Tumgik
reinbafu · 3 years
Text
Malas teman sejatiku?
Aku tuh pemalas bgt. Kalo ada award cewe paling malas in the world tuh Pasti jatuhnya ke aku.
Kerjaanku ya cuma rebahan sambil baca komenan yutub klo ngga ya scrol ig. Udah gitu2 aja.
Ga chatan soalnya ga ada yg ngechat dan aku type manusia yg males banget chatan. Males ngomong bgt. Mandi aja itu sehari sekali kalo emang ngerasa lengket banget. Kalo ngga ya ga bakal mandi seharian. Tapi alhamdulillah nya aku ga bb sih.
Nah dari semua kemalasanku itu, terselip rasa untuk berubah. Aku yakin lah setiap pemalas kek aku pasti ada niat untuk berubah jadi lebih baik. Walau kadang niat itu dirusak lagi sama malas dan nunda2nya.
Aku udah baca buku motivasi dan novel2 yg mengandung motivasi. Hasilnya, emang ngebuka mindsetku. Misalnya, hari ini males parah. Besoknya jadi males aja. Kemarin yg cuma tamat satu buku, besoknya jadi dua buku. But, ini ga berlangsung lama. Pada akhirnya, cinta sejatiku itu datang lagi ingin bermain denganku. Ah, akhirnya kutemui lah dia. Masa ngga ya kan?
And then, malas itu belum juga ingin pisah denganku. Ia seperti sudah setia hidup dan mati bersamaku. Aku selalu gagal untuk menendangnya. Ya, begitu lah aku.
Suatu hari, aku ketika aku buang air terpikir saja cara mengakhiri hubunganku dengan malas. Mungkin mencari waktu yang tepat adalah cara terbaik untuk mengakhirinya. Selama ini timing nya saja yang tidak tepat. Ada kalanya memang jiwa dan raga kita harus berteman baik dengan malas sejenak. Bukan untuk menjadi pemalas sejati. Tapi malas juga perlu buat ketenangan jiwa. Dimana kita bisa rehat dari aktivitas yang mendekap erat hingga menyesakkan.
Kita boleh2 saja malas. Tapi harus tahu kapan mengakhirinya.
Kita boleh2 saja berteman dengan malas tapi harus tahu bahwa teman sejati yg sesungguhnya adalah giat.
Aku benar-benar mencoba menerapkan ini. Aku berusaha berteman dengan malas tapi aku harus tahu juga siapa teman sejatiku. Aku tidak pernah benci malas karena bagaimana pun juga dia yang mengajariku bahwa teman sejati tak kan pernah mengajak pada kemunduran.
3 notes · View notes
reinbafu · 3 years
Text
HIRAETH
Part. 3
....Ultahku pun datang. Tapi ia malah tak pernah datang lagi setelah percakapan seminggu lalu. Aku berusaha tak cemas sebab dia bilang sibuk dengan seminar-seminarnya. Begitu pula aku yang sibuk dengan peluncuran bukuku.
"Ge, cepat dikit dong!" Protes mama terburu-buru memasuki restoran. Acara makan-makan tak pernah absen setiap ultahku tiba. Mama bilang dengan cara inilah bisa merekatkan keluarga.
"Tumben mama buru-buru."
"Kamu ga tahu apa?"
" Ya engga lah! Mama ga kasi tahu si." Untung aja aku masih sabar menghadapi nyonya besar ini.
"Mama ngundang tamu spesial. Jadi kita harus dateng duluan. Ok cantik!" ucapnya genit sambil menjentikkan jarinya tapi tak berhasil. Ingin ku tertawa tapi aku takut dikutuk.
"Dalam rangka apa si ma?" Akhirnya hanya kalimat tanya yang keluar.
"Kamu ini ga berubah, hobi nanya tapi ga pinter-pinter hahahaha." Ledek mama puas membullyku.
Inilah gambaran mamaku yang dipenuhi oleh aura bahagia setiap kali membullyku. Hidupnya selalu penuh tawa dan canda.
