Tumgik
#kapan nikah
jujarobupolo · 11 months
Text
Kapan Nikaaahhh??
Dampak Pertanyaan ‘’Kapan Nikah?’’ Terhadap Seseorang Dari Sudut Pandang Sosiologi Keluarga
Oleh : Indah Mawaddah Fitri
Dalam masyarakat kita, pertanyaan "Kapan nikah?" seringkali dianggap sebagai pertanyaan yang umum dan wajar untuk diajukan kepada seseorang yang sudah dewasa. Namun, dampak dari pertanyaan tersebut dapat beragam, terutama dalam konteks sosiologi keluarga. Tulisan ini akan membahas dampak pertanyaan "Kapan nikah?" terhadap seseorang dari perspektif sosiologi keluarga.
Tekanan Sosial
Pertanyaan mengenai kapan seseorang akan menikah seringkali dianggap sebagai tanda tekanan sosial yang diterima oleh individu tersebut. Dalam masyarakat di mana pernikahan dianggap sebagai norma dan harapan yang diinginkan, individu yang belum menikah dapat merasa tertekan dan merasa ada yang salah dengan dirinya. Tekanan ini bisa datang dari anggota keluarga, teman-teman, atau masyarakat secara umum. Dalam konteks sosiologi keluarga, tekanan sosial ini dapat memengaruhi persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan mengubah dinamika hubungan dalam keluarga.
Persepsi Identitas
Pertanyaan "Kapan nikah?" juga dapat memengaruhi persepsi identitas seseorang. Dalam masyarakat yang memberikan penekanan kuat pada pernikahan sebagai salah satu tanda keberhasilan dalam hidup, individu yang belum menikah dapat merasa kurang dihargai atau dianggap kurang sukses. Persepsi ini dapat mempengaruhi harga diri dan citra diri individu, serta memunculkan pertanyaan tentang apakah mereka sebenarnya kurang berharga karena belum menikah.
Pengaruh pada Dinamika Keluarga
Pertanyaan "Kapan nikah?" juga dapat mempengaruhi dinamika keluarga secara keseluruhan. Dalam masyarakat yang memiliki harapan kuat terhadap pernikahan, orang tua dan anggota keluarga mungkin merasa perlu untuk terlibat dalam kehidupan percintaan dan rencana pernikahan anak-anak mereka. Hal ini dapat menciptakan tekanan tambahan pada individu yang sedang mencari pasangan hidup, serta memengaruhi hubungan antara anggota keluarga. Misalnya, terjadinya konflik atau rasa bersalah jika seseorang tidak memenuhi harapan keluarga untuk menikah.
 
Perubahan Peran dalam Keluarga
Pernikahan membawa perubahan peran yang signifikan dalam keluarga. Pertanyaan "Kapan nikah?" sering kali muncul ketika seseorang mencapai usia di mana diharapkan untuk menikah dan membentuk keluarga sendiri. Namun, individu tersebut mungkin memiliki prioritas dan tujuan lain dalam hidup mereka, seperti mengejar karier, pendidikan, atau mengembangkan diri secara pribadi. Pertanyaan tersebut dapat memengaruhi individu dalam mengambil keputusan tentang waktu dan cara mereka ingin menikah, serta bagaimana mereka melihat peran mereka dalam keluarga mereka dan masyarakat secara lebih luas.
Kesimpulan
Pertanyaan "Kapan nikah?" dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap individu dari perspektif sosiologi keluarga. Tekanan sosial, persepsi identitas, dinamika keluarga, dan perubahan peran adalah beberapa dampak yang mungkin timbul akibat pertanyaan tersebut. Penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan keberagaman nilai dan prioritas dalam hidup individu, serta memberikan dukungan dan penghargaan terhadap pilihan hidup yang berbeda-beda. Dalam memahami dampak sosial pertanyaan ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi semua anggota masyarakat, tanpa memberikan tekanan atau penilaian yang berlebihan terhadap keputusan individu dalam urusan pernikahan.
