Tumgik
azurazie · 4 days
Text
Pintaku sederhana, bila hari ini belum bisa memiliki apa yang aku mau. Maka, mampukan aku untuk menjaga apa yang sudah ada. Dengan begitu semoga aku ada dalam golongan orang-orang yang amanah dan berharap apa yang ada selalu dalam berkah.
Pintaku sederhana, bila apa yang aku mau sedang tidak sejalan dengan apa yang aku mampu. Maka, mampukan aku untuk selalu menerima apa yang Engkau mau. Dengan begitu semoga aku selalu ada dalam golongan orang-orang yang bersabar dan bersyukur.
@azurazie
163 notes · View notes
azurazie · 11 days
Text
PANGGlLAN DALAM HIDUP
Setidaknya ada 3 jenis panggilan yang menyapa dalam hidup kita.
*Pertama*, panggilan yang telah ditentukan waktu-waktunya. Sifatnya *WAJIB*. Mengikat kepada tiap-tiap muslim yang tunduk pada aturannya. Sudah kodrat sebagai seorang hamba. Untuk panggilan ini, seharusnya kita selalu *SIAP*, karena tidak ada alasan untuk meninggalkannya. Di manapun dan dalam keadaan apapun. Selagi masih diberi kesempatan untuk hidup. Akan tetapi terkadang justru kitanya yang tidak selalu *SIGAP* untuk memenuhi panggilan itu. Panggilan pertama adalah panggilan adzan untuk menunaikan shalat yang 5 waktu. Saking wajibnya tidak boleh ditinggal, apabila tidak mampu berdiri, maka lakukan dengan duduk, tidak mampu duduk, maka lakukan dengan berbaring, tidak mampu dengan berbaring, maka lakukan dengan isyarat mata, tidak mampu dengan yang terakhir itu, maka tinggal di shalatkan.
*Kedua*, panggilan yang sama sekali kita tidak mengetahui akan ketepatan waktunya. Rahasia. *WAJIB* juga sifatnya, karena tidak ada satupun makhluk yang bernyawa yang tidak luput dari panggilan itu. Semua ada jatahnya masing-masing. Ironisnya untuk panggilan yang ini, sepertinya kita tidak akan selalu *SIAP*. Dan untuk menyambutnya pun *SIKAP* kita lebih banyak *KHILAF*. Panggilan kedua adalah panggilan azal yang bisa datang sewaktu-waktu. Tidak melulu ketika sakit, boleh jadi ketika sedang sehat-sehatnya. Tidak melulu ketika sempit, boleh jadi saat sedang lapang-lapangnya.
*Ketiga*, panggilan yang prioritasnya ada pada hak Allah, sebagai penentu waktu terbaiknya. Sifatnya juga *WAJIB* karena termasuk dalam rukun yang lima. Dengan syarat khusus : *Jika Mampu*. Akan tetapi mampu di sini perlu *_digaris bawahi_* Mampu bukan dalam ukuran atau hitungan matematika manusia. Karena prioritas panggilan itu, tidak selalu didasari dari kacamata *MAMPU* dalam pandangan manusia. Akan tetapi sering terjadi didasari dengan sejauh mana ia *MAU* pada pandangan Allah. Panggilan ketiga itu adalah ke Baitullah. Berapa banyak yang menurut pandangan manusia sudah *MAMPU* dalam segi materi, segi kesehatan dan lain-lain akan tetapi kesempatan itu belum juga datang. Panggilan itu belum juga ada. Sedangkan yang sekadar bermodalkan *KEMAUAN* mau dalam kerinduannya, mau dalam keinginannya untuk menyempurnakan rukun dalam ibadahnya. Justru menjadi prioritas panggilan Allah. Allah *MAMPUKAN* dengan kehendak-Nya.
Maka, kira-kira mana dari ketiga panggilan itu yang kedepannya menjadi prioritas diri kita masing-masing.
Mari berharap, panggilan pertama akan selalu mampu kita tunaikan dengan *SESIGAP* mungkin. Panggilan kedua kita nanti sedang *SESIAP-SIAPNYA*. Setelah tuntas atau sedang memenuhi panggilan yang ketiga. Aamiin ya Rabb.
@azurazie
7 notes · View notes
azurazie · 18 days
Text
Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
azurazie · 18 days
Text
SEBENARNYA APA YANG SEDANG KITA RAYAKAN?
