Tumgik
#kesatria nihil
nonaasenja · 5 years
Text
Tentang Perjalanan
Day - 1
Rasanya ini perjalanan jam yang terpanjang kedua yang aku lalui. Perjalanan dua hari dan dua malam.⁣
Bekal yang kubawa diperkirakan cukup dan memadai. Berkemas dan beranjak ke tempat dimana perpisahan dan pertemuan itu terjadi. Iya, bandara. Tempat yang sudah puluhan kali harus aku singgahi jika sudah waktunya aku datang dan kembali. ⁣
Di sana, di bandara. Tempat suka duka yang nyata. Tempat penuh drama yang terlihat jelas. Ada pemain yang benar-benar akting adapula yang tidak.⁣
Di sana juga tempat air mata tumpah ruah, tempat pelukan sangat erat, tempat temu riang, tempat dahi berkerut, tempat menunggu berkala, dan tempat menunggu sering di tunda.⁣
Di sana pula di bandara tempat aku belajar, mengamati, memahami, dan menerka-nerka. ⁣
Kadang bisa egois, kadang peduli, kadang perhatian, kadang membantu dan kadang bisa jadi pembohong.⁣
Semisal, bangku disamping yang diduduki adlaah bangku kosong, tidak ada orang. Jika ditanya orang lain, ada yang duduk di bangku ini? - oh ada, maaf - iyaa tidak apa-apa. ⁣
Lalu orang tersebut pergi, mencari yang lain. Faktanya, bangku tersebut sah milik barang dan tas si yang punya. Tapi begitulah egoisnya dan tiba-tiba menjadi pembohong. Lupa pada yang lain yang membutuhkan.⁣
Kadang bandara tempat kita harus belajar berbagi, sekecil apapun tidak hanya masalah bangku saja.⁣
Bandara juga tempat belajar mempercayai dan menjadi orang yang amanah. Bagaimana tidak, ketika perjalanan itu dilakukan sendiri. Sedang kita manusia yang tak bisa lepas dari orang lain. Misal, menitipkan barang. Pilah pilih orang yang ingin dititipkan. Di sana belajar untuk mempercayai orang yang baru dikenal dalam hitungan menit atau jam. Dan belajar menjadi orang yang amanah.⁣
Daaan masih banyak hal lain di bandara yang bisa ditemui dan diambil pelajarannya.⁣
Bandara, tempat seorang penunggu belajar. Terpenting adalah belajar sabar.⁣
Sabar sabar kalau kebanyakan delay nya ya. ⁣
Sabar sabar kalau nggak bisa istirahat.⁣
***
Day - 2
Masih berbicara perjalanan, menjabar cerita beberapa hari itu. Ada beberapa orang yang menjadi kesatria saat itu. Nanti nanti akan kukisahkan mereka-mereka itu.⁣
Malam itu, aku mulai risau. Esok malam hari keberangkatanku, berbagai kegelisahan dan ketakutan sempat terlintas. Koper dan tas ransel pun sudah kukemas dan kuisikan barang. Di ransel tak pernah lupa aku isikan sebuah buku bacaan. Penghibur dan yang menemaniku esok. ⁣
Perjalanan itu pun dimulai. ⁣
Sore itu langit agak keabu-abuan. Jalanan kota macet. Kepalaku mulai pusing, tubuhku mulai hangat dan bersin-bersinku pun mulai kambuh. Kekebalan tubuhku sedang menurun. Bergegas mengeluarkan barang di teras rumah. Memesan ojek online menuju bandara. Ditemani oleh seorang teman.⁣
Sepanjang jalan, aku tidur. Aku tak sanggup menahan tubuhku yang kian menghangat dan pusing. Aku takut perjalanan malam ini dan esok tertunda karena kondisi tubuhku ini. Tidak! Aku tak ingin.⁣
Di bandara.⁣
Masih ada waktu 2 jam lagi sebelum keberangkatanku dipanggil. Aku dan temanku menunggu di ruang tunggu pengantar. Hingga sudah 30 menit lagi waktu boarding aku masuk ruang tunggu penumpang.⁣
Di sana handphoneku berulah. Baterainya limit. Hingga aku harus menunggu diisi dayanya dengan berdiri, tak ada bangku kosong. ⁣
Tampaknya semua egois, seandainya mereka tau aku sudah tak sanggup lagi untuk berdiri. Pun ternyata baterai handphone itu tidak masuk. Nihil, menunggu lama sambil berdiri pun tanpa arti. ⁣
Lama, masih lama rasanya panggilan untuk boarding. Padahal waktu sudah lewat dari jadwal yang ditentukan.⁣
Lagi lagi delay. ⁣
Perasaan gundah pun semakin memicu, pertanyaan-pertanyaan aneh pun mulai melintas. Ada apa dengan pesawatnya? ⁣
Hingga panggilan itu datang. Hingga aku mendarat ke tujuan dengan selamat. Malam pun semakin larut. ⁣
Pukul 22.00 Wib.⁣
Nanti aku harus menunggu sendiri lagi. Hingga esok siang.
