Tumgik
#mengendarai sepeda motor
ceritapermata · 2 months
Text
Yah, Bu. Gadis kecil yang dulu ga berani tidur sendiri itu, sekarang sudah berani tidur sendiri bahkan tinggal sendiri.
Yah, Bu. Gadis kecil yang dulu kemana-mana selalu diantar, sekarang sudah berani jalan sendirian, bahkan dia sudah berkali-kali melakukan perjalanan jarak jauh ke negeri orang.
Yah, Bu. Gadis kecil yang dulu ga berani naik ojek sendirian dari rumah ke TPA, sekarang sudah berani naik angkutan umum dari rumah ke luar kota.
Yah, Bu. Gadis kecil yang dulu ga bisa mengendarai sepeda disaat anak seumurannya sibuk kesana kemari bersepeda, sekarang sudah bisa mengendarai sepeda motor. Bahkan acap kali dia berkeliling sendirian tak tau arah.
Yah, Bu. Gadis kecil itu kini sudah beranjak dewasa. Sudah kepala dua usianya. Ternyata sudah sejauh itu waktu berjalan ya.
Gadis kecil yang dulu hampir setiap malam menangisi PR yang belum selesai sedang mata sudah mengantuk. Atau sekedar menangis karena takut tidur sendirian. Sekarang sudah beranjak dewasa. Tangisnya sekarang sudah tak lagi sama. Tangisnya di malam-malam sepi itu kini hanya perihal takut akan masa depan yang masih belum jelas dibayangannya.
20 Feb 24
12 notes · View notes
aksara-rasa · 4 months
Text
Aji Nurrudin;
(Teruslah membumi dan sederhana, karena dari kesederhanaan yang kamu bumikan, aku jatuh cinta 🤍)
______________
Hari ini adalah pertama kalinya aku ketemu sama bonnnfiee (panggilan sayang) setelah LDR ke 5 pada jarak 223km.
Seperti biasanya, aku selalu menyiapkan kejutan kecil setiap kali kepulangannya. Bukan karena dia yang meminta. Tapi ini bagian dari diriku. Bagiku, memikirkan ide sebuah kejutan untuk orang tersayang adalah hal yang menantang dan begitu mengasyikkan, terlebih jika ide-ide ciamik yang aku dapatkan bisa teralisasikan dengan baik dan berhasil sesuai perencanaan.
Selain itu, hal yang paling kusuka adalah aku ingin menjadi orang yang pertama kali dilihatnya setelah dia pulang kerja. Dari sanalah aku berpikir bahwa, selama aku bisa, aku mau terus menjemputnya di tempat terakhir dia turun dari kendaraan sebelum menuju rumah.
Kalau ada yang tanya, "ko kamu mau aja si jemput dia?"
Tentu saja aku mau, kalau ditanya alasannya kenapa— aku juga gak tahu pasti apa alasannya. Tapi yang jelas, bagiku kepulangannya adalah hal yang paling kunantikan, karena dengan pulang, kita bisa berbagi ruang dengan lebih luas lagi tanpa dibatasi jarak maupun waktu.
Aku berjalan menjemput dia mengendarai sepeda motor. Tidak seperti kepulangan kemarin, kali ini aku berhenti pada tempat yang sama tapi belum juga terlihat bonnfiee yang sudah menunggu. Begitu aku melihat ke arah depan, terlihat dari kejauhan senyum manisnya sudah merekah meskipun dia masih berjalan menuju ke arahku. Jarak kami lumayan jauh, jadi kuputuskan untuk menghampirinya agar dia tidak berjalan terlalu banyak. Kita sama-sama berjalan, bedanya dia jalan kaki, aku mengendarai sepeda motor. Kita sama-sama berjalan, kita sama-sama berhenti dan bertemu pada satu titik.
Wajah kepiting rebus (salting) adalah salah satu andalan kita setelah sekian lama tidak bertatap muka secara langsung. Aku langsung memberikan kejutan sederhana yang sudah kusiapkan. Seperti biasanya, dia selalu tersenyum, tapi kali ini senyumnya terlihat lebih mekar, saat aku tanya kenapa, ternyata ada kejadian lucu yang ingin sekali dia ceritakan kepadaku.
"Ya udah nanti di jalan cerita ya sayang.."
"Iya sayang.." jawabnya sambil mengambil alih posisi penyetir.
"Neng aja yang nyetir, aa kan capek baru pulang."
"Nggak, capeknya juga hilang udah ketemu sama neng mah."
(Kepiting rebus) "Hahaha, bisa bae."
Di perjalanan, kami tentu saja saling menanyakan kabar, berbagi cerita dan yang pasti dia cerita soal kejadian lucu tadi.
"Yang, absurd banget tau.. masa tadi aa naik mobil elfnya yang udah disewa, pantes ya pas aa melambaikan tangan biar mobilnya berhenti tuh ko lurus aja. Nah pasnya di deket rel tuh kan berhenti, jadi udah aja aa langsung naik. Awalnya pas naik gak sadar sama sekali, sadar-sadar tuh pas ada dua ibu-ibu yang mau naik tapi ini mobil ko gak mau berhenti juga, udah gitu aa lihat sekeliling ko banyak ibu-ibu sama anak-anak TK di dalamnya. Akhirnya, aa beranikan diri tuh buat bertanya sama salah satu ibu-ibu yang disana."
"Bu, ini mobil udah disewa tah?"
"Iya a, ya udah gapapa.. da mau pulang juga kitanya."
"Iya pantesan pas tadi disuruh berhenti jalan terus. Hehehe"
"Iya gapapa a.."
Aku yang mendengarnya seketika juga ikut tertawa, "Benar-benar absurd tapi bukan sesuatu yang memalukan ko. Lagian aa juga kan bayar sampai tujuan. Pantes ya neng tadi mikir .. ko tumben cepet pisan ngabarinnya tadi bilangnya udah dikanci terus tiba-tiba langsung ngabarin lagi kalau udah nyampe buntet, Hahaha. Tapi beneran ada hikmahnya yang.. Allah tuh tau kalau aa capek, jadinya dibuat begini. Alhamdulillah jadinya kan bisa nyampe lebih cepet yang."
"Alhamdulillah iya bener sayang.. tapi, asli aa baru ngalamin seumur hidup yang, jadi vibesnya kek bakal keinget terus gitu."