Di iringi dengan sahut-sahutan takbir yang menggema, aku merenung. Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan?
Rasanya untuk merayakan menyambut lebaran itu akan lebih bermakna, akan lebih mengena, atau lebih diperuntukkan bagi mereka yang sejak hari pertama hingga akhir Ramadhan konsisten bersungguh-sungguh dalam mengisinya, sepanjang siang dan malam. Mengisi dengan amalan-amalan terbaik. Dalam bilangan-bilangan yang terbanyak. Dengan tingkat kekhusuan yang teruji. Sungguh-sungguh menjalaninya. Sungguh-sungguh dalam mengupayakan keberkahannya. Mengejar keutamaan-keutamaan yang ada pada Ramadhannya.
Maka, akan pas sekali apabila mereka menyambut merayakan lebaran dengan suka cita. Setelah bersusah payah dalam ketaatan, untuk meraih gelar ketakwaan.
Sedangkan kita? Apa yang sejauh ini sudah kita kerjakan? Yang sejauh ini sudah kita upayakan? Yang bisa kita banggakan oleh diri kita sendiri?
Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan? Jangan-jangan kita cenderung sedang merayakan kepergian Ramadhan. Yang selama satu bulan penuh, merasa dipaksa untuk bangun malam, karena diharuskan sahur. Merasa dipaksa untuk menahan lapar dan dahaga, karena diharuskan berpuasa. Merasa dipaksa untuk membuka mushaf Al-Qur'an, karena ada target harian. Dan amalan-amalan ibadah lain yang sifatnya masih harus dipaksa, agar kita lebih rutin untuk mengerjakannya.
Tentang shalat wajib yang masih harus dipaksa untuk berjamaah. Tentang menambah shalat-shalat sunnah yang masih harus dipaksa untuk mengerjakannya. Dan tentang rutinitas ibadah lain selama bulan Ramadhan yang kita kerjakan bukan sekadar memang didasari oleh kebutuhan, tetapi masih sekadar untuk menggugurkan kewajiban.
Maka, rasa-rasanya yang sedang kita rayakan adalah tentang kepergian Ramadhan. Dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. Merayakan dengan suka cita karena esok hari sudah kembali bebas melakukan ini itu. Tidak lagi harus berpuasa, tidak lagi harus bangun malam, tidak lagi harus membuka mushaf secara rutin. Naudzubillah..
Atau kita sudah mulai merenungi banyak hal, ternyata tanpa Ramadhan, kualitas ibadah kita bukanlah apa-apa. Kuantitas ibadah kita tidaklah seberapa. Dan mulailah kita merasa berduka, takut setelah kepergiannya tidak adalagi kendali atas perbuatan-perbuatan kita yang suka melampaui batas. Yang banyak lalainya. Yang banyak ditunda-tundanya. Ya, Rabb betapa nestapa rasanya.
Dan mulailah kita berdoa secara sungguh-sungguh, berharap dalam-dalam, semoga masih diberi kesempatan di tahun depan untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan. Dengan kesiapan diri yang lebih baik dari tahun ini. Dengan kesehatan yang paripurna, kesempatan yang lebih leluasa. Umur yang barokah dan keluarga besar kita yang masih utuh. Aamiin ya Rabbal'alamin.
@azurazie
37 notes · View notes
azurazie · 21 days
Text
TENTANG KEWAJIBAN ZAKAT
Ya sobat
Sudah tunaikan zakat fitrahnya?
Ayo mumpung masih ada kesempatan.
Hikmah zakat yang sederhana adalah : betapa Allah Maha Berkasih sayang terhadap Hamba-Nya. 
Tidak membebani kita diluar kemampuan.
Bagi kita yang mampu hanya diwajibkan 2,5% saja dari penghasilan atau 3,5 liter (hanya) dari makanan pokok untuk zakat fitrahnya.
Coba bayangkan bila kewajiban zakat itu disesuaikan dengan apa yang sudah kita konsumsi. Atau disesuaikan dengan nikmat yang telah kita peroleh selama ini.
Jangan bicara seumur hidup kita dulu. Anggap saja akumulasi selama satu tahun.
Seandainya diwajibkan, berapa banyak kira-kira yang kita perlu keluarkan zakatnya?
Bagi seorang anak, seberapa banyak ukuran zakat untuk air susu ibu yang mengenyangkan perutnya.
