Tumgik
annargiya-blog · 7 years
Text
Here is a list of Duas my Mother just forwarded to me. Insha'Allah it will be of benefit to you guys.
-
1. Ya Allah grant me Ultimate Success - safety from the Fire and entry into Jannatul Firdous.
2. Ya Allah make me and my family of those companions of the Right. Who receive the book of deeds in our right hands.
3. Ya Allah, Grant me a blessed death. Let me utter the shahada before I die. Grant me the intercession of Prophet Mohammed (pbuh).
4. Ya Allah grant me the companionship of Prophet Mohammed (pbuh), his family and the Sahaba’s in Jannatul Firdous.
5. Ya Allah save my non-Muslim friends from the Fire. Guide them to Islam.
6. Ya Allah, reunite me in Jannathul Firdous with those whom I love for Your sake alone.
7. Ya Rabb, perfect my Deen and my Worship.
8. Ya Allah accept my good deeds and increase me in reward and Your Mercy. Wipe away my sins and pardon me completely. Shower your Mercy upon me and save me from disgrace on the Day of Reckoning.
9. Ya Allah, when I die, let my soul and my record of Deeds be with the Illiyeen.
10. Ya Allah grant me, my parents, family and children guidance, steadfastness and increased Imaan.
11. Ya Allah, make me of the few You love, You Pardon and You shade on a Day when there is no shade but from Your Majestic Arsh (Throne).
12. Oh my Lord, increase me in Yakeen and Tawakkul in you. Let there be no doubt in my belief in Your Oneness, Your Majesty and Power.
13. Ya Allah increase me in my love for You and Your Prophet Mohammed (pbuh).
14. Ya Allah forgive me and increase me in Your Blessings and Provisions.
15. Ya Allah lead me to more opportunities to do good and seeking Your Pleasure.
16. Ya Rabb, Purify my intentions for Your Sake alone and let me not show off or take false pride. Save me from arrogance, pride, showing off and reminding of favors.
17. Oh my Creator and Sustainer, do not leave me alone. Bless me with a righteous spouse and children who will be the coolness of my eyes.
18. Oh my Lord, make me of those who are patient and obedient to You and my parents.
19. Save me from the Fitnah of Dajjal.
20. Save me from the punishment of the grave and the punishment of the Hell Fire.
21. Ya Allah, increase me in Sadakatul Jariya work.
22. Ya Allah, bless me with good health, so I can make sajdah with ease till my dying day.
23. Ya Allah, protect me and the Muslim Ummah against wicked oppressors. Save us from Fitnah and give us ease in our times of trial.
24. My Lord, bless me with the best in this world, the best in the Hereafter and save me from the fire. I am indeed in need of the good You have in store for me.
25. Ya Allah increase me in gratitude towards You alone.
26. Oh my Rabb, save me from hypocrisy.
27. Ya Allah, let me and my spouse be among the pilgrims to perform Hajj in the near future.
28. Ya Allah protect me against Evil Jinns and Spirits. Safeguard me from their evil incitements and plots.
29. Ya Allah forgive and have Mercy upon my parents, as they looked after me when I was young.
30. Ya Allah, I pray and beg of you for the guidance of the Muslim Youth and Ummah. Save us all from Kufr, Despair, Misdeeds and Shirk.
31. Ya Allah grant me the strength to battle laziness and sleep, so I may wake up for #Tahajjud and #Fajr everyday.
Ameen ya Rabb
Please do share to maximize your reward and benefit!
6K notes · View notes
annargiya-blog · 7 years
Quote
Rindu, guh.
