Tumgik
canyouseemyword · 2 years
Text
SESAL.
Menyesal telah memperjuangkan hal yang salah. Menyesal telah berkorban untuk hal yang salah. Menyesal telah menyakiti orang yang tulus, untuk orang yang berjuang diawal.
Ingin meminta maaf tapi sudah terlanjur memilih. Bagaimana caranya kembali? Aku ingin kembali, kembali kepada orang yang tak selalu ada tapi selalu memberi perjuangan. Selalu membuatku merasa berharga.
Aku butuh dia. Sekarang.
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
Sudut kota.
Hari ini rinduku memuncak. Dimulai dari mimpi, hingga sesak melewati setiap sudut kota yang menjadi saksi kebahagiaanku saat kamu dekat.
Dia sudah berbeda, bukan lagi aku yang dia inginkan. Bukan lagi aku tujuannya. Menyesakkan.
Hanya bisa berharap, satu pertemuan akan membantuku bangkit atau membantu cinta itu bangkit lagi.
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
Alur Kembali.
Apa memang begini alurnya?
Saat awal ketika aku tak menunjukkan apapun, mereka begitu bersemangat untuk membuatku bahagia, begitu khawatir ketika aku pergi, begitu takut jika aku pergi. Namun, saat aku sudah mampu menunjukkannya dan sudak mampu percaya. Seakan mereka berpikir sudah tidak perlu untuk berjuang lagi. Usaha-usaha yang mampu meluluhkanku seketika hilang, perhatian-perhatian yang memanjakanku seakan abis, dan segala perasaan takut kehilangan seakan bukan lagi suatu hal yang perlu dilakukan.
Entah apa yang terjadi, entah apa yang ada dipikirannya. Mungkinkah mereka berpikir sudah tak ada lagi tantangan sehingga tak ada lagi usaha? Semudah itukah? Segampang itu kah? Aku?
Jika memang begitu, alurnya. Mari berhenti menunjukkannya, mari berhenti mengharapkan kekhawatirannya, dan mari berhenti bergantung padanya.
Mari berhenti dan kembali ke tahap awal.
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
"STATUS"
Setelah kita memutuskan berstatus, kita lupa cara mencintai tanpa pamrih. Aku sibuk dengan perasaan memiliki dan rasa cemburuku. Kamu dengan usahamu membuatku percaya. Yah intinya ini semua karena aku.
Ekspektasi ku akan sebuah hubungan, traumaku, ketakutan-ketakutanku, semua menyakiti mereka. Mereka yang pernah dan sedang berusaha untuk membahagiakanku tanpa pamrih.
Aku selalu berusaha untuk tidak menahan siapapun ada di sisiku apabila dia tidak ingin, aku tak ingin dikasihani. Jika mereka memang tidak sanggup, maka pergilah dengan cara terjahat agar aku mudah paham bahwa ini adalah salahku. Agar aku akan berusaha lebih keras lagi dihubungan yang selanjutnya. Jika masih ada yang ingin bersamaku.
Aku lelah menjadi posesif dan menyebalkan, lelah menjadi budak cinta yang tak tau malu. Maka lebih baik aku tidak memulai, karena akan sulit aku berhenti jika memulai.
Kali ini, hubungan ini, agak berbeda. Aku tak bisa memberitahu dunia tentang dia walaupun aku sangat ingin. Aku tak bisa melarangnya walaupun aku sangat cemburu jika dia bersama orang lain.
Apakah aku harus memberinya ruang untuk sendiri? Mencari seseorang yang lebih baik dan lebih mampu membuatnya bahagia, tidak membebaninya lagi dengan bagaimana manjanya aku ketika bersamanya?
Apakah aku keterlaluan untuk membuat dia selalu bersamaku? Apakah dia bosan? Dia tidak ingin bersamaku lagi? Atau itu bukan lagi aku yang ada di hatinya? Apakah hanya sebuah tantangan baginya untuk mendapatkanku?
Tulisannya bukan lagi tentang aku, bahagianya bukan lagi bersamaku, istirahatnya tidak lagi di pelukanku, Hari-hari nya tidak lagi dia ceritakan kepadaku. Aku harus bagaimana?