"Ya udah gapapa. Gak ada yang salah. Hahaha"
"Iya sayang, aa tuh mau ngakak pas disana juga ditahan, makanya pengen cepet-cepet cerita sama neng biar bisa ngakak bareng. Hahaha"
"Percayaaa... makasih ya sayang."
"Makasih buat apa?"
"Udah mau berbagi cerita sekecil apapun ke neng, pokoknya jangan bosan cerita, sekecil aa digit nyamuk juga cerita ya.."
"Iya sayang, aa juga makasih banget neng bisa jadi pendengar yang baik. Tapi emang aa pernah digigit nyamuk? Perasaan nyamuk di semarang mah yang ada juga nabrakin orang bukan gigitin."
"Hahaha ya udah itu pokoknya, dah ah fokus nyetir."
Di bawah langit mendung, dec 18
9 notes · View notes
metamorf · 1 year
Text
Bagian 6
Akhirnya, aku sudah bekerja di rumah sakit daerah di kota. Hari-hariku berjalan sebagaimana biasanya. Satu tahun berlalu aku sudah memikirkan untuk mencari kampus lanjutan studi ku. Tapi aku kembali diambang kebimbangan, setelah mengetahui dunia kerja, ada dua pilihan yang aku pikirkan saat ini. Pertama, akankah aku lanjut D4 yang satu jurusan dengan kuliahku yang D3, kedua aku pindah jalur lanjut S1 agar baku bisa lanjut S2. Ya, S2, sesuai dengan cita-cita ku sebelum aku bekerja. Saat itu semangat ku masih menggebu-gebu, idealis untuk terus lanjut studi ke tahap S2 semakin menarik perhatian aku. Aku tahu D4 memang lanjutan yang direkomendasikan jika ingin terus ada di dunia rumah sakit atau klinik. Tapi aku ingin berbeda, aku ingin S2. Aku ingin keluar dari zona nyaman.
Hujan malam itu turun dengan lebat. Biasanya menjelang dinas malam aku berada dirumah tidak di kosan. Sebagai anak perempuan, Bapak selalu khawatir jika anak perempuannya berangkat bekerja malam-malam sendirian mengendarai sepeda motor apalagi kondisi cuaca hujan besar seperti saat ini. Bapak selalu menawarkan untuk mengantarkan aku menggunanakn mobil agar sampai ke tempat aku bekerja dengan selamat. Pikiran aku berisik saking berisiknya tidak menyadari kalau diluar juga berisik dengan hujan yang lebat menghujam badan mobil menembus jalanan. 
“Pak, aku mau lanjut kuliah ya, sampai S2” aku mencoba memecah keheningan dalam mobil. “Tapi aku gak lanjut D4, aku lanjutnya S1”aku melanjutkan.
“Nanti kuliahnya dimana Del?”tanya Bapak
“Di Jakarta”ucapku
“Memangnya disini nggak ada?
“Nggak ada pak, terdekat itu D4 di jakarta, tapi tidak ada penerimaan mahasiswa baru. Ada di Bandung tapi itu kejauhan, aku harus resign
“Ya jangan sampai resign lah
Iya makanya aku nyari alternatif termudah”, aku mau S1 biar akumudah bisa lanjut S2
“Yasudah kalau itu mau kamu”bapak tidak banyak komentar sat itu dan terus melanjutkan menyetir mobil. 
Semenjak aku bersikeras ingin bekerja di pusat daerah kota, dan sampai ada tragedi aku di bentak dan dimarahi oleh bapak, bukannya aku menuruti, aku malah melawan. Apapun yang aku inginkan dan aku utarakan kepada Bapak, tidak pernah ada penolakan lagi, tidak pernah ada larangan lagi. Apapun semua keputusan yang akan aku ambil, Bapak menyerahkan kepadaku. Mungkin Bapak merasa bersikeras apapun Bapak melarang dan memberi saran, aku tetap pada pilihanku. Sekarangpun Bapak sudah tidak pernah lagi menanyakan mengenai studiku, mau dilanjut atau tidak.
***
Dua tahun setelah aku bekerja, akhirya aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah S1, bukan D4. Aku tetap pada pendirianku yang idealis, S1, agar bisa melanjutkan studi S2. Proses izin belajar dimudahkan oleh atasan di tempat aku bekerja. Ibu dan Bapak juga manut apa mau aku.
“Del, sekarang kan lagi buka lowongan CPNS. Kamu gak ikutan?” Tanya Bapak. sambil memindahkan tanaman dari polybag ke pot bunga yang agak besar. Aku membantu Bapak disebelahnya. Bapak sangat suka sekali menanam tananam hias, dari mulai teras depan sampai halamam rumah dipenuhi dengan berbagai macam bunga dan tanaman hias. 
Tahun ini bertepatan dengan pembukaan lowongan tes CPNS yang serentak diadakan se-Indonesia. Mulai dari tingkat daerah, provinsi hingga kementrian. Hal itu menjadi topik yang hangat sekali diperbincangkan oleh orang-orang kebanyakan, entah itu teman satu kerjaan, bahkan grup-grup keluarga dan grup alumni kuliah juga sedang membahasnya. 
“Iya nanti aku coba Pak” jawab ku sambil menyeka peluh keringat yang menetes di dahi. Cuaca hari ini sangat panas, matahari tepat berada diatas kepalaku. 
Sebetulnya aku ragu, untuk mengikuti tes CPNS ini. Karena  aku baru saja memasuki semester pertama diperkuliahan. Selain lanjut kuliah, ternyata Bapak juga ingin anaknya bisa jadi PNS. PNS bagi generasi Bapak merupakan pekerjaan yang paling aman dan stabil, bahkan ada yang bilang sejahtera karena setiap bulannya pasti menerima gaji, hingga sudah pensiun pun masih menerima gaji pensiunan. Tidak jarang PNS juga disebut-sebut sebagai menantu idaman para mertua. 
Kuliah ku saat ini seolah bukan menjadi hal utama lagi bagi Bapak, Bapak ingin aku menjadi PNS.
“Bapak mau aku ambil posisi dimana?” tanya ku kepada Bapak.
“Ya terserah kamu saja Del, maunya dimana” lagi-lagi Bapak menjawab dengan kata terserah. Lama-lama aku merasa bersalah ketika mendengar kata terserah keluar dari mulut Bapak. Semenjak kejadian pertama kali aku bersikeras ingin bekerja sesuai keinginanku, disaat aku butuh saran dari Bapak, yang keluar dari mulut Bapak hanya terserah. Hatiku entah mengapa menjadi sakit. Apa dulu Bapak juga merasakan hati yang sesakit ini ya?