2 notes · View notes
annargiya-blog · 7 years
Text
Arti "pulang" dan "rumah"
Banyak arti dari kata "pulang" dan "rumah" sama-sama tempat k e m b a l i. Salah dua diantaranya kembali ke Sang Pencipta dan kembali ke seseorang yang membuat nyaman. Tentang kembali ke Sang Pencipta, aku pun belum merasakannya. Namun, jika merasakan nyaris ditinggal "kembali" kepada-Nya, aku pernah merasakannya. Perasaan yang sangat tidak mengenakkan, kesedihan yang membuat lubang yang teramat sesak. Entah perasaan seperti apa itu, bahkan aku belum pernah merasakan sebelumnya. Ketika tak jadi kembali pulang kepada-Nya rasa syukur itu sangat besar. Selama belum ditingggal kembali kepada-Nya oleh orang-orang yang kita cinta dan kita sayangi, optimalkan waktu bersama dengan sebaik mungkin, hingga ketika benar-benar ditinggal untuk kembali, tidak ada rasa penyesalan. Tentang kembali ke seseorang yang membuat nyaman, aku baru merasakan "pulang" dan "rumah" dengan bertemu ibu, bapak dan adik dan sahabat dekatku. Dimana aku bisa berbagi cerita tanpa ada satu pun yang aku sembunyikan. Namun, tentang "pulang" dan "rumah" ke seseorang untuk menua bersama aku belum (pernah) merasakannya. Dan aku pun ingin segera merasakan "pulang" dan "rumah" ke seseorang yang akan menua bersamaku. Untuk saat ini yang selalu aku ceritakan ketika sedang bercengkrama dengan-Nya "aku ingin segera bertemu dan hidup menua bersamamu, aku ingin selalu pulang ke rumahmu" dan kita pun saling merasakan itu. Rumahku itu kamu, rumahmu itu aku. Pulangku itu kamu, pulangmu itu aku. Baru-baru ini aku mendengarkan sebuah lagu Kunto Aji - Mercusuar. Lagunya sederhana namun dalam. "Dari yang sudah-sudah, cinta hanya bualan ..." "Jangkar sudah terjatuh, aku sudah benar-benar luluh ..." "Aku merasa sedang pulang ... " "Dari yang sudah-sudah, hanya kaulah arti rumah" Kelak kita saling merasakan arti "pulang" dan "rumah". Aku dan kamu. Hey, untuk kamu yang sekarang entah dimana, siapa namamu, bagaimana dirimu, bagaimana rupamu. Aku pun tak tahu. Tapi tolong, jaga dirimu baik-baik, sampai nanti sampai kita bertemu (kembali).
1 note · View note
annargiya-blog · 7 years
Text
Jaman sekarang, dilihat, dipandang, dinilai dari tampilan fisik (?)
Jaman sekarang banyak wanita dan pria yang (sudah) memakai pakaian syar'i. Beberapa dari mereka entah dari hati atau karena trend semata. Hanya hati kecil dan Allah yang tahu. Hanya untuk endorse (yang akhirnya menjadi tabarruj) atau malah mengundang orang-orang (lawan jenis untuk melihatnya, “masyaAllah ukhti cantik” “masyaAllah, akhwat sholeh …”. Seperti tak ingin dilihat, tapi ingin dilihat. Sekalinya di-bio ada info “khusus wanita” atau “khusus pria” tapi tetep aja ngepost foto selfie, fullbody, fullface (-dengan caption bijak), tetep aja akan bakal muncul diexplore. Apalagi banyak yang ngelove dan ngerepost.
Disini sama-sama belajar, buat memahami kenapa kita dilarang buat “mengundang” lawan jenis untuk “melihat” kita. Karena banyak hal bisa terjadi. Tak perlu dijelaskan, karena sudah pasti tahu jawabannya. Misal: kita upload foto, banyak yang ngelove dan ngerepost dan kita pengen tuh fotonya dihapus, sedangkan foto kita udah nyebar tuh kemana-mana. Bakal susah buat ngehapus. Dan endingnya bisa dimanfaatkan dalam hal yang tidak baik (menipu contohnya). Sudah banyak kan kejadian seperti itu ?
