Tumgik
ajidedim · 3 months
Text
POLITIK BERPIRAU
Masalah pemilu itu masalah demokrasi biasa, sudah puluhan tahun lebih sejak kemerdekaan, mulai 1955, kemudian tertunda dan dimulai lagi di era Orde Baru 1970an, hingga berlanjut era Reformasi 1998 yang katanya era demokratisasi segala hal itu dan kita berada di era ini saat sekarang. Menang kalah tergantung siapa yang bisa mendulang mayoritas akumulasi angka di TPS-TPS. Urusan ndak setuju sama…
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 5 months
Text
ALIJA ALI IZETBEGOVIC DAN BOSNIA
Menolak lupa genosida rasis dan agama ala Westphalian System yang dilakukan ras Serbia atas Muslim Bosnia. Jumadil Awwal 1445/ 2023 kemarin pada saat menulis kata pengantar untuk buku baru saya (yang sementara berjudul dan bisa jadi berubah pada saat cetak Kisah Barat Membunuh Tuhan) di Bandara Internasional Aji Sultan Sulaiman, Balikpapan, bertepatan dengan Deklarasi Islami tokoh besar Muslim…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
ajidedim · 5 months
Text
ALHAMBRA yang KURINDU
Belajar dari Genosida Inkuisisi Muslim dan Yahudi di Spanyol Semalam saya melihat postingan tiktok tentang Al-Qur’an dan beberapa manuskrip dari Muhammad Yayyar, seorang imam Masjid di masa akhir kejayaan Islam di Andalusia, Spanyol. Al-Quran dan manuskrip tersebut tersimpan di tembok bekas rumahnya yang akan direnovasi, di desa yang dulu bernama Aqūṭa, atau Qutar, kota di distrik Axarquia,…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
ajidedim · 5 months
Text
TERRA INCOGNITA
Pengalaman jalan-jalan, terutama di wilayah Nusantara yang makin sering saya lakukan dalam beberapa tahun ini, baik yang pernah maupun yang sudah berkali-kali saya kunjungi, memberikan sesuatu yang benar-benar baru, bukan dalam artian yang biasa. Kalau dalam artian jalan-jalan menikmati suasana sih ya paling gitu-gitu aja. Suasana pantai, gunung, desa, kota, metropolis, perkampungan, dan banyak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 4 years
Photo
Tumblr media
International Online Guest Lecture Series
0 notes
ajidedim · 4 years
Text
BIARKAN SAJA HILANG...
BIARKAN SAJA HILANG…
Kita sejati itu sebagaimana manusia biasa, selalu saja dapat terjebak dalam absurditas dunia, karena memang begitulah manusia yang dikeluhkan para malaikat di awal penciptaan manusia. Kita sebagaimana manusia biasa dalam pandangan Allah SWT dengan derajat kearifannya sendiri, dengan pilihan absurditas dunianya berperilaku (1) jahat sejahat-jahat manusia atau tak paham sedang menjadi jahat; (2)…
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 5 years
Text
Tulisan Tokoh Bangsa Penginspirasi
Tulisan Tokoh Bangsa Penginspirasi
silakan klim form berikut
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 5 years
Text
Dari Stock menuju Flow Concept
Dari Stock menuju Flow Concept
Artikel yang menurut saya ini keren, berjudul: “Menggeser Paradigma Stock Concept menuju Flow Concept: Kritik atas Net Revenue Sharing pada Akuntansi Mudharabah”, sebenarnya pernah diterbitkan di Jurnal Review Ekonomi dan Budaya Islam, setelah sebelumnya dipresentasikan di Silatnas Fordebi ke – 3 di Universitas Sebelas Maret (UNS) tahun 2013.