***
Day - 3
Pukul 22.00 wib⁣⁣
Sudah larut, aku turun dari pesawat. Menuju terminal, berjalan menuju tempat transit. Kakiku melangkah mengikuti petunjuk arah ruang transit. Ternyata aku harus pindah terminal. ⁣⁣
Kau tau, seorang perempuan muda yang menenteng tas jinjing dan tas ranselnya itu sedang tak baik kondisinya. Dia berjalan ke terminal berikutnya. ⁣
Ah dia ingat, harus mengabarkan seseorang yang akan ditemuinya nanti. ⁣
Duduk di bangku kosong terminal bersama orang-orang lain yang sudah memenuhi bangku dengan berbaring dan barang-barang mereka. Lalu aku sendiri, tanpa teman, di malam yang mulai larut. ⁣
Mengabarkan Ibu, mengabarkan beberapa teman, bahwa aku baik-baik saja. ⁣
Malam kian larut, orang yang kutunggu untuk datang belum berada dihadapanku juga. ⁣
Malam itu aku menghabiskan waktu dengan membaca, buku yang telah kusiapkan.⁣
Setelah beberapa halaman dan bab yang kubaca, belum juga ada yang datang.⁣
Sebuah pesan,
'aku mungkin akan sampai ke sana pukul 12 lebih, aku sekarang sudah dijalan.'⁣
Masih ada sekitar setengah jam lagi aku menunggu.⁣
Bandara mulai sepi, beberapa cafe mulai ditutup.⁣
Pukul 00.00 wib.⁣
Sudah jam 12 malam. Aku masih larut dalam bacaanku. Seseorang menghampiri, ah ternyata cleaning service. Lagi lagi aku membaca, seseorang duduk disampingku. Ternyata Bapak-bapak yang mencari bangku kosong. ⁣
Lanjut membaca. Mengecek hp belum ada pesan, entah dimana dia. Kembali membaca lagi.⁣
Seseorang menghampiriku, berdiri di hadapanku. Aah ternyata, dia yang kutunggu. Hampir mendekati pukul setengah 1 malam.⁣
Akhirnya, malamku tidak sendiri.⁣
Bukan tanpa alasan dia menemuiku sampai jam segitu. Perjalanannya juga sangat jauh. Berangkat dari rumahnya di Bogor sejak jam 7 malam, dengan beberapa drama perjalanan yang harus dia lewati. Bukan prihal mudah perjalanannya malam itu. Hanya untuk menemaniku. ⁣
Terima kasih. ⁣
***
Bersambung...
6 notes · View notes
ceritasehabishujan · 6 years
Text
LIBUR 2 PASANG KARRIMOR BUTUT #2
Dan..
Kami kesasar~
Untuk menuju Savana 1 pun kami tidak tau kemana jalannya, karena memang belum pernah sama sekali kesini haha. Tapi alhmdulillah, akhirnya kami tiba di savana 1.
Lanjut ke Savana 2 atau Lembah Kidang konon katanya dulu disini tempat atau habitat rusa biasa bermain, berkembang biak tapi karena maraknya perburuan liar jadi populasi rusa menurun drastis atau mungkin sudah menghilang disana. Oh iya review sedikit camp area di savana 1 yang cukup nyaman menurut saya dengan dikelilingi beberapa pohon Pinus besar plus dekat sumber air.