Bagi seorang istri, seberapa banyak ukuran zakat untuk nafkah yang diberi oleh suaminya.
Bagi seorang kepala keluarga, berapa banyak zakat yang ia perlu keluarkan untuk menanggung semua kewajiban zakat anggota keluarganya?
Seberapa banyak ya?
Sungguh Allah Maha Berkasih Sayang. Tidak membebani hamba-Nya diluar kemampuannya. Sehingga nikmat-nikmat itu gratis. Tidak perlu dikeluarkan zakatnya. 
Ya sobat.
Itu untuk kewajiban kita sebagai seorang muslim yang masih perlu dengan pengeluaran materi. Dalam hal ini kewajiban menunaikan Zakat. Sungguh Allah tidak memberatkan.
Bagaimana dengan kewajiban kita yang sebenarnya dalam menunaikannya pun gratis. 
Shalat misalnya? Masih selalu menunda-nunda?
@azurazie_
#ramadhan
#azurazie
#zakat
0 notes
azurazie · 21 days
Text
Tumblr media
Sobat, satu hari selepas ritual ramah-tamah hari raya. Setelah terasa ‘kenyang’ mendapati pertanyaan 'kapan’ dan tentu saja dibersamai dengan bisikkan doa-doa kebaikan juga. Maka, hari ini adalah langkah berikutnya.
Yang kebagian ditanya, 'kapan nikah?’ Kebagian doa, 'semoga segera ketemu jodoh’. Itu artinya selepas ini, ada azam yang lebih kuat dari sebelumnya. Lebih giat menabungnya, lebih giat ikhtiar menemukan jodohnya. Lebih giat memperbaiki kualitas dirinya. Lebih sungguh-sungguh untuk segera menghalalkannya. Ayo, lekas jangan ditunda lagi.
Pun demikian, yang kebagian ditanya, 'Udah isi belum?’ Kebagian doa, 'semoga segera punya momongan, ya’. Itu artinya selepas ini, harus lebih harmonis hubungan dengan pasangannya. Lebih saling mendukung dalam ikhtiarnya. Saling menguatkan satu sama lain. Lebih giat lagi nabung untuk masa depannya. Lebih giat memperbaiki kualitas diri untuk keduanya. Kualitas waktu luang. Kualitas perhatian dan kasih sayang. Kualitas kebersamaan.
Begitu juga yang kebagian ditanya, 'kapan wisuda?’ Dan kebagian doa 'semoga cepat lulus ya’ selepas ini, harus lebih giat lagi menyelesaikan skripsweetnya, lebih giat membaca dan mengumpulkan bahan-bahan pendukungnya. Lebih giat lagi bimbingan dengan dosennya. Lebih giat lagi menabung untuk biayanya. Lebih giat memperbaiki kualitas diri. Untuk lebih rajin. Lebih ulet. Pantang menyerah dan tidak mudah untuk mengeluh.
Dan begitu juga yang kebagian pertanyaan-pertanyaan lainnya. Baik yang serupa ataupun yang tak sama. Tentu saja selain lebih giat dari yang disebutkan di atas. Ada yang lebih penting lagi. Lebih giat memperbanyak doa. Dengan begitu semoga Allah mudahkan jalannya
Kenapa harus begitu?Sebab, apalah arti banyak 'menelan’ pertanyaan-pertanyaan itu. Apalah arti menampung banyak sekali doa-doa dari saudara, orang tua, sahabat-sahabat kita. Bila kita sendiri tidak lebih tergerak untuk merealisasikannya. Pertanyaan dan doa-doa itu hanya sekadar rutinitas ceremonial tahunan. Bila sedang bertemu dan berkumpul. Padahal jauh di lubuk hati kita, semua itu adalah yang paling kita harapkan. Yang sejauh ini sedang kita perjuangkan.
Selamat menjadi lebih giat dari biasanya.
@quotezie
128 notes · View notes
azurazie · 22 days
Text
Pintaku sederhana, bila apa yang aku mau sedang tidak sejalan dengan apa yang aku mampu. Maka, mampukan aku untuk selalu menerima apa yang Engkau mau. Dengan begitu semoga aku selalu ada dalam golongan orang-orang yang bersabar dan bersyukur.