Aku harus bagaimana?. Batinku menjerit
Aku tatap layar komputer itu lamat-lamat, tetap berada dilayar formasi mana yang akan aku pilih. Memilih di daerah, provinsi atau kementrian. Hati kecilku ingin menyenangkan Bapak dengan bisa lolos CPNS karena perasaan tidak bersalah tempo dulu. Sudah sampai ditahap kalau lolos aku ucap syukur, berarti keinginanku untuk S2 terhenti. Dan tidak lolos tes CPNS pun aku ucap syukur juga, berarti aku akan terus melanjutkan misiku. 
Pilih di daerah pun jauh-jauh sekali dari rumah. Apalagi kalau diluar daerah. Aku bergumam. Sambil terus menggerakkan kursor mouse ke atas dan bawah. 
Kursor mouse ku berhenti ketika aku melihat ada formasi di instansi yang dekat sekali dengan rumah, jaraknya pun mungkin hanya sekitar lima belas menit. Aku scroll lagi mouse yang aku pegang, 
Ada formasi di instansi yang cukup besar juga ya ternyata. Aku menghela nafas panjang. 
Aku teringat dengan Bapak, aku ingin menyenangkan Bapak, aku ingin menebus kesalahan aku waktu itu, dan menuruti apa mau Bapak, bekerja di dekat rumah. aku memilih instansi yang dekat dengan rumah dan peluang untuk aku bisa lolos juga sangat besar. 
Aku membuka pintu rumah kosan, teman satu kosanku sedang belajar soal-soal tes CPNS, hari itu sudah H-2 minggu pelaksanaan ujian tes SKD. Aku baru saja pulang dari kampus dan sedang menempuh ujian tengah semester. Mendekati hari H aku fokus untuk menyelesaikan ujianku terlebih dahulu. Setelah ujian selesai dan itu sudah memasuki H-1 minggu aku baru serius belajar dan latihan soal-soal SKD. Cemas sudah pasti, deg-degan apalagi setiap hari. 
Hari H ujian selesai. Tiga bulan setelahnya pengumuman siapa yang lanjut ke tahap selanjutnya yaitu tes SKB. Aku berada diperingkat ke dua dari tiga besar. Nilainya tidak cukup jauh dari peserta yang peringkat pertama dan ketiga. Aku pikir jika aku belajar sungguh-sungguh aku bisa menyalip nilai akhirnya. 
Tes kali ini cukup butuh usaha yang lebih dibandingkan tes yang pertama. Sebelum tidur bertemu dengan laptop, setelah bangun tidur yang dibuka langsung laptop. Sampai seharian aku berkutat dengan laptop ditambah buku dan kertas-kertas latihan soal. Belajar untuk tes aku jalani, belajar untuk perkuliahan juga tetap aku jalani. Sungguh luar biasa pikirku.
Kamu sudah sampai mana belajarnya Dek?
Sebuah pesan masuk dari Kak Rifki, Dia kakak tingkatku semasa kuliah. Yang selama ini menjadi teman diskusiku mengenai apapun yang terjadi dalam hidup ini. 
Ini aku lagi istirahat ka, habis belajar latihan-latihan soal. 
Aku klik tombol send.
Kamu harus lolos. Ingat diluar sana banyak orang-orang yang belajarnya lebih serius dibanding kamu. Kamu lengah sedikit, yasudah gagal.
Kata-kata itu membuat hormon ardenalinku terpacu. Aku buka lagi laptop, buku dan kertas-kertas latihan soal tes CPNS. Aku tidak mau gagal, bagaimana kalau harus orang lain yang lolos, aku tidak. Pokoknya aku harus bisa melewati nilai si peringkat satu itu di akhir tes SKB.
Oke aku akan terus berlatih. Ucapku dalam hati dan juga balasan yang aku kirim ke Ka Rifki. 
Tes sudah aku lewati, hari ini perkiraan jadwal pengumuman hasil tes seleksi. Aku buka website, instagram, dan twitter BKPPSDM, untuk mengetahui apakah sudah keluar pengumumannya atau belum.
Ada notif pesan whatsapp yang masuk ke ponselku. Aku buka pesan itu ternyata dari kepala ruangan di tempat aku bekerja. Pesan yang beliau kirim berupa screenshootan gambar, aku klik tombol download digambar tersebut, dan tertulis nama aku disana.
Aku menghela nafas panjang, dan langsung menelpon Ibu saat itu juga.
“Bu, Alhamdulillah aku lolos” ucapku ditelepon. Lolos sebagai PNS harapan Ibu dan Bapak yang sesungguhnya. Saat itu aku berada di kosan. Aku masih bekerja di salah satu Rumah Sakit Daerah di Kota. Tapi aku sendiri bingung dengan perasaanku kali ini, senang sekaligus sedih secara bersamaan.  Senang karena akhirnya PNS, bisa memenuhi harapan Bapak yang sesungguhnya, sedih, karena mungkin mimpiku terhenti disini. 
Orang-orang disekitar mengatakan bahwa kuliah S1 aku tidak diakui untuk naik golongan atau jabatan di PNS, nanti percuma saja dan hanya akan buang-buang uang. Bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa teman-temannya mereka yang sedang kuliah dan diterima PNS memilih untuk berhenti kuliah. Tapi aku tetap bertekad untuk menyelesaikan kuliahku. Aku merasa ini sebuah tanggung jawabku untuk menyelesaikan apa yang telah aku mulai. Aku tidak pernah menyesal aku melanjutkan studi S1 ku ini, mungkin akan lebih menyesal jika aku lebih memilih berhenti karena PNS, mungkin bayang-bayang aku tidak menyelesaikan kuliah yang aku inginkan dari dulu akan menjadi penyesalan yang akan terus menghantui diriku selama dikehidupanku. 
PNS aku sudah 100%, dan aku pun lulus dan telah wisuda dari kuliah S1 ku. Aku sekarang bangga dan bahagia dengan pilihanku, bisa melanjutkan kuliah sesuai keinginanku dan diterima sebagai PNS. Meskipun keduanya tidak bersinggungan secara langsung. Aku belajar, bukan soal terpakai atau tidaknya ijazah yang aku dapatkan di S1, tapi soal bagaimana aku berproses untuk bertumbuh. 
Selesai….
