Tumgik
#mesya
acid-gramma · 2 years
Note
ben de burdan darlayabilir miyim çünk çok seviyorm ev oda dizilmesini
hahdhd olur esya mesya oneriniz olursa link atin tmm mi
3 notes · View notes
muzikhabercisi · 1 year
Text
🎶 Türkiye’de AB Algısı Araştırmasından Ortaya Çıkan Sürpriz Eurovision Şarkı Yarışması Sonucu!
🎵 Türkiye’de Halk Eurovision Şarkı Yarışmasını İstiyor mu?
📌 #MichaelKuyucu ile Mesya Gündemi Programından #shorts Number One Türk TV & Fm. #eurovision #eurovisionturkey
0 notes
cejna · 2 years
Text
Bergüzar Korel, takipçilerinin sorularına yanıt verdi
Bergüzar Korel, takipçilerinin sorularına yanıt verdi
Sosyal mesya hesabını etkin kullanan oyuncu Bergüzar Korel, doğum yaptığını tez edip kucağında bebekle poz veren TikTok kullanıcısı Mükremin Gezgin’e reaksiyon gösterince gündem oldu. “Yazıklar olsun” “Buna gülen, sayfasında paylaşan hesaplara da yazıklar olsun!” diyerek isyan eden oyuncuya paylaşımı sonrası bildiri yağdı. Bergüzar Korel gelen iletilere toplu cevap verdi. Tek tek yanıt…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
yokainn · 2 years
Text
1 ay kadar sosyal medyaya ara versem hayat kalitem 10 kat daha artar gibi hissediyorum
6 notes · View notes
enhuza · 4 years
Text
Sastra dan Perempuan
· Sejarah Singkat Kesusasteraan Perempuan dan Eksistensinya
Bagi sebagian kalangan, berbicara sastra dan perempuan adalah sesuatu hal yang tidak begitu ramah di telinga masyarakat. Pasalnya, rekaman sejarah perempuan dan kesusasteraan menjadi sesuatu yang seolah tertutup dalam dunia literasi luas, dan hanya diketahui oleh lingkungan terbatas. Meski sebetulnya beberapa kritikus sastra sudah banyak menemukan dan mencoba merumuskan sebab-sebab eksklusifitas kesusastraan perempuan.
Harus diakui bahwa pada awal perkembangan karya sastra, sastrawan perempuan tidak banyak diperhitungkan di kalangan masyarakat. Padahal banyak sekali sastrawan-sastrawan perempuan yang sudah lahir bersamaan dengan munculnya sastrawan laki-laki pada tahun sebelum 1950-an- seperti misalnya Hamidah dengan karyanya yang berjudul Kehilangan Mestika, Selasih dengan karyanya Kalau Tak Untung , dan Suwarsih Djojopuspito dengan cerpen-cerpennya, juga kemudian pada dekade 1950-an NH Dini menyemarkan suara Indonesia dengan karya-karyanya yang sangat bermutu dan bernilai bagus²
Menjadi pertanyaan besar sebetulnya mengapa karya perempuan tidak banyak diperhitungkan oleh masyarakat? Atau mengapa perempuan tidak banyak terjun di dunia literasi? Baik sastra, aktifitas tulis menulis lain, dsb. Beberapa kritikus menyimpulkan hal ini terjadi memang sebab doktrin dan dogma yang kemudian melahirkan paradigma masyarakat mengenai citra perempuan yang dianggap “rendah” oleh masyarakat, sehingga sebelum lahir karya perempuan, justru telah lahir underestimate terhadap perempuan itu sendiri. Akhirnya perempuan pun semakin terdiskriminasi. Persoalan lain mengenai keterlibatan perempuan dalam dunia tulis menulis sebetulnya memang terhalang oleh ruang aktifitas perempuan pada saat itu hanya terbatas pada  ruang-ruang domestik. Sehingga pembacaan perempuan terhadap ruang publik baik itu sosial maupun yang lainnya, sangat minim sekali.
Menurut penelitian terhadap 15 cerpen yang ditulis dalam kumpulan cerpen berjudul Dunia Perempuan pada tahun 1941, 14 cerpen diantaranya menggambarkan dunia domestik yang digeluti perempuan dan hanya satu cerpen yang sepenuhnya menggambarkan dunia publik.³ Penggambaran tersebut membuktikan bahwa dunia perempuan saat itu memang lebih banyak beraktualisasi pada ranah-ranah yang sifatnya domestik. Sedangkan kesusastraan yang dianggap hebat pada waktu itu ialah yang sangat menampilkan ruang publik, masalah-masalah umum dan sosial. Jadi, pengalaman hidup perempuan sendiri sangat terbatas pada ruang domestik. Maka, kalau perempuan menulis, mungkin yang diceritakan adalah hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Akibatnya, ketika pengalaman ini dituliskan dalam kesusastraan, menjadi dianggap remeh, kecil, dan kurang bernilai tinggi.⁴
Kondisi itulah yang justru mampu mendorong beberapa sastrawan perempuan yang lahir pasca reformasi, kita kenal ada Ayu Utami, Dewi Dee Lestari, Linda Cristanty, Djenar Mesya Ayu, dll.yang kemudian terkenal dengan sebutan sastra wangi. Seketika itu kelompok sastrawangi seolah tiba-tiba menjadi etalase kesusasteraan perempuan.
Mereka hadir seolah melakukan “perlawanan” terhadap kondisi sosial yang dianggap tidak berpihak pada perempuan. Mereka menuangkan keberaniannya berbicara dan menembus ruang-ruang publik yang dialami oleh perempuan, menuangkan idenya dan menghancurkan sekat-sekat ruang privasi perempuan, yang dibungkus dengan gaya berfikir yang liar tentang perlawanannya terhadap sistem, budaya-budaya yang membentuk konstruk berfikir masyaRamat, dan yang terpenting adalah mereka menjadi corong ide-ide feminisme yang disematkan dalam dunia sastra. Tema-tema seksualitas yang dianggap tabu kemudian menjadi pembicaraan yang sangat jelas tak beresekat.