1 note · View note
niasafira · 2 years
Text
Usia 26 belum juga menikah atau ada tanda2 akan menikah. Mulai agak parno tapi ya masih nggak greget gak tau kenapa. Katanya jodoh pun harus diikhtiarin. Minimal dengan doa. Tapi entah kenapa doa pun saya kadang lupa. Seperti tak butuh saja. Dasar saya.
Ya gimana ya.. Apa iya butuh diruqyah. Tentang sihir penghalang jodoh atau apalah itu namanya. Kok ya segitunya saya.
Tak banyak tapi sejauh ini selalu nolak kalau ada yg mau minta, sudah ilfeel meski masih ditahap sekedar ingin kenalan saja. Apa iya karna trauma. Atau di badan ini beneran ada jin nya. Hahaha
Adakah yg sama dengan saya?
1 note · View note
johnmalevolent · 1 year
Text
drawing this while listening to 18 is like 💕 arthur suffering 💕
Tumblr media
[ID: Pencil-on-paper sketch of Arthur Lester from Malevolent Podcast smiling. End ID]
60 notes · View notes
dinisuciyanti · 2 months
Text
Siang tadi aku lihat video dari temanku. Dia menangis, sambil direkam, nangisnya beneran, tapi karna setelan nya lawak, aku menganggapnya sekedar konten. Padahal ya nangis beneran. Tapi aku bukannya sedih, malah ketawa. Dasar nirempati.
Nangis kenapa? Simply karna teman-teman kita, satu persatu, sudah menemukan calon-nya. Sementara dia belum, padahal segala upaya sudah dilakukan. Ya, temanku memang sangat ingin menikah, dari kapan tau. Tapi belum dikasih Allah. Beda denganku, yang, yaudahlah gimana Allah aja, enggak tau mana yang duluan, entah sekolah, entah nikah, entah umroh, atau meninggal duluan.
Ketenangan itu sungguh privilege. Enggak rungsing, enggak pusing, menjalani hal (pekerjaan) di depan mata. Ada keinginan ABC, tapi enggak ngoyo. Adulting is hard.
27 Februari 2024
77 notes · View notes
yunusaziz · 10 months
Text
Nih aku kasih tau...
Salah satu problematika terbesar hidup kita tuh terlalu ambil pusing sama perkataan orang. Tidak semua perkataan orang tuh harus dilakukan. Jangankan dilakukan, didengarpun ada juga yang enggak perlu. With special notes ya hihi.
Kenapa? Dalam hidup tuh akan selalu ada orang yang memainkan peran dalam menanyakan, mengomentari setiap apapun keputusan, sikap, dan tindakan yang kita ambil. Bukan hanya yang buruk, yang baik pun tetap aja pasti ada yang ngomen.
Contoh, ada orang yang menanyakan "Udah usia 25 kok belum nikah. Kapan nikah?", karena ditanya gitu akhirnya dia ketrigger lalu menikah. Setelah menikah, ada yang tanya "Kapan punya anak?". Setelah punya anak ditanya lagi, "Kok cuman satu. Kapan punya anak lagi?" begitu seterusnya. Udah tua pun akan ditanyain, "Kapan punya mantu?" begitu terua sampai Rayanza jadi Presiden Konoha 😇
Ya intinya begitu, selalu akan ada orang-orang yang memainkan peran dalam menanyakan segala sesuatu yang kita jalani. Ada kalanya baik, perlu kita dengar dan kita indahkan, karena barangkali hal itu bisa jadi pelecut semangat, tapi tidak sedikit yang justru menjadi panyakit.
Kuncinya satu, tidak semua perkataan otang harus didengar, apalagi dilakukan. Cukup dengarkan apa yang perlu didengar. Mungkin kamu pernah dengar, kenapa Allah berikan setiap manusia dua telinga satu mulut, hikmahnya agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara, bukan?