2 notes · View notes
oelazizah · 1 year
Text
Senin Bersama Ayah
 EPISODE 1:
Sayup-sayup kudengar suara Ayah mengaji dari ruang tengah, suaranya berat dan sesekali kudengar suaranya juga bergetar. Kubuka perlahan mataku, “Ah iya, hari ini Hari Senin! Aku akan ikut Ayah ke kantor hari ini”, ujarku dalam hati.
Aku dan Ayah sudah merencanakan kegiatan ini sejak bulan lalu, Ibu sampai ngambek karena harus ditinggal di rumah sendirian, aku dan Ayah malah lanjut menggoda Ibu sambil mengatakan, “Nanti aku kirim foto-fotonya tiap lima belas menit deh biar Ibu nggak ngerasa sendirian di rumah sambil menunggu kami pulang.”
Aku dan Ayah sampai sIbuk mencari judul perjalanan kami, setelah lama berdiskusi akhirnya kami sepakat  memberi nama kegiatan ini dengan nama “Senin Bersama Ayah”, terinspirasi dari film yang pernah kami tonton di bioskop beberapa tahun lalu.
Kulihat sekeliling, terlihat Ibu sedang memasak di dapur kesayangannya. Nuansa hijau lembut dipadukan kuning gading mengelilinginya, semua perkakas tertata rapi dan dalam warna senada, kitchen set ini adalah hadiah dari Ayah untuk Ibu tahun lalu. Uap mengepul dari mesin penanak nasi, aku rindu aroma nasi pandan buatan Ibu ini.
Aku melongok sedikit ke dekat kompor, “Yes!, hari ini menunya tempe bacem favoritku”, tak lupa ditemani dengan sambal bajak kebanggaan Ibu. Perutku mulai meronta ingin diisi.
Tak lama suara adzan subuh berkumandang dari masjid di depan perumahan, kulihat Ayah dan Ibu menggelar sajadah untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Sesudahnya, Ayah memimpin doa, sesekali aku mendengar Ayah menyebut namaku, Ibu terisak di belakangnya. Doa pagi ditutup dengan mereka saling berpelukan. Romantis sekali memang Ayah Ibuku itu.
Setelah merapikan sajadahnya, Ayah mulai melakukan ritual paginya, yaitu menyiapkan isi ransel kerjanya, memeriksa baterai handphonenya, memasukkan laptop yang sempat menemaninya begadang semalam, dan tentu saja setumpuk laporan bulanan dalam map kuning yang harus Ayah setorkan ke Pak Andi nanti siang.
Kemudian Ayah mulai mengambil seragam kerja di gantungan lemari, semoga Ayah tak salah lagi mengambil seragam warna merah itu. “Hari ini Senin lo, Yah”, sindirku. Aku tertawa mengingat kejadian salah seragam dua minggu lalu. Gara-gara salah seragam, Ayah harus memakai jaket seharian agar tidak menjadi bahan bercanda oleh teman-teman kerjanya.
Di ruang makan, Ibu sudah selesai menyiapkan sarapan pagi ini, nasi putih hangat ditemani tempe bacem, ayam sereh, sambal bajak, dan sayur asem. “Waahh, makan besar ya pagi ini”, kataku. Ayah makan dengan lahap dan cepat karena berpacu dengan jam dinding yang sepuluh menit lagi akan berdentang sebanyak enam kali, sementara Ibu hanya memandangi Ayah sambil menyeruput teh tubruk favoritnya. Ibu memang baru akan sarapan setelah Ayah berangkat kerja, Ibu bilang itu adalah quality time nya.
Piring Ayah sudah bersih, tandanya ia akan segera berangkat bekerja. Bekal makan siang sudah dimasukkan ke ransel hitamnya. Kemudian Ibu mencium tangan Ayah, tak lupa Ayah membalas dengan mengecup kening Ibu.
“Aku berangkat ya, Assalamualaykum, ati-ati ya di rumah”, pamit Ayah kepada Ibu.
Ayah hampir saja meninggalkanku jika Ibu tidak meneriakinya sebelum belokan di depan, “Mas, ada yang ketinggalan”, kata Ibu setelah berhasil mendekati Ayah.
Setiap hari, Ayah berangkat dari rumah dengan mengendarai sepeda motor hingga terminal bis Purabaya, karena setelahnya Ayah akan melanjutkan perjalanan menggunakan bis antarkota. Biasanya aku hanya mengantarkannya sampai depan rumah, setelahnya aku akan sarapan bersama Ibu sambil mendengarkan acara tv favorit kami. Kemudian aku akan menemani Ibu memasak sekaligus makan siang. Jika tidak ada kegiatan, biasanya kami akan mengobrol sampai nanti tertidur dan sore harinya kami akan menyiapkan makan malam untuk Ayah. Tapi hari ini aku akan ikut Ayah ke kantor yang selalu diceritakannya, bertemu dengan Om Cahyo, Om Akbar, dan Pak Andi.
Setibanya di terminal Purabaya, Ayah menuju tempat parkir motor, “Oh di sini ternyata si Bebet dititipkan”, kataku. Ayah menghampiri Bapak penjaga parkiran untuk meminta karcis penitipan motor.
“Sehat, Mas?”, tanya Bapak penjaga parkir yang warna rambutnya sudah hampir berubah manjadi putih sambil menepuk pundak Ayah.
“Alhamdulillah, Pak”, jawab Ayah singkat.
Sambil merapatkan jaketnya, Ayah menunggu bis langganannya di dekat gerbang keberangkatan bis antakota. Kata Ayah, setiap hari Ia naik Bis Panda, aku selalu tidak percaya dengan ceritanya, “berarti ada bis gajah, bis jerapah juga donk, Yah?”, tanyaku ingin tahu waktu itu. Ayah hanya tertawa.
Dari kejauhan, muncul bis berwarna hijau, orang-orang mulai mendekati bis tersebut, termasuk Ayah. “Ah ternyata memang Bis Panda bener-bener ada”, kataku sambil terpukau karena ada dua ekor panda di bagian belakang bis.
Ayah memilih duduk di kursi yang kosong dekat dengan jendela, ayah bisa leluasa memilih tempat duduk karena pagi ini penumpang bis masih sepi. Ayah menurunkan ranselnya dari punggung, dan mulai memejamkan mata. “Oh ternyata Ayah kalo uda di bis itu tidur”, aku mulai menyimpulkan.
Sesekali Ayah terbangun, selain untuk membayar karcis bis, Ayah juga memandang keluar jendela, sepertinya ingin memastikan bahwa titik pemberhentiannya belum terlewatkan, kemudian Ayah memejamkan mata lagi.