Tokoh-tokoh sastrawangi ini berupaya untuk melakukan semacam dekonstruksi terhadap maskulinitas yang selama ini menjadi pegangan kaum feminis, dan akhirnya mendorong untuk membuat semacam morfologi feminim, sejenis ungkapan seksualitas tubuh perempuan.⁵
Harus disadari bahwa sastrawan-sastrawan perempuan lahir bersamaan dengan ide-ide besar feminisme yang disuaRaman, dan menyuarakan eksistensi manusia. Maka semangat yang lahir pun adalah semangat perlawanan dengan berdasar kebencian terhadap laki-laki, permusuhan laten di kalangan feminis, dan dendam yang akan berujung kehancuran, jika suara-suara itu berhasil mengkonstuksi sampai ke sel-sel kehidupan masyaRamat.
Memasuki era 2000-an, ada beberapa sastrawan perempuan yang muncul seolah menjadi antitesis dari sastrawan perempuan-perempuan sebelumnya. Mereka adalah seperti Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Abidah El Khaliqi, hadir dengan genre yang berbeda dan layak diperhitungkan dalam dunia kesusasteraan perempuan, sebab tokoh-tokoh ini yang menghadirkan agama menjadi ruh dalam setiap karyanya. Sehingga tidak melulu berbicara tentang tubuh, seks, dan segala urusa gender seperti yang menjadi geRaman karya sastra sebelumnya.
· Kritik terhadap Sastra Perempuan
Ada dua hal yang dapat coba disoroti dalam perkembangan sastra dan perempuan hingga hari ini.
Pertama, adalah persoalan bentuk perlawanan sastrawan feminis terhadap kondisi perempuan yang selalu dijadikan objek melalui karya-karya sastra laki-laki justru akan melahirkan kekuatan-kekuatan baru bagi laki-laki yang seolah mengkonfirmasi bahwa apa yang digambarkan oleh laki-laki merupakan kebenaran yang juga dtegaskan oleh gambaran kalangan perempuan (red : sastrawan feminis). Padahal yang mulanya kelahiran mereka itu adalah upaya untuk mendobrak laki-laki, justru karya-karya mereka malah membuat perempuan terperangkap dalam eksploitasi. Tokoh-tokoh generasi sastra wangi justru membuat perempuan smakin dieksploitasi. Definisi dan deskripsi perempuan semakin sempit saat hanya dideksripsikan pada ruang-ruang keindahan tubuh semata. Maka, vulgarisme yang dibangun oleh penulis perempuan ini dapat memperkukuh krisis multidimensi dan meracuni tunas-tunas bangsa. Dengan kata lain, feminisme yang dibangun justru menjadi perangkap bagi kaum perempuan untuk bertelanjang di hadapan kaum Adam.⁶
Kedua, baik penulis laki-laki maupun penulis perempuan yang menggambarkan citra perempuan di dalam karya sastra baik yang menyuarakan emansipasi maupun tidak ternyata tidak pernah terlepas dari Citra Ideal yang bertolak ukur pada pendeskripsian perempuan dalam keindahan fisiknya semata. Maka yang kemudian lahir adalah penggambaran perempuan yang mempunyai segala hal yang bisa dibanggakan, seperti tubuh bagus, wajah cantik, putih, intelektual bagus, dsb.⁷ sehingga hal tersebut telah berhasil membangun standar mitos kecantikan ideal di kalangan masyaRamat. Definisi yang kemudian lahir adalah perempuan cantik itu adalah yang berkulit putih, berbadan tinggi, dan segala definisi keindahan fisik lainnya.  Akhirnya perempuan hari ini semakin berlomba untuk memenuhi standar mitos keindahan dan kecantikan tersebut.
Tercium benih-benih misi kaum kapitalis dalam fenomena itu sebetulnya, sebab pembangunan citra tersebut menggiring masyaRamat pada keindahan perempuan yang layak dinikmati oleh setiap kalangan, para kapitalis memang sofistikatif dalam mengeksploitasi unsur-unsur biologis yang indah pada diri kaum perempuan untuk kepentingan promosi barang mereka, perempuan direkayasa dengan proses kreatif dunia periklanan sehingga melahirkan dan menciptakan kesan dan daya tarik tertentu untuk suatu barang yang ditawarkan.⁸ Dengan demikian posisi perempuan bukan saja tersubordinasi, tetapi juga makin tertindas dan rentan terhadap proses eksploitasi, komoditisasi.⁹ Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa perempuan dengan segala keindahan biologisnya amat bermanfaat untuk menciptakan kesan dan daya tarik terhadap suatu produk, dan kemudian disambut oleh konsumen dalam masyaRamat.¹⁰ sehingga hal ini yang menyebabkan perempuan menjadi komoditas.
· Rekonstruksi Fitrah Perempuan
Potret kepahitan begitu terrekam dalam sejarah dan perjalanan kesusasteraan perempuan berdasar gambaran yang coba diurai di atas, diskriminasi terhadap perempuan dari masa ke masa melahirkan doktrin-doktrin feminisme dalam dunia sastra. Yang sayangnya, semangat kebangkitan perempuan untuk berkarya biasanya berdasar kemarahan dan kebencian terhadap laki-laki yang dianggap tidak adil saat selalu menjadikan perempuan sebagai objek dalam karyanya, sehingga yang terjadi adalah upaya balas dendam dan perang gender yang hanya akan berujung pada kehancuran, sebab manusia modern bahkan kaum feminis kehilangan standar dalam memandang perempuan seutuhnya.
Sejatinya, sangat sempit jika dalam pembicaraan karya sastra tentang perempuan hanya berkutat mengenai seks, tubuh, dan gender semata, apalagi dengan ideologi kebebasan universal. Nilai-nilai estetika dalam sebuah karya, harusnya bukan berdasar pada kebebasan yang menjadi pijakan dalam menghasilkan sebuah karya, apalagi menelanjangi sisi paling privat dari manusia seperti tubuh dan seksualitas sehingga menjadi konsumsi publik. Banyak sekali ruang-ruang filosofis hingga praktis yang akan sangat mampu menggambarkan perempuan hingga mengembalikannya pada derajat yang mulia sebagai manusia.
