan berani. Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara masih diterapkan hingga sekarang yaitu Sistem Among, suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Sistem Among ini yang kemudian dijadikan semboyan Pendidikan Indonesia atau disebut juga “Tut Wuri Handayani”.
Saat ini, Kurikulum Merdeka menjadi sebuah upaya memenuhi kodrat anak seperti halnya disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa cita-cita pendidikan adalah menuntun bakat, minat, dan potensi peserta didik agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai seorang manusia dan sebagai anggota masyarakat. Sehingga tergagaslah pembelajaran terdiferensiasi untuk menyesuaikan kebutuhan belajar anak, dan tentunya dalam pelaksanaan perlu direfleksikan dan dievaluasi agar lebih baik kedepannya. Apa lagi saat ini penggunaan teknologi bagaikan pedang bermata dua, saat digunakan dengan baik bisa menjadi penunjang anak untuk meredeka belajar dan mengekspresikan diri. Dari tipe belajar anak visual, auditori, dan kinestetik semuanya bisa ditunjang dengan teknologi. Di sinilah kemudian guru memiliki peran untuk mejadi fasilitator pembelajaran anak dengan kesesuaian dirinya sehingga bisa mendapatkan hasil pemmbelajaran yang lebih optimal dan bermakna.
1 note · View note
cerita-faza · 10 months
Text
Ramadhan Rasa Baru #2
Cerita kedua adalah cerita mengenai oraganisasi remaja masjid yang kembali mulai aktif setelah beberapa tahun vacum karena regenerasi yang tidak begitu berjalan. Sebagai program reaktivasi remaja masjid dilakukanlah pesantren kilat untuk memeriahkan Ramadhan. Berbeda dengan pesantren kilat yang biasa kulakukan di tempatku dimana semua serba tersedia. Di sini semua bergotong royong, mulai dari para peserta diminta memnbawa beras, telur, dan tentu saja formulir izin orang tua. Kemudian para remaja menyiapkan segalanya, mulai dari dapur, perapian, dan tungku masak, ruangan dan umbul-umbul, begitu pula para tetangga tempat anak-anak menginap begitu terbuka untuk rumahnya kami gunakan sebagai basecamp memasak maupun sekadar beristirahat.
Masih banyak kekurangan dalam pengelolaannya, tentu saja. Sekadarnya, namun tetap dengan semangat bergerak. Aku begitu takjub melihat prosesnya, mulai dari gotong royong persiapan, limit tidur karena masak hingga tengah malam, para orangtua yang menitipkan anaknya padaku, mandi dan wudhu langsung dari air parit, dan semangat tanpa malu-malu yang menjadi lecutku.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Isi kegiatan begitu beragam, dari bersholawat, isi materi dari kakak-kakak di desa seperti Bang Igun, Bang Yoga, dan satu yang menjadi orang baru yang kudengar materinya karena beliau selama ini sedang masa koas kedokteran di tanah Jawa, senam pagi, dan jalan pagi keliling desa. Lucu sekali saat ada anak-anak kelas satu ikut serta dalam kegiatan ini dan menginap. Ada yang tegar, ada yang tiba-tiba tengah malam menangis, atau kami ungsikan karena mau berbuka terlebih dahulu.
Dalam prosesnya aku mengajak teman-teman remaja masjid memberikan apresiasi kepada anak-anak yang berani menjawab pertanyaan ataupun mencoba mengambil tanggung jawab untuk memimpin forum. Dari poin-poin apresiasi itu akan disimpulkan yang terbanyak sebagai peserta terbaik dalam Pesantren Ramadhan. Dan Ilham, kelas 5 sebagai pemenangnya. Dia adalah salah satu muridku yang unik, caper dan pintar. Konon katanya sekeluarga memang pintar semua, bahkan dia hafal surah Al-Kahfi 1-10. Masya Allah.
Tumblr media Tumblr media
Selesai kegiatan ini kamipun merayakannya dengan buka bersama dan akupun berencana segera kembali ke kabupaten. Karena teman-teman kabupaten sudah menggodaku dengan kepiting dari Betok wkwk. Tapi sebuah tekadku aku akan tetap merayakan lebaran di desa, karena ini adalah pengalaman sekali seumur hidupku. Meskipun ternyata tidak menjadi hal yang terlalu istimewa, karena justru terkesan tidak ramai dalam perayaan menjelang idul fitri.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
cerita-faza · 11 months
Text
#Caper : Breathe
Hashtag ini kubuat dengan latar belakang sebagai diary masa depan mengenai parenting. Caper : catatan parenting, belum tentu kebenarannya, belum tentu ada referensi mutakhirnya, dasar metodenya, cuma sedang berusaha menuliskan pembelajaran masa kini agar tidak ketinggalan di masa mendatang. Bisa jadi berasal dari belajar beneran, dari pengalaman keseharian, atau pembelajaran dari orang lain, bahkan dari tontonan reels iseng.