Empat puluh lima menit berlalu, Ayah mulai membuka mata dan melepaskan ransel yang sedari tadi dipeluknya, kemudian Ayah berdiri dan berjalan menuju pintu depan, dari jauh bisa kulihat bangunan berwarna merah putih dengan tulisan PT Surya Agung Pratama, “Ah itu adalah kantor Ayah”, kataku bersemangat.
Tak lama, bis panda mulai mengurangi kecepatan dan menepi ke kiri jalan, Ayah turun dari bis dan mulai berjalan kaki mendekati bangunan merah putih itu.
4 notes · View notes
nuritawa · 1 year
Text
Dengar Kembali (Episode 1)
Aku menatap jalanan didepan setengah kosong, masih agak kesal dengan telpon mendadak 3 jam yang lalu. Kenapa orang rumah tidak pernah mengerti, kalau aku paling tidak suka dengan hal mendadak begini. Apalagi cuma untuk urusan sepeleh. Memangnya kenapa, sih, misal aku absen saja? Toh, ada aku ataupun tidak acara tetap berlangsung.
Sebenarnya bukan karena acaranya yang membuat ku malas, tapi bertemu dengan orang-orang yang ada didalamnya.
Sibuk mengomel dengan diri sendiri, tepat ditikungan aku menarik pedal rem kencang-kencang. Ban motor belakang ku terasa meleyot sebentar, kemudian kembali stabil dengan cepat pula.
"Ah, ibuk-ibuk!" Desirku semakin kesal.
Ya seperti yang bisa dibayangkan, ibu ini tiba-tiba masuk begitu saja. Tanpa merasa bersalah dia tetap santai mengendarai motornya tepat didepanku. Emosi ku meredam setelah mengawasi anak perempuan berada dibalik punggungnya, dia memeluk begitu erat.
Rambut ikalnya yang diikat satu tertiup angin begitu lembut, seperti sosis yg menggelantung. Tatapannya fokus disisi kiri sampai kepalanya pun menempel begitu lengket. Aku melihat ada kesan takut terjatuh jika ia mengedarkan padangan sedetik pun.
"Kok, jadi keingat masa kecil ku, ya.. Tapi, ibu gak pake motor, naik sepeda." Aku meringis sendiri.
Entah kenapa suasana hatiku berubah, seolah ada yang menarik ku pada emosi sesaat yang lalu.
Namun, rasa khawatir ini tetap menggelantung. Aku masih kesal dipaksa untuk berangkat. Tapi, sekesal apapun jika itu ibu yang meminta aku berusaha lakukan.
Sesimpel membuat kekacauan di pagi hari akibat aku yang meraung mencari kaos kaki saja sudah bisa merusak sepanjang hari ku. Iya, sudah dipastikan ibu kesal juga menghadapi sifat kekanak-kanakan ku ini, apalagi membuat ibu kecewa. Aku tidak tahu bagaimana membawa dunia ini bisa baik-baik saja.
Eh, tapi, tetap saja aku masih kesal. Sejam lagi aku sampai dan bertemu dengan orang-orang yang tidak ku harapkan.
"Ya, Tuhan buat aku bisu sebentar disepanjang hari ini." Teriak ku tiba-tiba.
"Hehh, astagfirullah. Tobatlah, Na!" Aku berkesiap menyadari kalimat ku sebelumnya. Sedang pedal gas tangan masih cukup stabil untuk jiwa yang pontang panting ini.
Bersambung...
(nw)
2 notes · View notes
aksajenggama · 2 years
Text
Pikiran-Pikiran yang Menemani Perjalanan
Ini semua terjadi setelah telepon itu kita tutup. Kau berjalan keluar dan tak kutemukan lagi kau di antara kerumunan orang-orang itu.
Bergegas aku menuju gerbong kereta. Percakapan terakhir kita masih terngiang-ngiang sebab hangat suasana manakala kubacakan surat panjang itu ketika matamu tepekur meresapi waktu yang tidak juga berhenti jelang keberangkatan masih melingkupi seluruh kita.
Di luaran kulihat atap-atap bata merah rumah yang teduh dan diam di Jogja itu seperti tersenyum melambaikan ‘sampai jumpa lagi’.
Deru mesin kereta membuat suasana kian memberat di dada. Tetapi aku tahu, hatiku tinggal di Jogja. “Bawalah,” niatku pada pelukan lirih itu.
Kota ini sebenarnya telah lama kukenal dalam cerita. Dalam beberapa bagian literatur yang kita kerap temukan pada bacaan wajib kita. Namun, meskipun Adhitia Sofyan menggambarkan satu mantra yang entah apa, yang membuat langkahnya selalu terbawa ke Jogja, aku masih tidak mengerti apa yang membuatnya demikian istimewa.
Jogja -dan Jawa, bagiku tidak lebih dari sekadar tempat menimba ilmu. Tempat memperoleh buku-buku dengan harga murah. Tempat bangunan-bangunan kolonial tegak berdiri seolah hendak memperlihatkan kemegahan -atau penderitaan?- masa lalu.
Tidak lebih.
Sampai kemudian akhirnya aku putuskan menyambangimu kembali setelah tahun-tahun berlalu. Lalu sejak kau lambaikan tangan di depan pintu kedatangan Lempuyangan, Jogja berubah. Rasanya waktu menjadi selalu dan terlalu cepat berlalu, tatkala kita guratkan kenangan itu pada urat-urat lengan jalan kotamu.
“I held on too close the sky’s finally fall over me. I stood all to tall the ground’s finally shake under me. I fell to the light they were more translucent than I knew.”
-Adhitia Sofyan
Dan kereta terus menjauh sementara tak henti nada-nada puitis Adhitia Sofyan membuatku jadi melankolik. Tak ingin kuputar lagu itu, tapi melodinya yang akrab justru membuatku entah mengapa meresapi ini sebagai kenyataan dari sepintal doa yang liris: ada perasaan berat hati, tapi hadir pula perasaan hangat karena jeda yang kita ambil ini memiliki makna dan tujuan yang telah kita tetapkan sebagai mata angin hidup kita.
Lampu-lampu memudar, awan mendung, dan sawah-sawah berjejalan menjauh. Saat itu AC dalam kereta 25 derajat. Kubayangkan kau mengendarai sepeda motor dengan meliuk-liuk cepat menuju indekos.
“Adakah dilihatnya kita berdua di jalan itu? Apa yang dirasakannya esok pagi ketika ke kantor melewati bubur ayam Cirebon itu?”