Maka yang perlu dimulai dan terus dihadirkan adalah menghadirkan karya sastra yang menggambarkan tentang perempuan mengenai hakikatnya sebagai manusia seutuhnya yang tidak bisa dilepaskan dari fitrahnya sebagai makhluk sosial, dengan kejernihan jiwa dan kecerdasan akalnya.
6 notes · View notes
yasarfirdaus · 4 years
Text
Rumah ke Rumah (Versi Pribadi)
Tumblr media
Menyesal, tak kusampaikan
Cinta monyetku ke Gio dan Anggita
Apa kabar kalian di sana?
Semoga hidup baik-baik saja
Tak belajar, terkena getahnya
Saat bersama Chantika dan Siska
Kupercaya mungkin bukan jalannya
Namun kalian banyak salah juga
Jika dahulu ku tak cepat berubah
Ini maafku untukmu, Farha
Segala doa yang baik adanya
Untukmu dan mimpimu yang mulia
Maaf jika ku sering buat susah
Nisa, Mulidya, dan juga Mesya
P'rempuan terkuat dalam hidupku
Terjanglah apa pun yang kalian tuju
Kau datang saat gelapku merekah
Seluruh hatiku untukmu, Felita
Kau pantas dapatkan yang baik di dunia
S'moga kita bertahan lama
Letih mengembara, rumah ke rumah
Kadang ku lupa akanmu, Asroria
Siap sedia tiap ku bercerita
Ku beruntung jadi anakmu, Bunda
Pindah berkala, rumah ke rumah
Selalu pada dirimu aku berserah
Jika aku disebut dalam sejarah
Mereka takkan lupa karena siapa
Pindah berkala, rumah ke rumah
Selalu pada dirimu aku berserah
Jika aku disebut dalam sejarah
Mereka takkan lupa karena siapa
1 note · View note
bgarts · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Trades/gifts from the Miraculous Amino.
Owners are: Pojo1718, 👑Monarch👑, mesya, The_Chat’s_Meow, ShandyCandy287, & knife.exe_stopped_working.
7 notes · View notes
beritatangerang · 3 years
Text
Pengadilan Negeri Hilangkan Pasal TPPO dalam Perkara Venesia BSD
Pengadilan Negeri Hilangkan Pasal TPPO dalam Perkara Venesia BSD
Kliktangerang.com – Pengadilan Negeri (PN) Tangerang dalam perkara dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang terjadi di Venesia BSD, telah memvonis enam terdakwa pada 2 September lalu. Dalam vonis tersebut, keenam terdakwa kasus TPPO di Venesia BSD yakni Yatim Suwarto alias Yatim, Tofik Triyatno, Astri Mega Purnamasari alias Mami Mesya, Karlina alias Mami Gisel, Yana Rahmana alias Mami…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
piecesofmylife · 6 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Pada postingan sebelumnya saya pernah bilang bakal cerita soal anak-anak. Iya, dua bulan terakhir ini hidup saya rasanya banyak berubah. Sejak Oktober lalu saya memberanikan diri saya buat jadi guru privat. Disamping karena bisa dapet uang jajan lebih, tapi saya dengan mengucap bismillah mencoba mendidik dan membimbing anak orang. Jadi saya ngajar di dua tempat. 1. Nasya, seorang anak kelas 2 SMP yang punya special case, dia sakit dan sering gak masuk. Anaknya moody banget. Suatu hari pernah dia yg minta buat les di hari Selasa karena katanya mau ujian. Yowes saya ikutin dong, meski lelah banget abis dari YKBH. Tibalah hari Selasa, sampai di rumahnya dia ditungguin turun lama banget. Pas udah turun mukanya bete, "aku gak mau belajar. Capek." "OMG OMG OMG sister gue udah jauh2 ni kesini buat ngajar lauuu!" Ingin rasanya ku berkata kasar. Tapi gak boleh, harus sabar!!! Akhirnya saya memulai belajar, belajar IPA. Materinya agak ribet, makanya saya bacain soalnya dan minta dia jawab. Tapi pas coba di tanya apapun, jawabannya gak tau. Bahkan sampe saya tanya nama kamu siapa? Jawaban dia juga gak tau. Haduh bingung dong saya. Satu jam pertama akhirnya saya ngoceh sendiri. Yang penting di Nasya dengerin, gatau dah masuk atau engga yg penting saya usaha dulu. Sampai satu jam, dia bilang laper dan mau makan. Akhirnya dia ngambil makanan di dapur, makan sekitar 10 menit. Balik lagi udah seger dong, dan finally berkah kesabaran, dia mau ngomong lagi dong bahkan sampe cerita tentang temennya yang suka nyontek. Gils! Alhamdulillah ku berhasil menaklukkannya. Nasya ini punya adek, namanya shahira. Dia pinter dan ramah banget. Tiap saya sampe rumahnya dia stay bukain pintu dan nanya "kakak mau minum apa?" Lalu dia buatin teh hangat deh. Sweet banget emang shahira. Yang lebih lucunya adalah dia pernah minta kado ulangtahun dong sama saya. Aih jadi bocah itu nikmat. Yang kedua adalah ngajarin anak kelas 3 SD. Mata pelajaran nya adalah matematika. Sejujurnya saya gak ada plan sama sekali buat ngajar mereka. Cuma modal bismillah dan yutub aja. Dan whoaaaa! Nama anaknya queen dan Mesya, sekolah nya di Al-Azhar Cibubur. Mereka itu sahabatan dari TK dan suka ngobrol. Ku pikir mudah ngajar bocah, gak taunya... Eng ing Ong... Mereka gak ngerti pembagian dong. Jadi saya harus review dulu dari penjumlahan dan pengurangan. Disini saya merasa yaaks ini tantangan. Akhirnya di pertemuan kedua, saya beliin satu sack permen dan saya coba buat bagi2 di kertas. Di coba yaa, kalo ada 32 permen dan 4 piring, masing2 piring dapet berapa permen? Yowes mereka mikir.. Gemashrnya! Cuma masih ada khawatir mereka belum paham. Ya, repitition penting bangetsi, karena emang gabisa instan. Dan di pertemuan ketiga, saya beliin eskrim buat siapa yg tercepat setoran perkalian. Cuma sayangnya hanya queen yg bisa Dateng. Yaudah, tapi seneng liat semangatnya queen. Semoga lancar yaaa adik2 Gemash akuuu. Love, your kakak.