Apakah saat ini seseorang “hanya” dipandang dari fisik atau penampilan luar ? Gue rasa, tidak sedikit seperti itu. Contoh: “ditinggal” gara-gara jilbab lo kurang lebar (fakta, gue ngalamin sendiri), dikatain kurang syar'i gara-gara (masih) pakai celana dan kerudung asal sampirin, ngga dipercaya jadi imam sholat gara-gara celananya masih dibawah mata kaki dan ngga berjenggot. Kenapa gue berani nulis kaya gini, karena itu kejadian di hidup gue. Temen sekamar gue waktu di asrama dulu (masih) pakai jens, kerudung asal sampirin, kemeja digulung. Tapi dia rajin sholat (wajib atau sunnah), puasa sunnah senin kamis, ngaji. Nah, ada juga nih temen gue yang (mungkin) dilihat dari luar udah top banget nih, tapi nyatanya sholat subuh aja susah buat dibangunin, malah kadang telat. Garis bawah -ngga semuanya kaya gitu kok-. Tapi tolong janganlah lihat ke-sholeh dan ke-sholehan seseorang hanya dari luarnya aja.
Gue pun pernah ngalami kejadian yang ngga ngenakin. Ok, buat saat ini gue jarang bgt ngepost wajah gue di instagram. Kalau di igstory masih sering. Dan gue bener-bener ngejaga follower dan following gue yang bener gue kenal face to face, ya meskipun ada beberapa akun (yang gue jadiin inspirasi). Tiba-tiba aja ada seorang laki-laki yang nge-dm gue, tanpa basa-basi dia nanya : Him : SEKARANG KAMU PAKAI CADAR YA ? Me : (Whatthe….!!!) Ngga Him : KOK NGGA ADA FOTO KAMU ? Me : Harus banget ya upload foto diri sendiri ? Him : Ya engga. Me : Lain kali jangan nanya hal kaya gitu ke orang, itu privasi. Him : Iya, maaf. Akhirnya gue kepo-in nih akun ternyata salah satu yang gue anggep “alim”. Gila, bisa-bisanya orang kaya gini langsung to the point nanya hal kaya gitu ke orang yang belum kenal akrab. Ketawa aja sih, shock. Secara masalah cadar dan pakaian syar'i menurut gue pribadi itu sangat sensitif. Sopan santun dalam bersosialisasi pun sangat dibutuhkan. Kalau lo ngerasa belum kenal akrab sama orang jangan asal japlak nanya ! Lo ngga tau kan kalau orang tersebut bakal sakit hati, atau mikir apaan sih nih orang ngga sopan banget … terus kalau gue cadaran lo mau ngapain ? Ngajak gue taarufan ? Aelaaah, berarti lo liat manusia dari fisiknya doang dong ?!
Di jaman sekarang udah banyak orang yang terlihat baik nyatanya tidak, dan orang yang terlihat tidak baik nyatanya baik. Sama-sama belajar menjadi orang yang terlihat baik dan kenyataannya baik (juga dong!). Karena masalah keimanan dan ketaqwaan seseorang cuma Allah yang tahu. Allah aja ngejaga aib hamba-Nya, masa hamba-Nya saling ngebuka aib sesama ?
Buat yang sudah berpakaian syar'i gue sangat respect. Gue berharap semoga tetep istiqomah, dan semoga gue bisa menyusul berpakaian syar'i. (Tanpa memandang fisik seseorang untuk melihat ke-sholeh dan ke-sholehan seseorang).
Intinya, janganlah lihat orang dari penampilan fisik, banyak sisi lain yang harus dilihat (juga).
Selamat malam
0 notes
annargiya-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Kau baik. Kau mengajarkanku bahagia. Kau mengajarkanku kesabaran. Kau mengajarkanku kedewasaan
Tapi kau jahat, Karena tidak mengajariku bagaimana caranya tegar di hadapan kepergianmu.
1K notes · View notes
annargiya-blog · 7 years
Text
Lingkungan itu Berpengaruh (?)