Dari Savana 1 kami menyusuri jalan setapak mengambil ke arah kanan agak menanjak sedikit. Sampailah kami di savana berikutnya. Tapi yang aneh dari Savana ini tidak seperti diceritakan orang banyak di blog, medsos, ataupun ceritanya be. Savana ini terkesan seperti jalan buntu, tidak begitu luas, dan hampir seperti lingkaran yang dikelilingi pohon-pohon Pinus. Apa ini benar Savana 2? Ah saya berdua tidak yakin!
Akhirnya kami memutuskan berpencar mencari jalan atau sumber air seperti informasi yang kami dapat. Tapi hasilnya nihil. Sekitar 30 menit sudah kami mencari jalan, padahal ini belum di Alas Lali Jiwo yang diceritakan angker penuh nuansa mistis dan sering membuat pendaki hilang arah tapi sudah kesasar. Tetap berpikir positif kalau kami cuma salah jalan dan kami memutuskan kembali ke Savana 1. Sambil berpikir di jalan apa yang salah dari kami berdua padahal kami sudah memakai teori ilmiah bahwa "naik itu ke atas dan turun itu ke bawah" tapi masih salah juga hehe (jangan ditiru).
Tumblr media
Sesampainya di savana 1 kami bertemu rombongan pendaki yang sedang menempel kertas di pohon pinus. Awalnya saya pikir mereka kurang kerjaan tapi ngga apalah yang penting saya bisa tanya sukur-sukur dapet barengan :)))
Tapi setelah saya wawancarai mereka ternyata mereka kembali ke savana 1 guna menunggu teman mereka yang sudah hilang sehari semalam di puncak sewaktu perjalanan turun dan tulisan yang mereka tempel di pohon pinus adalah tanda kalau-kalau teman mereka kembali ke sini mereka sedang menunggunya di basecamp. Dan yang mengenaskan lagi survivor atau orang yang hilang ini baru pertama kali naik gunung dan kondisi sewaktu mereka terpisah dari rombongan tanpa makanan tanpa minuman. Seorang laki-laki dan perempuan, yang laki-laki tanpa jaket. Sehari semalam tanpa makan dan minum di tengah hembusan angin juga dinginnya cuaca! What the???
Dengan jiwa kesatria kami berdua menawarkan membantu mencari survivor atau teman mereka yang hilang sampai ke puncak (padahal mah biar ada barengannya hehe). Tapi mereka menolak mereka lebih memilih menunggu di savana 1 untuk beberapa waktu lalu kembali ke basecamp. Silahkan nilai sendiri apakah yang mereka lakukan sudah benar atau belum?
Akhirnya kami cuma bertanya kemana arah savana 2 dan kira-kira berapa lama waktu dari savana 2 sampai ke puncak (seperti pendaki pada umumnya kalau ditanya puncak masih jauh atau belum adanya jawabnya santai, lebay sampai ada yang rada alay haha)
Mungkin dari savana 1 ke savana 2 membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit kalau tidak salah saya lupa. Kami bergegas mendirikan tenda untuk menyimpan carrier dan membawa barang yang kami anggap perlu dan penting ke puncak di daypack.
Oh iya sebelumnya be juga memperingatkan kalau harus teliti ketika turun dari puncak karena disekitaran Pasar Dieng, yaitu nama tempat sebelum puncak dimana ada beberapa kuburan entah benar atau cuma batu nisannya saja seperti kebanyakan gunung di Indonesia itu ada beberapa jalur turun sehingga menyebabkan beberapa pendaki kesasar atau salah jalan pada waktu turun. Be juga cerita kalau dia hampir salah turun waktu dia trip ke Arjuno tapi untungnya diingatkan oleh pendaki lain sehingga kembali ke jalan yang benar. Mungkin jalur itu juga yang menjadi penyebab 2 pendaki hilang tadi.