Tanyaku.
“Aku menunggu deru sepeda motor itu, jika seseorang melewati indekosku lekas kutengok ke bawah. Berharap di sana kau datang menjemput dengan senyuman sehingga aku segera turun dengan keceriaan.”
Jawabmu.
Dan hangatlah hatiku. Hangatlah setiap kenangan di jalan-jalan Jogja.
Kubuka Spotify dan memutar November Rain. Kuresapi perjalanan itu sembari mengingat binar matamu menceritakan isi lagu ini.
“Bagiku ini lagu rock paling romantis yang pernah ada,” ungkapmu.
Dan kupahami itu setelah berpuluh kali lagu ini terulang dan tanpa sadar Jawa Tengah telah terlewati.
“So never mind the darkness, we still can find a way
'Cause nothin' lasts forever, even cold November rain.”
-Guns N Roses
Ingin sekali kuhentikan waktu hanya demi menggenggam tangannya lebih lama, sekali lagi mengusap pipinya, sekali lagi merasakan kehangatan pada rekah senyumnya.
Namun biarlah waktu berlalu agar lekas pula berlalu fase ini. Sebab cerita kita masih panjang dan amat panjang. Agar lekas kita bertemu lagi.
Can’t wait to see you again, Ayu!
Xixixixixi
Erik.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
2 notes · View notes
iron-fence · 13 days
Text
Kembali
Menurutku, orang yang hidup dimasa lalu.
Meski dia bercakap, bertindak di detik ini, tapi pikiran nya hidup dimasa lampau. Seperti aku.
Saat ini aku selalu memikirkan setiap persimpangan besar yang pernah aku lewatkan, semua sudah seperti skenario dalam film "SEANDAINYA" . Sampai tulisan ini kutuangkanpun aku masih mengucap seandainya.
Aku ingin ceritakan sebuah persimpangan yang SEANDAINYA AKAN SEPERTI INI.
Hari hari ku mengendarai sepeda motor membuatku sering melamun di jalanan, ya karna itu menyenangkan.
Aku teringat Agustus 2019 ketika tidur dengan alas lantai keramik kostan yang dingin, itu sangat membantuku tidur nyenyak di suhu yang panas.
Saat itu aku akan selalu mengamati semut hitam yang lalu lalang tidak jelas di tembok kamar itu sampai aku terlelap.
Seandainya aku bisa kembali kesaat itu, semua pasti akan sedikit lebih baik. Mungkin bukan untukku, tapi orang di sekitarku.
Persimpangan nya cukup banyak.
Aku akan memilih untuk hidup sendiri, mendalami arti makna hidup selibat.
Aku akan melibatkan uang dalam segala sesuatu nya dalam hidupku, aku ingin sangat kaya.
Aku akan sangat dermawan.
Ya, mungkin ini hal sederhana bagi orang lain. Tapi ini cukup mengganggu bagiku, pikiranku tak pernah berhenti ke moment moment persimpangan itu. Bahkan dalam hitungan jam pun tak terlewat.
Aku sudah mencari kesibukan lain, bahkan di antara kesibukan itu juga tetap aku memikirkan persimpangan.
Aku tak masalah berandai andai seperti manusia lain. Hanya saja aku sudah tinggal di masa lampau.
1 note · View note
iwan-fadila · 15 days
Text
Perempuan Indonesia Kenali Teknik #Cari_aman Berkendara
motogokil.com – Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan. Saat ini banyak ditemui di jalanan perempuan yang mengendarai sepeda motor sebagai sarana transportasi sehari-hari, seperti berangkat kerja, kuliah atau berbelanja. Dalam berkendara, perempuan perlu memperhatikan teknik berkendara motor yang benar, seperti saat menghadapi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
skiniera · 28 days
Text
just a little me and you
Hampir dua tahun dan sayangnya masih berduka.
Temanku beberapa bulan yang lalu pernah berkata, "kalau saya, saya berharap bisa seperti kamu. Bisa mengerti dan bertindak." Sayangnya, sewaktu itu saya balas dengan helaan napas ringan, "seandainya bisa seperti itu".
Entah bagaimana prosesnya, tetapi ada banyak momen yang akan membawa kembali ke perasaan sedih, yang pusatnya sama- kehilangan.
Tentunya semua orang memiliki ritme dan cara bersedihnya masing-masing, termasuk manusia kecil yang berusaha untuk merangkai kalimat ini. Tidak pernah gampang, pasti. Banyak sedihnya, jelas.
Semua kenangan masa kecil senantiasa berputar tanpa henti. Diantar cabut gigi, diajarkan berenang, membeli buku dan jam tangan, membeli kamera saku saat lulus sekolah dasar, diajarkan mengendarai sepeda motor, diajarkan membalut bidai, diajarkan banyak hal. Tiba-tiba, kepala saya sakit ...
Seandainya waktu berduka bisa reda dalam sehari, tetapi sayangnya mustahil.
0 notes
terasbiker · 30 days
Text
Awas..! Ngantuk Saat Riding Selama Ramadhan, Simak Tips Berukut!
TerasBiker.com – Halo Sobat Bikers, Ada sejumlah risiko bagi pengendara sepeda motor. Salah satunya adalah rasa kantuk. Namun, ada pula sejumlah tips #Cari_Aman untuk mengusir kantuk saat mengendarai motor, khususnya di bulan Ramadan seperti saat ini. Bagi sebagian orang, bulan Ramadan mengubah beberapa kebiasan hidupnya. Continue reading Awas..! Ngantuk Saat Riding Selama Ramadhan, Simak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
fiahlthfh · 2 months
Text
Support System
Pagi ini, pagi buta sekali, saat matahari belom menampakkan dirinya. Tak sengaja aku bertemu sepasang suami istri yang sedang mengantarkan semacam bingkisan kepada seorang anak. Suami istri ini mengendarai sepeda motor dan sudah berpakaian rapi, sang ibu dengan gamis hitam dipadukan dengan jilbab motif bendera Palestina, sedang bapaknya dibalut jaket coklat muda khas bapak-bapak memang.
Pertemuan keluarga kecil ini bahkan tidak sampai 10 menit, atau bahkan tidak sampai 5 menit, hanya bentar sekali. Lalu, apa yang menarik dari pertemuan ini? yang menarik perhatianku sebagai pejalan kaki tadi pagi ialah kata-kata yang bapak tersebut lontarkan, "Semangat ya :)" kepada anak laki-lakinya. Simpel sekali kalimat tersebut, tapi aku yang bukan siapa-siapa jadi ikut merasakan kehangatan dari keluarga tersebut. Sehat selalu Bapak Ibu yang Aku pun tidak tahu kalian siapa.