Heloo, selemat berlibur teman-teman. Oke, hari ini gue mau sedikit cerita tentang pengaruh suatu lingkungan terhadap output manusia yang dihasilkan. Dari TK sampai SMA gue sekolah di kota yang sama. Dan gue sekolah di (bukan sekolah favorit). Banyak faktor kenapa gue ngga bisa masuk ke sekolah favorit, salah dua diantaranya dari diri gue sendiri dan sistem itu sendiri. Singkat cerita waktu gue daftar ke salah satu SMA favorit di kota gue tinggal, ada beberapa test; nilai rapot, test tulis dan nilai ujian nasional. Nilai rapot gue cukup bagus. Waktu test pun tiba, malam hari pun gue belajar. Hari eksekusi pun tiba, gue yakin nih meskipun ngga masuk range atas, gue yakin pasti gue tetep masuk range batas siswa yang diterima. Nah pas hari H, gue cukup dibuat kaget sama kejadian yang ada di dalam ruangan itu. Dan mayoritas satu ruangan isinya dari salah satu SMP favorit dan di ruangan itu yang dari SMP gue, cuma gue sama 2 temen gue yang lainya kesebar entah di ruangan mana. Dan "mayoritas" ini melakukan hal yang seharusnya ngga dilakukan; pakai ponsel dan kerjasama (nyebarin satu kertas kecil yang disebar ke temen-temen "satu sekolah yang bersangkutan"). Dan itu ngebuat gue down. Hari pengumuman pun tiba. Dan bener gue ada di range 10 bawah (misal yang diterima 200 siswa dan gue ada di range 210). Dan temen satu SMP gue pun ada yang masuk range tengah dan lebih bawah dari gue. Dan itu yang daftar cukup banyak, sepertinya lebih dari 500 siswa. Besoknya ada info kalau "jika ada yang ngundurin diri rangenya bisa naik" bener aja H-1 range gue naik. Tapi gue telat daftar dan udah ngga mood sama itu sekolah. Akhirnya pun gue sekolah di SMA yang cukup favorit. Selama gue sekolah SMA, gue bukan tipe anak yang gaul atau pun terlalu kuper. Lebih dominan kuper sih. Di kelas pun gue biasa aja, ngerasa bodoh dan daya saingnya pun kurang. Mayoritas lebih mengutamakan "fashion, nongkrong, dan lainnya" sedangkan gue ngga bisa. Pertama, karena gue bukan tipe anak yang suka fashion dan nongkrong dan kedua, orang tua gue sangat amat memfilter apa yang boleh dan tidak boleh; pakai ponsel canggih (dulu jamannya blackberry) gue cuma pakai ponsel nokia dan setiap ada acara main kemana gitu, pasti ngga diizinin. Entah gara-gara lingkungan atau apa, gue pun males buat belajar. Meskipun ortu gue ngebimbelin gue di salah satu tempat bimbel yang terkenal, tetep aja gue males buat belajar. Singkat cerita akhirnya gue kuliah disalah satu kota. Awal semester pun gue harus adaptasi dengan lingkungan belajar yang ada, susah. Sangat susah. Karena gue ngga tau apapun tentang materi yang akan dipelajari; biologi, kimia dan matematika. Asli gue buta akan itu semua. Mau ngga mau gue belajar sendiri setiap pulang dari kampus buat ngulang materi. IPK semester 1 pun keluar dan hasilnya jauh dari temen-temen gue. Cukup sedih karena gue beda sendiri. Bisa dibilang rendah di kelas. Akhirnya waktu semester 2 gue terus belajar serius dan adaptasi dengan sistem yang ada, tentang lingkungan pergaulan disini beda jauh dengan pergaulan gue SMA dulu. Alhamdulillah, ternyata gue ngga bodoh-bodoh kaya jaman gue SMA dulu. IPK di semester selanjutnya pun naik