Cinta itu Takut
20 Apr 2015 by @unicorntyping
Kata orang, cinta mengajarkanmu untuk takut. Takut kehilangan. Takut berharap. Takut bermimpi. Takut usaha sia-sia. Takut untuk memulai. Takut untuk mengakhiri. Takut untuk meninggalkan.
Seakan semua yang ada di dunia ini hadir untuk ditakuti.
Tak ada yang bisa mengontrol ketakutan.
Cinta yang dibalut akan ketakutan seperti bensin dan api yang mampu membakar hutan beratus-ratus hektar.
Tapi bukannya cinta itu memang membara?
Cinta tak harus membara nyalanya seperti api.
Bukankah cinta bisa saja seteduh angin pantai?
Namun, konsep cinta semacam itu tenggelam dengan bertambahnya konsep cinta yang serupa dengan cinta itu takut.
Manusia menganggap cinta adalah suatu perjuangan akan ketakutan. Bahwa mereka berjuang melawan rasa takut (akan kesendirian), (lalu memutuskan untuk) berdua, untuk menjalin hubungan atas nama cinta.
Namun, apakah benar seperti itu?
Apakah cinta harus... takut?
...
...
...
Bagaimana kalau ternyata kita tidak perlu takut untuk mencinta?
Kenapa?
Kenapa tidak?
Bukankah cinta membuatmu bahagia? Lalu, kenapa kamu seret rasa takut bersama cintamu, dan hanya membuat semuanya terasa berat?
Tentu saja tidak. Cinta bisa membuatmu menderita akan luka.
Tentu saja cinta tak punya kuasa untuk membuat luka. Sebab, rasa takutlah yang menyebabkan luka.
Saat kamu memilih untuk memisahkan cinta dan takut, kamu akan meninggalkan konsep cinta akan menyakitimu. Sebab, kamu akan merasakan betapa indahnya cinta yang disertai dengan kedamaian dan keharmonisan.
Dan, kalau kamu saat ini berhadapan dengan ketakutanmu, ingatlah jangan tenggelam di dalamnya. Sebab, kalau kamu membiarkannya menembus batinmu terlalu dalam, sinyal ketakutanmu akan terdeteksi oleh semesta. Seakan kamu sedang meminta dihinggapi rasa takut itu, maka dengan sendirinya alam akan bekerja mengikuti ketakutanmu. Alam menerima sinyal itu, karena kamu 'ingin diberikan rasa takut'.
Bukankah apa yang bekerja dalam pikiranmu yang terkuat itulah yang diwujudkan oleh alam? Jadi, berhati-hatilah.
4 notes
·
View notes
Rocket x Mantis for the ship ask? :3
Ship It
1.) What made you ship it? Honestly I don’t remember a specific reason, I just remember seeing the idea on tumblr and thinking it was cute in a silly way and then, like most crack ships I get into, I dug myself in deep and began shipping it in earnest.
2.) What are your favorite things about the ship? I love the contrast between Mantis as a sheltered empath with a bubbly personality and Rocket as a trigger-happy hot head with a soft spot. They’re both traumatized lil babies and for as different as they are, there’s so much potential in them finding similarities to bond over.
They also appeal to my “beautiful tall girl, cartoony short guy” ship preferences lol.
3.) Is there an unpopular opinion you have on your ship? It’s such a tiny ship that I don’t think there’s enough thought about it to give credence to many opinions, if any?
3 notes
·
View notes
Catatan Teruntukmu yang Mau Mengakhiri “Segalanya” karena Pedihnya Mencintai
― 16 May 2022 by @unicorntyping
Tidak ada usaha yang pernah cukup untuk membuat orang memahamimu, selain dia berusaha mendengarkanmu.
Jangan berpikir hanya dia yang memahami dan bisa membantumu. Percayalah bahwa nantinya ada orang yang mampu memahami dan mendengarkan dirimu.
Semua itu dimulai dari diri sendiri.
Kalau kamu mulai pahami dan dengarkan diri sendiri. Kenali diri sendiri, termasuk apa yang kita pikirkan dan rasakan. Barulah bisa mencari kenalan satu frekuensi sama kita.
Tidak ada usaha yang pernah cukup untuk membuat orang mempertahankan komitmennya denganmu, selain dia memahami pentingnya dirimu dalam hidupnya.
Pada dasarnya, orang berubah itu karena keinginannya sendiri—bukan karena didorong sama pasangan. Jadi, mulailah ubah dirimu sendiri karena kamu tidak bisa menuntut pasangan berubah. Setelah kamu berubah, akan tahu bahwa pasangan ini bisa mengikuti alurmu atau malah gagal dan merasa tidak cocok di jalur perubahanmu.
Tidak ada usaha yang pernah cukup untuk membuat seseorang mencintaimu kembali, selain dia memahami arti cintamu. Tidak perlu berusaha sekeras mungkin untuk memperoleh cinta, karena butuh usaha keras dari kedua belah pihak untuk mempertahankan sebuah komitmen.
Kadang bersama bukan berarti bahagia. Pisah bukan berarti tidak bahagia. Sebab, itu cinta tak harus memiliki. Buat apa saling memiliki, tapi tidak bisa mempertahankan komitmen? Hanya saling berteriak, saling menuduh dan curiga?
