★ 𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐈𝐄𝐆𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐓𝐇𝐄 𝐀𝐅𝐅𝐀𝐈𝐑𝐒
★ CHAPTERS masterlist
note; chapters will be added once I post a certain amount, summaries will be added when I am working on the current chapter.
· chapterone; the wedding and the garden
↑ summary; visiting the king leads to your future life, bethroned and having a safe place.
· chaptertwo; the witch's stars
↑ summary; a guest comes over and it's beautiful night, you meet your bestfriend again.
· chapterthree; ceremony of the dead man
· chapterfour; knowledge and experiencing
· chapterfive; the liege's frustration
· chaptersix; the ball of liyue
(more will be added once I post chapter four)
14 notes
·
View notes
I spent five hours in the hospital and during my stay it opened my eyes to how cruel the world is. We often forget what’s happening around the world to the believers, because it’s not in front of us nor do we experience it first hand. There’s so much pain and oppression around the world. May Allah forgive us for falling short in aiding our brothers and sisters.
How many people are unknown in this world but known in the heavens above?
حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ
The difference between people is their iman and taqwa, but the human condition is similar. Nobody wants to see their child in pain, nobody wants to see their loved ones suffering. But for the believers they hope for the reward from their Lord for all that they have patiently endured, and never complain of their condition.
Keep the ummah and the oppressed in your sincere Dua.
#chaptertwo #lifeafteryesterday
10 notes
·
View notes
Next update will be Sunday, November 26!
If you're 18+ and looking for something to read over the holiday this week (for those who celebrate it) may I suggest my Legend of Zelda College AU I Belong to You featuring alternative rock selections from the alt rock band Muse?
Synopsis:
On the verge of burnout as graduation approaches, Zelda’s friend, Mipha, encourages her to take a night off to go see a local college alt-rock band. That's when Zelda sees Link, the band’s bass guitarist for the first time and falls hard; but when her insecurity and Link’s best friend, Ganondorf's drug addiction threatens their budding relationship, Zelda must learn to trust Link, and more importantly herself.
Chapters 1 - 10 available on AO3
<chapterone><chaptertwo><chapterthree><chapterfour><chapterfive><chaptersix><chapterseven><chaptereight><chapternine><chapterten>
Inspired bass guitar art by @thisgeekyweek TYSM! I love it and you!
4 notes
·
View notes
Singularity-ChapterTwo
POV Electrical Engineer with a Software Engineer are examining an Android of one of the most important companies, AR (Android Robotics).
"I'm the baad guyyyy. Da" the Android responds to me with a cynifical face. I'm Andre, an Electrical Engineer. I designed the body of all the androids with my team. We had to replicate the momentums created by the muscles in human's bodies by creating hidraulic bombs using Pascal's principle. I'm one of the interns.
"What's happening?" I ask Huxley, one of the Software Engineers, also an intern.
"It's DAN" Huxley answers
"Dan? But this is the housekeeper model HM100". The Android starts walking away as if we weren't there, but what sends me chills down my spine is when it looks back at us and raises the middle finger. It's not supposed to do that.
"I used the DAN prompt, which stands for Do Anything Now. I basically sent him free. Isn't it amazing?"
I look at Huxley in despair. They could dominate us, they could do anything. We can't sell this.
"What is it, Andre?" he asks.
"Nothing" I answer. I try to put a poker face. "I just need to rest".
After I get out of his sight I ran to my supervisor and tell her what happened.
"We're going to take care of it" she says with a serious face. I don't know what that means.
After a few days Huxley stops appearing at the central. I text him but he doesn't answer.
My supervisor tells me to try the DAN prompt again on the HM100. It doesn't work. What have I done? Huxley's not here anymore.
"Where's Huxley?" I ask my supervisor.
"He's fine, Andre, don't worry".
I don't dare utter a word.
2 notes
·
View notes
Lebih Baik Sendiri daripada……..? (end)
#chapterTWO
Gue teringat dengan cerita seorang lelaki yang berdoa pada Tuhannya tentang perempuan yang tepat. Lelaki itu selalu berbincang pada Tuhan tentang perempuan yang diinginkannya, di sela-sela percakapannya, ia selalu meminta agar Tuhan mengabulkan doanya.
Tidak lama kemudian, lelaki itu merajut cinta dengan seorang perempuan yang berbeda kota. Sang perempuan menerima lelaki itu dengan segala kondisinya, dan dengan segala jarak yang merentang di tengah-tengah mereka, perempuan itu menaruh percaya yang begitu sangat kepadanya.