sampai gue sendiri kanget, meski adakalanya turun itu wajar. Kebukti juga, alhamdulillah gue kepilih jadi asisten dosen selama empat semester, tugas akhir lancar dengan beberapa kegiatan lainnya. Karena secara ngga langsung gue kuliah di dua tempat di kampus dan di asrama gue tinggal. Pas gue balik ke rumah, gue buka lemari buku jaman gue SMA dulu "Gilaaa coy, kemarin gue SMA gue ngapain aja ? Stupid lo !" Gue pun sadar ternyata dulu gue ngga baik alias gue terlalu terbawa suasana yang ngga ada daya saing dalam belajar yang hanya memikirkan penampilan luar, gimana orang dilihat dari apa yang dipake (merk baju apa yang lo pake, tas lo merk apa, ponsel lo, sepatu lo kerudung lo) bukan tentang apa yang ada di otak lo. Sampai saat ini gue ngerasa bersyukur dan beruntung, karena Allah lewat orang tua gue yang maksa gue buat kuliah di kota itu banyak pikiran gue yang kebuka. Bener yaa ... carilah lingkungan yang baik untuk hidup yang lebih baik :) dan gue bersyukur sudah dipertemukan dengan orang-orang hebat di tempat gue kuliah yang bisa ngebuka pikiran gue. Note: tulisan ini tidak berniat untuk menjatuhkan siapa pun :)
0 notes
annargiya-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Titik balik hidup itu pun aku mengalaminya. Semua bermula saat aku harus meninggalkan zona aman dan nyaman, jauh dari kedua orang tua karena harus menempuh pendidikan di suatu kota, Surakarta. Awal menjadi anak rantau yang dulunya seorang anak rumahan (ngga terlalu kuper dan ngga terlalu gaul).
Semester satu sampai semester empat aku lalui menjadi seorang anak perempuan seperti kebanyakan anak kuliahan pada umumnya; kuliah, praktikum, nyoba hal baru, dan lainnya. Pakaian ku pun masih standar anak kuliah, malah termasuk mencolok karena aku mengambil jurusan pendidikan (otomatis, insyaAllah calon guru) hal ini karena saat itu style ke kampus masih sering pakai celana jens, kemeja “dilinting”, gelang, sepatu kets dan kerudung asal sampirin. Banyak temen-temen yang mengira aku anak kampus 2 (yang terkenal dengan stylenya yang agak “gimana gitu”, u know anak ekonomi dan lainnya). Tak banyak yang mengira aku anak teknik. Padahal aku anak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sampai akhirnya aku ikut test asisten dosen yang ternyata banyak memiliki aturan yang mungkin bukan aku banget. Diharuskan memakai rok, kaos kaki, kemeja ngga boleh dilinting, dan termasuk kerudung harus menutupi dada. Seleksi itu pun berjalan sampai satu semester dan aku pun melaluinya dengan baik, alhamdulillah. Sampai kebiasaan itu pun menjadi style aku sampai saat ini. Yang awalnya dipaksaan dan akhirnya membuat nyaman dan aman, berdampak baik. Sampai suatu ketika seorang kakak tingkat (pria) mengatakan “Na, sekarang kamu banyak berubah. Drastis malah. Ngga kaya dulu, sekarang lebih kalem.” aku pun kanget dengernya, pertama karena dia seorang laki-laki dan kedua dia bukan tipe laki-laki yang suka gombalin adek tingkatnya. Dulu waktu sebel sering bgt bilang “damn, jerk, anjir dan kata kasar lainnya” tapi sekarang … sudah jarang bahkan alhamdulillah sudah tidak pernah. Aku pun sadar, ternyata benar suatu lingkungan mempengaruhi seseorang.