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
Day 1.
[11 Mei 2021.]
Hari pertama beristirahat.
Hari ini, akhirnya aku berucap. Bahwa kita perlu bicara mengenai hal ini. Tapi ternyata itu menyakitinya. Menyesal iya, harusnya hatiku lebih kuat memendam perasaan marah hari ini dan hari-hari berikutnya. Tapi aku tak bisa.
Yah, hari ini akhirnya kita memutuskan untuk beristirahat. Inginnya seperti itu, sebenernya aku tak mau. Namun tak mau membuatnya terbebani lagi. Sempat bertemu layaknya orang asing, interaksi kami hanya sebatas menyelesaikan keperluan yang ingin kami selesaikan. Tak ada lagi kasih sayang.
Lalu, aku melanjutkan perjalananku menuju singaraja dengan kalut. Tak banyak bicara dan tak terlalu bernafsu makan. Banyak hal buruk yang aku pikirkan. Kemungkinan aku tidak lagi ada ditempat saat aku merasa sangat beruntung memilikinya, tempat yang dia persembahkan dengan berbagai bentuk kasih sayang, teringat saat diskusi sengit kami yang orang lain mungkin akan mengira kami berdebat, penjalanan-perjalanan panjang kami mencari hiburan lidah ditempat sederhana yang selalu terasa nikmat saat bersamanya.
Rasa cemburu ini membuatku lupa, bagaimana aku berkomitmen dari awal untuk menyayanginya. Aku mencintainya, bukan perasaanku.
Rasa cemburu ini membuatku merasa paling tersakiti, rasa cemburu ini membuatku merasa bahwa dia tidak adil.
Rasa cemburu ini merusak diriku, dia, dan perasaanku. Tapi aku tak bisa menghalanginya, dia selalu muncul dengan porsi yang lebih besar setiap kali aku sadar dia adalah milikku.
Untuk bubble.
Hari ini [11 Mei 2021]. Hari pertama kita istirahat.
Hari ini aku bangun kesiangan sekitar jam 8, padahal janji pulang jam 7 sama adik. Kangen kamu, jadi aku mutusin nyari alasan untuk ketemu. Tapi aku lepas kontrol lagi, menyakiti kamu lagi, dengan bilang apa yang aku rasakan selama semalaman.
Kemudian aku berangkat jam 10, mampir dirumahmu. Sesak melihat kamu begitu tak perduli, padahal aku menemuimu karena aku akan jauh untuk beberapa hari. Sedih, kalut, khawatir perasaanku selama perjalanan.
Sampai akhirnya dirumah jam 12. Memutuskan langsung istirahat agar tidak selalu menunggu kabarmu. Tapi ternyata aku masih terbangun, dan masih merindukanmu.
Setelah makan secukupnya aku pergi berbelanja. Yah, benar baju lebaran. Aku belum sempat bercerita bagaimana baju lebaran yang aku tunggu-tunggu ternyata tidak pas di aku. Ingin sekali meminta pendapatmu dalam setiap baju yang aku coba. Namun, aku takut kamu terganggu. Baju yang terbeli bukan baju yang aku inginkan, tapi baju yang mamak pilih karena sedang terburu-buru. Bajunya bagus, hanya tidak sesuai dengan konsep yang aku inginkan untuk lebaran tahun ini.
Tumblr media
Hari ini juga aku minum es coklat dari salah kedai kopi kecil di singaraja bernama "Kopi Manji". Es coklat yang selalu aku minta saat berbuka puasa dengan ropang coklat lezat yang aku makan bersama adik.
Tumblr media
Hari ini belum genap 24 jam dan aku sudaah rindu. Tidakkah kamu mau merubah keputusan istirahat ini? Aku rasa aku tak sanggup. Aku akan coba untuk Terima setiap rasa sakit dari rasa cemburuku, aku tidak akan komplain dan tidak akan menuntut. Seperti yang aku bilang di post "Si Pemanjaku", aku berharap kamu bisa bertahan walaupun itu karena fisikku.
Memutuskan untuk chat kamu, tapi no respon.
Gimana hari ini, bub?
Ngapain aja?
