National Anthem of the Republic of Türkiye (Independence March (İstiklâl Marşı))
It's a great national anthem. divine. It can be said that it is a first-class national anthem. Strangely enough, Türkiye and Japan have a good chemistry. For example, when a Turkish ship was wrecked off the coast of Wakayama Prefecture, the citizens of Wakayama devoted themselves to the rescue, and Togo Beer was released by Turkey to commemorate Japan's victory over Russia in the Russo-Japanese War. Is it possible that only countries that are far apart can communicate with each other? China has the term” Interacting with the distant and attacking the near”, but there is something to think about in the trilateral relationship between Turkey, Japan, and China. (Japan and China, which are close to each other, do not get along very well.)
トルコ共和国国歌(独立行進曲(İstiklâl Marşı))
立派な国歌だ。神々しい。第一級の国歌と言ってよい。不思議に、トルコと日本は、相性が良い。和歌山県沖でトルコ船が難破したとき、県民が献身的に救助したとか、日露戦争で日本がロシアに勝ったことを記念してトルコが発売した「トーゴ―ビール」とか。離れた国同士だけに、気脈が通じることもあるのだろうか。遠交近攻という言葉が中国にあるが、トルコ、日本、中国の3者関係には考えさせられるものがある。(近い日本と中国は、犬猿の仲。)
3 notes
·
View notes
72 Jam @ Wakayama - # 1
Lima tahun tak menengok Soca, Wakayama –tempat dia tinggal dan bekerja sejak 2016—banyak berubah.
Tahun 2014, pertama kali ke Wakayama, menjenguknya saat ia mengambil kuliah dua semester di sini, saya dan bapaknya menginap di hotel Daiichi dekat stasiun JR. Bisa ditempuh dengan jalan kaki dalam jarak super pendek. Tak jauh dari hotel tempat menginap, di sudut jalan, ada toko yang menjual segala macam mesin jahit. Dari yang modern sampai antik. Penjaganya seorang bapak, duduk di sudut toko. Ia selalu menunduk, mengerjakan sesuatu.
Lalu di dekatnya ada toko yang penuh sesak dengan deretan bahan dan kimono yang sudan jadi. Bergantung di sana sini, tumpuk menumpuk. Tetapi yang paling menarik buat saya dari toko ini adalah dua bak besar berisi kimono dengan harga obral gembira. Di situ saya menemukan satu kimono warna merah terang untuk dibawa pulang.
Di seberang jalan, ada sebuah kedai kopi yang juga menjual perabot dari kayu. Kedai ini bergaya modern, ruangnya diisi tanaman, dan bagian belakangnya menghadap sungai. Lampunya ditata di tempat-tempat strategis. Buat foto-foto di Instagram, bagus sekali.
Oh, waktu itu, di stasiun kereta Nankai ada department store Takashimaya. Jangan samakan dengan Takashimaya di Tokyo atau Singapura. Yang ini kecil saja. Isinya barang keperluan sehari-hari, bahan makanan dan masak-memasak, sebaris perangkat tata rias, selorong baju. Sudah. Soca bilang, harga bahan makanan di situ tidak terlalu mahal, tak murah juga. Ada yang lebih murah di tempat lain, tetapi letaknya lumayan. Jadi kalau ditambah ongkos, sudahlah, belanja di mini Takashimaya ini saja.
Di kunjungan kali ini, toko mesin jahit sudah tutup. Bapak pemilik toko masih tinggal di sana, tapi sudah tak jualan lagi. Kata Soca, itu hal yang sangat biasa terjadi di Wakayama. Pemilik sudah lanjut usia, lelah, sementara anak atau cucu tak ingin melanjutkan usaha keluarga. Lalu toko kimono, sudah benar-benar lenyap. Berubah jadi lahan parkir. Sedangkan kedai kopi yang menghadap sungai, yang waktu kami datangi dulu tak tahu bahwa kopi mandaeling berasal Sumatra, Indonesia itu, sekarang lantai atasnya jadi bar , sementara lantai bawah jadi tempat display jualan perabot (yang kata Soca harganya agak mahal).
Covid 19 membuat banyak perubahan di Wakayama. Banyak toko, kedai, restoran, tutup. Tetapi banyak juga yang bertahan, Berjaya. Dan yang baru pun bermunculan.