Disemester enam pun aku sempat dekat dengan seorang laki-laki, dia satu asrama dengan aku. Singkat cerita aku dan dia pun menjadi kita. Dan itu pertama kalinya aku menjalani suatu hubungan lebih dari kata teman atau sahabat. Banyak hal yang dia share ke aku. Aku akui ilmu agama dia lebih tinggi daripada aku. Setiap kita ketemu baru tiga kali kita boncengan, yang lainnya ? Kita bawa motor sendiri-sendiri. Hal itu dilakukan karena buat jaga nama dia dan (aku, mungkin ?) karena dia adalah seorang staff diasrama aku tinggal. Toh ngga mungkin kan dia ngasih contoh yang buruk buat adek-adek asrama lainnya ? Bahkan bertemu di asrama cuma dua kali; saat dia ngasih kartu ujian dan saat dia ngasih ktm buat daftar test. Suatu hari saat dia ngajak makan siang bersama (aku bela-belain ngebut ngerjain tugas buat ketemu dia, stupid !) dia nunjukin suatu video “Assalamualaikum, Sally !” tentang pernikahan. “Gila coooy, kita masih anak semester enam !” pikirku. Entahlah, emang saat dia mengajak untuk menjadi kita dia memang menawarkan untuk serius ke arah sana, bahkan dengan dipaksa aku dipertemukan dan diperkenalkan dengan keluarga besarnya yang berkunjung. Masih ingat jelas apa yang dikatakan ibu dan omnya “Tolong jagain … ya ! Baik-baik ya sama … !” sambil meluk dan nepuk pundakku. Singkat cerita kita pun menjadi buram. Dia tak berkabar, hilang entah kemana. Sampai akhirnya aku pun tahu kalau dia sedang dekat dengan adek tingkatku dan dia satu asrama dan organisasi denganku. Tak lama dari itu kita pun berubah menjadi aku dan dia (lagi) kita jalan sendiri-sendiri. Rasa marah, benci itu pun muncul. Perasaan kecewa yang teramat dalam. Sepulang dari pertemuan terakhir aku dengan dia (kebetulan waktu magrib) aku pun ikut sholat berjamaah di musola asrama, disujud terakhir aku berserah kepada-Nya, berdoa agar “luka” ini lekas pulih. Rasanya ? Jangan ditanya ! Sangat nyaman dan lega. Rasa penyesalan pun muncul, ini hubungan tidak baik, karena agama pun melarangnya. Singkat waktu aku pun tahu kalau dia sudah “datang” ke rumah perempuan baru itu (iya, adek tingkatku). Entah apa yang dilakukannya disana, aku tak tahu. Bahkan sampai aku menulis ini aku pun tak tahu apa yang menjadi alasan kita berubah menjadi aku dan dia.
Jujur, kalau dilihat dari morfologi adek kelas itu lebih dari aku. Penampilan dia lebih syar'i dari pada aku. Sedangkan aku jauh dari kata syar'i, sampai aku berpikir “Oh, dia lebih suka sama wanita sholehah”. Hal itulah menjadi TITIK BALIK HIDUP, kerudung-kerudung yang dulu aku kasihkan kesalah satu staff di asrama, celana jensku aku bawa pulang, aku pun mulai memanjakan jilbabku. Namun aku pun mendapatkan teguran dari salah satu sahabatku (yang dulu dia pernah merasakan hal yang sama, bedanya dia belum bersama) “Gue juga dulu gitu na, gue lebarin jilbab gue, gue beli rok, dan lainnya. Tapi gue mikir karena siapa gue berubah ? Karena manusia atau yang menciptakan manusia ?” Jleb ! Tak lama dari situ adekku dirumah yang sedikit tahu perubahanku langsung menghubungiku “Mba penampilannya jangan syar'i banget, biasa aja ! Mba udah hafal berapa juzz. Al-Quran ? Ilmu agama mba udah sampai mana ?” Jleb untuk yang kedua kalinya. Akhirnya aku pun memutuskan untuk berubah, menjadi normal. Disini sudah jarang pakai celana jens, jilbab tetap menutupi dada tapi aku belum siap untuk berpenampilan syar'i. Alhamdulillah, sampai selesai kuliah dan masuk dunia kerja aku dipertemukan dengan orang-orang baik, lingkungan baik yang mengajak untuk lebih dekat dengan-Nya. Dan aku pun sering mencari arti sendiri kenapa Sang Maha Pencipta melarang dan menyuruh hamba-Nya untuk melakukan ini itu. Dan itu lebih bermakna dan bisa membuat kita lebih istiqomah. Ya meskipun iman seseorang kadang naik dan kadang turun.