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
SEANDAINYA.
Disaat kayak gini, disaat dia masih dengan mudahnya nerima orang itu lagi setelah semua yang kita lakuin bareng cuma karena orang itu nangis-nangis karena ada masalah. Rasanya pingin banget nantangin bilang "Kalo kamu masih bisa nerima dia terus menerus, biar aku aja yang mundur. Aku gak mau terus-terusan bikin kamu ngerasa gak dipercaya atau semacamnya. Aku akan selalu cemburu dan selalu ngerasa aku bukan satu-satunya. Seperti yang pernah kamu bilang, kalo ada dia kenapa harus ada aku. Jadi mari wujudkan kalimatmu itu."
Seandainya, aku bisa bilang seperti itu. Tapi aku belum bisa, masih terlalu banyak inginku untuk bisa bertahan. Mari kita lihat sekeras kepala apa aku untuk tetap bertahan.
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
HOW COULD YOU!
Hari ini disadarkan lagi bahwa tujuan utamanya bukan aku, aku yang bicara tapi dia yang dilihat. Selalu dibuat bersalah ketika bertanya mengenai keselarasan antara bukti yang merujuk pada realitas. Bagai seorang bodoh yang menuntut hal yang ia percaya.
Tidak ingin mengekang tapi ini sangat menyesakkan. Ketika satu tetesan air mata wanita itu mampu menggugurkan satu permintaan yang ku ulang beribu kali. Ketika panggilan untukku juga adalah panggilan untuk wanita itu, apakah aku masih bisa disebut spesial? Yah, sekali lagi aku dibuat seperti pelaku ketika bertanya alasannya.
Lelah mengajukan pendapat, lelah mendesak, lelah mengumpulkan bukti, lelah memperjuangkan posisiku, dan lelah selalu dianggap sebagai pelaku.
Lelah ini akan terwujud dalam diam. Tidak lagi mengajukan pendapat, tidak lagi mendesak, tidak lagi berekpektasi, tidak lagi menuntut, no complaints, no demands.
Semoga tidak ada lagi kecewa ketika yang masih bisa kupertahankan untuk tetap ada adalah bertahan walaupun dengan diam.
Bodohilah aku selama aku masih bodoh. Bohongilah aku selama aku masih tidak ingin tau yang sebenarnya.
Karena aku akan mempertahankan selama aku masih mau bertahan.
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
Slow respon
Slow action
Fast bad comment
Haha.
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
Si Pemanjaku.
Hai.
Dia adalah Si Pemanjaku. Ini adalah kakinya dengan sepatu yang baru saja dia beli dan sedang dia bangga-banggakan.Senang rasanya melihat dia kembali memanjakan dirinya. Sesuai dengan panggilan yang aku berikan, Si Pemanjaku ini benar-benar melakukan segalanya untukku. Lebih tepatnya, sangat memanjakanku. Hingga aku sama sekali tidak pernah mendengar dia memanjakan dirinya sendiri. Selalu saja tentang aku dan segala keinginanku.
5 tahun kebelakang aku adalah wanita dengan raut wajah ketus yang sangat keras walaupun pada diriku sendiri. Doktrin bahwa aku hanya memiliki diriku sendiri sudah serupa dengan cairan hitam yang mengubah spiderman menjadi jahat.
Kemudian dia datang, berhembus seperti angin yang dari kejauhan aku pikir akan merusak tatanan rambutku. Namun ketika dekat, hembusannya semilir dan menyejukkan. Si Pemanjaku membuat perlakuan-perlakuan kecil yang tak pernah aku dapatkan walaupun ketika terakhir kali aku berpacaran. Hm, akan kuberi contoh. Menghalangi sinar matahari yang akan menyilaukan adalah favoritku diantara perlakuan-perlakuan lain yang sangat banyak dan aku mungkin tak ingat.
Ya. Aku sangat ketus, sangat masa bodoh dengan apa yang telah ku terima darinya. Namun, lagi-lagi Si Pemanjaku tidak masalah dengan itu. Dia juga tidak masalah saat tak sengaja aku buang angin di depannya, dia tak masalah menuruti segala keinginanku yang dominan adalah makanan, hingga dia tak masalah mendengar aku yang akhirnya merasa mendapatkan tempat mengeluh yang tepat, mengeluh berulang kali untuk hal kecil maupun hal besar dalam hidupku.