Waktu kurang lebih menunjukan waktu kurang lebih pukul 10 pagi, tidak ada lagi alasan untuk kami berleha-leha atau santai karena kami harus segera berpacu dengan waktu untuk sampai ke puncak. Kami tidak mau kemalaman waktu turun atau bertemu cuaca buruk. Jadi kami memanfaatkan betul langit cerah untuk segera menuju ke puncak.
Lepas Savana 2 kami masih menemukan bonus di trek dengan pemandangan yang luar biasa indah, kami memasuki kawasan hutan lali jiwo. Alhamdulillah tidak seperti yang diceritakan macam-macam tentang kawasan hutan ini kami melewatinya dengan nyaman.
Jalan mulai menanjak, lalu kami menjumpai trek berupa batu-batu besar yang bersusun tidak beraturan, menurut saya cukup unik karena cukup jarang melihat batu-batu besar bersusun di tengah trek pendakian.
Tumblr media
Trek semakin kejam, matahari semakin terik. Kami sampai pada jalan bercabang yang menuju gunung kembar. Kabarnya kalau kita melintasi 2 gunung ini kita bisa sampai di puncak welirang tapi entah memakan waktu lama atau tidak.
Tumblr media
Sesekali kami mendangak keatas ke arah puncak terlihat batu-batu besar runcing di atasnya kabarnya puncak arjuno ada di balik batu berbentuk lancip tersebut tapi kami harus menerima kenyataan bahwa puncak masih jauh. Sesekali kami beristirahat meminum air sambil mengendurkan otot-otot kaki yang mulai tegang.
Kami mendapati sebuah batu besar dengan view yang cukup bagus dan dihadapannya berdiri pohon Pinus besar, sangat tidak mungkin kalau kami tidak berteduh singgah sejenak disini sambil memakan makanan ringan bekal kami. Kurang lebih sudah sekitar 2 jam kami berjalan.
Tumblr media
Trek terasa semakin berat, tapi kali ini treknya cukup teduh dengan kanan kiri pohon di kanan kirinya. Sesekali saya mendangak keatas sambil berkata dalam hati "mungkin diujung sana puncaknya" namun nihil ternyata belum juga, maklum gunung itu salah satu pemberi harapan palsu atau kitanya aja yang kebanyakan ngarep haha. Seperti biasa sesekali kami berhenti guna mengumpulkan tenaga dan semangat untuk mencapai puncak. View disini juga cukup indah disisi sebelah kanannya, kalau yang sudah pernah ke Arjuno pasti paham kalau yang belum silahkan coba sendiri hehe.
Tumblr media
Sampai pada akhirnya kami melihat pucuk! Ya kali ini kami yakin ini ujungnya. Dan benar saja akhirnya kami sampai di atas, jalan mendatar terbentang lurus di depan. Batu-batu besar tersusun kokoh di puncak ogal-agil Arjuno. Sambil mengucap syukur kami menyusuri jalan menuju puncak. Sesampainya di daerah yang dinamakan pasar dieng kami mengikat tali plastik atau rapia di ranting-ranting pohon, yang sengaja kami bawa dari bawah untuk menandakan jalan yang agar tidak salah ketika turun nanti.
Tumblr media
And finally, we do it! Kurang lebih pukul setengah 2 siang kami berdiri di puncak gunung Arjuno yaitu puncak ogal-agil tak henti-hentinya kami mengucap syukur atas nikmat bisa sampai dengan selamat sampai disini. Lalu kami mengumandangkan Adzan dengan mata berkaca-kaca, entah kenapa tiba-tiba terlintas dipikiran kami keinginan untuk mengumandangkan adzan. Ini pertama kalinya kami adzan di puncak gunung, padahal di Rinjani gunung tertinggi yang pernah kami naiki sampai saat ini keinginan itu tidak terlintas. Mungkin emosi karena mendaki cuma berdua memberi kami bersyukur lebih. Yaa ini adalah puncak yang susah payah kami gapai yang membuat kami bersyukur yang berarti kami sudah setengah jalan untuk tujuan sebenarnya, yaitu pulang kembali ke rumah. Banyak dari kebanyakan orang bilang, tujuan entah pergi atau mendaki itu untuk kembali pulang bukan? Ringkas, banyak yang tidak bisa saya ungkapkan. Sekali lagi, Alhamdulillah terima kasih wahai Raja dari segala raja yang menciptakan langit, bumi, dan segala isinya, lagi-lagi kami telah Engkau perkenankan belajar dari gunung.