Dan tulisan #caper yang pertama datangnya ada pada opsi terakhir, tontonan reels instagram tapi mohon maaf sudah lupa sumbernya.
Ini tentang sabar dan ikhlas. Dua kata abstrak, yang bahkan aku sendiri sulit mendefinisikannya sebagai kata kerja atau kata sifat. Jika kata kerja bagaimana langkah konkritnya, jika kata sifat bagaimana ciri-cirinya. Maka bernapas menjadi jawaban yang bisa membantu.
Saat kita marah dan perasaan tak karuan, laju napas menjadi cepat. Itu merupakan respon dari jantung dan otak yang saling berkaitan. Namun sayangnya kita tidak bisa mengontrol otak dan jantung kita, satu-satunya organ yang bisa kita intervensi pada saat seperti ini adalah pernapasan.
Maka dibandingkan mengatakan "sabar, nanti akan diganti dengan yang lebih baik" bisa diganti "tarik napas dalam, pelan-pelan supaya tenang dulu ya". Sehingga anak akan mengikuti instruksi dan merasakan dampak dari mengatur napas dia bisa menjadi lebih tenang.
0 notes
cerita-faza · 1 year
Text
#Refleksi : Hampir Menyerah Bisa Jadi Membanggakan
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Ah menyenangkan sekali membuka galeri untuk bernostalgia hal-hal yang menyenangkan juga bisa dikeluhkan. Foto-foto di atas menjadi hal-hal yang ternyata cukup sulit pada masanya, namun nyatanya terlewati juga.
Mulai dari hal konyol mencoba mancing ikan tapi sesusah itu mendapatkannya, nahan pipis 6 jam perjalanan laut numpang kapal nelayan tanpa toilet, juga kebiasaan sipitkan mata saking brighteness tanah khatulistiwa yang ga main-main. Saat itu pernah juga rasanya hampir menyerah dengan kerasnya jalanan, nangis saking capeknya merasakan rusaknya jalanan, keinginan meninggalkan kendaraan saat bertemu tanah lumpur yang melewatinya butuh otak dan strategi untuk berpikir, nangis karena luka jatuh kena knalpot sepanjang jari telunjuk dan memikirkan bekas lukanya, malu seantero pelabuhan kenal begitu kena marah bapak speed karena serombongan telat. Selain luka knalpot, luka infeksi bernanah di telapak kaki, cacar api yang membuat susah tidur dan semuanya berbekas sangat sangat membuatku kesal. Juga hal-hal mengenai tugas, anak-anak yang sulit sekali mengenal huruf, juga kantor guru yang kosong di saat sudah waktunya anak-anak masuk sekolah.
Dan kini, semua terlewati meski sempat ada rasa (((hampir))) menyerah. Mungkin aku tidak benar-benar percaya diri mengatakan itu membanggakan, tapi aku mensyukurinya sebagai hal yang melegakan. Mengutip kalimat Pak HH "kelak kamu akan bersyukur karena memutuskan untuk tidak menyerah".
Semoga hari ini dan seterusnya, aku bisa terus mengingatnya. Untuk tidak menyerah, tidak memberikan kesempatan pada diri untuk berhenti. Karena pada akhirnya itu semua akan terlewati, dan tidak ada seorangpun yang ingin melewatinya dengan penyesalan tersisa. Mengutuip (lagi) dari drakor Dr. Romantic "dalam hidup lebih baik mengalami kegagalan daripada harus menghadapi penyesalan".
1 note · View note
cerita-faza · 1 year
Text
Tumblr media
Selamat datang!
Ini adalah akun tumblr kedua Faza, sebagai media mengumpulkan cerita perjalanan dan pengalaman Faza dengan rasa syukur dalam penulisannya.