Seperti Papermoon, toko baju milik Ibu Michiko yang saya temukan sejak tahun 2016. Sampai sekarang masih ada! Koleksi bajunya masih seperti dulu: serba katun dengan cutting yang sederhana, tapi enak banget di badan. Saya mampir ke sana, dan langsung jatuh cinta pada outer dengan hoodie warna hitam. Ya, langsung saya bawa pulang, dong. Dan seperti yang pada pertemuan kami sebelumnya, Ibu Michiko pastiiiiiii menjamu. Ia menyiapkan ice coffee dengan susu dan gula yang terpisah. Tak lupa menyelipkan hadiah. Kali ini 3 helai handuk wajah aneka warna. Ah, Michiko San....
Ada kedai udon di ujung Lorong Kitabura, tempat Soca tinggal. Sejak dulu, sampai sekarang, tetap ramai. Tadi siang, sebelum balik ke Jakarta, saya berniat makan siang di sana. Wah, penuh. Saya putuskan untuk jalan-jalan sedikit, lalu kembali lagi. Eh, salah besar: yang antri tak berkurang, malah nambah jadi 20 orang. Laris manis, Kak.
Favorite Coffee, yang buka beberapa bulan sebelum Covid, ternyata tetap bertahan. Kedai kopi kesayangan Soca ini terkenal dengan apple pie yang dibuat langsung di dapurnya, dengan potongan apel besar-besar. Ampun enaknya! Oh, dia juga terkenal akan lemonade dan ginger ale buatan sendiri. Saya beruntung bisa menikmati apple pie dan ginger ale-nya. Memang juara.
Tetapi yang paling juara dari semua itu adalah bagaimana pemerintah daerah Wakayama mengubah beberapa sudut kotanya. Takashimaya mini itu, sudah tak ada lagi, berganti dengan PERPUSTAKAAN 3 lantai: Wakayama Civic Library.
Lantai dasar diisi oleh TOKO BUKU dan kedai kopi asal Amerika. Selain buku yang boanyak (90% berbahasa Jepang), ada juga alat tulis dan suvenir yang bikin hati tergoda habis-habisa. Belum lagi majalahnya yang cakep-cakep dengan bonus hadiah lucu-lucu. Bahaya!
Lantai 2, yang didahului oleh mezzanine dengan deretan rak buku yang dipilih khusus sehingga menghasilkan “motif” di dinding, ada perpustakaan yang dilengkapi dengan ruang baca dan ruang kerja. Saya mampir ke sana pukul 7 malam, sebagian besar ruangan terisi oleh murid SD sampai SMA. Usai jam sekolah, mereka ke perpustakaan untuk bikin PR. Setelah selesai baru pulang ke rumah.
Di lantai 3, Kembali rak-rak buku memenuhi ruang. Ada bangku-bangku besar, lebar dan empuk. Yang mau baca sambil goler-goler di situ, boleh. Tetapi yang perlu ruang kerja tenang, tak berisik, bisa juga. Di lantai ini, saya bertemu banyak mahasiswa yang duduk menghadap buku-buku tebal terbuka. Mungkin sedang bikin skripsi.
Juara gedung perpustakaan ini ada di lantai 4: perpustakaan khusus untuk anak. Jangan ditanya koleksinya! Bikin panik! Selain itu ada ruang khusus untuk bercerita, bikin acara, ruang bermain, day care. Buat pengunjung yang tak mau meninggalkan perpustakaan karena PR belum selesai, sementara perut lapar, bisa mampir ke ruang makan di lantai 4 ini.
Selain perpustakaan, Wakayama sekarang punya gedung pertemuan yang bisa digunakan sebagai tempat konser, dan berbagai kegiatan kreatif lainnya. Terserah deh maunya apa. Namanya Wakaura Art Cube. Tak jauh dari kastil Wakayama.
Dan kastil! Ah, ini juga seru. Malah sekarang ada perkembangan menarik di sana. Tapi itu saya ceritakan di bagian berikut, ya.
Wakayama, tak jauh dari Osaka, tetapi mungkin teman-teman kurang mengenalnya. Begitu pun saya. Kalau bukan karena Soca yang memilih menetap dan bekerja di sini, saya tak akan tahu apa-apa tentang Wakayama. Tetapi setelah datang beberapa kali, buat saya, kota ini cantik, asri, dan tenang. Bebas hiruk-pikuk. Penduduknya ramah sekali.
Untuk semua yang ia miliki: saya suka. Dan mungkin itu yang membuat Soca betah di sini.
1 note
·
View note