Kalau menurutku belum selesai sampai disitu, Allah memang ciptakan kita dua telinga agar kita lebih banyak mendengar dari pada berbicara, tapi Allah juga ciptakan kita dua tangan, untuk menutup telinga dari hal-hal yang emang nggak perlu didengar. Maka gunakan dua tanganmu itu untuk menutupnya.
Imam Syafi'i pernah bilang :
"Menghindarkan telinga dari mendengar hal-hal yang tidak baik merupakan suatu keharusan, sebagaimana seseorang mensucikan tutur katanya dari ungkapan buruk."
Pada intinya sebenernya semua kembali pada diri kita. Karena kita tidak punya kendali atas ucapan orang lain ke kita, maka kendalikan apa yang bisa dikendalikan, apa itu? Respon, dan sikap kita ketika menghadapi itu. Itulah pentingnya kita kenali diri kita, tahu batasan kita; apa yang baik dan buruk buat diri kita.
Jadi,
Kapan mau nikah? Haha
210 notes · View notes
taufikaulia · 1 year
Text
Hai Tumblr! Lebaran ini sudah berapa orang yang nanyain kamu kapan nikah?
Ditanya “kapan nikah” gak akan bikin kamu hancur kok. Palingan cuma sebel dikit aja. Kalau kamunya memang belum siap, calonnya belum ada, atau emang belum mau menikah, ya gak usah terlalu diambil hati. Apalagi sampai jadi pikiran. Masih banyak hal-hal lain yang lebih layak menyita pikiranmu selama kamu bisa menjaga hati, pikiran, dan tubuhmu dari hal-hal yang Allah haramkan.
Sebel dikit gak apa-apa, tapi risaukan hal yang memang layak dirisaukan sekarang-sekarang ini. Toh, target dan milestone hidup orang gak selalu sama.
Mungkin, kalau ada yang nanya kamu kapan nikah. Kamu cuma perlu jawab singkat aja, “Doain aja ya, Tante. Saya lagi nyiapin diri dulu nih biar nanti bisa jadi istri/suami yang baik.” Jangan lupa tambahkan senyum simpul. Sudah tu, hidup lanjut lagi.
—@taufikaulia
204 notes · View notes
gladiollsusi · 4 months
Text
Hai Kids this is your ibuk,
Ya gak tahu sih kapan kamu bakalan ada. Atau mungkin gak bakalan ada.
Kalau suatu saat nanti kamu ada, ibu mau cerita kalau ibuk capek banget ditanyain kapan nikah dan diceramahi panjang lebar tentang pernikahan. Belum lagi dijulidin dengan label terlalu pilih-pilih, lebih fokus dengan kerjaan, udah berumur tapi gak peduli dengan orangtua yang sudah tua, terlalu cuek, dan label-label lainnya yang nyudutin.
Padahal ya mau gimana, ayah mu belum kelihatan tanda-tanda kedatangannya.
Dan sungguh, orang orang yang bilang ibuk gak sayang sama orangtua karena belum nikah, adalah orang orang yang paling sotoy dan jahat. Mereka tahu gak sih kalau omongan mereka itu nyakitin banget.
Kids, capek banget ngadepin rangorang. Tapi mau dilawan juga udah gak ada tenaga.
Perihal jodoh, ibuk serahin deh semua nya sama Tuhan. Kalau ada yang cocok ya Puji Tuhan. Kalau belum, ya mau gimana dong.
Ya gitu deh Kids cerita dari Ibuk di awal tahun 2024.
Ibuk mau rajin olahraga dan atur makanan yang sehat mulai tahun ini. Supaya kalau suatu saat nanti kita ketemu, ibuk gak jompo-jompo amat 😃
Ya kalaupun ternyata kamu gak ada, ya gak papa juga. Mungkin itu cara Tuhan untuk menyelamatkan ku dari hal hal yang gak bisa ku hadapi ❤️
55 notes · View notes
ronakana · 28 days
Text
Left Behind
Sekarang lagi merasa di tinggalkan orang orang. Temen temen yang sebenernya bukan begitu temen. Saya begini begini aja. Jadi dokter honor Puskesmas pinggiran kota disaat temen temen udah jadi Kepala Puskesmas, udah jadi PNS, udah lanjut sekolah, udah bikin klinik kecantikan, kliniknya ada yang udah berkembang jadi rumah sakit, udah jadi pejabat di rumah sakit, dll.