@azurazie
163 notes · View notes
azurazie · 23 days
Text
Jum'at terakhir di bulan Ramadhan, mari mendulang lebih banyak berkah. Dengan menambah bilangan shalawat. Menambah bilangan sedekah. Menambah bilangan doa-doa.
Yaumul Jumu’ah
Berkah itu kebaikan yang bertambah. Point penting untuk para penjemput rezeki yang sejak pagi sudah bertebaran di muka bumi ini. Sedikit banyak bukan ukuran. Berkah dari hal-hal yang baik menjadi tujuan. Banyak tak menjamin mencukupi. Berkah meski dari yang sedikit, membuat segala sesuatu menjadi lebih terpenuhi.
Dan teruntuk orang -orang yang kehadirannya membuat tiap-tiap urusanmu menjadi terasa lebih mudah. Hingga membuat kehidupanmu menjadi lebih baik. Do’akanlah, agar kebaikan-kebaikan itu pun selalu membersamai mereka. Agar kemudahan-kemudahan pun senantiasa ada di tiap-tiap urusan mereka. Selamat mendulang berkah dan kebaikan hari ini.
Jangan lupa Al-kahfi dan sholawat nya. Untuk menambah kebaikan, untuk menambah keberkahan.
@quotezie
232 notes · View notes
azurazie · 29 days
Text
*Doa untuk anak dalam Al-Qur'an*
1. As-Saffat Ayat 100
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.""
(QS. As-Saffat 37: Ayat 100)
2. Al-Furqon ayat 74
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
"Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.""
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 74)
3. Ali 'Imran ayat 38
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
هُنَا لِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهٗ ۚ قَا لَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَآءِ
"Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.""
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 38)
@azurazie
9 notes · View notes
azurazie · 29 days
Text
UNTUK KELAHIRAN ANAK PEREMPUAN
Nak, kelahiranmu bukan sekadar menjadi qurrota 'ayun untuk kedua orangtuamu. Akan tetapi secara bersamaan, mulai menambah peran keduanya untuk menjadi orangtua yang utuh. Menjadi ayah yang berkewajiban membimbing, menasehati, menerapkan sifat haya-rasa malu sebagai perempuan untuk terjaganya marwah kehormatan. Dan puncak peran seorang ayah untuk keluarganya yang termaktub dalam firman-Nya adalah menjauhkanmu dari api neraka.
Pun demikian, berperan sebagai seorang ibu untuk menjadi madrasah terbaik sepanjang usiamu, tempat terbaik untukmu dalam mencicipi remah-remah bijak kehidupan. Yang sudah dimulai dari masa kandungan, dalam buaian, hingga dirimu pun kelak memenuhi takdir yang sama dengannya (menjadi seorang ibu).
Maka, bertumbuhlah dengan baik, dengan sebaik-baiknya pertumbuhan. Barakallah.
@azurazie
6 notes · View notes
azurazie · 29 days
Text
*Tips Ramadhan malam ke-19*
Biasanya menjelang akhir Ramadhan, sudah mulai pada sibuk mencari pakaian baru untuk dipakai saat lebaran. Bahkan ada yang bela-belain puasanya sampai bolong cuma untuk menemukan pakaian sepotong, atau tarawihnya malah ditinggal karena mengejar diskon yang tinggal enggal.
Padahal lebaran itu seharusnya bukan hanya tentang siapa yang paling baru pakaiannya. Akan tetapi tentang siapa yang akhirnya menyadari isi lemarinya sendiri. Seberapa banyak baju yang tidak pernah dipakai lagi. Mubadzir loh!
Seharusnya lebaran itu bukan lagi tentang kuantitas pakaian baru yang dipunya. Akan tetapi tentang seberapa % bertambah baik kualitas pakaian yang ada untuk menutupi setiap lekuk titik auratnya.
@azurazie
4 notes · View notes
azurazie · 29 days
Text
Renungan malam ke-19
Wahai diri, bila pada bulan Ramadhan saja dirimu masih terasa berat untuk membaca Al-Qur'an, lalu bagaimana dengan bulan-bulan lain? Maka, jangan heran apabila setelah bulan Ramadhan mushaf itu lebih banyak berdebu.
@azurazie
3 notes · View notes
azurazie · 30 days
Text
Perempuan Selalu Benar
"Putri, coba berdiri sebentar deh."
"Kenapa tiba-tiba begitu?"