Silakan download di bawah ini…
2013_maret_jurnal
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 5 years
Text
ANGKA ILAHIYAH
Bagaimana sebenarnya makna serta sejauh mana pentingnya angka dalam Islam? Cukupkah dipahami sebagaimana angka itu simbol dan dijadikan alat untuk mengkonstruksi realitas secara rasional-logis sebagaimana Barat memaknainya? Secara normatif Islam mengingatkan sebaik-baik pemahaman rasionalitas atas realitas sebagai manusia Ulil Albab bukan hanya cerdas akal otak rasional tetapi otak yang berfikir…
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 5 years
Text
AGENDA: TUHAN BUNUH DIRI
AGENDA: TUHAN BUNUH DIRI
Kemajuan kemanusiaan Homo Sapiens dimulai saat terintegrasikannya kemampuan yang tidak dimiliki makhluk hidup lainnya, yaitu tulisan dan bahasa. Tulisan dan bahasa adalah simbol rasionalisasi logika pikiran di otak manusia, hingga membentuk peradaban pertanian/menetap, meninggalkan mentalitas hewan yang suka berburu dan mengumpulkan. Di masa keemasannya homo sapiens manusia mulai mengenal Tuhan,…
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 6 years
Text
KISAH ABADI DALANG DAN WAYANG
KISAH ABADI DALANG DAN WAYANG
KISAH ABADI DALANG DAN WAYANG: Mendendangkan Lagu SWAMI di Masa Baru Kasian memang, di tengah memanasnya politik menjelang mengerucutnya calon-calon Presiden yang akan dipilih oleh ratusan juta masyarakat dalam Pilpres 2019 mendatang kita masih jadi mainan para dalang yang rajin menyorongkan para wayang. Model dalang dan wayang bertebaran di media sosial sekarang sepertinya hanyalah pengulangan…
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 6 years
Video
youtube
ROADSHOW 2024 HIJRAH UNTUK NEGERI Roadshow 2024 Hijrah untuk Negeri - 20 kota 24 tempat... be there...
0 notes
ajidedim · 6 years
Text
2024 bukan 2030
Tumblr media
Pasrah di tahun 2030 mengikuti novel yang ujungnya berkeping-keping atau analisis ekonomi yang katanya jadi 7 negara hebat dunia padahal jadi pasar asing, sama saja para pemimpin di negeri ini mengajari rakyatnya jadi pemalas dan sub-ordinat bangsa lain seumur hidupnya. Desain 2024 Hijrah Untuk Negeri yang terbit 2016 dan masuk cetakan kedua ini tidak melihat kedua skenario itu penting. 2024…
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 6 years
Text
2024 HIJRAH UNTUK NEGERI: Kehancuran atau Kebangkitan Indonesia dalam Ayunan Peradaban
Gegap gempita perbincangan akhir-akhir ini tentang simbol “2030” rasa-rasanya memang menggoda sekaligus mengganggu pikiran kita sebagai Bangsa. Tetapi, apakah benar tesis itu? Apakah benar 2030 adalah kehancuran atau kebangkitan negeri ini? Perbincangan peradaban kenusantaraaan, keindonesiaan kita, pada saat buku ini diterbitkan tahun pertengahan 2016, merupakan kemewahan bagi masyarakat negeri ini, karena tema seperti ini tak dapat dijadikan “pasar”. Tetapi sejak munculnya aksi 411 dan 212 yang menggoncang negeri ini, putaran perbincangan politik tahun 2018 apalagi 2019 menjadi tema terhangat hari-hari ini. Ya begitulah sifat manusia Indonesia di negeri ini, selalu saja berpikir jangka pendek, terganggu dengan isu-isu hangat, dan tak pernah melihat realitas negeri ini dalam konteks yang lebih panjang, apalagi dikoneksikan dengan sejarah masa lalu, masa kini, hingga jauh ke depan. Buku 2024 yang telah mengalami cetakan kedua pada tahun 2018 berbicara di luar logika standar itu. Pesan Islam sebagaimana Saya memahaminya melalui Qur’an dan Sunnahnya banyak bercerita bercerita dan melakukan analisis masa lalu, masa kini dan masa depan, dan dengan itu Saya melakukan hal yang sama pada negeri kita tercinta ini, yaitu melakukan penelusuran masa lalu sekaligus memandang ke depan, di mana masa kini pasti punya keterikatan di antaranya. Sejak lama saya memang gandrung pada gerakan-gerakan negeri dalam konteks diskursus