Walaupun sebetulnya indikator sukses bukan cuma dari jabatan dan materi tapi tetep aja merasa sedih karena saya dan mereka start dari sekolah yang sama, jurusan yang sama di tanggal yang sama. Ya mungkin latar belakang support keluarga, finansial dan lingkungannya beda.
Tapi gapapa. Ini sama kaya galau galau sebelumnya. Galau waktu orang lain udah nikah kok kayanya saya aja yang belum. Galau orang lain udah punya anak kok saya belum. And here I am. Galau orang lain udah jadi kupu kupu sedangkan saya masih jadi ulet aja yang uget uget. Belum cukup nutrisi untuk menjadi kepompong. Tapi lagi berusaha.
Galau ini pasti akan segera berakhir. Bismillah. Mudah mudahan lulus agustus ini untuk kuliah lagi. Ya Allah saya udah siap mental dan finansial untuk sekolah lagi Ya Allah. Tabunngan 3 tahun ini InsyaAllah cukup Ya Allah. Udah ikut les juga. Ya Allah saya udah siap menerima beban cobaan yang baru Ya Allah. Doakan ya para pembaca tumblr. Inginnya saya ambil Psikiatri. Saya bernadzar akan membuka sesi konsultasi gratis yang mudah dijangkau. Khususnya untuk orang ga mampu dan anak anak sekolah. Bismillah Yahhhh
Disamping modal ikhtiar yang aduh beurat pisan pas bulan puasa gini bawaannya mager, sekarang saya modal percaya aja bahwa yang selalu saya khawatirkan tidak akan terjadi sama diri saya. Ya seperti saya yang dulu khawatir ga lulus jadi dokter tapi lulus aja. Saya khawatir takut gaada yang mau nikah sama saya akhirnya nikah juga. Dan sekarang saya khawatir banget nasib saya yang begini begini aja jadi pegawai kontrak yang harus siap di kick kapan aja. Saya juga khawatir saya ga berkembang. Ya mungkin itu tandanya nasib saya ga akan begini dan akan berkembang.
Mau nangis tapi kudu kuat, malah belakangan anxiety tapi kudu dihadapi. Yuk bisa yuk.
Jam istirahat,
28/03/24
31 notes · View notes
gizantara · 3 months
Text
Ngobrol
Bulan kemarin ngobrol sama beberapa temen, salah satunya ada seorang cowok. Kupikir cewek doang yang suka ngobrol, ternyata dia bilang "salah satu kriteria urang sih yang ngobrolnya enak. Karena nikah mah 99% ngobrol."
Gaya betul bocah sekecil aku bahas nikah hahaha. Tapi menarik. Sebagai orang yang (sangat sangat sangat) suka ngobrol, aku bilang ke teman paling dekatku, si ENTP.
"Kalau emang boleh berharap ya, aku nge-setting pasanganku nanti standar ngobrolnya harus se-kamu."
Akhirnya aku mikir ulang, emang kenapa standar ngobrolnya tuh minimal harus kaya temenku yang itu? Akhirnya aku membagi jenis ngobrol jadi tiga (di luar easy convo yang basa-basi):
1. Deep Convo
Deep convo ini diperuntukkan membahas hal-hal terkait kedalaman perasaan, emosi, kesan, dan sebagainya. Perlu cognitive empathy dan emotional empathy dalam melakukannya. Saat emotional empathy-ku masih belum sepenuhnya matang, kami pernah berkonflik soal ini dan dari deep convo kemudian tensi makin naik menjadi hard convo.
2. Hard Convo
Hard convo ini diperuntukkan membahas masalah-masalah beserta problem solving-nya, especially masalah yang benar-benar harus mengesampingkan ego ketika membicarakannya. Harus berani tidak lari dari pembicaraan dan bertanggung jawab dalam menghadapinya. Aku dan temanku (proudly) berhasil menyelesaikan konflik kami dengan clear kurang dari 3 hari.