0 notes
sumutberitaaja · 2 months
Text
Mahasiswa Dirampok Pria Ngaku Berpangkat AKP
MEDAN, Waspada.co.id – Seorang mahasiswa berinisial AK (17 th) menjadi korban perampokan dan penganiayaan sejumlah pria yang mengaku sebagai aparat berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP). Peristiwa itu dialami korban AK saat melintas di Jalan TB Simatupang, Kecamatan Medan Sunggal, Jumat 23 Februari 2024 malam lalu. “Saya mengendarai sepeda motor melintas di Jalan TB Simatupang lalu […] http://dlvr.it/T3GJM7
0 notes
kolomresah · 3 months
Text
Hati Yang Bersih
Seringnya saya terlalu banyak berpikir untuk berbuat baik. seringnya ketika terbersit niatan untuk melakukan kebaikan disusul kemudian dengan pikiran-pikiran yang membuat saya menjadi meragu. apakah apa yang aku lakukan ini benar? bagaimana pandangan orang nanti? bagaiman jika ternyata terdapat riya di dalah hatiku? Hingga akhirnya tidak terealisasilah niat baik tadi. Terlalu banyak pertimbangan begitu. atau terlalu banyak terhasut bisikan setan?
Ketika ada seorang pengemis atau pedagang asongan di lampu merah, seringnya saya akan berpikir dua atau tiga kali untuk mengeluarkan uang dan memberikannya kepada mereka. Di sisi lain ada rasa kasihan dan ingin membantu, namun di sisi lain berbagai pikiran bergemuruh. bagaimana jika mereka berbohong? bagaiman jika mereka ternyata adalah orang berada? bagaimana jika pemberian ini membuat mereka nyaman untuk bekerja seperti ini? Padahal pada dasarnya banyak hal yang memang saya tidak tahu dan itu adalah bagian Allah untuk "bekerja". Yang sesungguhnya perlu dipertanyakan adalah, sekotor apa hati ini hingga sesulit itu untuk mengeluarkan seperak dua perak untuk bersedekah. Bahkan sungguh harta yang dikeluarkan itu tak akan membuat saya kekurangan dan jatuh miskin.
Pagi itu saya melihat pemandangan yang menyentil hati. Saya tengah mengendarai sepeda motor menuju tempat bekerja dan hendak berhenti dilampu merah. Tepat di depan saya ada seorang bapak paruh baya yang mengayuh sepeda tuanya. Ia pun segera menghentikan laju sepedanya setelah lampu lalu lintas berubah merah. Namun sedetik kemudian, ia segera berlari menuju tepi dan meninggalkan sepedanya di tengah jalan.Saya pun penasaran apa yang membuat bapak tadi segera berlari, namun saya tidak bisa melihat arah tepi jalan karena tertutup kendaraan roda empat. Kemudian bapak tadi kembali ke sepedanya tepat saat lampu berubah hijau dan ia segera mengayuh sepedanya sekuat tenaga agar tidak menghalangi pengendara lain. Rasa penasaran saya tadi membuat saya menoleh ke arah tepi jalan, dan terlihat seorang pengemis yang kehilangan kakinya tengah menggenggam sesuatu ditanganya sembari melambaikan tangan ke arah bapak pesepeda tadi. Adegan yang tidak lebih dari 5 menit tadi begitu menampar saya, membuat mata saya basah tanpa sadar. Sebersih dan selembut apa hati bapak itu, dengan tampilanya yang sangat sederhada dan sepeda tuanya rela berlari dari tengah jalan untuk sekedar berbagi dengan orang lain. Dari penampilanya nampaknya bapak tadi tidak juga lebih lapang dari pengemis tadi, namun hatinya yang begitu bersih untuk menjadi perpanjangan tangan kasih Allah. MasyaAllah, bersihkan dan lapangkanlah hatiku Ya Allah
|Selepas Subuh|
0 notes
dikeberibeblog · 3 months
Text
Dear ''B'', Perempuan sederhana
PEREMPUAN SEDERHANA
“Mama, mama...ade sudah selesai ma! Teriak anak laki-laki berusia 4 tahun 6 bulan yang sudah menyelesaikan makan siangnya di atas meja makan. “wah pinter banget anak mama, hebat ya makanannya habis” ujar seorang perempuan berusia 30 tahun yang dengan lembut mengusap kepala anak laki-lakinya. Perempuan itu bernama Linda, adalah seorang single mom yang memutuskan untuk hidup bersama anak laki-lakinya dan tidak ingin terikat dalam pernikahan. Walaupun memiliki masa lalu yang berat, tapi Linda berusaha sekuat tenaganya untuk memberikan kehidupan yang layak bagi anak laki-lakinya dan juga orang tuanya. Bagi Linda, keluarga adalah segalanya bagi dirinya, tanpa keluarga dia bukanlah siapa-siapa saat ini. Tinggal bersama orang tua dan anaknya di rumah sederhana yang masih dikontraknya dengan sebuah sepeda motor butut, Linda dengan hati yang gembira menjalani tugasnya sehari-hari sebagai seorang anak, seorang ibu dan seorang wanita pekerja kantoran. Iya, Linda bekerja pada sebuah perusahaan yang cukup terkenal dan besar di kota tempat tinggalnya. Dia menjabat sebagai Kepala Bidang Perencanaan yang cukup membuatnya sibuk dan bahkan kesulitan untuk beberapa waktu. Tetapi, hal itu bukanlah menjadi penghalang baginya untuk menunjukkan prestasinya. Linda merupakan salah satu lulusan terbaik pada kampus negeri di provinsinya dan sempat mengharumkan nama kampusnya ketika mengikuti beberapa ajang bergengsi di tingkat nasional. Jadi masalah yang ditemuinya bukanlah hal yang besar tetapi justru menjadi motivasi baginya. Dia sangat bersemangat untuk menyelesaikan setiap masalah yang ditemuinya. Bahkan jika harus lembur berhari-hari, dia dengan senang hati menyelesaikannya.