peradaban, karena peradaban adalah kata kunci perubahan sejarah. Sebagaimana Islam pula, Islam, sekali lagi menurut pendapat saya pribadi, dirancang dari langit bukan untuk menjadi pegangan bagi individu-individu menuju surga saja, tema seperti itu hanyalah bagian dari desain besar pesan keumatan yang menyejarah, sebuah keharusan kontekstual untuk diterjemahkan dalam agenda setiap umat Islam yang memahaminya. Fathul Mekkah 629 M bukan hanya keinginan diri kanjeng Nabi Muhammad SAW atau dorongan para sahabat untuk menisbahkan kekuasaan di Jazirah Arab. Fathul Mekkah yang didahului dengan puncak-puncak peristiwa dari Iqro’nya Muhammad SAW menerima pesan langit di Gua Hira’; Isra’ Mi’raj dari dunia menuju langit ke tujuh; Aqabah 1-2 dilanjut dengan Hijrah ke Madinah; serta kemenangan pertama umat Islam di Perang Badar 624 M; adalah pesan-pesan yang sarat kekuatan Invisible Hand asali, Allah SWT, demi menegakkan Izzul Islam wal Muslimin, peradaban manusia yang berkebudayaan bernilai religiousitas. Membincang peradaban juga bukan sekedar menelusuri sejarah tokoh dan peristiwa-peristiwa penting pada pusat-pusat kekuasaan Yunani, Romawi, China, India, Amerika Serikat, Amerika Selatan, Jepang, Majapahit, Perlak, Malaka, Demak, Mataram Baru, Ternate, dan Tidore, serta pusat-pusat kejayaan lainnya saja. Membincang peradaban juga bukan hanya masalah “makan” dan “kuasa”, ekonomi dan politik saja, dan dengan itu pula maka peradaban bisa hancur, luluh lantak tak berkeping, hilang dari sejarah masa kini dan masa depan. Pandangan tentang peradaban manusia dalam buku ini tidak melihat seperti itu, dan pula tidak melihat bahwa kemakmuran dalam rentang peradaban sejak manusia muncul, menggunakan pandangan orientalisme yang selalu meletakkan Timur sebagai ladang milik Barat yang sah untuk dieksploitasi sesuai kehendak mereka; sedangkan masyarakat di dalamnya perlu dikasihani dan dituntun menuju perbaikan hidup, dan Barat sekali lagi adalah dewa penyelamat di dunia Timur; maka dengan demikian, agama, ekonomi, politik, budaya, dan life style wajib diimpor dari negeri mereka. Hak sosiologis yang dipaksakan Kristen Barat sejak Revolusi di Inggris tahun 1381 setelah didahului kiamat pes “the Black Death”, memicu perjalanan mereka menyeberangi dunia-dunia baru di luar Eropa, dimulai dari tahun 1500-an, hingga dipuncaki revolusi Perancis, revolusi Amerika dan lainnya; semua dengan pertumpahan darah atas nama kemakmuran Kristen Barat dan ajarannya yang menyebar serta bertransformasi menjadi liberalisme sekuler ke seluruh pelosok hingga kini. Akhirnya, kotak pandora keserakahan atas nama kemakmuran terbuka, melalui ledakan penduduk, perebutan sumber daya alam, kehancuran lingkungan, yang dimungkinkan memuncak tahun 2024 pada saat jumlah anak manusia di bumi mencapai 8 (delapan) miliar, hasil dari 5 kali kelipatan 12 tahunan sejak 1975. Ini merupakan kejadian demografis luar biasa yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah kemanusiaan. Semua berawal dari revolusi industri di Inggris, setelah kejadian Deus Absconditus, Tuhan tersembunyikan, dipisahkannya dunia (sains, teknologi, ruang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan kebudayaan) dari keberadaan Tuhan, Tuhan dianggap pensiun, cukuplah berada di Singgasana Langit. Memang, dampaknya, taraf hidup di Barat meningkat kemakmurannya, tidak di Timur, luar biasanya perkembangan sains teknologi, jaminan pendidikan meningkat drastis. Lawrence Smith mengatakan hal itu adalah hak Barat, bukan hak Timur. Karena, atas nama modernisasi lebih baik tidak melakukan pergerakan melakukan peningkatan kapasitas kemanusiaan menuju kemakmuran di semua wilayah di dunia, cukuplah mereka yang sedang dalam situasi “the most impoverished, dangerous, and depressing on Earth” diberi improvisasi aksi sosial