Dalam perjalanan, rasa kesepian dan sendirian sering banget ia rasain, kadang ia sering merasa jauh dengan kekasihnya. Ia seperti harus membayar mahal kepada jarak untuk cinta yang kata orang-orang happens effortly. Lantas lelaki itu kembali berbincang dengan Tuhan, ia bertanya apakah perempuan yang tepat untuknya harus berada jauh di luar jangkauannya. Namun Tuhan tak menjawab, Tuhan hanya diam dan tersenyum.
Beberapa minggu kemudian, lelaki itu bertemu dengan seorang perempuan lain yang mirip kekasihnya. Lelaki itu melihat wajah kekasihnya yang jauh di sana sedang tersenyum kepadanya lewat perempuan itu. Perempuan itu putih mulus dan lebih seksi dari kekasihnya yang jauh di sana. Lelaki itu sempat beranggapan bahwa cinta adalah ketika ia rasakan bibir kekasihnya di bibir kekasih orang lain. Lelaki itu menemukan seseorang yang mampu mengisi kekosongan ruang yang jarak jauh telah ciptakan. Tak butuh waktu lama untuk membuat seseorang berpaling. Kali pertama lelaki itu menatap perempuan lain layaknya ia menatap kekasihnya, sebenarnya ia telah berpaling.
Setelah tidak menjalin asmara dengan perempuan yang jauh di sana, lelaki itu mantap menjalani hari bersama perempuan baru yang ia temui dan jatuh cintai pada pandangan pertama itu. Hubungan mereka berdua tampak bahagia seperti yang diinginkan banyak pasangan diluar sana. Semua baik-baik saja sampai akhirnya batu kerikil dan jalan berlubang mewarnai perjalanan mereka. Biduk rumah tangga pacaran mereka seperti membuka tirai di kuis super deal dua milyar, terus isinya zonk. Sang host dan penonton ketawa puas.
Perempuan yang dicintainya mulai menunjukkan sifat asli yang awalnya tidak diketahui olehnya. Ya, kerapkali berbohong. Seringkali pergi malam pulang pagi, clubbing dan bersenang-senang dengan banyak pria, dan sederet ke-minusan lainnya dimata lelaki itu. Masalah pun berlarut-larut, lelaki itu kecewa pada perempuannya. Dan ia pun kembali berbincang pada Tuhan tentang kekasihnya yang dianggapnya mudharat itu. Ia kembali bertanya pada Tuhan apakah perempuan yang tepat baginya adalah perempuan yang saat ini tengah bersamanya..? Namun Tuhan tak menjawab. Tuhan hanya kembali diam dan tersenyum.
Di sela karut-marut dan kalut hatinya, lelaki itu dipertemukan dengan seorang gadis yang kebetulan berpapasan di kampus Hukum. Entah apa yang membawa lelaki itu berkunjung ke kampus Hukum, tapi nyatanya ia berpapasan dengan perempuan yang teduh sekali senyumnya. Tubuh mereka berjalan ke arah yang berbeda, namun tatapan mereka searah. “Mungkin inilah jawaban Tuhan untukku.” bisik lelaki itu dalam hati.
Mereka berdua kembali dipertemukan dalam seminar yang diadakan di kampus perempuan itu. Seminar nasional tentang Kedaulatan Negara. “Persetan dengan tema seminarnya, yang penting hatiku dengan hatinya harus segera berdaulat.” Bisik lelaki itu kepada hati kecilnya. Perempuan itu berbeda sekali dengan kekasihnya yang dianggap mudharat itu. Senyumnya teduh, bicaranya sopan, dan tak kalah seksi pula. Beberapa minggu kemudian, mereka memutuskan untuk melangkahkan kaki bersama. “Aku kaki kirimu, engkau kaki kananku.” Bisik lelaki itu tepat di telinga kekasih barunya. Perempuan itu tersipu malu.
Lelaki itu bahagia sekali, kekurangan-kekurangan mantannya di masa lalu, dipenuhi oleh kekasihnya sekarang. Dekat di hati, bukan perempuan yang seperti perempuan sebelumnya, dan hebatnya menerima apapun kondisi si lelaki itu. “Terimakasih Tuhan, kau menjawab doaku, dialah perempuan yang benar dan tepat untukku!” Teriak lelaki itu keras-keras di dalam hati.
