Tumgik
bervalazio-blog · 5 years
Text
Mengubur masa lalu
Hidup bagaikan kisah lembar tiap lembar buku, yang dalam lembar tersebut ada kisah yang kelam dan bahagia. Kita sebagai manusia terkadang mempunyai masa lalu yang buruk, bahkan bisa tenggelam dalam masa suram itu, terpasung dalam kerasnya belenggu.
Masa itu memang suram. Namun, selalu ada harapan untuk menghapus kisah yang buram
Selagi kita masih balita, diajarkan cara berjalan oleh orang tua. Dengan bantuan dan dorongan orang tua, kita dituntut dan diberi semangat untuk berjalan dengan benar. Gagal dan jatuh terluka dalam belajar berjalan adalah cerita pertama dimulainya kisah gagal kita sepanjang hidup. Namun, apakah kita sadar? Bahwa saat itu kita jatuh bangun dalam belajar berjalan , kita semua hingga akhirnya sudah bisa berjalan dengan tegak, berlari, bahkan sudah bisa mengendarai kendaraan pribadi.
Tinggal di sebuah desa di daerah pegunungan, dengan kakek dan nenek yang selalu setia mengasuh dan mengajari banyak hal. Gadis kecil mungil yang Terlahir dari keluarga sederhana. Ya... Alika sandra, biasa dipanggil sandra. Aku dibesarkan oleh kakek dan nenek di rumah yang amat sederhana. Ibuku menikah lagi dan tinggal bersama suaminya di Bali. Ayahku ... entah kemana, aku tak pernah tahu dimana dia berada. Yang aku tahu ayahku sudah meninggal. Itu cerita dari kakek dan nenek sewaktu aku kecil.
Masa kecilku sama seperti bocah pada umumnya. Menghabiskan hari-hari dengan bermain di kali, mencari belut di sawah, panas-panasan bermain jerami setiap kali musim panen tiba.
Pagi hari kuhabiskan waktuku di bangku sekolah. Sorenya mengaji di rumah ustad Mukmin dan Umi nana bersama teman-teman sebayaku. Ada Ulfa putri bungsu Ustad Mukmin yang seumuran denganku, kami bersahabat sejak kecil. Karena sejak SD aku dan Ulfa selalu satu kelas dan duduk sebangku hingga di Sekolah Menengah Atas ( SMA). Ulfa mempunyai kakak laki-laki, Mas Iqbal namanya.
Umi Nana dan Ustad Mukmin memperlakukan ku seperti anak kandungnya sendiri, tidak ada bedanya dengan Ulfa. Aku yang memang tidak ada ayah dan ibu dan tidak punya saudara merasa punya keluarga lengkap ketika bersama mereka.
Kakek dan nenek juga memberi limpahan kasih sayangnya padaku. Meski dengan keadaan kami yang serba kekurangan. Tapi aku bahagia, kesederhanaan ini yang pada akhirnya membuatku menjadi orang yang kuat.
------
Tiga bulan sudah aku menjadi siswa berseragam putih abu-abu. Kata banyak orang, masa-masa di SMA lah kita bisa menemukan jati diri kita. Di masa ini juga akan banyak kenangan yang indah tersimpan dengan kuat di memori kita. Masa SMA adalah masa paling menyenangkan, dan aku merasakannya sekarang.
Banyak kegiatan sekolah yang aku ikuti. OSIS, Pramuka, paskibra, kerohanian Islam semua aku geluti. Mencari kesibukan dan mencari teman, juga pengalaman baru. Memanfaatkan kecerewetan yang Allah berikan. Memang aku anak yang mudah bergaul, grapyak kata orang jawa. Jadi tidak sulit buatku memiliki banyak teman dan beradaptasi di suatu organisasi.
Kesibukan di sekolah banyak menyita waktuku. Ekstrakurikuler, rapat pengurus Osis terkadang sampai menjelang magrib memaksaku untuk pulang terlambat kerumah.
Beberapa kali mendapat teguran dari kakek.
"Kalau pulang jangan hampir magrib, memangnya kamu ngapain aja di sekolah sampe jam segitu?"
"Malu sama tetangga Sandra!" Tegas kakek.
Aku hanya bisa menunduk, tak berani menatap kakek. Karena bagi kakek, menatapnya ketika beliau marah atau menasehati berarti menentang perkataannya.
Seperti malam ini, sampai di rumah adzan isya' berkumandang. Bukan sengaja aku terlambat pulang, tadi rapat pengurus Osis baru selesai setengah enam menjelang magrib. Belum lagi harus menunggu angkutan kota yang kalau sudah sore hanya satu dua yang masih mau narik penumpang. Sengaja, aku sholat magrib dulu di sekolah, karena kalau memaksa pulang pasti akan tertinggal, aku tidak biasa meninggalkan sholat lima waktu.