1 note · View note
cerita-faza · 2 years
Text
Bermain Sains Bersama Avatar The Legend of Aang
Avatar The Legend of Aang, kartun masa kecil yang kuikuti setiap liburnya sekolah di Minggu pagi. Bahkan di bangku SMA tidak mau ketinggalan dengan Avatar The Legend of Korra cerita kelanjutan dari keturunan Aang. Siapa sangka tontonan kartun itu menjadi salah satu inspirasiku membuat sebuah program di penempatanku sebagai Pengajar Muda di Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Biarkan kugambarkan sedikit kondisi desa dan sekolahku. Desaku bernama Padu Banjar, berada di kawasan daratan Kayong Utara, cukup ditempuh jalur darat dengan roda dua maupun empat dengan durasi sekitar 4 jam dari ibu kota kabupaten. Tak kubayangkan di tanah Jawa dengan durasi seperti itu aku sudah bisa menyusuri dua kota berbeda. Kondisi sepanjang perjalanan aspal rusak parah yang membuat kita tidak bisa melaju terlalu cepat di banyak bagian. Desa Padu Banjar adalah dua desa yang disatukan pada saat kabupaten ini baru terbentuk, sehingga penyebutan daerahnya juga berbeda berdasarkan daerahnya, Padu Banjar bagian luar yang masih terjangkau sinyal biasa disebut Sei Semut, sedangkan Padu Banjar bagian dalam yang sudah sulit sinyal itulah yang disebut Padu Banjar. Masuk ke dalam Padu Bajar juga menjadi tantangan tersendiri, rasanya badan akan sakit terhentak bebatuan sepanjang jalan dan jika hujan turun akan menambah tantangan dengan genangan dan tanah licinnya.
Tumblr media
Di desa ada 4 sekolah dasar, dan tempatku bertugas SD N 25 Padu Banjar ada di bagian tengah desa menuju ujung daerah Medan Sepakat. Ada 11 guru di dalamnya, terdiri dari guru PNS 3 orang termasuk kepala sekolah, honorer daerah 2 orang, dan selebihnya guru honorer sekolah. Guru yang banyak ini bisa menjadi sebuah potensi, bagaimana menggerakkan sesuai dengan kapasitasnya. Namun tantangannya adalah guru-guru masih menggunakan cara konvensional dalam mengajar bahkan sekadar memberikan perintah anak-anak untuk menyalin tulisan. Guru yang kulihat sebagai potensi adalah Bu Ica, beliau semangat untuk belajar hal baru, peduli dengan anak-anak, dan cukup bisa interaktif dengan anak-anak. Ada Bu Mi yang sudah cukup senior di sekolah, beliau menjelaskan pelajaran anak-anak dengan diberikan pesan kehidupan sehari-hari, benar-benar tipikal seorang ibu. Dan Bu Eti PNS yang terus rajin, jika tidak terdesak tidak akan beliau bolos masuk sekolah dan beliau adalah sosok yang cukup didengar di sekolah. Oleh karena potensi dan tantangan tersebut, aku ingin mengajak para guru melakukan pembelajaran kreatif dan interaktif, tidak serta merta memberikan materi mengenai hal tersebut kepada mereka yang sudah lebih lama bekerja tapi dengan melakukannya langsung kepada anak-anak, atau bahasa kerennya adalah experiential learning.
Selain guru-guru di sekolah, aku mengenal dengan baik beberapa pemuda desa dan juga komunitas remaja masjid. Kuberi kabar kepada mereka tentang ide kegiatan yang ingin kubawakan, awalnya ingin kubuat Festival Anak dengan melibatkan pihak desa juga, belum matang, tapi kuperjelas bahwa aku ingin kalian 'pemuda' ikut terlibat. Ada Usu Lisa, Bang Igun, Anggi, dan Cu Epi setidaknya.
Tumblr media Tumblr media
Kemudian aku merenung apa ya pembelajaran kreatif dan interaktif yang bisa melibatkan banyak pihak? Dengan motivasi memaksimalkan sponsor mitra yang ada saat itu yaitu 'Kuark' sepertinya eksperimen menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan bisa dilakukan dengan banyak melibatkan orang. Tapi selanjutnya, eksperimen apa ya? Dari sinilah aku mengingat kartun favoritku, Avatar dengan keempat elemennya. Air, api, tanah, dan udara.
Proses perenungan dan diskusi rutin tim penempatan menghasilkan kegiatan ini akan menjadi kegiatan bermain dan belajar (KBB) dengan tetap melibatkan mitra langsung. Anyway, aku suka hal yang sistematis. Maka kusampaikan pada tim latar belakang dan konsep idenya. Pada kegiatan ini akan dibuka dengan menerbangkan roket hasil rakitan yang juga sudah dibuat dan diuji bersama anak-anak sebelum kegiatan dimulai. Dilanjutkan dengan sesi pos, di mana setiap kelas akan memasuki pos-pos yang berbeda dan berlangsung secara paralel, setelah menyelesaikan satu pos akan bergilir estafet menuju pos yang lainnya.