Tumblr media
Kondisi puncak pada saat itu sangat terik, awan bergulung-gulung tebal menghampar. Kami mengambil tiang besi berikatkan bendera merah putih di puncak mengabadikan momen dan menikmati puncak sejenak. Lalu kembali turun.
Tumblr media
Perjalanan turun kami lakukan dengan cepat setelah memakan bekal makanan ringan kami. Kami kembali harus berpacu dengan waktu karena kami berniat turun sore ini juga dan berusaha turun dengan cepat agar tidak terlalu kemalaman sampai basecamp.
Tumblr media
Sekitar pukul 4 lewat kami sampai kembali di savana 2 atau Lembah Kidang. Sunyi, itu yang pertama kami rasakan ketika sampai disana. Angin berhembus kencang menerjang rimbunan pohon Pinus yang bergoyang melambai. Cuma kami berdua manusia disana. Tidak mau kehilangan momen sejenak kami menikmati pemandangan langka ini sambil menikmati teh hangat dan memakan biskuit, kami memutuskan tidak makan besar guna menghemat waktu. Karena setelah packing kami akan langsung turun.
Sebenarnya masih ada yang mengganjal karena kami tidak jadi menuju puncak welirang karena bimbang harus meninggalkan barang dimana, berita tentang penambang belerang yang mengambil barang pendaki memang sangat menggangu. Tapi mau bagaimana lagi, cuma kami berdua yang mendaki pada waktu jadi tidak ada pilihan lain.
Tumblr media
Pukul 5 sore kami sampai di pos 3 atau pondokan. Yep, kami mau ngebuttt (gaya). Hari semakin gelap kabut perlahan turun, burung-burung mulai kembali ke sarangnya. Kami menemukan beberapa jenis burung di jalan, pentet atau cendet diantaranya yang biasa dipelihara orang untuk dijadikan burung kicau di Arjuno populasinya sepertinya masih bagus. Juga kami berpapasan dengan rombongan induk ayam hutan dan anaknya. Yang mana bila kita usik mereka akan langsung berpencar satu sama lain, biasanya induknya terbang ke pohon dan anaknya akan menghilang tiba-tiba kedalam semak.
Pukul 6 sore kami sampai di pos 2 atau kokopan. Kami mengisi beristirahat dan mengisi perbekalan air. Oh iya warung kecil yang ada disana tutup. Perut kami mulai keroncongan tapi kami memilih untuk menahannya dan berencana makan di basecamp. Lanjuttttt
Sepertinya perut lapar ini menjadi penghambat kami turun, tapi mau bagaimana lagi sudah terlanjur sudah tidak ada lagi tempat bagus untuk memasak yang ada cuma trek batu tidak teratur sepanjang jalan. Jalan kami turun dari pos 2 kokopan ke pos 1 pet bocor tidak semulus jalan kami turun dari pos 3 pondokan ke pos 2. Mungkin karena hari juga sudah gelap pandangan terbatas, jadi kami tidak bisa turun dengan cepat ditambah rasa lapar yang membuat kondisi fisik kian menurun.
Perasaan tidak enak di tengah sunyinya jalan turun mulai kami rasakan. Suara lolongan anjing dan suara gesekan di semak belukar di kanan-kiri jalan menemani perjalanan turun kami. Kami jadi sering beristirahat padahal ini jalan turun, mungkin karena kondisi fisik sudah tidak bagus. Ketika kami berhenti saya melihat bayangan hitam melintas di depan kami, tapi saya diam tidak bilang kepada Ridwan. Bau bunga dan bau sangit menyengat sesekali muncul. Tapi saya mencoba tidak menghiraukan dan terus berdoa meminta perlindungan kepada yang maha kuasa.