1 note · View note
catallia61 · 4 years
Text
Talent Management ( Yetenek Yönetimi ) Hayatımızdaki yeri nedir ?
Merhaba arkadaşlar . Aslında şu yazıma şöyle başliyim halkla ilişkilerin içerisinde olan bir yöntem diyebilirim . Büyük şirketlerin departmanları olsun yada herhangi bir yerde çalışan bir birey olsun bir üst seviye yada maaşını arttırmak buna giryordu taki hayatımıza Sosyal mesya iyice yer edene kadar .
Sosyal medyayı artık 7 den 70 kadar dünyada herkez kullanıyor ve dünyadaki olup bitenden haberdar olabilmekte aynı zamanda dolaylı bir şekilde sosyal medya fenomenleri ortaya çıkmaktadır .ve takipçi sayıları fazla olunca sosyal medyayı bir iş olanağı olarak kendine görmektedir ve bunu belki tek başına yapamıyacağı için yetenek yönetimi yani bir destek alma ihtiyacı duymaktadır ve son zamanlardada bunu zaten sık sık görmekteyiz
Bu demek oluyorki sosyal medya sahibinin gerrk paylaşımları gerek reklam anlaşmaları hepsini talent management tarafından sağlanmış anlamını gelmektedir . Ve hayatımzda yeni bir iş olanağıda oluşmuştur.
sosyalmedyayonetimi.co
0 notes
acid-gramma · 4 years
Note
Bırakamaz, ortalıktaki izlerini istese de silemez keza senelerdir buralarda. Ayrıca bıraksa instagramdaki her 10 feykden 11i nej olucak amk gün doğar onlara da.
Kendi çapımda sosyal mesya kullanıyorum yaw ne zararım var söyleyin
10 notes · View notes
malangtoday-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
1,1 Juta Orang Meninggal karena Kanker Setiap Tahun
Ketua YKPI Linda Agum Gumelar bersama Wissam Aboujaoude, Director of Operations, DoubleTree by Hilton Jakarta Diponegoro. Foto: Mesya/JPNN
jpnn.com, JAKARTA – Ancaman kanker di Indonesia semakin meningkat seiiring dengan perubahan pola hidup masyarakat. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) setiap tahunnya sekitar 1,7 juta kasus kanker baru dilaporkan terjadi di kawasan Asia Tenggara dengan angka kematian sekitar 1,1 juta orang.
Meski begitu, kanker bisa dicegah dengan gaya hidup dan pola makan yang benar. Bahkan kanker seperti kanker payudara bisa disembuhkan jika terdeteksi secara dini dan dirawat secara memadai.
“Ayo lebih peduli tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Jangan menyerah untuk terus memberikan dukungan kepada para penyintas kanker payudara. Mari bersama-sama menyebarkan semangat berjuang kepada teman-teman untuk melawan kanker payudara. Tidak seharusnya para pejuang kanker menghadapi hal ini seorang diri,” kata Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar di sela-sela peringatan bulan peduli kanker payudara bertajuk Pita Pink Fun Walk di kawasan car free day Sudirman, Minggu (13/10).
Linda yang pernah divonis kanker payudara pada 1996 mengatakan, YKPI akan terus berupaya melakukan program sosialisasi pentingnya deteksi dini hingga pelosok tanah air, melalui SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis), bukan hanya untuk kaum perempuan melainkan juga lelaki.
SADARI tambahnya, bisa dilakukan di rumah secara rutin. Hanya dengan menggunakan tangan dan penglihatan untuk memeriksa apakah ada perubahan fisik pada payudara.
Proses ini dilakukan agar semua perubahan yang mengarah pada kondisi yang lebih serius bisa segera ditangani. “Jika ada yang terasa aneh langsung periksakan ke dokter,. Jangan menunda pengobatan klinis, jangan menunda stadium lanjut untuk berobat, agar kemungkinan sembuhnya besar,” tambah Linda.
Dia berharap lewat kegiatan Fun Walk yang diikuti ratusan penyintas kanker payudara bisa memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk peduli terhadap dirinya, keluarga, dan lingkungannya dengan melakukan SADARI.
Sementara itu berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais (RSKD) sebagai pusat rujukan kanker nasional mencatat 56% pasien kanker yang ditangani adalah pasien kanker payudara. Lebih lanjut ahli bedah onkologi RSKD dr Walta Gautama Sp.B (K) Onk, mengungkapkan banyak pasien yang datang berobat saat stadium kanker payudaranya sudah mencapai stadium 3 atau 4.
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/11-juta-orang-meninggal-karena-kanker-setiap-tahun/
MalangTODAY
0 notes
bakery-box · 5 years
Photo
Tumblr media
penampakan kasur kita kalo malem. aku di bawa di yg kanan itu, mesya atas aku dan icha atasnya koperku. seru bgt sumpah posisi tidurnya, aku ngehayal terusnya itu cb aja kalo di sebelah kiri itu yg tidur cowo ganteng yg (ceritanya) sahabat jadi cinta q trs kita sblm tidur curhat2an sambil melihat langit2.
0 notes
warriorcatsamino · 5 years
Text
Tumblr media
Howdy all! Look at this sweet bab, this piece is called Petal and the artist themselves said she looks like a little bunny. The shading is wonderful and would you look at those eyes! Stunning! Mesya is the precious artist behind even more precious art!