Bersama Si Pemanjaku, aku bisa tertawa. Klise memang, tapi ya itu benar. 5 tahun kebelakang aku adalah seorang wanita yang tertawa hanya dengan mengangkat satu sisi bibir sebelah kiriku, mungkin lebih tepatnya hanya menyeringai. Si Pemanjaku dapat membuat tawaku lebih seperti tawa manusia bahagia pada umumnya.
Tidak aku pungkiri, ada masalalu yang sedikit menyesakkan bagi kami satu sama lain. Ada berbagai ketidakmungkinan yang akan menarik kita berdua ke sisi yang berbeda. Tapi selama aku dan Si Pemanjaku punya waktu bersama. Kami akan bersama.
Si Pemanjaku adalah tempatku pulang, berkeluh kesah, beristirahat, dan merasa nyaman. Pertanyaan-pertanyaan randomku yang selalu dijawab dengan lembut, tingkah menyebalkanku yang selalu diakhiri dengan genggaman nyaman yang dia berikan, serta keluhan-keluhanku yang selalu dia akhiri dengan pelukan. Hal-hal lain yang membahagiakan ini, akhirnya hanya akan menjadi mimpi suatu saat nanti. Entah kapan aku akan bangun, sekarang aku memilih menikmati mimpiku bersama Si Pemanjaku.
Ini adalah cerita kami saat bersama. Cerita kami saat pertama kali bertemu akan ku ceritakan di post selanjutnya (jika aku ingat, seperti biasa)
Surat singkat untuk
Si Pemanjaku
Maaf belum bisa memperjelas semuanya, ketakutanku masih mengurung rasa percaya diriku.
Tapi aku percaya kamu, percaya bahwa suatu saat nanti kamu adalah orang yang akan menyembuhkanku. Bukan karena aku terobsesi denganmu. Tapi karena usahamu yang sangat mengagumkan.
Terimakasih hari-hari indahnya, mari bersama selama ada waktu. Mari berusaha selama masih mampu. Semoga akan selalu ada alasan kamu untuk tinggal, entah karena kepribadianku, kekonyolanku, keluguanku, keketusanku, bahkan jika itu karena fisikku aku akan mengusahakan itu tidak menjadi masalah.
Tumblr media
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
Selamat malam, Tumblr.
Lama tidak menulis, lama tidak berkata.
Hari ini semua berjalan lancar, minggu ini cukup sibuk seperti biasa. Hanya cukup tertekan yang aku sendiri tidak tau alasannya.
Pekerjaanku sangat tidak lancar bulan kemarin, banyak hal yang tidak aku selesaikan.
Entahlah, rasanya tetap lelah tapi tak selesai. Entahlah, apa saja yang aku lakukan. Entahlah, apa yang aku pikirkan.
Berusaha mencari aku yang dulu, yang mungkin tertinggal di suatu tempat yang sangat aku suka hingga enggan kembali. Aku yang dulu, yang mungkin sedang terperangkap di suatu tempat yang aku kira akan membahagiakanku suatu saat nanti. Aku yang dulu, yang mungkin terlalu nyaman bersembunyi atau berhibernasi.
Lekas kembali, lelah rasanya berjuang sendiri. Nanti kita cerita tentang bagaimana semangkuk mie ayam dapat buyarkan sulitnya hari-hari.
Aku rindu aku yang dulu, begitupun mereka.
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
Kenapa lagi?
Masih segar rasa aneh 5 tahun lalu yang menampar komitmen kecil yang telah dibanggakan.
Hari ini.
Apa aku dipermainkan secara terang-terangan? Kenapa? Bisakah kelegaan ada di hatimu setelah berlaku seperti itu?
She was nothing?
Jelaskan, bicara, katakan sesuatu yang membuat aku baik-baik saja. Atau itu sign untukku agar tidak mendekat?
Aku siapa
Benar, aku siapa? Kenapa harus menerima penjelasan, kenapa harus menjaga perasaanku agar baik-baik saja, kenapa pendapatku perlu didengar, kenapa harus memaksa agar dia tidak boleh dekat dengan siapapun?