Dengan berlelah-lelah aduhai kami sampai di pos 1 atau pet bocor. Akhirnya kami bisa jalan di jalan datar lagi hehe. Kondisi pos 1 pada saat itu sunyi sesekali dihiasi gonggongan anjing-anjing penjaga kebun kopi.
Lepas pos 1 suasana perjalanan lebih ramah, seperti lepas dari tekanan entah apa. Tapi ada yang aneh menurut saya jalan yang kami lewati melam ini berbeda dengan jalan yang kami lewati kemarin karena saya sudah menghafal beberapa belokan dijalan yang kemarin kami lewati. Ah, sudah terlanjur bismillah ikutin ajelah~
Lampu-lampu jalan terlihat dari kejauhan, beberapa rumah penduduk juga mulai terlihat. Sampai kami tiba di gerbang besar dan seperti ada loket disana. Ternyata kami salah turun kami turun di tempat wisata air terjun gunung Arjuno. Didepannya berjajar hotel-hotel wisata, saya tertawa kecil dengan Ridwan "bloon turun aja pake salah jalan" haha. Kami beristirahat di pinggir jalan dan bertanya kepada satpam hotel tersebut dimana letak basecamp atau pintu pendakian Arjuno via tretes. Kurang lebih kami jalan sekitar 600 meter dari hotel tadi sampai ke basecamp. Lumayan
Ternyata di jalan raya depan basecamp cukup banyak warung lesehan warung kopi dan pecel lele di malam hari. Dan banyak anak motor yang nongkrong disana, seperti yang saya bilang di awal daerah disini seperti puncak di Bogor jadi banyak yang touring dengan motor dari daerah sekitaran sini. Karena disini banyak tempat wisata seperti kebun binatang, kolam renang, oh iya gunung penanggungan juga dekat katanya tapi kami tidak mampir.
Dengan badan yang masih belepotan dan kaki berdarah-darah (lebay) karena trekking tanpa kaos kaki haha waktu naik sih oke tapi pas turun tanpa kaos kaki di trek berbatu itu aduhai sekali, walhasil kuku jempol kaki saya yang sebelah kiri copot hehe. Dengan bermodalkan cuma cuci muka saja kami langsung menuju warung pecel lele. Rasa lapar sudah tidak tertahan lagi, sambil makan kami bercerita perjalanan turun tadi. Ternyata Ridwan juga melihat sekelebat bayangan hitam yang lewat di depan tadi tapi dia memilih untuk diam juga. Dia juga bercerita mencium bau-bauan yang saya cium, bahkan dia bilang selepas pos 2 atau kokopan terasa seperti ada yang mengikuti sepanjang jalan. Tapi itu sudah lewat, alhamdulillah kami masih dalam lindungan Alloh SWT, cuma kami berdua sempat terasa agak pusing dan mual, lalu muntah. Entah karena belum makan atau apa, tapi it's ok lah sekarang semuanya sudah baikan. Suasana malam itu cukup menyenangkan, kondisi basecamp cukup ramai kedatangan beberapa rombongan dari Jember dan sekitaran jawa timur lainnya. Senyum sapa, canda, dan obrolan-obrolan khas pendaki gunung tidak terlakan. Mereka bertanya seperti apa kondisi diatas dan macam-macam. Go a head and take your time bro! Nikmati setiap lelahnya dan gapailah puncak hehe.
Oh iya terakhir. Setelah kami tanya di basecamp, pendaki yang hilang itu ternyata turun lewat jalur Lawang lalu berhasil diselamatkan oleh pendaki lain dan diantar ke rumahnya, alhamdulillah. Mungkin kalo waktu itu beritanya sampe masuk medsos bakalan banjir komen gegara ngga safety dll haha.
Saran dari saya untuk yang ingin mendaki ke Arjuno jangan buka tenda atau camp di pos 2 atau kokopan, menurut saya tanggung kalau memang memungkinkan mending langsung di pos 3 pondokan. Kerena dari sana lebih enak kalau mau menuju ke Welirang atau Arjuno tinggal ke kiri atau kanan.
Mungkin cuma ini dari terima kasih sudah membaca.
Regard : @sehabishujan
1 note · View note