Tumgik
53bintang · 4 days
Text
Sabarlah Menunggu
Lelaki yang baik, adalah yang memperjuangkanmu dengan elegan. Dia sopan, menjagamu dengan menghubungi walimu untuk niat baiknya. Mengajakmu berkenalan lebih dalam dan berdiskusi tentang rumah tangga dengan cara yang baik, sopan, ditemani / dalam pengawasan orang tua / pihak ketiga.
Dia siap mengajakmu mengarungi samudra dengan dia sebagai kaptennya. Dia mengenalkanmu pada keluarganya dan membujuk orang tuanya agar mau menerimamu.
Dia sangat menghargaimu dan memperlakukanmu layaknya ratu. Dia men-support mimpi-mimpimu dan mau berjuang bersamamu.
Tidak cuma manis di kata-kata, tapi dia membuktikan keseriusannya dengan aksi nyata. Memperjuangkanmu dalam heningnya malam dan mengupayakan cara-cara yang baik memenangkan hatimu untuk dia genggam melalui sebuah akad sakral bernama pernikahan.
Sabarlah hingga ia datang. Pasti ada. Allah tidak akan kehabisan stok lelaki baik untuk wanita yang baik.
Sabarlah hingga ia datang. Tak perlu tergesa dan takut kehilangan sehingga melanggar batas dan berinteraksi berlebihan.
Tetap kejar keberkahan dalam setiap proses menuju ibadah, apalagi ibadah terpanjang ini..
Kembalikan fokus pada mengejar ridho Allah dan bertanya pada Allah untuk dibantu memilih yang terbaik menurut-Nya. Bukan fokus pada sosok yang kita rasa tepat, padahal kita tak pernah tau apapun tentang masa depan.
Serahkan perihal hasil tentang upaya menjemput jodoh ini pada Allah aja, karena bukan ranah kita. Tetap berikhtiar, rendahkan ekspektasi, meminta doa dan nasihat orang-orang sholih, bismillah semoga yang terbaik.
Jadi, sabarlah dulu yaa.. diriku dan kalian yang sedang bertahan menjaga hati di masa penantian ini. ✨
7 notes · View notes
53bintang · 6 days
Text
0 notes
53bintang · 8 days
Text
6K notes · View notes
53bintang · 11 days
Text
0 notes
53bintang · 20 days
Text
I wrote this in July 2023. When a friend of mine said: daftar LPDP nggak, Hab?
Istikharah: A Facility from Allah
I had set an alarm for myself to start planning ahead on the life after internship upon entering stase puskesmas.
But I had been slacking off and making my chronic disease as my excuse. So alhamdulillah Allah guided me to start the self-rediscovery journey.
I am not as intelligent nor do I have all the privileges, but I know my identity as a Muslim is my biggest Why.
This one month of caveman period was full of discussions, readings, writings. But it was also full of tears.
It was full of questions and prayers to Allah swt. Uncertainty can be scary, right?
Uncertainty can be unimaginably dark. It eats you up eventually, if you have no Guidance.
I have so many aspirations and ambitions. But I asked Allah, with all the potentials He has given me, the knowledge He bestowed upon me, the people He surrounded me with and the life story He had decreed:
To what specific purpose I shall contribute?
We are fortunate as muslims to have the end goal: His acceptance, and mercy, to be able to finally see Him in His paradise.
So I asked and asked. The beauty of Islam, is how comprehensive this deen is. You see, there is even a specific prayer to ask for guidance in making choices!
To be protected from making “false” choices:
Choices that are khaiir leads to preservation of eeman, of deen, of family, of the good in this world and the hereafter.
“Wrong” choices, on the other hand, leads to turmoil.
I asked myself as simple as, what if I were to be involved in a research unknowingly utilized for the corruption of people, of environment and of this deen. How shall I ever repent?
Hence duaa of istikharah in this world full of hidden agendas, is a gift from Allah. A facility that Allah prepared for His servants to return in times of doubts and anxiety.
O Allah. How I longed for our meeting. I have sinned endless times to which You decreed a repentance that follows. How grateful am I to be your servant.
O Allah.. in this period of waiting that is full of uncertainty please grant upon me the tranquility of heart, the strength to practice husnudzan billah, to continuously have faith in your Plans. Guide me. Don’t let me be astray.