If you’d like to see more of Mesya’s cute art then just click the link below;
http://aminoapps.com/p/rgb7jz
~Love(?)whatkind
0 notes
mdimas103-blog · 7 years
Text
Surat yang Dinanti
“Saya pamit. Memang kewajiban yang mengharuskan saya pergi. Bukan berarti saya tidak mencintaimu kan? Kau mudah untuk dicintai siapa saja. Sampai jumpa.” Pamit Ruffo sebelum ia benar-benar pergi.
Raut wajah Mesya semakin gelisah. Menggambarkan keresahan dan kesedihan. Sesekali ia seka matanya yang berkaca-kaca. Berusaha menyembunyikan kesedihan. Namun suaranya yang bergetar tak mampu disembunyikan,
“Jaga dirimu disana. Cepatlah kembali! Aku akan selalu menanti.”
Ruffo hanya mengangguk tegas, lalu menarik surat dalam tasnya.
“Ini surat terakhir untukmu sebelum kepergian saya.”
Kemudian langsung berjalan lurus, menuju mobil hijau gelap yang telah siap untuk mengantarnya pergi bersama rombongan lain.
Senyum perpisahan diberikan dari balik jendela mobil. Membuat perasaan Mesya semakin bercampur aduk. Senang melihat senyum itu. Dan sedih, takut itu adalah senyum terakhirnya yang dapat dipandang.
Dan Ruffo benar-benar Pergi. Setelah itu pikiran Mesya hanya tertuju pada surat yang ia berikan. Tidak sabar untuk membacanya. Lantas bergegas ia pulang. Membawanya kedalam kamar. Agar dapat membaca dengan syahdu.
Saya beruntung. Bagai bunga terindah yang buat hati begitu mengagumi. Kamu menuntun saya pada keharumanmu. Yang menjadikan baik. Hatimu begitu indah. Dan benar. Saya benar mencintaimu. Bila memang kau jodoh saya. Surat yang akan saya tulis nanti, pasti menemui jalannya menuju hatimu. Bila tidak. Saya berdoa kamu bahagia dengan dia yang dapat menjaga senyum manis khasmu itu.
*******************
Rumah sakit di tengah kota adalah saksi awal perjumpaan mereka. Mesya yang menjabat sebagai asisten dokter kala itu, ikut membantu mengobati tangan kiri Ruffo yang terluka.
“Kenapa dengan tangan kirimu?” tanya Mesya.
“Sedikit terbakar,” jawab Ruffo singkat.
“Kok bisa?”
“Saat saya sedang merangkai senjata, ga sadar ada gas senapan yang bocor dan terkena percikan api, kemudian menyambar dengan cepat, dan jadilah seperti ini,” terang Ruffo.
Dokter utama kemudian datang dengan senyum ramahnya dan mengobati. Ruffo mulai kagum dengan profesi dokter. Memperhatikan mereka-mereka yang penuh perhatian dan keramahannya mengobati dengan sepenuh hati. Sekilas, mengingatkan ketika kecil dulu, saat terluka, ibunya yang selalu hadir mengobati dengan segala kasih sayang.
“Ini obatya. Perban serta obat kulit harus diganti setiap hari. Kamu bisa kembali lagi minggu depan,” ucap Mesya Menjelaskan.
Ruffo memperhatikan arah suara itu dengan pandangan terkesima. Senang akan keramahannya. Ditambah senyum manis khasnya yang terpampang.
Dalam hati Ruffo berkata, “Ahh mengapa harus minggu depan, apa tidak bisa setiap hari saja?”
“Iya makasih.” Jawabnya malah singkat. Jantungnya yang berdegup kencang menyulitkan bicara banyak.
*******************
Karena senang bertemu dengan Mesya, esoknya Ruffo datang kembali ke rumah sakit.
“Hi dokter Mesya!” sapa Ruffo, memanggil nama yang tertera di pakaiannya.
“Kamu kan yang kemarin, ada apa kembali lagi? Saya juga belum dokter, jadi panggil aja Mesya.”
“owh, oke Mesya. Kata kamu kan harus ganti perban dan obatnya setiap hari. Jadi saya kembali lagi.”
“hahaha,” Mesya tertawa. Heran melihat seorang pria gagah didepannya, namun untuk mengganti perban dan obat saja harus datang kembali. Karena sudah terlanjur datang, ia bantu juga akhirnya.
“Seperti ini, jadi besok kamu bisa gantikan sendiri,” terang Mesya menjelaskan.
“Iya. Terimakasih. Dan saya mau bilang makasih atas keramahan para dokter disini, terutama kamu yang udah ngebantu lagi hari ini.”
“Namanya juga dokter, memang udah kewajiban ko.”
“Sebagai ungkapan terimakasih, saya mau kasih ini,” sambil menyodorkan sebuah surat.
Mesya hanya tersenyum, heran dengan surat yang diberikan.
Sesampai dirumah ia baru membukanya. Pada bagian depan tertulis “Dari Ruffo untuk Dokter Mesya”. Pesan suratnya ada dalam amplop. Ditulis pada selembar kertas dengan tulisan sambung yang rapi.
Disaat berbagai tempat dipenuhi tatapan buas. Saya baru tau kalo masih ada tempat teduh untuk disinggahi. Rumah sakit itu bagai pelabuhan penuh harapan. Terlebih kamu. Yang tersenyum dengan senyum manis khasmu. Seakan obat penawar bagi siapa saja yang terluka. Terlebih saya. Rasanya begitu nyaman. Untuk semua itu saya ingin mengucapkan terimakasih.
“Hahahaha” Mesya hanya tertawa selepas membacanya.
“Ada-ada aja ngucap terimakasih pake surat segala, udah gitu sok-sokan puitis,” gumamnya.
*******************
Esoknya Ruffo datang kembali ke rumah sakit.
“Hi Mesya!”
“Hi, kamu yang kemarin! masih belum bisa ganti perban sendiri?” tanya Mesya terkejut melihatnya datang kembali.
“Tidak, saya hanya ingin tanya, mana yang harus diteteskan terlebih dulu obat A atau B?”