Selesai sholat isya' dan makan malam kakek mengajak duduk di ruang tamu. Ada sesuatu yang penting katanya.
Kami duduk di kursi bambu yang sudah banyak mengelupas, warnanya juga sudah pudar. Kakek di depan ku, sementara aku dan nenek bersebelahan.
"Sandra, kakek mau bilang sesuatu"
"Iya kek"
"Kenapa selama ini kakek begitu ketat ke Sandra ... karena kakek sangat sayang"
"Kakek tidak ingin Sandra seperti ibu!" Ucapan kakek seperti terasa berat
"Ibu Sandra dulu berjalan di tempat yang salah nak, ibu pernah bekerja sebagai seorang psk" gemetar suara kakek mengucapkan itu.
Deg ... Hatiku seperti di hujami ribuan belati. Terkejut, sakit dan tidak percaya.
'Berita apa ini kek'
"Makanya Kakek tidak ingin Sandra seperti ibu, kakek ingin Sandra jadi perempuan yang sholihah. Yang selamat hingga nanti menikah" netranya berkaca-kaca. Dengan cepat diusapnya.
"Tiap kali Sandra pulang malam, kakek nenek selalu khawatir. Takut terjadi sesuatu sama Sandra di luar" nenek ikut menimpali sambil mengusap lembut punggungku.
"Kakek simpan ini karena tidak ingin menyakiti Sandra. Tapi sekarang Sandra sudah besar, harus tahu tentang semuanya. Biar Sandra lebih berhati-hati"
Aku tak lagi bisa menahan air mata, bulirannya mengalir deras menganak sungai membasahi pipi.
Berusaha mencerna semua ucapan kakek dan nenek. Masih berharap ini semua hanya mimpi, namun kenyataanya tidak. Inilah aku, seorang anak perempuan yang lahir dari rahim seorang psk.
Kisah masa lalu merupakan pembuktian bahwa kita bisa bangkit dan menebus semuanya.
Siapa yang tidak kenal Thomas Alva Edison? Sang penemu lampu yang telah mengalami kegagalan yang konon ribuan kali jumlahnya dan yang dulunya sempat dianggap bodoh oleh orang sekitarnya. Namun, saat ini hasilnya berdampak besar dalam kehidupan manusia. Ya… kadang kita pasti mempunyai kesalahan yang di sengaja atau tidak di masa lalu, namun mulai sekarang, angkatlah dagumu, lapangkan dadamu dan teruslah berjalan maju dengan perasaan yakin bahwa hal yang baik akan datang selalu tepat waktu.
Setiap keluarga pasti memiliki sampah dalam rumahnya. Sampah tersebut dikumpulkan menjadi satu, dimasukan tong sampah luar rumah dan dipungut petugas kebersihan dan dibuang kembali di tempat sampah pembuangan akhir. Namun, sesungguhnya tidakkah kita tau bahwa ada beberapa orang memungut sampah tersebut menjadi barang kerajinan tangan yang bernilai jual tinggi dan sampah tersebut menjadi lebih berdaya guna? Jika sampah saja bisa berharga bagi para pelaku kerajinan tangannya, terlebih lagi kita semua hai kawan-kawan adalah biji MataNya Tuhan! Ibuku memang dulunya seorang yang bergaul bebas, berganti-ganti pasangan. Mabuk-mabukan dan hal negatif lainnya dan pernah juga tertolak oleh lingkungan karena masa lalu nya. Namun, seburuk apapun masa lalu ibuku dia tetaplah ibu kandungku yang telah mengandung dan melahirkanku.
Jika kita ikhlas dalam menerima insyaallah kita bisa menjalani semua kehidupan yang kita lalui dan kita akan mempunyai hari depan yang penuh dengan harapan. “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku, demikianlah dengan takdir yang diberitakan kan Tuhan, yaitu rancangan kehidupan yang sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan”
-------
Sejak malam itu, aku banyak berubah. Rasa percaya diriku mulai berkurang. Merasa malu ketika di hadapan banyak orang. Beberapa teman menanyakan kenapa aku berubah. Aku tak pernah menjawab, yang ada di pikiranku aku malu dan ingin berbuat sesuatu untuk menutupinya.