Kalau kamu mulai pahami dan dengarkan diri sendiri. Kenali diri sendiri, termasuk apa yang kita pikirkan dan rasakan. Barulah bisa mencari kenalan satu frekuensi sama kita.
Kadang orang bersama-sama itu karena sama-sama terluka sehingga saling memahami—bukan karena saling cinta. Kadang ada juga yang salah mengartikan luka ini dengan cinta. Atau, terlalu berpikir muluk-muluk mau mengubah luka dan mengajarkan cinta pada pasangan. Padahal, kamu sendiri belum paham cinta itu seperti apa.
Bicara soal mencintai diri, bisa dimulai dari hal sederhana: berikan perhatian pada diri sendiri—makan tepat waktu, minum air cukup dan tidur cukup. Kembali menekuni hobi lama atau eksplor hobi baru.
Ketika kamu tidak punya cinta dalam diri, bisa diibaratkan seperti orang yang kelaparan akan melahap habis makanan apa pun yang ada di hadapannya. Begitu pula kamu.
Kamu akan “mencicipi” kehadiran siapapun yang kamu pikir bisa memberikan cinta padamu. Kenyataannya? Belum tentu.
Sementara, kalau kamu sudah kenyang, pastinya kamu akan lebih selektif memilih makanan pencuci mulutmu. Seperti kamu yang akhirnya bisa selektif memilih siapa yang berhak memenangkan hatimu dan diperbolehkan masuk ke dalam kehidupanmu.
Kamu tidak akan pernah bisa memberi, jika kamu sendiri saja tidak memiliki apa pun.
Mungkin kamu berbelas kasihan pada seorang pengamen, tapi ketika kamu tidak mempunyai uang sepeser pun, apakah bisa kamu memberikannya? Tentu tidak.
Hei, mungkin orang menganggapmu terlalu mudah kasihan atau mudah sayang pada orang lain. Tapi itu artinya kamu mempunyai kapasitas mencintai orang lain yang sangat besar. Itu adalah anugrah. Tapi bisa menjadi kutukan di saat kamu tidak bisa mengelolanya.
Di saat kamu sudah punya kasih yang cukup untuk dirimu sendiri, bagikanlah energi tersebut pada orang di sekitar—orangtua, keluarga, teman, tetangga, bahkan orang asing. Jangan terfokus untuk memberikan hanya pada satu orang saja—gebetan, mantan atau pasangan saja.
Kamu perlu juga memahami mencintai seseorang tak harus mendapatkan kembali cinta dengan jumlah yang sama. Misalnya, kamu bisa mencintai keluargamu “dari jauh” dan tidak perlu menuntut keluargamu perlu memahamimu seutuhnya.
Tidak ada usaha yang pernah cukup untuk membuat orang memahamimu, selain dia berusaha mendengarkanmu. Tidak ada usaha yang pernah cukup untuk membuat orang mempertahankan komitmennya denganmu, selain dia memahami pentingnya dirimu dalam hidupnya. Tidak ada usaha yang pernah cukup untuk membuat seseorang mencintaimu kembali, selain dia memahami arti cintamu. Tidak perlu berusaha sekeras mungkin untuk memperoleh cinta, karena butuh usaha keras dari kedua belah pihak untuk mempertahankan sebuah komitmen.
Kadang bersama bukan berarti bahagia. Pisah bukan berarti tidak bahagia. Sebab, itu cinta tak harus memiliki. Buat apa saling memiliki, tapi tidak bisa mempertahankan komitmen? Hanya saling berteriak, saling menuduh dan curiga?
Pada dasarnya, orang berubah itu karena keinginannya sendiri—bukan karena didorong sama pasangan. Jadi, mulailah ubah dirimu sendiri karena kamu tidak bisa menuntut pasangan berubah. Setelah kamu berubah, akan tahu bahwa pasangan ini bisa mengikuti alurmu atau malah gagal dan merasa tidak cocok di jalur perubahanmu.
Kehilangan dia artinya kehilangan makna untuk bertahan hidup?
Apa sih arti hidup? Pernahkah kamu merenungkan, 'Kenapa Tuhan menghadirkanku di dunia ini?' Sering, tapi tak menemukan jawaban?
Maka, temukanlah jawabannya. Di dalam hidup, kamu perlu mengeksplor berbagai hal untuk tahu apakah kamu suka atau tidak suka. Di sanalah, nantinya kamu akan menikmati makna hidup.
Mulailah menikmati hidup dengan sederhana. Masih bisa bernapas. Masih bisa berjalan dengan nyaman. Bisa makan dengan sehat.
Jika terasa sulit, setidaklah hidup untuk sehari ini saja. Berikanlah kesempatan untuk dirimu melakukan segala hal seolah-olah hari ini adalah hari terakhir hidupmu. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan?
Apa pun itu, lakukanlah dengan hati gembira. Mau bersih-bersih rumah? Lakukan dengan senyuman. Mau kuliah atau kerja? Lakukanlah dengan hati yang tulus. Buatlah dirimu berguna untuk orang lain
Kalo bahas tujuan hidup, mulailah menikmati hidup utk hari ini. Cobalah hidup untuk satu hari aja. Hari ini mau bersih bersih rumah? Lakukanlah dengan hati gembira. Mau kerja? Lakukanlah kerjaan itu dengan hati.
2 notes
·
View notes