“Hahaha,” Mesya tertawa lagi merasa konyol dengan pertanyaannya.
“Sama aja menuangkan A atau B dulu. Yang penting perbandingan 1:1,” jawab Mesya menjelaskan.
“Owh, terimakasih kalo gitu”
“Mau berapa banyak kamu bilang terimakasih? apalagi kemarin pake surat segala. Udahku baca, makasih ya.”
“Memang kurang ya? Kalo gitu gimana kalo nanti malam saya traktir makan sebagai bentuk terimakasih” tanyanya mengajak.
“Bukan, bukan itu maksudnya.”
“Tapi saya memang ingin traktir kamu makan, yaa sebagai balas udah ngebantu jawab pertanyaan barusan. Bisa?”
“hahaha, ada-ada aja. Ga usah repot-repot kamu juga capek bolak-balik.”
Keramahan dan kecantikan Mesya memang banyak memikat banyak orang. Tak terkecuali Ruffo. Yang rela datang kembali seusai Mesya pulang dari rumah sakit.
“Hi Mesya! Sesuai janji saya tadi. Bisa? Kalo ngga juga gpp, saya ga mau maksa. Walau berharap kamu bisa.”
“Tapi harus antarkan pulang.”
“Oh ya pasti” jawab Ruffo antusias.
Dengan sepeda ontelnya ia susuri jalanan kota. Ditemani lampu malam yang menambah keindahan. Dan bias sinar bintang dan bulan yang seakan mendukung usaha Ruffo.
“Kamu ada-ada aja sampe ngajak makan begini,” ucap Mesya.
“Abisnya kamu terlalu ramah dan baik sih, jadi ngerasa berhutang budi, hehe.”
“Memang kamu ngga? kan manusia memang harus baik, setidaknya mencoba. Aku juga lagi mencoba ko, makanya mau jadi dokter. Supaya bisa nolong banyak orang.”
“Kalo gitu saya mau mencoba juga. Supaya bisa jaga orang-orang baik nolong banyak orang.”
Kayuhan sepedanya tiba-tiba mendadak pelan. Ada banyak bocah di ujung pertigaan. Satu bagian mengarahkan tangan ke kanan. Bagian satunya mengarahkan tangan kekiri. Seperti memerintah. Sontak Ruffo waspada.
“Tenang, saya akan jaga kamu,” ucap Ruffo menenangkan.
Semakin mendekat ke kerumunan mereka. Ternyata mereka hanya menebak setiap kendaraan yang lewat. Kemudian Ruffo belokkan sepedanya ke arah kanan. Lantas mereka yang bagian kanan bersorak bahagia mengejek mereka yang di bagian kiri.
“hahaha, hampir kutabrak mereka.” Saut Ruffo.
“hahaha, bocah ada aja permainan anehnya.” Timpal Mesya.
Sepanjang jalan seakan mememeriahkan perjalanan mereka. sampai akhirnya tiba. Pada tempat makan di dataran tinggi. Sehingga terlihat keseluruhan kota. Yang memberikan pemandangan begitu indah.
“Kamu tuh ada-ada aja, terimakasih sampe bawa aku ke tempat makan gini. Apalagi kemarin segala ngasih surat.”
“Abisnya kamu seperti hantu, tiba-tiba datang ngebayangin. Daripada bikin takut, ya dijadiin inspirasi aja buat nulis.”
“Haha mana mungkin, kalo gitu coba, ada inspirasi apa kalo liat langsung?”
“Laksana bunga, kamu indah nan mempesona.”
“halahh,” Mesya hanya mengernyit senyum kecil, melihatnya sok-sok puitis.
“Mau tau ga seperti bunga apa?” tanya Ruffo.
“Apa?”
“hmm, mungkin kamu seperti bunga Raflessia Arnoldi.”
“Hah? Kok nyamain dengan bunga bangkai?”
“Hehe, tapi ngga dengan bau bangkainya ko. Bunga Raflessia bentuknya indahnya nan mempesona. Ya seperti kamu. Dan Baunya begitu tajam, seakan nusuk ke paru-paru. Kalo kamu, bayangnya yang begitu tajam seakan nusuk ke sela-sela memori terdalam, bikin susah untuk dilupain.”
“haha, dasar jayus.” timpal Mesya mengejeknya canda.
“hahaha,” timpal Ruffo seakan merayakan keberhasilan buatnya tertawa meski dengan pujian recehnya.
Selama beberapa bulan kedepan mereka menjadi rutin makan malam bersama. Ruffo selalu memberikan surat atas inspirasi yang selalu ia dapat tentangnya. Mereka saling mengajari. Ruffo dengan kemampuan puitisnya dan Mesya dengan wawasannya. Semakin mengenal mereka satu sama lain, kalo ternyata Ruffo pandai bermain gitar dan Mesya memiliki suara yang merdu. Keakraban dan keceriaan semakin mengisi hari-hari mereka.
*******************
Sampai pada suatu waktu Ruffo datang dengan wajah yang tak biasa, muram, gelap, dan berkaca-kaca.
“Ada masalah apa?” tanya Mesya perhatian.
Bibirnya yang bergetar mengucap kata menggambarkan kesedihan.
“Aaa ayah saya, telah gugur di medan perang”.
“Semoga diberikan tempat terbaik oleh Tuhan. Ruffo, yang sabar,” ucap Mesya berduka cita kemudian mendoakannya.
“Saya ingin menghajar penjajah bajingan itu.” Ucap Ruffo dengan raut sedih penuh amarah.
“Ruffo tenang, yang sabar”
“Mesya, saya hendak pamit, untuk ikut menjadi prajurit perang.”
“Apa?” Bagai petir, kalimat itu membuat Mesya terkejut.
“Saya tidak ingin tinggal diam, saya juga ingin berjuang dan habisi mereka.”
“Ruffo, tenang! Jangan kau ambil keputusan saat emosi, lihat niatmu! Balas kematian dengan kematian?”
Sadar dengan nasihat Mesya, kemudian ia beranjak menepi untuk menarik nafas sedalam-dalamnya. Menenangkan diri. Baru kemudian bicara kembali.
