Tumgik
#tnl s1
mbler, curhat dong.
Halo tumblr, dah lama ngga nulis disini, soalnya medsos2 lain lebih menarik. Jadi mbler, aku sudah menikah dan hidup bahagia. Istriku sangat baik dan sabar. Kata orang menjalani pernikahan itu sulit. Tapi alhamdulillah ngga sulit2 bgt. Lebih banyak senengnya. Anyway, aku nggamau bahas pernikahan lah, nanti aja.
Aku mau bahas salah 1 atasanku cukup menarik, namanya pak ***. Sejak aku di-assign utk menghandle usecase di departement Network, itu sudah merupakan start yang cukup berat, karena Leader di Network sudah memiliki pandangan agak negatif terhadap mekanisme Data Scientist yang diputer2 (dirotasi), beberapa feedback negatif karna DS2 sebelumnya kurang business knowledge tentang Network membuatku memulainya dgn ekspektasi yang lebih tinggi. Karena bukan hanya sekedar intermezzo, skill DS itu memang terdiri dari 3 bidang. Statistics/Math, Programming/System Engineering, dan Business Knowledge. Tiga2nya harus kuat untuk menopang beratnya kehidupan dan cicilan.
Business Knowledge-ku cukup valid di Marketing yang memang dari awal aku di assign kesana, DS dgn role yang benar2 'Data Scientist' pertama yang dihire di department marketing. Sudah banyak kontribusi di Marketing, sehingga personal branding-ku sudah tinggi, apapun yang kukatakan, seolah2 punya level confidence yang tinggi. Berbeda di Network, aku mentah total, aku ngga tahu lapangan (atau setidaknya ngga pernah di lapangan), leader-leader disana ngga 'amaze' sama semua teknologi machine learning, AI, model matematika yg aku bisa, mereka tidak peduli apapun selain solusi yang solutif, mudah, dan actionable. Yang later, baru kusadari, solusi yang kutawarkan, berbeda dgn di Marketing dimana semuanya menggunakan 'mesin campaign', di Network, 1 solusi yg kutawarkan, dikerjakan oleh ratusan orang, sales di Area, yg jobdesknya akan berganti karna 1 proposed solutionku itu. Selain sangat repot karna aku harus mensosialisasikan 1 solusi dari atas kertas dan dibalik layar komputerku yg belum tentu benar ke teman2 Sales, beban berat juga menempel di pundak, karena jika 'Test & Learn' Campaign gagal, banyak orang yang bergerak dgn sia2, padahal hakikatnya TNL memang didesain untuk gagal, makanya ada kata 'Learn' dalam TNL.
Tapi yang lebih menarik adalah, ada salah 1 leader yang membuat vibes di setiap update progress meeting menjadi ruangan sidang skripsi (atau tesis?), karena setiap metode yang kupaparkan selalu dichallenge dgn brutal, detail dan penuh dgn adu keilmuan dan teori. Mulai dari design experiment, metode sampling, sampai dgn konsep matematika di dalam model Machine Learning, beliau paham dan berpengalaman. Teman DS yang suatu hari ikutan meeting-pun kaget, "buset, biasanya pak *** ngga gitu, wkwk", sayapun kaget karna dia kaget.
Long story short, aku baca2 blognya, si leaderku ini, kalo secara kualitas tidak diragukan lah, beliau S1 Telco, S2 MBA, puluhan tahun pengalaman di Telco, dan pernah jadi Senior DS juga kata temenku. Tapi yang menarik adalah aku nemu salah satu postingan di blognya dimana dia pernah menginterview lulusan Statistik yang dari profile sangat impressive, namun dia miss dalam teori dasar yang filosofis tentang beberapa konsep statistik. Misalnya, kalo kamu tau sedikit ttg statistik, coba pilih mana, "Mean/Median", "Harmonic Mean/Arithmatic Mean", "Is correlation indicate causation?", dst. Dan sampailah pada suatu diskusi dimana beliau masih ngechallange dan nyeplos, "Gimana mas Rio? Kamu kan lulusan Matematika". Sejak kapan saya bilang saya lulusan Matematika? Disitu aku mulai curiga beliau memang sengaja ngajak diskusi dan sedikit ngetes apakah ijazahku hanya lahir dari kebaikan dosen penguji dan KPI Fakultas untuk meluluskan mahasiswanya sebanyak mungkin. Ironi. Walaupun sedikit curang, karena beliau start puluhan tahun sebelum aku. Tapi aku jadi tertantang. Karena selama ini aku sudah cukup lama bekerja dengan kondisi ideal, tanpa tekanan, battleground yang sudah kupahami dgn baik, dan sebagai lulusan Matematika dgn track record dan kontribusi yang nyata di departement sebelumnya, pernyataan dan solusiku seolah jadi aksioma, a.k.a "benar tanpa harus dibuktikan". Tapi, sejujurnya, saat ini aku sedang tidak ingin upskilling, karna sebentar lagi dede bayi lahir, dan aku pengin kerjanya nyantai. Mana bentar lagi WFO full. Gimana ya, mbler?
6 notes · View notes