Akan ada pos apa saja? Pos air, berisi eksperimen mengenai daya apung dan kapal selam. Pos api, tentang api yang membutuhkan oksigen yaitu eksperimen estafet api dan lilin dalam botol. Pos tanah, akan dilakukan eksperimen gunung meletus dan penyaringan air dengan jenis bebatuan dan serat. Pos udara, anak-anak akan diajak membuat baling-baling dan melakukan eksperimen balon. Terakhir sebagai pos bonus adalah pos mural, anak-anak akan menempelkan cetakan tangan mereka yang sudah diberi cat warna ala-ala Upin dan Ipin hehe.
Tumblr media
Lalu bagaimana dengan pelibatannya?
Para guru akan mendampingi anak-anak melakukan eksperimen dan berpindah dari satu pos ke pos lainnya. Sehingga guru-guru akan melihat, mendampingi, dan membantu anak belajar melalui eksperimen. Harapannya dengan pengalaman yang kami berikan secara langsung akan menggugah semangat dan kesadaran para guru. Sedangkan pelibatan para pemuda, mereka akan berdampingan dengan para Pengajar Muda untuk menjaga di setiap pos. Sehingga para pemuda akan melihat adik-adiknya belajar dan sadar pentingnya membersamai masa pertumbuhan mereka sekaligus belajar mengajar atau public speaking dimulai dari di depan adik-adik mereka di desa.
Tumblr media Tumblr media
Aku mengusahakan agar kegiatan ini adalah milik banyak pihak, semua bisa ikut membantu sesuai porsi dan kapasitasnya. Begitulah yang IM sering gemakan, mengurusi pendidikan layaknya makan prasmanan setiap orang bisa menikmati sesuai porsi pilihan dan kesanggupannya. Seperti mahkota di kepala--yang kubuat gambarnya juga sesuai dengan temanya--itu berasal dari kertas bekas dari bang Yoga yang sebelumnya digunakan untuk acara lainnya. Mural untuk menorehkan warna-warni tangan anak-anak Yong Bambang lah yang membantu proses cat dindingnya. Penerangan kami mengerjakan mural dibantu oleh Pak Usu Kamil. Dan makan siang kami tanpa sengaja disponsori oleh neng Jumah di pondok depan sekolah. Banyak tangan-tangan baik yang ikut membantu, terima kasih!
0 notes
cerita-faza · 2 years
Text
Ramadhan Rasa Baru
Cerita ini masih tentang penempatan, di mana bulan Ramadhan harus dilalui di tanah perantauan, tanah Borneo Kalimantan. Dan ternyata, meski ada rasa yang berbeda karena nantinya juga harus mengalami lebaran sendiri tapi ada juga rasa senang bukan kepalang karena merasa begitu produktif dan bermanfaat. Pasalnya, menyambut Ramadhan menjadi ajang inisiasi kegiatan yang kemudian bisa digarap bersama dengan pemuda-pemuda desa. Sayangnya aku adalah orang yang kurang cakap mengabadikan momen, sehingga cerita-cerita ini mungkin akan kekurangan nyawa dengan dokumentasinya.
Pertama, akan kuceritakan sosok pasangan pemuda-pemudi inspiratif di desaku. Namanya Bang Junai tapi oleh orang desa sering dipanggil Bang Kacong--pertama dengar agak kaget ya karena konotasi di Jawa agak berbeda-- dan istrinya kak Pia yang merupakan adik bungsu wakil bupati Kayong Utara. Mereka adalah pemuda yang mendapatkan kesempatan beasiswa pendidikan sarjana ke tanah Jawa, Bang Junai beasiswa daerah 3T di UPI dan kak Pia beasiswa pemerintah daerah di UM. Yang membuatku kagum pada mereka adalah secara sadar mereka memilih untuk kembali ke kampung halaman dan bergerak untuk berdaya. Mereka saling bertemu dalam suatu kepanitiaan setelah keduanya kembali ke Kayong Utara.
Salah satu bidang yang mereka geluti untuk bergerak adalah kegiatan-kegiatan keagamaan, termasuk menjelang Ramadhan mereka mengajakku berdiskusi mengenai lomba keagamaan untuk anak-anak dan remaja desa. Karena keduanya juga sudah terbiasa melakukan kegiatan dan kepanitiaan selama masa pendidikan, rasanya bekerja bersama mereka bukanlah hal yang sulit. Akan ada banyak perlombaan dengan jenjang yang berbeda. Anak TK lomba busana muslim dan lagu islami. Anak SD lomba busana muslim, hafalan surat pendek, dan cerita nabi. Sedangkan tingkat SMP/SMA tartil Quran dan cerdas cermat.