atas nama kemanusiaan, tidak lebih dari itu. Fukuyama mengatakan sebagai simbol kemenangan Liberalisme dan Demokrasi Liberal, dan Barat adalah pemegang sah status sosial Manusia Terakhir di muka bumi. Tetapi, kemakmuran ternyata juga dibarengi dengan kehancuran moralitas seperti bencana kebebasan LGBT – lesbong hombreng, meningkatnya kejahatan, aborsi, masifikasi penggunaan narkotika, serta kejahatan-kejahatan lainnya, yang melejit melampaui dunia Timur. Bukan hanya itu, institusi inklusif ekonomi dan politik yang digadang-gadang Acemoglu dan Robinson berbasis demokrasi liberal-nya Fukuyama di Barat, ternyata diungkapkan Fukuyama sendiri sebagai realitas paling bobrok, birokrasi sebagai simbol institusi inklusif adalah pusat segala kebobrokan yang menyebabkan pembusukan politik, political decay. Masalah kemakmuran, sekali lagi yang ada di benak Barat, hanyalah kemakmuran berbasis materialisme, tidak lebih. Maka, membincangkan peradaban yang dilakukan di sepanjang buku ini bukan yang seperti itu, tetapi lebih dan bahkan melampaui kekeringan intelektual semacam itu. Kemakmuran seharusnya, sebagaimana saya yakini, adalah bagian dari integralitas berjiwa Langit untuk memberikan yang terbaik bagi umat, dan setiap manusia maupun masyarakat di dalamnya, memiliki hak, keinginan, kebersamaan yang sebenarnya, serta kebaikan yang perlu didakwahkan kepada siapapun untuk mencapai umatan wahidah sekaligus wasathan, umat yang utama, sekaligus umat yang sejahtera seiring sejalan. Tetapi, sulit sekali menjelaskan bahwa idealisme Islam dan kearifan Nusantara yang telah menjelma dalam ruang sejarah Keindonesiaan seperti sekarang ini bila tidak diawali dengan penjelasan runtut akan kesalahan paradigmatik dalam memahami realitas, sejarah, dunia, dan kemanusiaan itu sendiri. Apalagi bila itu sudah dipenjara dalam kenyataan pikiran dan laku pragmatisme ilmiah, materialisme, liberalisme dan sekularisme yang terangkum dalam ruang kesejarahan tanpa peran Tuhan sama sekali di dalamnya, Deus Absconditus, atau lebih lungrah bila Tuhan dipahami hanyalah sebagai mesin raksasa tak nampak bermekanisme otomatis atas kerja dan pengaturan yang terdapat di alam semesta, Gaia, dan dengan demikian alam semesta berjalan sebagaimana adanya. Tuhan tidak dipahami sebagai Wujud Ketuhanan sebagai Yang Satu, Maha Pencipta, Maha Pengasih, Maha Pemurah, Maha Kuasa, Maha Melakukan Segala Sesuatu, Maha Meliputi, Maha Hadir di setiap aktivitas, dan Mahanya Maha di seluruh alam semesta termasuk dalam diri maupun peradaban manusia. Pesan 624 M adalah kenyataan sejarah sekaligus titah Langit, begitu Saya memahaminya, tak bisa memahami terpisah bagaimana kenyataan sejarah harus dilepaskan dari titah Langit, entah karena ini adalah dogma yang telah mengakar habis di seluruh kejiwaan dan fikiran, atau memang pesan itu adalah teriakan semesta dalam ruang jiwa atau rasionalitas memandang sejarah. Hal itu jelas sekali merupakan masalah yang tak bisa dipaksakan oleh siapapun. Hadits Gusti Pangeran Muhammad SAW yang mengatakan bahwa setiap 100 tahun pasti akan muncul pembaharu, bagi saya bukan hanya bersifat personal, atau individu, tetapi di dalamnya terdapat sifat keumatan, yang tercerahkan oleh setiap tetesan dan guyuran ayat-ayat langit tak henti barang sepertriliiun triliun detik bahkan tak hingga di semesta ini, dan dengan demikian maka seluruh semesta bersama seluruh pembawa titah langit di manapun akan bergerak bersama menebarkan kebaikan, keadilan, kebenaran yang terpatri tak lekang jaman. Rentetan tahun-tahun sejak 2010 hingga 2016 adalah aksi kesejarahan yang khas dan dipenuhi tanda-tanda kegelisahan umat, dan mungkin akan memuncak dalam ruang-ruang kesedihan sampai tahun 2019. Tetapi kesedihan tak akan berlangsung lama, karena insya Allah selalu bersama umatnya yang sadar