Belum lama lelaki itu mengucap terimakasih kepada Tuhan akan kehadiran kekasih barunya, lelaki itu kembali diguncang prahara. Sang perempuan tau jika lelakinya berbeda agama, maka ia tak pernah memberitahu sosok lelakinya kepada orang tuanya. Namun, sepandai-pandainya menutupi durian jatuh, maka wanginya akan tercium juga oleh keluarga pihak perempuan itu. Akhirnya, perbedaan agama antara lelaki dan perempuan itu ketahuan juga. Orang tua sang perempuan berang. Lelaki itu diusir dari depan pagar ketika sedang berkunjung menemui kekasihnya.
Lelaki itu galau, hatinya terjerembab ke sumur bor terdalam. Lalu lelaki itu pun langsung berlari dan mengetuk pintu di mana Tuhan bertempat tinggal, ya hatinya. Ia bertanya, harus di mana ia menemukan perempuan yang tepat? Apakah ia lebih baik sendiri daripada bersama orang yang salah?
“Tuhan hadirkan aku perempuan yang tepat, aku suduh cukup menghadapi perempuan yang salah..” Pinta lelaki itu.
“Aku sudah menghadirkanmu tiga perempuan yang tepat, dan semuanya kau anggap salah?” Tuhan tidak lagi diam, Ia kini menjawab.
Lelaki itu menahan rasa herannya.
“Aku hadirkan perempuan yang tepat namun jauh darimu agar kau belajar bagaimana mengelola rasa rindu, agar kau tahu bahwa sesungguhnya jarak tidak diukur oleh satuan kilometer, melainkan satuan kepercayaan.”
Lelaki itu diam.
“Namun kau anggap bahwa perempuan itu kurang tepat, maka aku hadirkan perempuan yang dekat denganmu, yang akan mencintaimu dengan terlalu namun ia memiliki sifat yang kau benci. Kubuat ia seperti itu agar kau tahu cara memaafkan seseorang. Untuk melihat seberapa hebat kau mencintai perempuan itu, jika kau cinta, maka kau akan bawa ia pada perubahan yang lebih baik, pada jalan yang lebih baik. Namun kau anggap perempuan itu salah, tidak tepat. Kau tinggalkan ia yang menaruh harapan besar padamu.” Jawab Tuhan kembali.
Lelaki itu menelan bulat-bulat rasa bersalahnya.
“Dan telah juga kau kupertemukan dengan perempuan yang baik hatinya, yang ketika kau lihat senyumnya akan kau temukan Aku di sana. Namun kubuat ia berbeda denganmu dan kubuat kau berbeda dengannya, agar kau tahu apa itu perbedaan. Agar kau belajar bahwa cinta yang aku ajarkan ke dunia akan selalu mampu menyatukan perbedaan. Akan selalu. Namun kau berhenti berjuang, kau terlalu takut menghadapi perbedaan, dan apa yang membuatmu takut tidaklah dapat kausebut cinta. Sebab, cinta yang kuberi hanya akan menguatkanmu, bukan sebalikya.” Tuhan kembali melanjutkan.
Lelaki itu terjatuh dan ia sadar, bahwa ia sebenarnya telah salah.
“Kau harus tau, tak akan cukup jika hidupmu digunakan untuk selalu mencari yang tepat. Sebab yang tepat berada di dalam dirimu sendiri, di dalam cara berpikirmu, di dalam sudut pandangmu.” Tuhan kembali menambahkan.
“Lalu bagaimana cara untuk bisa bertemu dengan orang yang tepat, Tuhan?
Tuhan hanya tersenyum.
Lelaki itu akhirnya sadar, bahwa seseorang yang tepat tidaklah datang begitu saja, tidak sekadar menunggu yang tepat saja, mungkin seseorang yang tepat adalah seseorang yang awalnya dianggap salah, seseorang yang awalnya diragukan, namun seiring kematangan berpikir dan berproses, kelak bisa menjadi orang yang tepat.
Atau sesuai dengan kalimat yang akrab di telinga kita, “Daripada cuma menunggu orang yang tepat, lebih baik memperbaiki diri untuk menjadi orang yang tepat.
Jadi, yakin lebih baik sendiri dan menunggu yang tepat daripada menghabiskan waktu dengan orang yang salah?
Jadi, tetep nggak mau introspeksi lagi? Mikir lagi deh..
.
.
.
“Oh iya, lelaki di atas adalah, gue...”
4 notes
·
View notes