Begitu menyenangkan dan membanggakan melihat anak-anakku berani untuk mencoba mengikuti lomba. Beberaapa anak bahkan baru memulai menghafalkan surah pendek yang harus dilombakan. Itulah proses. Proses mereka untuk mengenal Al-Quran, mencoba kompetisi, punya motivasi melakukan sesuatu, dan tetap suportif. Begitu lucu dan menggemaskan melihat mereka berusaha dan menampilkan yang terbaik di setiap versi mereka.
Tumblr media Tumblr media
Dan momen ini menjadikanku mengenal lebih banyak pemuda desa, termasuk anak-anak SMP dan SMA yang mengikuti lomba cerdas cermat. Dan ada juga hal yang berkesan dalam proses cerdas cermat ini. Pasalnya sesi final dilaksanakan di malam hari, di luar perkiraan ternyata sebelum magrib listrik desa padam, gelap gulita sepanjang jalan. Karena aku harus mobilisasi dengan power of 'terjang aja gausah pake malu' aku pinjam motor Pak Lung tetangga depan sekolah. Sebelum pergi ke surau tempat lomba aku harus mengambil laptop yang siang sebelumnya kutitipkan di rumah Cu Dare salah seorang guru. Tapi di tengah jalan aku harus dihadang oleh ular phyton yang cukup besar sekujur tubuh gemetar tapi tetap harus segera. Meski di pikiran sudah ada skenario macam-macam dengan tekad dan nekat tetap kuterjang laju motor dengan liukan melipir menghindar. Alhamdulillah halang rintang berhasil terlewati, doaku berikutnya adalah semoga saat balik ular sudah hilang dan tidak ada orang yang terluka. Setelah mengambil laptop dan berbalik ternyata ular masih ada namun sudah lebih memungkinkan untuk dilewati dan dihindari. Sesampainya di surau ternyata Bang Junai dan beberapa pemuda desa sedang berusaha untuk mencari genset alternatif listrik agar lomba tetap bisa dilaksanakan. Meskipun proses lomba harus tertunda tapi mereka tetap semangat untuk mengikuti. Setelah sekitar satu jam akhirnya lomba bisa dilanjutkan. Dan menjadi juri di tengah-tengah mereka begitu seru dan menyenangkan.
Tumblr media Tumblr media
Di hari pengumuman juara perlombaan dilaksanakan pula kajian oleh wakil bupati Kayong Utara dan buka bersama. Masak-masak dan berbagai persiapan yang sat set. Dan tak didugaaaa aku dapat sebuah apresiasi karena kesediaanku menjadi juri. Dan trio cewe darat berkumpul wkwk.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Dari kegiatan ini aku berkaca merefleksikan banyak hal. Di antaranya adalah tertamparnya aku oleh bang Junai dan kak Pia seorang pemuda yang secara sadar memilih kembali dan membangun kampung halamannya. Sedangkan aku hanya menedengar ego untuk berkelana, selalu berdalih gapapa kan kebaikan juga. Mari renungkan lagi ya! Juga tentang progres anak-anakku, yang mau berusaha dan berani mencoba. Aku membayangkan jika lebih banyak lagi kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada mereka dan lingkungan di sekitarnya para orangtua guru juga mau ikut mendorong mereka. Sungguh imajinasi yang ideal!
0 notes
cerita-faza · 3 years
Text
#Refleksi : Terima Kasih, IM Cukup Menjawab tentang Pemberdayaan
Di tahun yang sama aku berhasil bergabung dengan Yayasan Indonesia Mengajar sebagai Pengajar Muda. Dan mindblowing! Di tahun yang sama aku bertanya sekaligus mendapatkan jawaban yang cukup, cukup karena harus terus menggali dan belajar lagi.
Dalam proses seleksinya aku belum memikirkan apapun, dari pertama essay dan video profil, kedua direct assasment yang super seru, dan ketiga medical check up. Dan setelah dibalik layarnya aku baru tahu bahwa semua proses itu ada formulasinya. Proses yang cukup panjang dan bertahap itu demi mencari mereka dengan kompetensi dan tekad kuat yang mereka 'IM' sebut sebagai kehendak.
