Tumgik
artnomaly · 4 years
Text
“There is love in holding and there is love in letting go.”
— Elizabeth Berg
2K notes · View notes
artnomaly · 4 years
Text
Dragon, Mei sudah habis, sekarang Juni, tapi tenang saja, lingkaran cemerlang itu kujaga tanpa waktu.
2 notes · View notes
artnomaly · 4 years
Text
Adalah pagi yang diguyur deras oleh pertemuan yang coba diungkap langit pada bumi lewat air, bayangan hitam menepi pada sudut ruang, mencari teduh yang seadanya, sampai ditodongkan klise depan pagar, mencetak senyum dalam langit yang abu, roda berputar pada gerimis yang reda, belokan menjadi jawaban bahwa ruang berangin monoton lebih diinginkan, ketimbang potret lalu lalang, dan merebah untuk dengan air yang diurai dari kelopak bunga, cerita tentang rindu yang telah tiada, kemudian dekapan, dengan sambut erat melingkar, menyentuhkan daun pada ranting-ranting pohon, hingga bibir menautkan sebuah pesan, yang akan terus digulirkan, lagi dan lagi, hingga daya sampai pada dua titik asa yang kemudian turun pada bekas luka, sisa pertaruhan yang telah dimenangkan, maka kecupan sederhana dilantunkan, bahwa tak ada retak lagi yang boleh menggertak, biar balok kokoh ini yang menjaganya, dan semua akan kembali pada binar itu, hal paling indah yang pernah dicipta, bola cemerlang dengan benang tipis berderetan, yang selalu menjadi kerinduan untuk tiap kecup pada semua detak waktu yang bergulir, tatapan lekat memekat, menerbitkan warna paling terang dari lingkaran bernada gelap, lengkungan pelangi hadir memecah sunyi, suka bisa hadir, karena mimpi, hanya karena punya mimpi, dan jaga itu dengan janji pada kelingking yang tertaut untuk tidak pernah berhenti, roda telah menggulir ke perhentian ini, di mana waktu mampu berlari cepat dan memelan tak karuan, dan tahuilah bahwa dengan tipisnya mata memejam, mimpi itu telah bertambah satu, dan akan mewujud dalam hujan dan kemarau yang dirangkum dalam buku yang mungkin tak akan pernah usai.
Pratamasyah Alam
Yogyakarta, tengah malam antara 28-29 Mei.
1 note · View note
artnomaly · 4 years
Text
Lalu semua adalah hal yang saling terka, entahlah, tapi apa yang bisa lebih menenangkan dari pada raya yang menjadi sunyi, matahari pada ubun-ubun yang menyisakan cengkrama pada dua empat, menuju studio kecil di mana nyanyian terlantun tanpa suara, dan senyum kecil diiringi tawa sederhana, lalu tepukan dalam tiga hitungan, saat empatnya menjadi kebebasan, ketika dekap adalah perlawanan terakhir dari sebuah ketakutan, untuk sebuah keyakinan yang masih tersamarkan, dan hanya butuh dua balutan malam berselang, untuk pagi yang mengantarkan lanskap analog kamera pada hujan tipis, yang menjadikan rambu merah sebagai patokan atas keputusan sederhana untuk kembali ke papan catur itu, dengan nasi putih hangat sembari menatap samping kiri, lalu bergelayutan seperti anak kecil, merengek dan memejam separuh lelap, memegangi bekas luka itu, mengelusnya dengan apa yang dikatakan rindu, memandangi kebeningan dalam bulatan hitam cemerlang yang tersapu bayang, mengecupkan hal seadanya yang tak butuh sempurna, hanya penjagaan sederhana, lewat lirih do’a-do’a, rapalan cerita, dan segala keakuan yang tak istimewa, semua menjadi awalan, dan lalu bangkit ketika gelap menyapa, merapatkannya pada kain silang palang, melepas kaca, dan menitipkan sentuhan tipis pada lapis senyum paling manis, dengan dekapan yang mengantar pulang pada sisa gerimis.