68 notes · View notes
53bintang · 25 days
Text
Selalu ada alasan mengapa seseorang hadir dalam hidup.
Di antaranya akan mengajarkanmu arti syukur karena kebaikan hati mereka yang kamu terima.
Sedangkan yang lainnya akan mengajarkanmu sabar dan kembali menyadari bahwa hanya kepada Allah-lah kita menggantungkan harapan.
Jumat, 18 Ramadhan 1445 H.
342 notes · View notes
53bintang · 25 days
Text
bayangkan
bayangkan sebuah pernikahan
yang masing-masingnya tidak perlu khawatir yang lainnya tidak setia. karena kuat agamanya, kokoh komitmennya.
bayangkan sebuah pernikahan
yang jarak separuh bumi pun tidak akan membuat jauh apalagi terpisah. karena rindunya diwujudkan dalam bentuk menjaga. karena hatinya sudah selalu bisa ditata.
bayangkan sebuah pernikahan
yang keduanya tidak perlu khawatir akan hari yang belum datang. karena kesadaran bahwa semuanya adalah titipan. karena keyakinan bahwa rezeki selalu tepat takaran. karena keimanan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
bayangkan sebuah pernikahan
yang pasangannya tidak perlu khawatir menjadi tua, diuji kesehatannya, menjadi lupa, atau tidak lagi elok rupa. karena cintanya jauh lebih dalam dari yang terlihat, jauh lebih besar dari yang memikat.
bayangkan sebuah pernikahan
yang orang-orangnya hanya khawatir akan perpisahan. khawatir bilamana kehidupan yang selanjutnya tidak mempertemukan mereka. khawatir bilamana bekal mereka belum cukup. sehingga mereka pun berupaya bersama, mencukupkan semua perbekalan.
pernikahan itu bisa saja adalah pernikahan kita.
879 notes · View notes
53bintang · 28 days
Text
Lelah sekali rasanya jika semua harus soal dunia, selalu perihal untung dan rugi.
Kemarin, ada hati yang sakit oleh keadaan dunianya, entah patah oleh rezeki yang tak kunjung membaik, atau sakit karena jodoh yang tidak tiba padahal usia sudah semakin bertambah.
Dan kini semua membaik, sebab menyerahkan semuanya pada pemilik waktu dan dunia. Hati dan harinya tenang, ia sekarang hanya bisa melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan.
"Perihal waktu dan masa depan, ia serahkan saja pada pembuat skenario terbaik. Allah."
Ternyata, setenang itu menyerahkan segalanya pada Allah, sebab ada bagian dan sisi kehidupan yang tidak bisa kita ikut campur, kita hanya bisa berprasangka baik dan melakukan yang terbaik dari amal-amal yang bisa kita pilih dan kerjakan.
@jndmmsyhd
488 notes · View notes
53bintang · 1 month
Text
Ibadah Terlama
Saya lupa tadi lewat di timeline punya siapa, tapi saya sepakat bahwa ibadah terlama itu bukan menikah, tapi tauhid.
Mengapa? Sejauh seperempat abad ini, memang ujian terbesar kita adalah memaknai tauhid, akidah, syahadatain, dan sebagainya.
Kita pasti dihadapkan pada pilihan berat, tapi kita berhasil melewatinya. Itu kuasa Allah, sudah tertulis di langit.
Kita dihadapkan keraguan akan suatu hal, bingung, lalu menghadap kepada Allah. Akhirnya diberikan ketenangan dan kemantapan hati. Itu kuasa Allah.
Dan masih banyak lagi, tentang kuasa yang tak terhingga, pergantian siang malam, fenomena-fenomena yang di luar nalar, juga tentang keajaiban yang hadir dari tempat yang tak disangka-sangka. Itu kuasa Allah.
Coba renungi kembali Ayat-ayat ini :
"Allah tidak membebani kaum melebihi kemampuanya"
"Bersama kesulitan ada kemudahan"
"Kamu adalah umat terbaik...."
"Nikmat manalagi yang kau dustakan?"
Salah seorang senior menjelaskan, betapa pentingnya kekuatan akan tauhid ini sebelum umur 40 tahun.