Setelah dinyatakan lolos aku senang bukan main, karena aku sudah menyebut keinginan manjadi Pengajar Muda sejak bangku kuliah. Dan masuk dalam grup untuk pelatihan persiapan Pengajar Muda juga dibuka dengan hal yang tidak biasa. Kirim foto dan kasih fakta unik tentang diri sendiri, seolah sedari awal kita diminta untuk saling mengenal. Pantas saja pikirku, karena kita akan bersama selama satu tahun kedepannya. Tak sampai di situ, proses mengenal masih dilanjutkan dengan SKHI (sosok kita hari ini), check-in untuk mengawali hari, dan check-out untuk mengakhiri hari. Intens sekali, jujur saja aku sering skip beberapa prosesnya hehe.
Pelatihan online masih belum begitu berkesan buatku, kecuali narasumber-narasumber yang aku sukai cara penyampaiannya, salah satunya adalah kak Vassillisa, raut muka yang 'adem' senyum merekah dan penyampaian yang begitu tenang. Yang setelahnya aku tahu beliau memiliki sebuah yayasan Bhineka Tunggal Ika dengan program besarnya Guardian of Peace, dan aku begitu menikmati tulisan-tulisan beliau.
Melewati tahap pelatihan online dilanjutkan berkenalana ke Jakarta untuk pelatihan offline. Makin intens, terlebih dengan kondisi pandemi yang membuat kita terkarantina di sebuah pulau, Pulau Bidadari. Jika ditanya apa yang membuat berkesan dalam pelatihan offline? Aku bukan orang yang dengan mudah akan menjawab dengan sepenuh hati, mungkin formalitas belaka. Tapi satu yang pasti, aku belajar banyak, begitu banyak.
Apa yang kupelajari? Secara cepat aku akan menjawab, tools-tools pelibatan masyarakat utamanya fasilitasi. Aku terpana dan jatuh hati pada proses fasilitasi, bagaimana sesorang menghadapi kumpulan orang menuntun secara mudah dengan seni-seni pertanyaan yang powerful untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh forum itu sendiri alias seseorang ini harus netral. Nah di sinilah pemahaman pemberdayaan itu dimulai. Maka secara lambat--karena berpikir terlebih dahulu akan kujawab, apa yang kupelajari lainnya adalah pemberdayaan itu sendiri. Kematangan pemberdayaan yang dicoba lakukan oleh IM menurutku karena kematangan Visi dan Misinya. Visinya yang besar seimbang dengan Misinya yang sistematis *kalau penasaran boleh cek aja hehe. Bagaimana IM mengirim orang untuk melihat langsung potensi yang ada di daerah tanpa ada bekal program apa yang akan dilakukan, sehingga apa yang akan dilakukan tergantung dengan hasil observasi, kondisi, dan rencana intervensinya dengan melibatkan mitra langsung atau aktor lokal yang ada di daerah. Tak perlu buru-buru, satu tahun memang berakhir bagi satu orang tapi masih akan ada empat tahun berikutnya yang akan dijalankan oleh empat orang lainnya, yang harapannya juga agar masyarakat tidak bergantung pada salah satu orang yang sudah memberikan dampak.
Ibaratkan air danau yang tenang, kehadiran Pengajar Muda di daerah adalah batu kerikil yang dijatuhkan ke air sehingga airnya beriyak membentuk gelombang. Di masyarakat yang saat ini mungkin sedang tenang-tenang saja merasa tidak ada yang salah dan tidak ada yang perlu dilakukan, kemudian didatangkanlah sesosok manusia sebagai katalisator yang menggugah sehingga ada ungkapan 'sepetinya ada yang perlu ditingkatkan' atau 'wah kita punya potensi ya ternyata' atau 'demi anak-anak kita harus bergerak' atau 'masa kita gini-gini aja' atau 'pemuda desa harus berdaya' atau ungkapan-ungkapan magical lainnya. Dan harapannya dengan ungkapan itu timbullah gelombang gerakan gerakan sosial pendidikan yang berkelanjutan. Contoh keberhasilan konsep pemberdayaan ini adalah Tubaba Cerdas di kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung.
Itulah yang kemudian menjadi dasar semangat bergerak Pengajar Muda. Dan hal magical lainnya yang diajarkan IM dalam segala prosesnya adalah menjadi pribadi yang reflektif, yang sebenarnya masih cukup sulit untukku. Tapi tipis-tipis aku belajar kok, ini contohnya hehe.
0 notes
cerita-faza · 3 years
Text
#Opini : Pemberdayaan Mana yang Dimaksudkan?