Pratamasyah Alam
Yogyakarta, hari-hari akhir Mei ini
0 notes
artnomaly · 4 years
Text
Tak ada takbiran di rumah malam ini
0 notes
artnomaly · 4 years
Text
malam terserah kau saja
0 notes
artnomaly · 4 years
Text
“And take care of yourself, and be happy, but don’t forget how big the world is.”
— Martha Gellhorn
919 notes · View notes
artnomaly · 4 years
Text
Dan ini sahur pertama kan, maka inilah haru yang sebenarnya, di sini di ruangan kecil ini, sendirian, tak ada masakan ibu, tak membangunkan nenek dan adikku yang sangat sulit membuka mata, lalu dengan mata separuh akan berjalan sempoyongan dan duduk di karpet yang di tengahnya telah terhidang sajian hangat dari ibu.
Pandemi ini benar sialan, aku ingin memaki, atau sebenarnya telah dan terus memaki dalam hati. Ada perasaan sesak yang deras, aku hanya akan duduk sendiri dengan piring kecil, nasi sisa semalam, dan capcay serta tahu yang diberikan kawanku kemarin, agar sahur pertamaku lebih berkualitas dari sekedar mie instan.
Biasanya pada setiap sahur pertama setiap hendak makan, aku sekeluarga akan lebih dahulu mendoakan orang tercinta yang telah tiada, dan berdoa agar kami bisa melewati bulan puasa dengan baik, dan bisa berkumpul lagi dengan utuh di puasa selanjutnya.
Tapi tidak kali ini, maksudku kami akan tetap berdoa, tapi aku tidak bisa di rumah, semoga semua lekas berlalu dan kembali baik, karena puasa ini terlalu rindu dan haru.
Karangmalang, 24 April 2020
Pada puasa pertama tahun ini.
4 notes · View notes
artnomaly · 4 years
Text
You think you have to want, more than you need, until you have it all you won't be free, vedder said.
0 notes
artnomaly · 4 years
Text
Dan aku sedang di rooftop, atau dalam bahasa biasanya adalah tempat jemuran di sebuah tempat kost yang sudah sekitar tiga tahun aku mengisinya, lalu mendengarkan musik yang tidak laku di pasaran, langit malam ini adalah lengang tak berawan tak berbintang, bulan pun sedang entah ke mana, apa mungkin serigala telah berhasil membersamainya? Ah tentu itu tidak mungkin. Sejujurnya aku membawa sebuah buku di sini, untuk di baca di atas kursi kayu yang biasa di pakai ibu kost untuk menjemur makanan semacam kerupuk atau rengginang mungkin, dan buku ini menjadi tak berguna karena di sini sangat gelap, tak ada lampu atau cahaya apapun sama sekali, aku bisa saja menyalakan lampu dari ponsel ini, tapi tetap saja aku tidak akan nyaman membacanya.
Maka aku menulis di sini saja, cukup jarang aku berkata pada jam-jam seperti ini, pukul sembilan malam pun masih kurang, aku sedang butuh banyak udara setelah lebih dari empat puluh delapan jam diam di kamarku yang nyaris tanpa lubang cahaya juga, karena aku menutupinya dengan kalender bekas entah tahun berapa. Aku sedang patah hati menyadari aku belum atau bahkan mungkin tidak bisa pulang ke rumah dalam waktu dekat ini, padahal sebentar lagi bulan dan hari raya kan? Aku ingin mendengar ibu memasak jam dua pagi untuk makan sahur, aku ingin membangunkan adikku pada dini hari yang kalau tidur seperti tak kenal bangun, aku ingin mendengar cerita nenenku menjelang buka puasa, ah sialan wabah ini, membuatku tak bisa berkumpul dengan orang rumah. Maka malam ini adalah cara yang tepat untuk menyumpah serapah dengan keadaan, karena langit sedang gelap dan sunyi, hanya ada suara jangkrik yang saling berderik, bersama simponi yang diputar dari ponsel kecilku.