Tidakkah satu saja sudah cukup?
Ada apa? Kenapa harus lebih dari satu? Tidakkah satu saja sudah cukup? Bukankah akan lebih baik jika berfokus pada satu orang? Kenapa harus seperti itu? Apa yang dia punya, tapi aku tak punya? Dia lebih dewasa? Lebih cantik? Bukankah itu relatif?
Lanjutkan atau cukupkan?
Mari kita berusaha?
Mari kita berhenti berusaha?
2 kalimat yang hanya berbeda 1 kata namun sangat bertolak belakang. Seperti sisi tangan yang berbeda antara telapak tangan dan punggung, jika beruntung hasilnya akan diatas ekspektasimu, jika tidak akan dibawah ekspektasimu.
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
DIA YANG BARU HADIR.
Hai selamat bertemu.
Senang bisa saling kenal.
Baru kali ini bertemu orang yang sangat tidak bisa di tebak. Sangat random. Salahnya dimana? Perkenalan kita sangat dingin, kapan kita bisa saling kenal lebih dekat? Bukankah hari-hari dimana kita bicara terlalu singkat? Sampai aku bisa ingat setiap detailnya. Apa itu cukup? Atau aku yang tidak cukup menarik untuk membuat kita bicara lebih banyak lagi?
Memang terlalu dini untuk bilang seperti itu, tapi tidakkah itu aneh?
Kutukan macam apa ini?
Orang yang aku inginkan, selalu tidak bisa aku dapatkan. Sebagai wanita sangat berat untuk menahan rasa agar tidak terlihat murah dan gampangan. Stigma itu melemahkanku, membatasiku.
Diri sendiri!
Ayo berhenti berharap. Bukankah kamu yang tanamkan kata-kata bahwa berharap kepada manusia itu akan membuat tuhanmu cemburu?
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
Kenapa bisa ya ada orang yang nolak diajakin temen pergi dengan alasan yang sedi bgt uang pas-pasan, sampe kesian bgt terus kita berusaha ngebantu dengan apapun yang kita bisa. Eh dianya update lg makan yg ukurannya cukup mahal untuk org yang duitnya pas pasan. Hmmm primitif. Seperti pesona dunia laknat.
0 notes
canyouseemyword · 3 years
Text
Surat kalau nanti sudah siap.
Hai. Maaf ganggu.
Lama gak ketemu, apa kabar?
Maaf kalau mengejutkan. Cuma mau merealisasikan apa yang selama ini temen-temenku saranin.
Tau gak, kita kenal udah lama banget. Aku gak inget kapan kita kenalan tapi yang jelas kita kenal dari kecil.
Waktu SMP, kita satu sekolah dan kebetulan harus sering ketemu di suatu perkumpulan yang kita ikuti juga. Pada saat itu aku mulai suka denger semua tentang kamu. Gimana kamu baca kitab suci, gimana kamu bicara, gimana kamu becanda, gimana aja aku suka.
Begitu terus sampai kita SMA, masih sama. Mungkin karena kita sering ketemu. Kamu punya pacar aku tau, aku hapal semuanya. Akupun punya pacar dan anehnya mereka semua tau tentang kamu.
Akhirnya, lulus SMA.
Wow, its been 5 years. Dan masih sama. I always find the way back to you. Lulus, aku tau kamu berjuang keras untuk bisa ada di posisimu skrng. Akupun berusaha memantaskan diri untuk bisa setidaknya setara sama kamu.
Kuliah singkat, kerja, dan memutuskan kuliah lg sambil kerja. Its hard for me. Tapi aku selalu inget aku akan berusaha jadi seseorang yang pantas buat kamu.
Keluarga kita emang gak sebanding, tapi aku berharap kita bisa hidup atas bagaimana diri kita berjuang untuk menjadi pantas. Bukan karena keluarga kita.
Sebenernya, itu juga yang buat aku selama ini ragu untuk bilang. Keluarga, juga takut kalau perasaanku ternyata bersambut, kamu gak bisa bedain mana kasian dan mana suka.