Aktif di kajian kerohanian islam di sekolah banyak merubah jalan fikiranku. Aku banyak bertanya kepada ustad tentang bagaimana seharusnya seorang muslim dalam ke sehariannya, tentang bagaimana menerima takdir. Sedikit demi sedikit ibadahku berusaha diperbaiki. Menambah dengan amalan sunnah, seperti dhuha dan qiyamul lail. Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk berhijab di semester dua menjelang kenaikan ke kelas tiga.
---------
Sudah tiga tahun aku lulus SMA. Dan aku pun tidak melanjutkan kuliah di perguruan tinggi karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Aku tidak kecewa, berusaha menerima takdir.
Kegiatanku saat ini mengajar TK yang baru tahun pertama dibuka. Ustad mukmin yang memintaku mengajar di sana, biar ada kegiatan dan sekaligus membantu Umi Nana dan Ulfa. Karena memang TK ini baru di rintis, jadi belum banyak merekrut guru dari luar.
Selepas ashar aku dan Ulfa mengajar anak-anak TPA, yang dulu saat aku kecil Ustad Mukmin yang mengajari sekarang Ustad jugalah yang memasrahkan TPA kepada kami berdua.
Meski penampilanku sudah berubah menutup aurat dengan sempurna, kegiatanku juga hal-hal yang positif namun cibiran tetangga dan orang-orang sekitar masih saja tidak berubah terhadapku.
Setiap kali ada laki-laki yang datang ingin mengkhitbah, dengan entengnya mereka mengatakan "jangan, Sandra itu anaknya orang nakal. Nanti anak keturunan mas ikutan gak baik"
Tidak hanya satu dua orang, hampir semua orang kampung memandangku rendah karena masa lalu ibu.
Aku berusaha sekuat tenaga tidak melawan cibiran mereka. Aku hanya bisa menangis, berdoa dalam sujud panjangku. Meminta kekuatan pada sang pemilik jiwa.
Beruntung punya sahabat seperti Ulfa, dia mau menampung semua keluh kesahku. Menjadi tempat curhat terbaik ketika aku rapuh. Ulfa yang selalu menguatkan dan mengingatkanku.
"Sabar Sandra, Allah tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan hambanya"
"Allah sayang kamu Sandra, Allah tahu kamu kuat dan bisa melewati semuanya dengan baik"
-----
Pukul setengah lima sore, anak-anak TPA sudah pulang. Aku masih membereskan beberapa buku yang berantakan di meja.
"Ulfa, mas pergi dulu ya" seorang laki-laki berdiri di depan pintu TPA
Aku dan Ulfa menoleh bersamaan. 'Oh ... Mas Iqbal'. Sekilas pandangan kami bertemu, lalu buru-buru aku mencari pengalihan.
"Ya mas. Emang mau kemana?"
"Mau kerumah temen dulu, mumpung mas disini"
"Ini ... Sandra ya?" Mas Iqbal melihatku lagi
"Iya mas" balasku tak berani menatapnya
"Ya udah Ulfa, mas berangkat. sandra, pamit ya. Assalamualaikum" Mas Iqbal berlalu meninggalkan kami
"Waalaikumsalam" aku dan Ulfa bersamaan menjawab
------
Setelah pertemuan di TPA kemarin, Mas Iqbal makin sering menyapaku. Kadang menanyakan sesuatu, entah itu hanya basa basi saja atau memang dia ingin tahu tentang aku. Setiap kali bertemu Mas Iqbal, ada rasa yang tak biasa di hati. Tapi aku takut mengartikannya.
Hingga malam ini aku dibuat terkejut dengan kedatangan Ustad Mukmin, Umi Nana dan Mas Iqbal ke rumah kakek.
Setelah nenek mempersilahkan mereka masuk, kami duduk bersama di ruang tamu yang tidak terlalu besar.
"Maaf Pak hilyas, kami kesini gak bilang dulu" kata Ustad Mukmin memulai pembicaraan.
"Gak apa-apa ustad, kami senang ustad mau berkunjung ke rumah kami"
"Sebelumnya mau bertanya, apa Sandra sudah punya calon suami?" Tanya Ustad Mukmin
"Oh ... belum," balas kakek " padahal saya ingin sekali Sandra segera menikah, karena saya dan neneknya sudah tua. Khawatir nanti siapa yang akan menjaga Sandra kalau Allah memanggil kami" lanjutnya
Ustad, umi dan mas Iqbal saling pandang dan tersenyum.
"Kalau begitu, saya mau melamar Sandra untuk Iqbal Pak hilyas"
"Oh ... eh bener ta ini?" Kakek merasa terkejut mendengarnya
"Insya Allah benar pak, Iqbal yang minta sendiri. Katanya begitu melihat Sandra pertama kali di TPA langsung jatuh hati" Ustad memandang mas Iqbal dengan senyum.