Maka selamat malam ini, dan semoga semunya menjadi lebih baik.
Karangmalang, 21 April 2020
0 notes
artnomaly · 4 years
Text
Nyaris Pagi
Dan sudah lama aku tak bicara sendiri di sini, di halaman virtual yang aku sangat berterima kasih pada orang yang membuatnya, aku ingat sekitar dua tiga tahun lalu ruang ini diblokir oleh mereka yang mengaku berkuasa, alasannya sederhana, karena banyak hal tanpa busana katanya, tapi ya itu tetap saja kebodohan bagiku yang melihatnya.
Ini adalah pukul 3.18 ketika aku mulai menulisnya, dalam dini hari yang dingin, meskipun tetap saja ada rasa gerah, di samping tentu saja ada monitor yang memang nyaris tak pernah berhenti menggerakan visualnya, kipas angin yang berputar monoton untuk membuat sirkulasi udara lebih terasa, dupa yang dibakar nyaris habis setengahnya, sisanya adalah aku dan ruangan yang disewa murah lalu aku mengisinya dengan hal-hal yang biasa saja.
Kasur tipis, entah sebenarnya cukup bijak untuk disebut kasur atau tidak, galon air, yang selalu membuatku kontradiksi antara harus menghematnya atau harus menghabisi secepat-cepatnya, buku bertumpuk yang mungkin lebih sederet roti tawar yang baru masuk supermarket, sepasang gitar yang tak pernah berhasil kukuasai, seolah mereka tak pernah mau jinak untuk membuat aku sedikit saja terampil memainkan senar-senarnya, oh tak lupa kamarku di isi beberapa poster, dan juga hiasan figure dari anime yang memang kusukai.
Kamar ini adalah segala hal yang aku bersamanya tiga tahun ini, di sebuah tempat yang katanya paling romantis, kita biasa menyebutnya Jogja, meskipun aku tak tepat tinggal di ubun-ubunnya, cenderung sedikit lebih ke utara. Dan sebulan ini aku sangat rajin diam di kamar ini, tentu saja efek dari pandemi ini, tak ada work from home, karena aku memang tidak di rumah, ini hanya sebuah kamar kost yang hening, karena tetangga kamar sudah tidak ada, maksudku mereka sudah pulang ke rumahnya masing-masing, menikmati masakan ibu mereka, ah aku rindu masakan ibuku, sungguh, terutama sambalnya sudah pasti.
Tapi sejujurnya bukan berarti aku tak menemukan makanan enak di sini, tetap ada sambal yang bisa kunikmati, jadi aku tak terlalu cemas, kopi juga nyaris tak pernah kurang, aku tidak pernah keberatan dengan kopi yang disobek, apa salahnya? kita semua mengawalinya dengan itu kan?! aku benar-benar tak keberatan makan sesuatu yang itu-itu saja, karena toh aku memang tidak makan hewani, jadi kebosanan tentang makanan adalah sesuatu yang fasenya sudah kualami mungkin sepuluh tahun lalu.
Dan saban malam aku tak tidur, hanya menghirupi udara malam hingga pagi dengan pikiran yang berisi picisan yang entah apa saja, akhirnya setiap waktu adalah sebuah kegelisahan tentang sesuatu yang tak kunjung usai, mungkin karena aku tak juga memulainya, aku hanya bersemoga semuanya tidak terlambat, tepat waktu adalah hal yang selalu aku usahakan, meskipun tentu selalu ada hal umum yang juga aku setujui tentang lebih cepat itu lebih baik, tapi hal baiknya adalah tetap saja seperti kata Gie kita akan tiba pada suatu hari yang biasa dan suatu ketika yang telah lama kita ketahui kan?
Maka selamat saat ini, saat kita masih diberi kesempatan memasukan udara semuanya, semoga kita bisa selalu menemukan kedamaian dan segala kebaikan. 