"Sekadar memastikan pakaianmu menutup sempurna sampai bawah. Ooh... oke.. cukup... sudah."
"Iya dong pastinya. Tinggal pakai kaos kaki aja. Tiap bepergian juga kan selalu begini."
"Perfecto. Nggak, suamimu hanya ingin selalu memastikan aurat istrinya selalu terjaga sempurna. Kalau nggak begitu nanti suamimu ini yang ditampar bolak-balik sama malaikat. Kan, horor."
"Karena perempuan selalu benar, berlaku juga sampai akhirat ya? Hehe.."
"Maksudmu?"
"Iya, ketika anak gadis keluar rumah nggak menutup aurat, nanti ayahnya yang ditanya-tanya dan diminta pertanggungjawabannya. Kenapa membiarkan anak gadisnya melenggang dengan pakaian seadanya. Kalau sudah menikah, tampuk kepemimpinan beralih ke suaminya."
"Nah, benar tuh. Perempuan memang selalu benar dunia akhirat ya. Hehe... Bisa menuntut nanti, kenapa ayah dan suaminya nggak membimbingnya ya, kenapa nggak ditegur dan diperhatikan perempuan-perempuan di sekitar keluarganya."
"Tenang saja, sebelum suamiku memastikan. Aku selalu menjaganya kok. Kan satu shaf di belakangmu ingin berlaku sampai akhirat juga."
"Masya Allah, istri solehahnya aa."
"Aamiin ya Allah."
Perempuan Selalu Benar - Azurazie_ & Sekitar_Putri
@quotezie
46 notes · View notes
azurazie · 1 month
Text
*Kisah Ramadhan malam ke-18*
Minggu ini bisa dibilang yang paling sering menerima pertanyaan yang sama, dari orang-orang yang berbeda. Tentang keberadaan bapak yang memang 'dayanya' sedang turun sehingga tidak memungkinkan untuk berjamaah 5 waktu seperti biasanya.
"Pak Haji ke mana?"
"Pak Haji ga ke masjid?"
"Pak Haji ga kelihatan, biasanya udah ada."
Bahkan ada yang tiba-tiba menghampiri sembari membawa sepiring berisi empat buras, kemudian bertanya. "Pak Haji ga ke masjid lagi? Padahal udah disiapin buat bukaannya."
Masya Allah, terharu rasanya. Karena apa? Benar adanya, sejarah itu berulang. Keteladanan itu dekat di depan mata. Tetiba teringat kisah sahabat-sahabat Nabi yang soleh, yang saling menanyakan ke mana si fulan, ke mana si fulan. Perhatian kepada saudara seimannya. Ketika tidak didapati berada dalam barisan shalat berjamaah di Masjid bersama Rasulullah.
Indah rasanya apabila keberadaan kita dirindukan karena kebiasaan baiknya. Di tempat dan keadaan yang memang baik dipandangan Allah maupun dipandangan sesama manusia.
Maka, bagi kita semua yang memiliki cita-cita ingin sekali dirindukan oleh syurga, setidaknya saat masih berada di dunia, saat masih hidup, minimal menjadi orang yang dirindukan oleh (jamaah) masjid. Oleh saudara-saudara seimannya. Dengan rajin shalat berjamaah di kala sedang gagah-gagahnya, pun di kala sedang payahnya.
@azurazie
9 notes · View notes
azurazie · 1 month
Text
Doa malam Nuzulul Qur'an
Bismillah, ya Rabb dengan kemulian malam ini, pada bulan Ramadhan tahun ini. Semoga Engkau berkenan menghimpun setiap kebaikan-kebaikan dari huruf-huruf hijaiah yang sudah kami eja, sejak usia dini ketika belajar mengeja alif-ba-ta hingga ya. Hingga malam ini dan sampai akhir hayat, pada Al-Qur'an yang akan kami baca. Hendaknya Engkau berkenan menghimpun kebaikan itu, menjadi mahkota kemuliaan yang ingin kami anugerahkan kepada orangtua kami, kepada guru-guru kami, yang telah berjasa mengajarkan cara mengeja kalam-Mu dengan benar, membaca Firman-Mu dengan tartil. Dengan kebarokahan ilmunya. Kami berharap semoga mahkota kemuliaan itu, menjadi keberkahaan dari-Mu yang tidak akan terputus, pada masa hidup mereka di dunia sampai pada masa hidup di akhiratnya. Aamiin. Alfaatihah.