“Ayah saya pernah berpesan, kelak saya harus menjadi pejuang. Melindungi dan membela kebenaran. Menggantikannya adalah perjuangan yang harus saya pikul.”
“Merakit senjata, dokter, mekanik, supir dan profesi lainnya juga bagian dari perjuangan. Mereka saling berkombinasi, hanya jalurnya yang berbeda-beda.” Ungkap Mesya mendebat, berharap ia tidak pergi.
“Yang itu akan selalu ada penggantinya. Saya ingin berjuang yang orang-orang butuhkan. Kamu yang mengatakan setidaknya untuk mencoba menjadi baik. Cita-citamu menolong banyak orang. Sejak itu, adalah saya yang berusaha menjadi sepertimu, hanya saja jalurnya yang berbeda.”
Mesya hanya terpaku melihat kesedihan Ruffo. Yang terlihat amat sangat berduka. Perkataannya ingin pergi. Membuatnya ikut larut dalam kesedihan.
Karena selama ini, Mesya merasa nyaman akan setiap kehangatan dan segala perhatian yang Ruffo berikan. Puisinya, gitarnya, candanya, tawanya benar-benar mewarnai kehidupan Mesya.
Sampai pada waktu mobil hijau tua menjemput, keputusannya untuk berjuang tak juga ia ubahnnya.
“Saya pamit. Memang kewajiban yang mengharuskan saya pergi. Bukan berarti saya tidak mencintaimu kan? Kau mudah untuk dicintai siapa saja. Sampai jumpa.”
“Jaga dirimu disana. Cepatlah kembali! Aku akan selalu menanti.”
“Ini surat terakhir untukmu sebelum kepergian saya.”
*******************
Setelah 4 tahun, Ruffo tak juga kunjung kembali. Ia masih berada di medan tempur. Karena namanya tidak ada dalam daftar pasukan yang hilang atau gugur. Hal itulah yang membuat Mesya penuh harap dalam setiap doa. Agar janji surat yang akan ia tulis, menemui jalan menuju hatinya.
Bayang Ruffo juga sering datang menghantui pikiran Mesya. Berbekal ilmu yang pernah diajari Ruffo, Mesya jadikan hal itu sebagai inspirasi untuk menulis tentangnya setiap hari.
Tak hentinya bayangmu datang dalam keheninganku. Sepi, sebab candamu, gitarmu, serta suratmu tak lagi menemani. Aku benar-benar merindu. Kamu adalah kamu. Yang tak pernah gagal membuatku merasa nyaman dan bahagia. Aku tidak pernah berhenti untuk mendoa pada pertemuan yang menuntun kita. Apa kabar kamu disana? Apa kamu juga merindu?
*******************
Suatu hari Warga berkerumun dan terdengar suara berapi-api yang bersumber dari radio publik.
“Penjajah telah diusir, wilayah kita telah merdeka!.” Sorak semua warga mendengar ucapan panglima perang. Tak terkecuali Mesya yang melompat girang. Kabar prajurit perang yang akan kembali pulang pada Jumat depan makin menambah girangnya.
Jumat yang Mesya nantikan akhirnya tiba. Sejak pagi Mesya sudah menunggu bersama warga lain. Sampai akhirnya iring-iringan mobil besar hijau gelap nampak dari kejauhan.
Semakin mendekat, mendekat, berhenti, dan mereka turun satu persatu. Mengubah suasana menjadi riuh penuh haru dan tangis bahagia. Setiap orang memeluk anggota keluarganya yang baru saja tiba. Melepas segala kerinduannya.
Tapi tidak dengan Mesya yang sedari tadi tetap juga murung. Karena Ruffo tidak berhasil ia temukan. Dan hanya kembali pulang dengan rindu yang sama.
Esoknya ia berniat berangkat ke rumah Ruffo. Berharap ia telah kembali pulang. Namun, baru 3 langkah keluar pintu, seorang tukang pos datang mengantarkannya surat.
Pada bagian depannya tertulis “Dari Ruffo untuk Mesya.” Surat yang sama seperti ia biasa kirimkan. Seketika Mesya melompat dengan senang, bahagia.
“Akhirnya, terimakasih tuhan, atas doa yang kau kabulkan untuk surat yang selalu aku nanti.” Gumamnya begitu sumringah.
Dengan tergesa-gesa ia bawa surat itu ke kamar, sambil dipeluk seakan memeluknya. Tidak sabar. Akan setiap kata yang ia tuliskan.
“Dari Ruffo untuk Mesya.” Semuanya sama seperti surat yang biasa ia kirimkan. Ditariknya perlahan isi surat itu. Tapi ada yang tidak biasa, tulisannya tidak disambung.
Jumat itu. Saya hanya memandangi. Senyum manis sama yang menenangkan. Namun sepertinya. Maafkan saya. Rasanya saya bukan orang tepat yang dapat menjaga senyum itu. Lebih baik kita sudahi saja hubungan tanpa ikatan ini. Saya sudah belajar ikhlas melihat senyummu itu dijaga pria lain. Karena saya tidak bisa.
Bak peluru yang memutar tepat dalam hentakan jantung. Terluntai, menggigil, dingin, dan meledak. Perasaan Mesya benar-benar hancur. Rindu, sedih, kesal, dan amarah berpadu.
“PLENTANGG!” tanpa sadar ia tinju gelas kaca didepanya. Terpelanting pecah. Tangannya pun mulai berdarah. Lantas ia menangis sejadi-jadinya. Bukan karena tangannya yang mulai berdarah, tapi karena hatinya yang sangat amat terluka.
Bagaimanapun juga rindu tetaplah rindu. Obatnya hanyalah menjumpai. Namun telah bercampur dengan amarah. Sehingga Mesya tetap pergi ke rumah Ruffo. Berniat untuk menampar tepat di wajahnya.
Sesampainya, Ruffo tak juga dijumpa. Hanyalah bibi Rina, bibinya Ruffo, mengabarkan ia sedang tidak di rumah.