3. Heavy convo
Heavy convo ini diperuntukkan membahas hal-hal informatif, terkait bagaimana informasi tersebut terinput, menjadi banyak titik di kepala, lalu diolah, connecting dot by dot, sekaligus gimana output-nya atau how to deliver-nya ke orang lain. Butuh kapasitas dan ketahanan baca serta kemampuan kontemplasi yang mendalam. Perlu juga keinginan memahami apa yang lawan bicara kita sedang hype.
Dan dengan menyadari bahwa aku dan teman ENTP-ku punya fungsi kognitif yang sama (intuiting extrovert), jadi pemrosesan informasi yang kami lakukan kurang lebih sama. Tidak susah bagi kami saling excited terhadap topik yang tengah dibahas, baik itu tentang sejarah, politik, keluarga, pertemanan, hikmah, ilmu pengetahuan baru, role model, dsb. Kami juga punya dimensi toleransi yang lumayan, jadi cenderung less judgemental terhadap isu-isu, mau melihatnya dari berbagai point of view, dan membuka opsi kemungkinan seluas-luasnya.
Kami punya ketahanan baca dan keinginan memahami juga. Kami tidak akan segera menutup percakapan sebelum satu sama lain puas mengeluarkan seluruh isi kepalanya. Ah, I love how each other being convo-builder. Dan kuncinya satu. Kepercayaan alias trust. Aku percaya dia dengan kapasitasnya bisa menangani seluruh isi kepalaku. Dia pun sebaliknya, percaya kalo aku bisa menangani isi kepalanya. Jadi kalo ada orang yang komplain, "ih kamu jarang cerita" atau "ih kamu mah pendiem" ya sebenernya sederhana aja, aku belum percaya dia bisa handle isi kepalaku. Atau simply aku gak butuh responnya yang cuma satu-dua kalimat aja.
Setelah tadi meninjau kembali chat kami, ternyata satu sama lain tidak pernah menggunakan "wkwkwk" atau dry text sejenis untuk menutup percakapan. Artinya apa? Kami tahu kapan obrolan harus berhenti dan tidak perlu sungkan mengakhirinya. Tidak perlu ada "wkwkwk" sebagai bentuk rasa tidak enak di antara kami. Kami sudah tidak saling berprasangka atas satu sama lain. Tingkat kepercayaan yang sehat ini yang kelak ingin aku bangun juga dengan "teman ngobrol sepanjang hidupku".
Selain kurang suka dry text, ternyata orang yang jadi pendengar yang baik aja gak cukup buatku. Jadi pendengar mah semua orang bisa, tapi jadi pemberi feedback dan reviewer yang baik itu gak semua orang bisa. Karena gak semua orang punya resource informasi dan pengolahan informasi yang sama kaya kita. Atau bahkan, simply orang malas mengerti dengan yang sedang kita bahas/hype. Hahaha, sekiplah manusia seperti itu.
Aku baru aja nemu di twitter:
Tumblr media
Ya intinya, sebuah kebahagiaan tersendiri buatku ketika bertemu orang-orang yang convo-builder dan building-nya tidak hanya dengan dry texting. Tapi harus aku sadari bahwa aku dan temenku bisa sekompatibel sekarang pun merupakan hasil ngobrol 4 tahun dulu. Jadi aku harus menurunkan ekspektasi kepada teman ngobrol sepanjang hidupku kelak bahwa tidak apa-apa kalau belum bisa sepenuhnya saling memahami di awal. Tapi harus mau belajar. How to listening, understanding, put ourselves in each other's shoes, respect each other, and not underestimate other's stories, pain, wounds, experiences, and achievements. Bahasanya mah gini: "Aku bakal mencoba mendalami topik yang sedang kamu minati, dan aku harap kamu juga begitu terhadap topik yang aku passionate ngebahasnya."