dan selalu mendekat kepada titah dan takdir-Nya, hingga 2020 situasi akan menjadi terang benderang, menjadi simbol dilakukannya perubahan yang berpihak pada umat, memuncak pada 2024, hingga Fathul Mekkah di negeri ini tahun 2029, bukan 2030 saya rasa. Pesan-pesan Qur’an terutama Surat Thaha jelas sekali dan sangat gamblang, bloko sutho, tanpa tedeng aling-aling, menunjukkan bahwa abad ini, di seratus tahunannya, 2024 M hingga 2029 M nantinya, kebangkitan harus dijemput dan ditegakkan. Sebagaimana Jang Oetama HOS Tjokroaminoto di tahun 1924 M, Pangeran Diponegoro dan Kaum Paderi di tahun 1824 M, Sultan Agung (1624), Sultan Trenggono (1524), Megat Iskandar Syah (1424), Sultan Aru Barumun (1324), Sultan Alaidin Sy Abbas Syah (1224), Nashiruddin al-Thusi (1224), Umar Khayyam (1038/104-1123/1132), Ibn Sina (980-1037); Al Biruni (973-1051), Al Kindi (801-873) Hunain ibn Ishaq (810-877), Al Khawarismi (…-863), Al Farabi (870-950), Mas’udi (…-956), atau Khalifah Al Ma’mun masa Dinasti Abbasiyah berhasil mengonsolidasi kekuatan Islam tahun 824 dan Yazid tahun 724 masa Ummayah setelah dikuatkan dasar peradabannya oleh Ummar bin Abdul Aziz tahun 711-720. Itu hanya contoh, pasti tak terkira di era-era yang sama, para mujtahid-mujtahid dan mujahid-mujahid mendorong untuk, seperti diistilahkan Ismail Raji Al Faruqi, Pax Islamica, di manapun, kapanpun. Akhirnya, saya memahami dan meyakini bahwa peradaban masa depan adalah peradaban yang mengedepankan Marwah Masjid, bukannya, sebagaimana diistilahkan Kuntowijoyo “Pasarisme”, dengan syarat bahwa kemakmuran dan peradaban yang lebih baik adalah milik bersama, milik umat. Maka, kata kunci pentingnya adalah Konsolidasi Umat, di negeri ini harus disegerakan untuk mencapai kemakmuran bersama, dimulai dari kebangkitan 2024 melalui Hijrah, ya Hijrah Untuk Negeri tahun 2024, melalui hijrah kebudayaan religius sebagai desain ideologis, melakukan hijrah syuro sebagai antitesis demokrasi liberal, dan hijrah ekonomi berbagi sebagai antitesis ekonomi liberal sebagai desain konstruktif. Dengan itu maka desain strategis, taktis, dan praktis diarahkan pada dua hal utama itu, desain ideologis-konstruktif. Selamat membaca pesan 2024, selamat menelusuri masa lalu, kini, dan masa depan. Semoga kita masih punya semangat membawa negeri ini menuju kesejatiannya, Negeri Kesatuan Berkebangsaan Religius bernama Republik Indonesia.
Singosari, Purnama di bulan Rajab menjelang Ramadhan 1439 H – Akhir Maret 2018.
SINOPSIS BUKU 2024 2024 HIJRAH UNTUK NEGERI: Kehancuran atau Kebangkitan Indonesia dalam Ayunan Peradaban Gegap gempita perbincangan akhir-akhir ini tentang simbol “2030” rasa-rasanya memang menggoda sekaligus mengganggu pikiran kita sebagai Bangsa.
0 notes
ajidedim · 6 years
Text
KITALAH TUHAN BARU "HOMO DEUS"
KITALAH TUHAN BARU “HOMO DEUS”
Hari-hari ini kita saksikan kemajuan dunia bergerak tak henti, seharian tak cukup, ekstensi lebih bagus lagi menuju semalaman, detik ke detik, di seluruh pelosok negeri-negeri berpenghuni yang katanya hasil evolusi homo erectus menjadi homo sapiens ini, bahkan sudah ingin mencapai apa yang dikatakan Yuval Noah Harari dalam bukunya yang juga sebagai narasi besar kemanusiaan hari ini, Homo Deus,…
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 6 years
Text
INTELEKTUAL ITU?
Noam Chomsky di buku terbarunya Who Rules the World seakan menohok, mengingatkan kembali peran dan mempertanyakan tanggung jawab para – yang suka disebut – intelektual, mereka berada di garis mana? Membela tata nilai ideal atau beradaptasi dengan kebijakan negara? “…those who line up in the service of the state are typically praised by the general intellectual community, and those who refuse to…
View On WordPress
0 notes
ajidedim · 7 years
Text
Perkembangan Organisasi Internasional
View On WordPress
0 notes