@azurazie
8 notes · View notes
azurazie · 1 month
Text
(11)
Ya, sobat.
Perlu diingat.
Sebagai seorang muslim harus punya keyakinan penuh. Bahwa tiada satupun perintah Allah yang kita tidak akan sanggup untuk menjalaninya. Pun, sebaliknya. Tak ada satupun larangan-Nya pula yang tidak bisa untuk kita tinggalkan. Dan semua itu tergantung kemauan.
Maka dari itu, sobat. Sebenarnya puasa itu bukan sekadar ketangguhan diri untuk orang yang sehat wal afiat. Tapi, dipengaruhi juga dengan ketangguhan niat.
Maka, tak heran, banyak yang sebenarnya kuat secara fisik. Tapi, lebih memilih menjadi golongan orang yang fasik.
Golongan yang tahu bahwa meninggalkan puasa tanpa udzur yang sar'i adalah dosa. Tapi, tetap cuek seolah Allah tidak mengawasi perilakunya.
Padahal, sobat.
Berapa banyak yang Allah uji dengan kesehatan, yang tidak juga membaik. Sedangkan hatinya bersedih, ingin sekali ikut berpuasa. Ingin juga menjadikan Ramadhan tahun ini yang terbaik.
Seandainya sobat, aku boleh berdoa kepada Allah untuk menukar kesempatan itu. Menukar jatah sehat orang-orang yang kuat fisik tapi memilih tidak berpuasa. Dan berikan kepada orang-orang yang kesehariannya kepayahan dalam sakitnya. Tetapi mereka rindu untuk berpuasa.
Seandainya boleh berdoa demikian. Seandainya...
Tapi tidak, sobat.
Rasanya ke-ikhlasan menerima takdir dari hati orang-orang yang diuji sakit itu lebih berharga. Daripada doa dari hamba yang masih saja beranggapan dirinya lebih baik dari orang lain. Dari hamba yang masih menyimpan sebesar dzarah kesombongan dalam hatinya.
Astaghfirullah...
@azurazie
11 notes · View notes
azurazie · 1 month
Text
BAPER
Kelak, kamu akan merindukan yang dulunya pernah begitu dekat. Yang setiap harinya membersamaimu. Yang kedatangannya ditunggu-tunggu dengan degub hati yang gembira membuncah rindu. Dan kamu akan merasakan kehilangan itu. Quality time sejak membuka mata hingga memejamkannya lagi di waktu malam.
Saat ia benar-benar hilang. Saat ia benar-benar pergi.
Kamu akan merasakan itu. Sebab, mulai menyadari tanpa kehadirannya, ada sesuatu yang terasa kurang. Tanpa adanya, ada hal berharga yang terasa hilang. Dan kamu mulai menyesalinya, kenapa selagi dekat tidak benar-benar menjaganya. Selagi ada tidak sigap untuk senantiasa menggembirakannya. Dan mulai bertanya-tanya, sebenarnya sudah melalukan apa saja selama ini? Apa yang sudah benar-benar diupayakan?
Duh Gusti, perkara ini tidak pernah terasa sederhana. Kehilangan yang berawal dari ketidakseriusan untuk menjaganya. Padahal dulu ketika menunggu kehadirannya sampai gemas dan semenggerutu itu. Kapan ia datang, kapan ia sampai. Adakah kesempatan itu. Adakah kabar gembira itu. Adakah waktu untuk menemuinya lagi?
Kini semua sudah terlanjur berubah. Terlanjur berbeda. Air mata kehilagan seperti apa yang bisa menebus semua kesalahan itu?
Hmm… iman kita apa sampai sebaper itu ya ketika yang pergi itu adalah Ramadhan. Jangan-jangan biasa-biasa saja. ——————-
Tulisan di atas saya tulis pada tanggal 08 juni 2018, sudah mau satu Tahun. Saat itu ditulis ketika hati berat melepaskan Ramadhan, pada malam ke 23. Sya’ban sudah menuju pertengahan, yuuk persiapkan Ramadhan Tahun ini dengan lebih maksimal. Untuk menjadi lebih baik lagi dari tahun ke tahun. Semoga umur, rezeki, kesehatan sampai pada bulan Agung Ramadhan Tahun ini. Aamiin @quotezie​
233 notes · View notes