Setelah menjalani hampir dua minggu perjalanan ke Timur--dimana 'perjalanan' ini memang lebih banyak di jalan, via air maupun darat dibandingkan kegiatan yang menjadi tujuan utamanya--aku menjadi punya banyak pertanyaan dalam hati dan kucoba mengejawantahkan isi kepala dengan tulisan ini.
Bagaimana pemberdayaan yang dimaksudkan?
Secara cepat aku coba berselancar di google untuk pengertian pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri (Wikipedia, 2022). Secara konseptual pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan sosial dari penduduk sebuah komunitas yang mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif, untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki (Sumodiningrat, 2009).
Hasil berselancarku mengenai teori pemberdayaan berujung pada kesimpulan bahwa yang dimaksud adalah gerak kolektif untuk berdaya yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Kemudian aku terbenam dalam benakku, lalu apa yang membuat project singkat seperti topik seblumnya bisa disebut sebagai pemberdayaan masyarakat? Karena setelah aku mengikuti segala prosesnya semua kegiatan berasal dari kami para pendatang yang bahkan tidak tahu menahu mengenai kondisi di lapangan. Bergerak dari sok tahu tapi ingin melakukan sesuatu.
Apa dan siapa yang diberdayakan?
Sah saja kegiatan seperti ini dilakukan, membawa kebaikan dan bermanfaat bagi masyarakat tapi menjadi kurang pas saja aku rasa jika mengatasnamakan pemberdayaan. Apalagi jika keuntungan dari peserta juga menjadi tujuan.
Jika konsep pemberdayaan menggunakan apa yang sudah dilakukan sebelumnya, aku menjadi berpikir kembali. Lalu di mana bagian masyarakat akan mandiri dan berdaya? Jika malah masyarakat senantiasa diberikan. Diberikan donasi buku, diberikan fasilitas kesehatan gratis, diberikan plang-plang pengingat lingkungan dan keterangan destinasi, diberikan kesempatan membeli pakaian murah. Bukankah dengan diberikan masyarakat akan cenderung bergantung dan menengadah?
Secara proses kami berdiskusi apa yang akan kami berikan, mempersiapkan apa yang akan kami kerjakan, sesampainya kami melaksanakan rencana, sesudahnya kami meninggalkannya. Bukankah atas pertanyaan apa dan siapa yang diberdayakan justru jawabannya skill planning and strategy kami, para pendatang, bukan berdasar pada potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Sepertinya tulisan ini mengandung aura negatif yang menggebu hehe. Apakah sebegitunya? Tidak juga. Aku menikmati bagaimana aku diterima dan berinteraksi bersama masyarakat. Bahkan ada seorang mamak yang cukup dekat denganku karena anaknya begitu menyukaiku dan mau mandi air garam jika denganku, sang mama sedih begitu aku harus meninggalkan pulau. Aku juga menikmati budaya mereka, menari semalam suntuk membuatku sangat berenergi, lincahnya masyarakat setempat sungguh tidak bisa tertandingi. Dan indahnya perairan Timur Indonesia tak akan membuat kita menyesal menghampirinya.
Maka jika boleh memberikan tajuk pada kegiatan serupa sepertinya lebih tepat adalah travolunteering (traveling + volunteering). Karena jika melihat advertising yang dilayangkan juga tidak jauh dari destinasi yang menawan dan penuh estetika untuk dikunjungi dan diunggah dalam sosial media. Tentu motivasi traveling tidak bisa dipungkiri. Dan kata volunteering atau relawan rasanya lebih luas untuk menggambarkan kegiatannya, secara suka rela untuk datang dan memberi.
Sah saja kegiatan seperti ini dilakukan, membawa kebaikan dan bermanfaat bagi masyarakat juga para peserta yang gembira dan mendapat pembelajaran, tapi rasanya menjadi kurang pas saja jika mengatasnamakan pemberdayaan. Apalagi jika keuntungan dari peserta juga menjadi tujuan *eh.
0 notes
cerita-faza · 3 years
Text
Menyapa ke Timur
Awal tahun 2021 kuawali dengan melangkahkan kaki ke Timur. Perjalanan darat Kudus - Surabaya dilanjutkan dengan perjalanan laut Surabaya - Makassar - Baubau - Sorong. Dan itu menjadi perjalanan baru yang mengesankan, selama 4 hari di atas air laut dengan gradasi warna biru yang memukau dan pemandangan matahari terbit hingga terbenam.