"Tapi, apa ustad tidak malu punya menantu seperti Sandra?"
"Saya hanya takut, masa lalu ibunya akan merusak nama baik keluarga ustad" suara kakek bergetar
"Mboten kek, Insya Allah kami menerima Sandra apa adanya. Setiap orang punya masa lalu dan itu sudah jadi takdirnya masing-masing"
"Sandra punya hak bahagia. Selama ini Sandra sudah berusaha jadi anak yang sholihah, dan dengan Iqbal menikahi Sandra orang-orang tidak akan memandang remeh lagi pada Sandra" Ustad Mukmin menjelaskan panjang lebar
Kami tak bisa menahan haru, nenek memelukku, air matanya jatuh. Begitupun dengan kakek, menangis bahagia.
------
Hari ini aku sudah resmi menjadi istri Mas Iqbal. Akad nikah sederhana di rumah kakek sudah dilaksanakan pagi tadi.
Tak banyak yang diundang. Sengaja, karena Mas Iqbal tidak ingin rame-rame. Hanya beberapa kerabat dan teman dekat.
Setelah lelah seharian, kami disini sekarang. Kamar pengantin, kamar Mas Iqbal yang dihias dengan bunga-bunga.
Tidak terbiasa berdua dengan laki-laki membuatku sedikit canggung, malu.
"Dek ... mulai saat ini mas akan jadi orang yang paling membela adek. Mas akan menjaga adek dari siapapun yang akan menyakiti. Ceritakan apapun pada mas. Jangan ada rahasia sedikitpun. Mas mencintai adek karena Allah" Mas Iqbal menggenggam erat tanganku, tatapannya penuh cinta.
Air mataku tak bisa tertahan, menangis haru. Baru kali ini merasa ada seseorang yang mencintaiku dengan tulus. Melindungi dengan cintanya.
"Terimakasih, mas sudah mau menerima adek apa adanya. Mencintai adek dengan tulus. Bantu adek menutup semua kenangan buruk masa lalu ya mas?" Kutatap wajahnya penuh harap.
Mas Iqbal mengangguk, mengecup tanganku dan merengkuhku dalam pelukannya. Ada desir hangat menelusup di dada, merasakan degub jantungnya yang berpacu. Beginikah rasanya dicintai.
Kami larut dalam kehangatan, pelukannya menentramkan hatiku.
'Ya Allah, terimakasih atas nikmatmu. Memberiku lelaki yang terbaik'
Aku merasa bahagian, semua di dunia ini tidak ada yang kebetulan, semua sudah ada jalannya masing-masing, takdir Allah memang tidak ada yang bisa merubahnya.
Setiap Hembusan nafas adalah kesempatan untuk memperbaiki segala kesalahan Saat kita semua membaca buku, pasti ada kisah yang kelam, namun sesungguhnya di akhir sebuah cerita selalu ada kisah indahnya bukan? Dan setelah awan mendung gelap, hujan deras dan selalu diakhiri oleh indahnya pelangi. Seperti itulah kehidupan sandra, cacian, hinaan selalu menghampiri. Setiap kita bangun pagi dalam keadaan bernafas itu sesungguhnya merupakan kesempatan bagi kita semua untuk menjadikan diri lebih baik. Dan sesungguhnya, hari ini adalah langkah pertama sandra untuk memperbaiki masa depan. Sandra melupakan apa yang ada di belakangnya dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapannya dan berlari-lari kepada tujuan hidupnya.
Tidak peduli dengan stigma negatif masa lalu, tunjukkanlah bahwa kamu bisa menjadi hal yang baru. Siapa sih orang di dunia ini yang tidak melakukan kesalahan? Orang paling jenius saja melakukan suatu kesalahan bahkan ribuan kali kesalahannya! Tidak perlu merasa sembilu dengan cibiran negatif orang-orang. Sandra mukai tegaskan diri bahwa dirinya bukanlah orang yang seperti ibunya yang dulu. Sandra pun memulai lembaran yang baru dan hidup dengan perasaan bahagia. Sandra tidak pernah membalas cibiran orang tentang kesalahan ibunya di masa lalu. Bukan kah memantaskan diri dan menata masing-masing masa depan jauh lebih berguna…? :)
Salam
Berva-lazio
0 notes
bervalazio-blog · 5 years
Text
Lembaran untuk sang mantan
Semoga kamu dapat membaca surat ini yang ku kirim lewat doaku kepada Tuhan, jika kamu tidak dapat membaca kuharap kamu bisa merasakan kasih sayang ku, sungguh kamu anugerah Tuhan yang sedang aku perjuangkan lewat doa.
kamu yang selalu cuek yang terkadang selalu membuatku geram karena jarang membalas chat dariku, tapi kamu juga yang selalu membuat aku merasakan rindu yang menggebu. Aku merasakan detak yang sama, aku merasa meleleh dan luluh ketika sedang berada didekatmu. Ya aku yakin kamu masih sangat menyayangiku.