Masa sekarang banyak sekali wanita-wanita yang memakai pakaian syar'i, bercadar, berniqob atau sedah memakai purda. Aku sangat hargai itu, bahkan aku mengaguminya. MasyaAllah, mereka bisa melakukan itu di masa sekarang ini. Namun sangat disayangkan ada beberapa yang malah berlebih, hanya untuk mengikuti trend, dan malah mengundang orang untuk “melihatnya”. Ada yang masih selfie dan upload video yang akhirnya banyak yang ngerepost. “Seolah tak ingin dilihat, tetapi ingin dilihat”. Aku pun berpikir mungkin itu sebagai TITIK BALIK HIDUP mereka untuk lebih mengenal-Nya. Karena aku pun pernah mengalami fase itu. Dan entah apa yang menyebabkan TITIK BALIK HIDUP itu muncul entah karena suatu musibah, ditolak pekerjaan, tidak lulus disuatu test, bahkan patah hati pun bisa mengakibatkan TITIK BALIK HIDUP itu muncul. Dan bersyukurlah dengan apa yang telah dijalani sebesar apapun rasa amarah, rasa kecewa, sedih, rasa bahagia sekalipun. Bersyukurlah telah dipertemukan oleh orang-orang hebat di hidupmu, jadikanlah mereka sebagai titik-titik pusat hidup yang menjadi rasi hidup yang indah. Itu semua adalah tanda bukti cinta Dia kepada kita, Dia ngga mau kalau rasa cinta kita ke seseorang lebih besar dari rasa cinta kita kepada Dia.
Mungkin kalian bakal bilang “Basi ah lo !” “So bijak !” “Siapa lo ?” aku bisa nulis ini karena aku pernah mengalaminya. Tujuanku nulis ini hanya ingin mengingatnya terus sampai aku mati kelak, karena aku yakin ada saatnya aku lupa. Ikhlaskan dia yang telah membuatmu marah, membuatmu kecewa, membuatmu menangis karena cuma waktu yang bisa menjawab, kapan kamu mengikhlaskan … berubah karena-Nya bukan karenanya … mencintai Dia lebih besar dibandingkan mencintai lainnya …
Note : untuk laki-laki di masa lalu ku terimakasih atas pelajaran hidup yang kamu berikan, sekarang aku tahu apa itu dicintai dan mencintai. Dan saat aku menulis ini rasaku padamu sudah menyumblim tak berbekas, tak ada getar dihati saat menyebut dan mendengar namamu. Hiduplah dengan baik ! Kelak jika kita diberi rezeki untuk bertemu kembali ceritakan apa yang belum sempat kamu ceritakan. Kita pun akan berjalan bersama kitaku dan kitamu :)
0 notes
annargiya-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Berawal dari sebuah penolakan yang teramat besar seorang fresh graduate dari Sarjana Pendidikan Biologi. Sebelumnya pun terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan.
Juni 2016 lulus dari sebuah universitas swasta di Surakarta. Keadaan tak sesuai dengan rencana yang sudah direcanakan. Banyak hal yang tak sesuai dengan keinginan.
Akhirnya pun terjun langsung di dunia pendidikan yang membuat tercengang. Beginikah sistem pendidikan saat ini ? Indonesia.
Banyak hal yang seharusnya lebih diutamakan untuk diperbaiki. Sistem, guru, dan para petinggi pendidikan “di atas sana”’.
Karena mereka harus bertahan dan bersyukur. Terimakasih anak-anak kalian telah membuka mata ini. Tentang dunia pendidikan Indonesia. “Nak, kita sama-sama belajar untuk merubah bangsa ini.”