Untuk malam ini, kepikirannya segini dulu. Ini juga hasil review dan mempelajari banyak orang. Tapi sejauh ini baru menemukan kurang dari 5 orang yang aku percaya untuk handle isi kepala serta isi hati. Emang gak harus banyak juga sih, yang jelas perasaan "dipahami" itu perasaan yang indah. Apalagi jika orang tersebut memang betulan ngeluarin effort dan ngeluangin waktu untuk mempelajari kita serta bagaimana kita menjalani hidup.
Ya soalnya kita gak mungkin bakal bisa adaptasi, kita gak akan bisa nge-shape ke orang lain, kalau kitanya sendiri belum tau "bentuk" hidup orang lain yang akan kita masuki itu seperti apa. Pun sama, kita sendiri harus mempermudah orang yang nantinya hadir ke hidup kita. Jangan buat mereka sulit beradaptasi misalnya dengan komunikasi yang nggak clear dan susah dipahami. Sederhanakanlah, kurangi gengsi, kode-kodean, nyindir-nyindir, atau bahkan silent treatment. Rasanya sebagai manusia dewasa, hal-hal kaya gitu malah bikin hubungan jadi gak sehat. Berikan orang lain penjelasan atas apa yang kita lakukan.
Next-nya, aku kepikiran mau bahas tentang empati. Tinggal nunggu mood nulisnya aja.
— Giza, lagi lumayan luang untuk review perjalanan sebagai manusia yang suka ngobrol
20 notes · View notes
duniapetualangkata · 6 months
Text
Mau sampai kapan kita hidup dengan cara pandang orang lain, kamu harus begini kamu harus begitu atau hidup dengan beban pemikiran aku tidak cantik, tidak kaya, aku jomblo, aku belum nikah dan pemikiran yang akan hanya merusak dirimu.
Dunia tidak peduli keadaan mu, dunia tidak peka dengan penderitaan mu pun dunia tidak mengganggap kamu ada.
Semesta kita tidak terukur, memberikan ujian yang berat untuk di lalui meski sulit di terima tapi kita harus menerimanya dan kejamnya kita sendirian harus melaluinya.
51 notes · View notes
nuhashofiya · 5 months
Text
memasuki usia sering diteror dengan pertanyaan perihal 'kapan'.
era kapan sidang dan kapan wisuda udah berlalu. sekarang saatnya kapan kerja dan kapan nikah tampil. setelah itu mungkin ada pertanyaan lanjutan, kapan punya anak, kapan ini kapan itu. ngga selesai selesai. santai aja, ini hidup bukan lomba.
22 notes · View notes
maknafrasa · 10 months
Text
Dilarang bertanya kapan nikah, apabila tidak menyiapkan calonnya.
45 notes · View notes
rubahlicik · 2 years
Text
Mylog: Tips dapat Jodoh
Uda clickbait banget belum judulnya? Haha. Masuk bulan syawal banyak yang resah, sama seperti tahun tahun sebelumnya.
Rangorang sibuk bertanya pada Tuhan,
"Aing kapan gustii????"
Yang belum ada kepengen nikah atau uda punya pasangan skip ajaaa
Jadi gini,
Aink dulu punya temen cewek yang sering curhat soal jodoh ke aink. Tiap kali ketemu dan ngobrol, pertanyaannya ituuu mulu
"Urang ga dapet dapet jodoh aja,"
Tentu, sebagai teman yang baik aink ngasi beberapa tips based on experience yang mungkin bisa dicoba. Tapi sayang, selama periode curhat, satu pun tips yang aink kasi ga dia lakuin.
Jadi gini, dia nanya. Gimana nih, bla bla bla. Trus aink jawab kan, coba gini gini gini,..
Pertemuan berikutnya, dia nanya lagi. Same question,. Aink nanya dong, uda ngapain aja? Yang aink saranin ada yang dicoba ga?
Engga, katanya. Jadi dia, ga ngelakuin apa apa, rutinitas harian ya itu itu aja, tapi keukeuh ngarepin ada yang berubah.