Bukan seberapa lama kisahnya, tapi seberapa dalam perasaannya. Menghabiskan waktu denganmu memang tidak sampai berbulan-bulan lamanya, tapi menyisakan kenangan yang sulit dilupakan hingga berbulan-bulan mengendap di hatiku yang membuatku tetap menyayangimu hingga hari ini. Kita memang sudah tidak bersama, tapi aku masih merasa jika kamu masih menyayangiku seperti dulu.
Saat kamu masih menyayangiku, saat aku masih menjadi satu-satunya di hatimu, membuatku merasa menjadi wanita seutuhnya ketika berada didekatmu. Aku selalu merasa seperti terbang jika berada didekatmu, selebay itukah perasaanku padamu.
Seiring berjalannya waktu aku mulai takut untuk kehilanganmu. Kehilangan kasih sayang darimu yang belum pernah aku dapatkan dari lelaki manapun. "Jika Tuhan bertanya padaku siapa kamu yang selalu kusebut dalam setiap butiran doaku, akan ku jawab bahwa kamu adalah anugerah Tuhan yang sampai saat ini masih aku perjuangkan".
Meski jarak kita sejauh langit dan bumi sayangku tetap sama untukmu. Sayangku masih seperti dulu. Status kita yang sudah tidak seperti dulu, tapi rasa sayangku ini masih seperti dulu. Kehilanganmu bagaikan separuh belahan jiwaku yang hilang begitu saja, itu menunjukan ketika bersamamu aku punya semangat yang luar biasa.
Saat aku sedang galau dan resah aku seperti tidak punya semangat hidup karena kehilanganmu. Mungkin aku seperti orang gila, orang yang tak waras, iya aku memang gila, gila karenamu. Baru kali ini aku mengalami patah hati yang mendalam, sulit melupakan dan tidak memiliki selera untuk mencintai siapapun lagi.
Aku berusaha untuk bahagia dengan orang baru, melupakan segala kenangan yang sudah kita rangkai bersama, menghapus jejak langkah yang selama ini kita lewati bersama. Namun ini sangat melelahkan dan bahkan hingga membuatku lelah tapi itu harus aku lakukan.Percayalah aku selalu memanjat kan doa untukmu dalam setiap sujudku.
Tetaplah dihatiku, kamu yang selalu aku banggakan. Jadilah panutan kedua setelah ayah dan ibuku. tetaplah bersamaku, menjadi teman hidupku. Meski masa depan belum tergambar jelas aku selalu berdoa kepada sang pemilik kehidupan agar dapat menua bersamamu.
Tuhan-lah sang maha pembolak-balik kan hati manusia, semoga Tuhan bisa mempertemukan kita lagi dalam ikatan yang halal. Sekarang mungkin kita dipisahkan untuk saling memperbaiki, tapi aku yakin, jika sudah waktunya tiba kita nanti akan dipertemukan di waktu terbaik yang Tuhan rencanakan. Aku percaya waktu tak akan pernah ingkar janji.
Kejar mimpimu, bahagiakan orangtuamu lalu setelah itu berikanlah aku kesempatan untuk ada didalam skema kebahagiaan hidupmu. Entah kapan, kita sama sama menunggu waktu yang sudah Tuhan siapkan.
Semoga kamu selalu ingat ada aku yang selalu menyayangimu. Dan aku berharap suatu saat dapat bersama seperti sepasang sepatu. Biarlah aku disini menunggumu, menyapamu lewat butiran-butiran doa dalam setiap sujudku. Aku yakin jika kita ditakdirkan untuk bersama sejauh apapun jarak kita, pasti akan Tuhan satukan.
Namun jika memang kita tidak ditakdirkan untuk bersatu, Tuhan sudah mempersiapkan yang terbaik untukku dan untukmu. Tapi selalulah jadi pria yang aku kagumi, jadilah pria yang aku banggakan karena kesederhanaanmu.
Biarlah aku disini menghidupkan kenangan kita lewat doa. Karena hanya doa lah yang mampu mengubah segalanya. Biarlah kini bayanganmu yang menemaniku. Terimakasih sudah pernah memberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari hidupmu.
Berva-Lazio
2 notes · View notes