27 Februari 2017
0 notes
annargiya-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Nyaris hampir semua anak sekolah sudah mengantongi sebuah bahkan lebih dari satu ponsel pintar di saku celana/ roknya. Dan bukan hanya anak sekolah, mahasiswa bahkan para pekerja kantoran ataupun bukan pasti selalu menggunakan dan membawa si ponsel pintar ini. Setelah "break" dari kelas atau rapat, hal yang pertama dikeluarkan adalah si ponsel pintar ini. Entah hanya ingin melihat jam (padahal di tangan ada jam tangan, entahlah), berbalas pesan dengan seseorang, atau mengupdate status. Itu sudah menjadi kebisaan di era ini. Amati saja ! Setiap hal di dunia ini pasti memiliki part positif dan negatif, tergantung sebijak apa kita menempatkan/ menggunakan/ memanfaatkannya. Ya, contohnya si ponsel pintar ini. (Mungkin) bisa dijadikan sebuah "pacul" untuk para pembisnis online yang akhirnya menghasilkan puluhan bahkan ratusan juta setiap bulannya. Namun tak jarang si ponsel pintar ini dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal negatif. Sedangkan untuk anak sekolahan si ponsel pintar ini sering sekali dijadikan ajang pamer, "ponsel pintar siapakah yang paling pintar". Dan beberapa diantara mereka (masih) ada yang belum paham apa sebenarnya ponsel pintar itu, sebagian hanya tahu untuk update status di bbm, path, facebook, twitter, instagram, ask.fm, dan sosial media yang lainnya. Bahkan ada beberapa orang menggunakaannya sebagai tempat untuk mencari suatu "keributan" yang seharusnya tidak dilakukan. Ketika diamanahi untuk menemani anak bangsa untuk menaiki sebuah tangga kesuksesan, ajarkanlah hal-hal positif, meski hanya secuil. Setidaknya jangan sampai memberi contoh hal yang tidak baik. Contoh kecilnya, mengajarkan mereka cara bijak dalam menggunakan si ponsel pintar ini. Seperti sebagai salah satu media belajar dalam proses menaiki tangga kesuksesan tadi. Manfaatkan semaksimal mungkin si ponsel pintar ini dalam hal positif. 9 Februari 2017 A.A
0 notes
annargiya-blog · 7 years
Text
Hal positif apa yang telah diberikan ?
Ini tentang sebuah penolakan yang akhirnya menjadi sebuah penerimaan. Semua orang di dunia ini pasti memiliki keinginan, dan kadang menjadikannya egois. Seperti yang dialami kali ini. Tidak menginginkan menjadi seorang g u r u. Dan akhirnya pun menjadi seorang g u r u. Menurut saya menjadi seorang g-u-r-u tidaklah mudah, menyampaikan “materi” yang membuat siswa menjadi “tahu”, mendidik agar menjadi manusia yang lebih baik, yang belum tentu diri ini lebih baik, dan banyak hal lainnya yang tak perlu disebutkan satu persatu.
Bagaimana bisa mengajarkan anak bangsa, jika diri sendiri belum bisa memberikan contoh positif ? Masih sering post status di sosial media dengan bahasa yang cukup kasar atau pasang foto yang seharusnya menjadi koleksi pribadi, bahkan semua hal yang seharusnya tidak dishare. Hey ! Anda menjadi panutan di sekolah yang hampir 8 jam bertemu setiap harinya. Bukan malah ngerespon “Suka-suka gue !” “Lo kepo banget !” “Itu urusan gue !” But wait, tidak hanya di sekolah, bahkan dikehidupan sehari-hari. Bukan perkara so bijak, so menjadi paling baik. Tapi bangsa ini memang sedang dilanda dengan generasi salah fokus (tulisan Gita Savitri Devi).
Sudah terjun di dunia pendidikan ? Tolonglah bantu pemerintah untuk mencetak generasi yang berpikir kritis untuk menyikapi dunia yang semakin riuh dengan kebisingan kebohongan yang membuat semakin bobrok. Bukan malah membantu pemerintah untuk mencetak generasi salah fokus ! Jangan egois ! Bantu anak bangsa menemukan jati dirinya, bantu mereka untuk menjadi manusia baik. Setidaknya mikir dua kali untuk bertindak dan bersikap. Karena seorang guru itu dicontoh oleh anak didiknya. Bagaimana pemampilan luarnya, bagaimana cara bersikap, berbicara, merespon sesuatu hal. Berhentilah buat ngepost hal-hal yang seharusnya tidak dishare ke sosial media.
4 Februari 2017 Anna Argiyanti
1 note · View note