Tumblr media Tumblr media
Apa yang membuatku melangkah ke Timur?
Ekspedisi Sapa Papua, sebuah project bersama Yayasan Arah Pemuda yang menggunakan tajuk pengabdian masyarakat. Disclaimer Mengapa aku menuliskannya seolah konotasi? Karena setelah keberlangsungannya aku menjadi mempertanyakan banyak hal, kita bahas lebih lanjut di topik berikutnya ya.
Dalam projectnya satu tim dibagi menjadi beberapa kelompok kecil lagi untuk memegang bidang tertentu, di antaranya adalah bidang pendidikan, ekonomi dan pariwisata, lingkungan, dan kesehatan. Karena background sarjana pendidikan dan menyukai dunia anak-anak aku memilih bidang pendidikan. Fun factnya dalam tim bidang pendidikan aku mencalonkan diri menjadi koordinator, tapi ternyata kesempatan bukan jatuh padaku. Bersama tim bidang pendidikan ada beberapa program yang akan kami bawakan, di antaranya adalah Hari Inspirasi, Taman Baca, dan Story telling. Aku mengambil peran dalam subbidang teknis, aku memoderatori setiap diskusi subbidang sehingga terbentuklah teknis keempat program yang akan kami bawakan.
Tumblr media
Setelah menginjakkan kaki di desa Yenwaupnor di malam hari--setelah melakukan perjalanan lanjutan 2 kali pergantian kapal--rasa haru menyelimuti, ada orang-orang yang menunggu kami, membantu membawakan tas kami, dan dengan hangatnya menyilakan kami beristirahat.
Keesokan hari, anak-anak mulai malu-malu mengintip mencari perhatian. Begitulah sensasi pengabdian masyarakat yang pastinya ditunggu-tunggu. Setelah pertemuan dengan perangkat dan warga desa, kami melanjutkan kegiatan. Dan ternyata, banyak sekali perubahan dari apa-apa yang sudah direncanakan, karena memang kondisi sangat berbeda dari bayangan dan informasi yang diberikan sangat terbatas. Tapi disanalah fleksibiltas dan adaptability kami teruji, kami  secara cepat menyesuaikan kondisi yang ada.
Aku bersama Indah--salah satu tim bidang pendidikan--memegang tanggung jawab untuk kelas 5 dan 6 sekolah dasar, yang mereka sudah tidak sekolah beberapa minggu karena pandemi dan ibu guru sekolah dasar berasal dari pulau yang berbeda. Alhasil beberapa anak yang bergabung kami ajak ke tempat favorit mereka, yaitu sebuah saung tempat duduk di bawah pohon rindang dan bisa memandang laut di belakangnya.
Tumblr media
Di hari pertama dan kedua ini kami belajar dengan cara yang menyenangkan, menggabungkan antara program Hari Inspirasi dan Story Telling. Mereka kami ajak untuk mengenal beberapa profesi dan tugasnya, kemudian memperagakannya dengan sebuah cerita. Selain itu kami membawa flashcard haruf untuk mereka belajar literasi dengan mendeskripsikan benda yang ada pada card yang diambil. Selain itu kami bermain matematika dengan menggunakan media pasir. Dan fun fact lainnya dari belajar bersama mereka adalah mereka jago bahasa inggris, setidaknya kosakata dasar. Ha ini mungkin disebabkan banyak pendatang terutama mancanegara yang kemudian mereka dengar dan pelajari secara langsung maupun tidak langsung.
Tumblr media
Hari ketiga, kami mambawa dan menata buku yang kami titipkan di polindes. Bersamaan dengan itu kami mengajak anak-anak mendengarkan dongeng dan mengisi pohon cita0cita berdasarkan Hari Inspirasi di hari sebelumnya.
Hal menyentuh lainnya yang begitu hangat untuk dikenang, malam itu sebagai perpisahan dengan kami warga mencarikan ikan untuk kami makan bersama. Diiringi musik kami dan warga menari bersama semalam suntuk, sampai pagi! Namun sayang cukup di sana, karena kami harus segera pulang, kembali.
Tumblr media
Begitulah perjalananku melangkah ke timur, singkat, sesuai namanya Ekspedisi Sapa Papua. Menyapa, tidak lebih.
Rasa syukurku bisa menginjakkan kaki ke bumi Sang Pencipta bagian Timur, bertemu dengan manusia lain yang berbeda denganku tapi menerimaku. Makhluk sosial dengan ketulusan yang tak kukira tanpa memandang suku rasnya. Terima kasih <3
2 notes · View notes