Jangan sampai nanti tubuh kita menua, namun ruh kita masih seperti anak kecil akibat memahami tauhid yang salah, sekadar menggugurkan ibadah hingga tak merasa itu sebuah kebutuhan dan kewajiban. Jangan sampai.
Arsa Coffee and Library, 4 Ramadan 1445 H
Tumblr media
*) edisi ngisi diskusi di warung kopi kebanggaan. From customer to narasumber
57 notes · View notes
53bintang · 1 month
Text
diselamatkan
ini kredo dari seorang politisi (Anies Baswedan) dan konteksnya adalah politik. tetapi, saya rasa kalimat ini bisa berlaku untuk segala hal. "jika terjadi, Allah mengizinkan. jika tidak terjadi, Allah menyelamatkan." tidakkah mendengarnya membuat hati adem?
semakin besar dan dewasa, kita pasti sepakat. hal-hal yang akhirnya tidak terjadi kepada kita sebenarnya adalah cara Allah menyelamatkan kita. kampus impian yang tidak jadi, kantor impian yang tidak jadi, calon pasangan yang tidak jadi, bahkan sekecil menu makanan yang kita idamkan dan ternyata habis saat kita tiba di restoran.
ada hikmah di baliknya. kadang kita bisa langsung memahami hikmah itu--kalau beruntung. di lain waktu, butuh bertahun-tahun untuk sampai pada pemahaman "untung saja saat itu..."
hal-hal yang tidak jadi juga adalah keajaiban. hal-hal yang tidak jadi adalah yang memungkinkan hal terbaik terjadi.
prompt 10.
ceritakan pengalamanmu diselamatkan oleh Allah! apa hikmahnya?
232 notes · View notes
53bintang · 1 month
Text
0 notes
53bintang · 1 month
Text
Tumblr media
0 notes
53bintang · 2 months
Text
Mengagumi itu boleh, tapi akan menyakitkan jika sudah melampaui batasnya. Kamu saja yang mudah mengagumi secara berlebih hingga mudah hatimu sakit untuk kesekian kali, selama yang kamu jumpai itu manusia maka jangan berlebih dalam menyikapi, entah suka atau benci.
Sebab kamu tidak bisa mengatur takdir pertemuan dan perpisahan, tidak bisa pula mengatur rasa suka atau benci, hati itu sepenuhnya milik Allah. Mintalah pada-Nya soal ketetapan yang baik untuk masa depan, mohonkan pula soal kelapangan dada untuk setiap tulisan takdirmu nanti.
Bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan hatimu kering? Sementara Allah yang menurunkan hujan pada setiap hati yang berharap dan berdoa. Bagaimana bisa pula kamu yakin akan kesulitan masa depan? Padahal Allah yang mempunyai kuasa atas kemudahan dan sukarnya urusan.
Barangkali yakinmu yang kurang matang, doanya yang kurang tinggi, dan sujudmu yang kurang rendah. Siapalah kita tanpa kehendak dan kuasa Allah? Mari kembali untuk mereparasi hati yang sudah terlalu sakit ini, menyegarkan rasa yang sudah lama kering tersebab jauhnya kita dari mata air kehidupan.
Doakan, lapangkan, dan lanjutkan langkah. Semoga Allah memberikan keberkahan dan perlindungannya untuk setiap langkahmu.
@jndmmsyhd
663 notes · View notes
53bintang · 2 months
Text
Pernah Gak Terpikir Kenapa Rumah Tangga Itu Dinamain ‘Rumah Tangga’?
Rumah + tangga
Rumah itu berarti setelah menikah kamu dan pasangan ‘punya’ rumah yang kalian pegang kendali penuh di situ. Rumah di sini tak selalu dimaknai rumah fisik, melainkan juga bangunan abstrak bernama keluarga yang terbentuk setelah sahnya pernikahan.
Sedangkan tangga itu berarti tahapan. Bayangkan tangga darurat sebuah gedung pencakar langit. Seperti itulah ‘tangga’ dalam rumah tangga. Harus dilalui selangkan demi selangkah, dan rasanya lebih berat daripada berjalan di bidang datar.
Tangga inilah yang harus dilalui jika ingin rumahmu tumbuh jadi rumah yang besar, aman, dan nyaman.