Kalau gak bersambut, pasti sakit bgt karena udah nunggu selama ini. Tapi kalo bersambut aku takut itu sebenernya bukan yang sebenernya.
Jadi, kalau dikehidupan ini kita gak bisa sama-sama karena status sosial atau apapun ayo bertemu di kehidupan lain dengan kesetaraan yang membuat kita bisa sama-sama.
Atau kalau sekarang masih belum bisa sama-sama. Semoga kita bertemu di waktu yang tepat dengan rasa yang tepat.
Mungkin sekarang udah 9 atau 10 tahun berlalu, and still counting. Aku tau ini lebay, tapi ini beneran.
Bahwa ada cewek yang nunggu selama ini untuk bisa berdampingan dengan kamu. Jangan pernah merasa kecil hati ya, kamu terlalu luar biasa untuk ngerasain itu dan jangan merasa bersalah karena kamu pantas untuk ditunggu.
*sraeynetroffila
See you soon.
Semoga sebelum surat ini aku kirim, kita bisa sama-sama dengan cara lain yang lebih adil.
1 note · View note
canyouseemyword · 4 years
Text
KOPI.
Beberapa bulan yang lalu masih jadi manusia pembenci kopi tapi selalu disuruh cobain tester kopi berat kayak espresso atau americano. Salut banget sama manusia-manusia kopiholic di seluruh dunia.
Apa gak kurang pahit hidupnya sampe harus minum kopi?
Selalu bilang gitu setiap disuruh nyobain kopi. Selalu muntah tiap abis minum dan selalu abisin beberapa gelas air dulu baru bisa netralin rasanya.
Aku harus bedagang. Mungkin aku harus coba ngopi.
Insiden salah deadline tugas pas lagi kurang tidur akhirnya mempertemukan aku sama kopi. Kopi pertamaku adalah Good Day-Mochacino something.
Kopi yang cukup ramah di perutku yang suka "war" sama kopi. Selanjutnya coba ngopi dengan one-shot dan berhasil. Kemudian, berusaha double shot dengan double syrup i did it. Sekarang lagi tahap double shot dengan normal syrup.
Masih di team kopi manis.
Yah, harus ngaku kalo masih belum bisa kalo harus drip coffe, espresso, atau americano with no sugar. Next step, bakal coba flat white with no sugar or syrup.
Semoga semua pembenci kopi bisa berdamai dengan kopi seperti yang aku lakukan. Semoga ada motivasi menyenangkan yang bisa buat itu berhasil ya, entah karena orang yang kamu suka adalah kopiholic atau pasanganmu adalah kopiholic tapi kamu gak pernah bisa nemenin dia minum kopi.
Pun kalau motifnya tidak menyenangkan (kayak aku) semoga itu jadi hal yang menguntungkan buat kalian.
0 notes
canyouseemyword · 4 years
Text
Semakin buram.
Berusaha setelah sekian lama vacum dengan respon yang sangat minim. Siapapun pasti bisa menebak bagaimana hasilnya.
Yah, mungkin belum hasil akhir. Hanya prediksi, masih banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Tapi rasanya cukup untuk membuat jera dan kemudian berhenti.
Terlalu sering berkoar tentang rencana berhenti, tapi tetap memiliki alasan untuk bertahan. Rasanya yang ini berbeda. Mungkin memang harus merasakan rasanya tertampar dengan penolakan yang tersirat, akhirnya menciutkan harapan (atau kehaluan lebih tepatnya) yang sudah hampir usang.
Sekarang apa?
Berulang kali bertanya pada diri sendiri, lebih tepatnya menyadarkan diri sendiri bahwa kenyataan sudah tak bisa memeluk ekpektasi.
Aku harus lanjut atau give up?
Pertanyaan yang seharusnya aku sudah tau jawabannya. Tapi sampai sekarang masih mencari pembenaran, kalau-kalau ternyata kalimat itu sebenarnya bukan suatu bentuk penolakan.
Jikasaja ada yang bisa mewakili, itu hanya..
Hampa.
0 notes
canyouseemyword · 4 years
Text
I want to be the one who has the eyes that you can see the world through it
1 note · View note