Hingga akhirnya lose contact, dia tetep gitu gitu aja. Ga nyoba apa apa, ngelakuin hal yang sama tiap harinya, but still hoping something different
Di postingan ini, aink mau share apa yang dulu aink share ke temen. Siapa tau bermanfaat kan yah, who knows..
Jaman aink baper nikah rasa rasanya ga ada tinder dan aplikasi sejenisnya (atau aink yang ga tau) jadi effort aink ya jalur darat banget (selain berdoa biar cepat laku).
Biar ga kepanjang aink to the point aja yes. Oke tips pertama
Jadilah orang yang gampang ditemukan
Baik secara fisik atau nama. Maksudnya secara fisik gini,
Situ, keluar, cari kegiatan baru, mulai dari sekarang.
Kamu kalo ditakdirin punya jodoh, ya tentu akan saling menemukan. Nah ketemunya dimana ya ga tau. Dengan kamu nambah kegiatan baru, nambah circle baru, probabilitas ketemunya akan makin tinggi. Peluang ditemukan dan menemukan akan semakin tinggi.
Buang impian ada lawan jenis oke banget yang ke rumah ngajak kenal dan bla bla bla,. Dan kamu tinggal duduk manis lalu bilang "nama saya,..."
Kamu bukan anak raja kan?
Ini agak susah emang, and ga semua orang niat banget buat nambah circle/kegiatan baru di luar rutinitas hariannya.
Kecuali kamu jodohnya orang yang uda ada di rutinitas kamu atau mamang gofood, baiknya kamu keluar, mungkin jodoh kamu lagi nyari..
Di tempat gym,...
Perpustakaan,..
Klub pecinta burung, maybe,...
Nah kalo yang gampang ditemukan secara nama tuh gini maksudnya, tapi ini lebih sulit lagi.
Kamu, berprestasi gih. Jadi karyawan teladan kek, dapet penghargaan apa gitu. Apa pun lah yang bikin nama kamu terdengar ke luar circle kamu.
Siapa tau, jodoh kamu adalah orang yang ga sengaja nemu karya kamu dan penasaran sama kamu.
Be somebody, be someone that can be recognized
Biarkan jodoh kamu liat kamu, denger nama kamu
Next,
Tips, terakhir..
Lah uda yang terakhir aja nih. Iya aink ga banyak berteori, emang yang penting tuh praktek. Nah tips ini lebih sulit lagi,
Be love-able
Jadikan diri kamu bisa dicintai. Kalo kamu uda baca sampai sini dan ngerasa ga cinta sama diri kamu sendiri. Mending stop dulu
Mikir dulu gih,.
Bayangin kamu punya pasangan yang ga sayang sama dirinya sendiri, yang selalu nganggep dirinya worthless. Bayangin kamu harus berpasangan dengan orang yang ga bisa ngasi 'harga' ke dirinya sendiri.
Kerasa ancur banget ga sih selera kamu? Gimana perasaan kamu coba?
Yes, tahap pertama dalam mencintai orang lain adalah mencintai diri sendiri, ngasi value ke eksistensi kamu sendiri.
Ketika kamu ketemu jodoh kamu, kamu bisa dengan bangga bilang "ini loh saya, saya adalah orang yang bla bla bla"
Pun ketika yang kamu anggap jodoh kamu ternyata bukan jodoh, kamu masi tetap punya value. Kamu adalah bla bla bla, and you can love yourself for being that bla bla bla.
Dua tips diatas bisa dipake jika dan hanya jika, calon jodoh kamu ga lagi diuber sama orang yang mungkin jadi calon jodohnya dari calon jodoh kamu.
Anjay belibet
Yaa, jangan mikir bersaing dulu lah yang penting ikut daftar dulu aja.
Gitulah kurang lebih, semoga membantu
goodluck!
642 notes · View notes
dinisuciyanti · 24 days
Text
Masih gak sekufu dengan perkataan, "aku bahagia kalo aku nikah". Ya, gimana ya, menurutku, be with him (yang gak tau siapa) or not, I can be happy.