“Ia sedang di rumah sakit ketentaraan. Mengobati luka-lukanya.”
“Memangnya berobat apa?”
“Ia sedang berobat jalan untuk luka-luka robeknya dan lengan kirinya yang belum lama ini diamputasi.”
Mesya cukup terkejut. Baru saja mendengar keadaan tentangnya. Secara spontan ia tuliskan surat dan menitip kepada bibi Rina agar diberikan kepada Ruffo.
Aku menderita. 4 tahun lamanya merindu. Atas candamu, gitarmu, dan surat indah darimu. Tapi bukan surat yang itu. Bagai malaikat pencabut nyawa. Mencabut hebat hingga ke akar. Menghempas segala mimpi, doa, dan harapan. Bagai pesawat yang karam. Lalu meledak dengan amarah. Menjadikannya berkeping-keping. Aku sangat amat menderita.
Meski akan jadi perjumpaan terakhir. Aku menunggu. Tak peduli kau peduli atau tidak. Jam 8 malam Selasa depan, di tempat biasa kau ajakku makan bersama.
*******************
Selasa yang dinanti akhirnya tiba. Mesya telah tiba 1 jam lebih awal. Agar tenang.
Setelah 30 menit menunggu. Hantu yang selalu membayangi Mesya perlahan nampak nyata dari kejauhan. Semakin jelas, mendekat, kemudian duduk berhadapan.
Mesya hanya melihat cepat lalu menunduk. Sekilas memorinya mengajak ke masa lalu. Di tempat yang sama, penuh dengan keceriaan, membuatnya sedikit tersenyum. Lalu padam, teringat pada surat itu.
Rindu dan amarah yang berpadu menghasilkan air mata yang mulai membasahi pipi Mesya. Seperti perempuan pada umumnya, mudah mengekspresikan perasaan. Mesya larut dalam tangisan atas hatinya yang terluka.
“Mesya Maaf. Saya tidak pernah berniat membuatmu sedih.” Ucap Ruffo memulai percakapan.
Memberanikan diri, Mesya memandang arah suara itu. Darah seakan terpompa begitu cepat saling berbalap-balapan. Dari jantung yang berdegup tidak kalah cepatnya. Setidaknya rindu itu terobati. Sedikit melegakan. Dengan terisak, Mesya mulai bicara,
“4 tahun aku menderita. Aku merindu. Hanya kamu. Aku menanti lama, surat-surat darimu. Dan ketika surat itu datang. Ga nyangka, kalo itu yang menghancurkan segala harapan,” ucapnya tersedu-sedu.
“Saya tidak tau kalo akan seperti ini. Jumat itu, senyummu terlihat begitu manis. Membuat saya takut. Kondisi saya sekarang seperti ini, sementara ada banyak pria sempurna lain yang berusaha menjaga senyum itu. Saya belajar bahwa mencintai tidak harus menguasai. Saya ingin kamu bahagia.”
“Kamu itu jahat. Ga ada yang lebih memberikan kebahagian selain kamu, lalu kau hempaskan begitu jauh,” ucap Mesya terbata. Lalu menyambungnya,
“Maaf, mungkin aku yang telalu nyaman dan tidak mempersiapkan risiko mencintai, entah kamu punya pasangan lain atau..”
“Tidak-tidak. Tidak ada. Bukan itu. Lihat saya sekarang. Penuh luka dan hanya satu lengan. Tak bisa lagi mainkan gitar dan...”
“Seharusnya kau bersyukur, dengan satu lenganmu kau dapat tetap menulis surat, ngendarain sepeda, dan lainnya.”
“Baimana kalo dalam perang saya kehilangan keduanya?”
“Prakkk!” Tiba-tiba tamparan mendarat tepat di pipi Ruffo.
“Ngapain kamu pertanyakan hal yang ga penting. Waktumu hanya terkuras ga bermanfaat. Kau harusnya bersyukur. Karena bahagia hanya milik mereka yang bersyukur.” Ucap Mesya meninggi.
Kemudian mereda, lalu mengucap,
“Maaf”
“Gpp, saya yang salah, mungkin saya yang terlalu banyak khawatir. Sebenarnya namamu selalu ada dalam setiap doa saya. Berharap tuhan menuntun saya kepadamu. Benar saya mencintaimu. Karena itu, kekhawatiran akan kebahagiaanmu yang membuat saya takut. Kau mudah dicintai siapa saja, saya takut kamu tidak bahagia dengan saya, dan saya ikhlas bila itu yang terbaik.”
“Ruffo, Apa kau ingat waktu kamu menggoncengku bersepeda lalu ada bocah-bocah yang menebak kita akan ke kiri atau kanan? Ketika tebakannya benar, mereka begitu riang. Dan kita heran dengan kebahagiaan sesederhana itu. Ternyata memang sesederhana itulah bahagia. Ketika bayang hantumu berubah menjadi sosok nyata, lalu kau tersenyum, dan baris kata keluar dari mulutmu. Itu adalah kebahagiaan untukku. Ya sesederhana itu. Karena kebahagiaan tidak akan sama. Seperti bocah-bocah itu yang menemukan temannya untuk tertawa. Dan aku menemukan kamu.”
Ruffo hanya terdiam, begitu gemetar berkaca-kaca, tersadarkan atas segala kekeliruan logika tentangnya. Seakan ingin mengeluarkan air mata namun hanya terpaku. Seperti pria pada umumnya, sulit mengekspresikan perasaan. Dan Mesya, tak henti menyeka air mata yang sedari tadi mengaliri pipi merahnya.
3 bulan setelah itu. Pada pagi yang begitu cerah. Ada yang lebih cerah dari pagi itu. Adalah Ruffo dan Mesya yang akhirnya mengikat cinta dengan ikatan yang hakiki. Adalah mereka yang membangun kebahagiaan atas nama cinta.
5 notes · View notes
bgarts · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
More gifts! For Chocopie, Tofusaur, SpoonMari, «•mesya•», and Bugaboo2.
5 notes · View notes