Ingat, ini rumah tangga, bukan rumah eskalator atau rumah elevator. Gak ada jalan pintas untuk naik dari satu tahapan ke tahapan berikutnya. Setiap anak tangga harus dilalui satu demi satu. Harus ada effort. Harus ‘capek’ seperti naik tangga yang bikin kita ngos-ngosan. Tidak seperti orang naik eskalator yang hanya perlu melangkah satu kali, lalu dalam satu menit kurang lebih sudah sampai di lantai berikutnya.
Jadi apa artinya? Artinya jangan cuma bayangkan bagian enaknya berumah tangga. Sadari pula bahwa begitu detik pertama kamu menikah, peran dan tanggung jawab lebih besar sudah dipikul. Kamu bukan hanya kamu sendiri, tapi kamu adalah penghuni sebuah rumah yang harus terus kamu jaga, rawat, dan terus bangun sampai akhir hayat.
Jangan bayangkan bahwa tangga yang harus dilalui itu hanya yang sifatnya materil saja seperti punya anak, punya kendaraan, punya rumah, menyekolahlan anak, dan punya uang banyal, melainkan juga tangga-tangga kualitas seperti kebahagiaan dan kedewasaan kita yang harus terus naik nilainya.
Semakin lama kamu menikah kamu akan merasa cinta itu semakin abstrak, sedangkan yang kongkrit adalah tanggung jawab. Dan pada akhirnya kita akan jatuh cinta sekali lagi kepada kesungguhan dan tanggung jawab pasangan kita dalam menjalani perannya dengan sebaik-baiknya. Dari sini, keutuhan rumah tangga itu dipertahankan bukan dengan cinta, tapi dengan kesungguhan dalam menjaga tanggung jawab.
Berangkat dari kesadaran ini saya menyadari bahwa sangat mungkin rumah tangga ini kelak akan dihadapkan pada situasi-situasi yang tidak ideal. Karena itu, ikhtiar paling logis yang bisa saya lakukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga ini adalah dengan mengisi peran saya sebagai suami, kepala keluarga, dan ayah sebaik-baiknya.
Meski kadang rasanya lelah juga, sering patah juga—ekspektasinya, tapi menyempurnakan ikhtiar dalam mengisi peran setidaknya akan memperkecil probabilitas datangnya penyesalan di kemudian hari.
@taufikaulia
338 notes · View notes
53bintang · 2 months
Text
Sudah lama untuk tidak membicara soal cinta, dan cenderung menjauhi soal ini; karena secara pandangan subjektif pribadi, membahas hal tersebut membuat kita terlena dan lupa, bahwa ada hal-hal lain yang bisa kita bicarakan
Tidak sepenuhnya salah membicarakan cinta, bahkan hidup tanpa cinta, ya tidak akan bewarna, hanyasaja, persoalan cinta di mayoritas kita hanya berkutat soal mencintai dia, sehingga lupa Dia
Padahal secara ilmu, cinta adalah makhluk ciptaanNya juga. Sebagaimana sifat wajib Allah yaitu Qidam, yg berarti yang Paling Awal, maka yang datang setelahnya adalah makhluk. Maka sejatinya kita serahkan perkara ini kepada Yang Menciptakan dan Memilikinya
Lalu kenapa dibahas? Karena ada kepentingan merapikan pikiran sebelum dituangkan di presentasi, yang kedua sebagai seorang kakak laki-laki yang sering jadi tempat curhat adiknya, maka sekiranya perlu belajar lagi.
Ya cinta; satu kata yang menggerakan, bahkan bisa jadi membawa perubahan. Karena cinta itu membuat jiwa menggelora, akal pikiran terus bergerilya, hingga akhirnya perbuatan yang memutuskan; sekali cinta harus diperjuangkan
Cinta, sebenernya netral. Maka tergantung konteks yang membuatnya muncul, dan pada tulisan ini kita coba diskusikan soal konteks kita kepada lawan jenis kita masing-masing; pr kepada lk, lk kepada pr.
Itu fitrah! Yaps, lagi-lagi cinta adalah makhluk Allah yang dihadirkan agar kita bisa merasakan kasih sayang, sebagaimana Sang Pencipta; Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang
Tapi terkadang fitrah cinta ini, terlalu besar kendalinya dalam diri kita, hingga kita melampaui batas. Ada yg kemudian melanggar batas-batas dalam adab komunikasi, hingga muncul prasangka satu sama lain, hingga melanggar fitrah itu sendiri, ya menjadi kaum yang terlaknat.