Karangmalang, 16 April 2020
1 note · View note
artnomaly · 4 years
Text
Oh ini sudah pagi, dan seperti biasa belum tidur, tapi tak apa lagipun tak ada bedanya, tapi bagaimanapun ini adalah hari jumat, baiknya aku berdoa sepagi ini, untuk bisa tidur, dan semua baik-baik saja, semoga, merdeka.
0 notes
artnomaly · 4 years
Text
Ini kereta menuju Jogja seperti biasa, lebih kurang dua jam berikutnya akan sampai di stasiun dekat jalan layang itu, lalu kemudian menuju ke kamar berukuran kecil, dengan segala hal di dalamnya, ini sore jam lima, hampir, masih kurang tujuh menit lagi sepertinya, mari kita tak terlalu sering menggenapkan sesuatu, ganjilpun sering kali menyenangkan, meski lebih sering mengejutkan.
0 notes
artnomaly · 4 years
Text
Rabu ini terbuat dari rumah dan teh dingin dari gelas semalam, langit sedang bagus-bagusnya di sini, cikuray menjulang nampak sempurna dari balkon rumah, nenek yang bersantai dengan sarapannya, adik yang terburu-buru bersiap kuliah, dan ibu yang pulang dengan belanjaan dari pasar adalah hal sederhana yang istimewa, terimakasih ini menyenangkan dan menenangkan.
1 note · View note
artnomaly · 4 years
Text
Dan ini tengah malam, di kamar yang pikuk ini, dengan dupa yang mengepul, kipas yang menderu, cahaya temaram, dan ikan dalam balok kaca yang juga kecil, di sini sendiri adalah menenangkan, sekalipun pikiran tetap saja diselimuti kekhawatiran, tapi semua juga begitu kurasa, punya ketakutan kekhawatiran masing-masing, seperti ibu di perempatan jalan itu juga.
Tengah malam selalu diliputi langit hitam yang luas, tapi pada gelap itu dada menyesak lebih dalam, dan yang paling menyiksa adalah aku takut sesiapa bergantung padaku, dalam sebentuk harapan, impian atau hal sekecil apapun, nyatanya aku ingin bebanku sedikit tercabut, karena kepalaku sedang sakit, sesederhana tak perlu mengkhawatirkan orang lain, sesederhana tak ada yang berharap aku melakukan ini itu, biarkan sejenak aku larut dalam kesunyian.
Tapi mungkin memang tak bisa, ada orang lain yang akan selalu melingkar, aku tahu aku tak sampai membahagiakan mereka, malah selalu menyakiti sepertinya, maka do’aku sederhana, semoga mereka selalu dalam bahagia, tanpa harus aku menjadi alasannya.
Dan biarkan aku sedikit merebah, tanpa asa, tanpa rasa, tanpa apa-apa. Sebentar saja.
Karangmalang, tujuhbelas dua dua puluh, tengah malam lebih tiga puluh satu menit.
0 notes
artnomaly · 4 years
Text
Oh ini dini hari, syukurlah tidak gerah, mungkin karena tubuhku yang sedang payah, jadi semua lebih dingin terasa, aku sering sendiri di kamar, larut dalam hal-hal sederhana, yang mungkin tak ada artinya, tak ada maknanya, tapi mungkin tak semuanya memang butuh makna, kadang hanya butuh berjalan seadanya, dan sepertinya aku sedang sangat seadanya, tak ada hal-hal besar yang terjadi, tak banyak lingkungan yang melingkar, hanya setumpuk kekhawatiran untuk sesuatu yang entah apa, maka semoga semua baik-baik saja, selalu semakin baik, saja.
Karangmalang, tengah Februari 2020 ini.
0 notes
artnomaly · 4 years
Text
Ravenclaw: I'm very productive when I want to be.
Gryffindor: How come you didn't get anything done yesterday?
Ravenclaw: I didn't want to.
1K notes · View notes