Berbeda dengan teman kantornya yang lain, Linda masih setia mengendarai sepeda motor bututnya yang dia beli ketika menerima gaji pertama di perusahaannya. Sudah banyak teman bahkan atasannya yang berusaha membujuk Linda untuk segera menggantikannya dengan kendaraan roda empat. Bahkan ada yang secara langsung mengenalkannya kepada sales dealer kendaraan roda empat, dengan harapan agar Linda segera membeli sebuah mobil baru. Linda bukannya tak ingin memiliki kendaraan tetapi dia lagi berhemat untuk kebutuhan hidup, perawatan orang tuanya, pendidikan anak di masa depan dan tentu rumah impian yang sedang dia cicil. Menurutnya jika menambah beban dengan memiliki kendaraan roda empat maka dia harus memiliki cara untuk menutupi kekurangan yang ada. Lagi pula sepeda motornya masih sangat baik karena dirawat setiap bulannya jadi dia belum memiliki niat sampai ke situ.
Setiap hari Linda bangun jam 05.00 untuk mengurus anaknya ke sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berada tidak jauh dari kediamannya. Sedangkan ibunya sudah bangun terlebih dahulu menyiapkan sarapan pagi untuk mereka. Oh iya, Linda tak hanya tinggal bertiga bersama ibunya tetapi juga bersama tantenya yang sudah ditinggal mati oleh suaminya. Tantenya hidup sebatang kara sehingga Linda memutuskan untuk mengajak kakak dari ibunya itu untuk tinggal bersama mereka.
0 notes
baliportalnews · 3 months
Text
Gibran Rakabuming Raka Kembali ke Bali, Fokus Bahas Perkembangan Digital dan Kampanye Kendaraan Listrik
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Calon Wakil Presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, kembali melanjutkan kunjungannya ke Pulau Bali pada Jumat dan Sabtu ini. Setelah satu bulan sejak kunjungannya awal bulan, Gibran dijadwalkan untuk menghadiri serangkaian acara yang bertujuan menggali potensi dan perkembangan di Bali. Hari Jumat (26/1/2024), putra sulung Presiden Joko Widodo ini akan mengadakan pertemuan dengan influencer Bali pada pukul 18.00 WITA. Pertemuan ini diharapkan dapat membahas perkembangan digital di Bali, termasuk mengidentifikasi potensi dan tantangan yang dihadapi. Sekretaris Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Bali, Cok Gd. Ngr. Duwi Satria W, Kamis (25/1/2024), mengonfirmasi bahwa Gibran dijadwalkan di Bali pada akhir pekan ini. Pada Jumat (26/1/2024), putra sulung Presiden Joko Widodo ini akan bertemu dengan influencer Bali sekitar pukul 18.00 WITA. Pertemuan ini akan membahas perkembangan digital di Bali, termasuk potensi dan tantangan yang dihadapi. "Mas Gibran ingin mendengarkan langsung masukan dari influencer Bali tentang bagaimana mengembangkan digitalisasi di Bali. Kami berharap pertemuan ini dapat menghasilkan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan Bali di masa depan," kata Duwi kepada awak media. Setelah bertemu dengan influencer Bali, Gibran akan menyapa para pendukung di acara Gibran Rock A Booming di Hongkong Garden Restaurant, Denpasar. Dari lokasi pertemuan dengan influencer Bali ke Hongkong Garden, Gibran akan mengendarai sepeda motor listrik. Hal ini sekaligus untuk mengkampanyekan gerakan menggunakan kendaraan berbasis listrik. "Gibran ingin mengajak masyarakat Bali untuk beralih ke kendaraan berbasis listrik. Ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi polusi udara di Bali," kata Duwi. Besoknya, Sabtu (27/1/2024) pagi, Gibran akan menghadiri acara ‘Gibran Suryaning Sanur’ yang akan digelar di Pantai Sanur, Denpasar, mulai pukul 05.00 WITA. Acara ini akan menampilkan berbagai hiburan, termasuk penampilan dari Ray Peni, White Rose, The Small Axe, Made Gimbal, Meiska, Radio Tegangan Tinggi, serta pertunjukan seni mural dan kolaborasi Bleganjur Barong & Rangda.(tim/bpn) Read the full article
0 notes
uthyyo · 3 months
Text
youtube
Siang hari dengan angin kencang, aku melajukan dengan kecepatan penuh sampai motorku tiba-tiba terjatuh. Sebuah lamunan, perjalanan ku yang pait, terus menimpa ku.
Aku suka saat aku mengendarai sepeda motor, dengan hembusan angin santai sore dan malam. Dan anehnya, aku selalu melamun dengan tatapan kosong. Entah apa yang sedang aku pikirkan.
Seperti mengasihanii diri sendiri, cobaan apalagi yang tuhan berikan kepadaku kali ini.
Tahun terberatku dimulai 2013, ibu dan bapak berpisah menjalani kehidupan masing-masing. Dan aku memulai kehidupanku dengan ugal-ugalan. Dan Tahun 2021, ibuku meninggal. Aku baru memulai komunikasi baik dan aku sangat ingin bercerita apa saja yang telah aku lalui, tapi kesempatan itu sia-sia tak sempat aku bercerita ibuku sudah dipanggil sang pencipta. Bangkit dari pasca trauma, membuatku takut akan merasakannya Kembali. Aku percaya, cinta tulusku dengan ibuku akan aku berikan kepada siapapun yang tepat saat aku bersamanya.
Tahun 2023, Lukaku masih belum sembuh. Dan, bapak dipanggil sang pencipta. Diakhir obrolan yang aku ingat bapak menitipkan rasa penyesalan telah meninggalkanku dan ibuku. Bapak ingin melihatku Bahagia dengan laki-laki pilihanku. Lagi-lagi aku tidak bisa mengabulkan permintaan nya.
Di akhir tahun 2023, ditutup dengan abangku meninggalkan ku. Tuhan, apa benar ini jalannya seperti ini? Apa engkau tidak salah alamat? Aku rapuh, dan kalut ya tuhan-ku. Trauma apalagi yang akan datang.
Mencoba dengan percaya diri, semuanya akan baik-baik saja. Tapi sayang, itu hanya angkanku. Hatiku runtuh saat dokter memberikan pernyataan tentang kondisiku. Ingin rasanya aku melemparkan barang yang ada di dekatku. Tangisku tiap hari, bagaikan malam di diriku sendiri. Ingin rasanya aku pergi kelaut, dan menenggelamkan semua diriku. Aku Lelah.
Harapan, kasih, cinta, semua sirna. Pergi perlahan, dan aku berterima kasih kepada siapapun yang sudah menemaniku. Hanya keajaiban Maha Kuasa yang aku tunggu.
0 notes