Lalu bagaimana kita menyikapi cinta?
1. Bersyukurlah Allah masih karuniakan cinta dalam diri kita, yang dengan itu, lagi-lagi kita bisa merasakan kasih sayang satu sama lain
2. Kendalikan cinta dengan ilmu. Lagi-lagi pengikat agar tak melampaui batas adalah ilmu yang sudah Allah jabarkan untuk kita; lewat quran, hadist, ataupun sejarah
3. Jika memang ikhtiar ilmu sudah semaksimal mungkin kita lakukan; coba kita tengok, kira-kira cinta yang kita rasakan apakah positif menuju ridhonya atau semakin membuat kita jauh dari hal tersebut
4. Beberapa amalan untuk mengendalikan cinta; berpuasa, jika tak sanggup maka menikahlah, semoga lebih menentramkan hati kita masing-masing
Sebenernya ada yg ingin banyak ditulis, tapi ini point-point saja, semoga berkenan
Lalu apakah saya sedang jatuh cinta? Biarlah Allah dan keluarga terdekat saya yang tahu, yang terpenting jangan lelah terus mencari ilmu🫡🌾🔥
69 notes · View notes
53bintang · 2 months
Text
Apa yang Kamu Rasakan Saat Pasanganmu Bilang ‘Sama, Aku Juga Capek’ Saat Kamu Mengeluh Capek?
Salah satu pendewasaan yang saya sadari setelah menikah adalah menahan diri untuk tidak bilang ‘sama, aku juga’ saat pasangan sedang mengeluh seperti capek, kurang tidur, atau kerjaan kantor banyak sekali.
Saya orangnya jarang-jarang mengeluh, tapi sekalinya mengeluh ya cuma sekadar ingin mengeluh saja, bukan kode untuk diserve ini dan itu oleh pasangan.
Pernah beberapa kali pasangan saya spontan merespon begini, “Sama, aku juga capek.” Mungkin dia tidak ada maksud apa-apa, sama seperti saya yang sekadar bercerita saja. Tapi rasanya yang tadinya saya harapkan bisa plong kok malah jadi sesak ya. Saya tidak merespon apa-apa lagi.
Sekali, dua kali, tiga kali, terus terulang seperti itu. Dan rasanya masih sama. Sepertinya bukan respon seperti ini yang saya inginkan.
Lama saya merenung kenapa saya kurang suka dengan respon seperti itu. Ternyata kemudian saya sadari bahwa saya terbiasa mendengarkan keluhan dan saya jarang mengeluh. Saat pasangan saya mengeluh, saya berusaha mendengar tanpa menimpali dan mencoba mencarikan solusi bila diperlukan.
Lalu saat saya mengeluh dan mendapat respon ‘sama, aku juga’ itu rasanya seperti saya ini tidak boleh mengeluh. Padahal niat saya mengeluh hanya sekadar mengeluh saja biar plong, bukan untuk membandingkan siapa yang lebih capek.
Sekali lagi, mungkin maksud pasangan saya bukan seperti itu. Hanya saja yang namanya komunikasi itu kan dua arah, ada potensi lain maksud lain juga penerimaannya. Dan dalam pernikahan, baik suami atau istri, adalah sama-sama subjek. Maka, menurut saya, saya perlu untuk menyampaikan ketidaksukaan saya atas respon seperti itu. Biar sama-sama senang dan sama-sama belajar.
Komunikasi yang baik antara suami dan istri itu komunikasi yang setara, yang bisa didengarkan dan mendengarkan satu sama lain, yang mau saling menghargai dan saling memberi ruang untuk berekspresi.
Saya gak sadar bahwa kalimat pendek ‘sama, aku juga’ itu bisa bikin kesal. Awalnya saya kira biasa saja, lama-lama kesal juga hehehe. Tapi inilah yang namanya pendewasaan. Pasangan saya tidak benar-benar salah, dan saya juga tidak sepenuhnya benar. Ini hanya soalan pola komunikasi yang berbeda dan perlu disinkronkan. Itu saja. Semoga saja.
@taufikaulia
293 notes · View notes
53bintang · 2 months
Text
0 notes