Bukan nyari pasangan buat bahagia sih, apalagi untuk menafkahi (yang ku juga bisa nyari duit mah, walau kadang capek juga kerja terus pengen ditransfer aja, tapi itu bukan sifat independent women #muntah). Tapi lebih ke, nyari temen ngobrol kapan aja (ya walaupun dia juga harus kerja), dan teman untuk misuhi program rezim yang patut untuk dipisuhi.
Padahal kriteria ku cuma 3: 1) gak ngerokok, 2) ngebolehin s3, dan 3) bisa ngobrol sama aku. Tapi eksekusinya susah ya yorobun wkwkwk..
Tadi juga abis chat sama temen, mengingatkan kalo, bisa jadi sebagai hamba, kita gak dikasih kesempatan buat ketemu the one di dunia. Kalo aku termasuk ke dalam golongan tersebut, aku udah pasrah sebenernya, nikah atau gak nikah, yang penting bisa hidup sehat, waras, dan bermanfaat bagi sesama.
Kalo dikasih kesempatan bermanfaat bareng kamu ya gapapa. #ehgimana
1 April 2024
Udah April aja ya, cepet amat..
63 notes · View notes
cheniaik · 3 months
Text
29
Biasa saja, kadang rasanya saya masih berumur 23, 24, 25. Saya juga tidak merasa terganggu dengan pertanyaan "kapan nikah?" toh menikah masih menjadi sesuatu yang sangat jauh dan asing buat saya.
Saya juga masih senang menjelajahi diri saya di banyak kesempatan dan kejadian. Saya masih belum bisa memaafkan dan mengikhlaskan banyak hal. Masih banyak yang ingin saya lakukan; sekolah lagi, sekolah lagi, sekolah lagi, ke Swiss, ke Jepang, belajar drum, belajar diving, memproduksi film, membuat buku, menerbitkan jurnal, mengidealkan berat badan, rajin beribadah, mewarnai rambut menjadi ungu, mengajar di pedalaman-pedalaman, pergi ke konferensi internasional di luar negeri, dan lain-lain, dan lain sebagainya.
Kadang-kadang saya ingin menjadi baik, kadang-kadang saya ingin menjadi jahat, kadang-kadang saya ingin menjadi tak terlihat. Hidup terasa lebih Squidward dan Mr. Krab belakangan ini. Tapi di waktu-waktu tertentu momen-momen menjadi Spongebob dan Patrick bikin saya lebih bahagia dari biasanya. Ternyata, menjadi manusia berarti harus siap dan menerima segala ketidakpastian. Boleh jadi hari ini saya benci A, lalu saya berubah menjadi si A. Atau sebaliknya.
Arti hidup gak perlu dicari-cari. Yasudah, hidup saja.
15 notes · View notes
zulzone · 12 days
Text
Mungkin bagi sebagian orang pertanyaan "kapan nikah" itu cukup annoying, tapi tidak bagiku. Aku tidak pernah tersinggung apabila dapat pertanyaan seperti itu dan bisa menghandlenya dengan jawaban yang rasional, karena menurutku itu adalah bentuk dari kepedulian dari mereka. Namun terkadang cara mereka yang kurang tepat. Layaknya praktek pinjol ilegal yang meneror orang terdekat nasabahnya apabila tidak bisa ditagih, sebagian penanya ini kadang menujukan pertanyaan itu ke orangtuaku yang mana mempunyai respon penerimaan yang berbeda denganku terhadap pertanyaan seperti itu. Itu membuatku sedikit jengkel, pertama tentu aku kasihan dengan orang tuaku karena pasti ada rasa malu dari beliau walaupun tidak disampaiakan, eh disampaikan ding wkwk. "Aku isin lek ditakoni ngono kuwi" gitu katanya. Yang kedua yaitu orang tua yang akhirnya justru memberikan pressure ke aku. Tapi yaaa gimana lagi, namanya juga hidup, senyumin aja hehe
9 notes · View notes