Aku masuk lebih dulu meninggalkan mama di belakang yang masih asyik tertawa. Setelah aku menunggu lama, mama mengabarkan bahwa tamunya tak jadi datang. Aku sih senang karena tidak perlu bertemu orang baru dan harus berbasa-basi tapi mama malah sedih. Akhirnya kami hanya makan berdua, menyanyi bersama dan tiup lilin bersama. Aku berharap sekali Adnan bisa tiba-tiba muncul tapi itu ga mungkin karena dia sedang ada di Malaysia menjenguk neneknya.
"Taraaaa.... Ini kadonya! cepet buka!" Titah mama sambil menyodorkan kado padaku. Aku menurut, kubukalalah kado itu. And then, aku melihat voucher camping di hutan pinus as my dream di dalamnya. Aku jadi curiga pada seseorang.
" Seneng ngga?" tiba-tiba Adnan mengirim pesan.
"Sudah kuduga. I know it's you. Aku ga yakin aja kalo mama tiba-tiba ngajak camping. Ternyata ini alasan kamu ghosting." Balasku yang dibalas dengan emoticon smile terbalik.
"Kadang kita ga perlu nunggu. Karena waktu yang akan nunjukin sendiri kebenarannya. Aku ga pernah nunggu buat camping hanya saja aku yakin waktu bisa menjawabnya." Tulisku
"Ge, sebenarnya tamu spesialnya itu ya pengirim kado ini." Mama baru memberi tahu sesampainya di rumah. Kenapa Adnan sweet seperti ini Tuhan?...
****
Camping di hutan pinus berakhir tak sesuai harapan. Gara-gara penyakitku; bosan. Selalu seperti ini jika keinginanku terkabul. Mungkin Adnan sudah tahu akan seperti ini makanya dia selalu beralasan mengabulkan permintaanku ini.
Belum genap sehari aku sudah ingin pulang. Aku rindu kasur dan bebekku. Aku tidak jadi suka camping. Camping itu lelah, ribet dan pastinya membuat aku tidak betah. Benar seperti kata Adnan. Selalu dia lebih mengerti. Walau ada mama yang selalu heboh dan Bin-bin sahabatku yang memecahkan suasana tetap tak bisa mengusir rasa bosanku.
"Bin, kenapa ya dia selalu cepat dan tepat sih?" Aku rasa Bin-bin selalu nyaman jadi tempat curcol.
"Adnan?" Aku mengangguk sebagai jawaban.
0 notes
reinbafu · 3 years
Text
HIRAETH
Part 2
.... Aku pura-pura sebal padahal hatiku tersenyum suka.
Tumblr media
"Kamu gak salah sih. Aku bukan ngestuck kamu. Kamu tahu sendiri kan alasanku. " Lanjutnya hati-hati takut menyinggungku. Dia memang selalu begitu. Selalu tahu apa yang ingin aku dengar. Dia seakan tahu apa yang aku pikirkan.
"Emang!" Jawabku ngegas yang dibalas dengan senyumnya yang memesonya sambil mengelus puncak kepalaku.
***
Hari ini dia berencana tidak akan kemana-mana walaupun sedang weekend. Aneh.
Aku bertanya alasannya, tapi ia bilang "tidak semuanya butuh alasan". Aku hanya bisa ber 'oh' ria. Kalau sudah seperti ini, berarti dia sedang menyembunyikan sesuatu. Setiap dia berusaha menyimpan justru di situ aku bisa temukan. Sepertinya semesta sengaja menciptakan kelebihan ini hanya untuknya.
Entah sejak kapan aku punya kelebihan seperti ini. Padahal aku sulit memahami diri sendiri. Tapi untuknya pengecualian. Aku tebak saja, pasti dia sedang sibuk menyiapkan kejutan ultahku minggu depan. Aku tidak besar kepala sih tapi sebelum-sebelumnya selalu seperti itu.
Mengingat ultah memang sangat penting untukku. Karena dengan mengingat berarti peduli. Peduli berarti sayang. Dari sayang muncullah asa untuk hidup lebih baik.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" pesannya yang baru kubaca.
"Ngga ada." Padahal sebenarnya ada
"Jujur! Aku gak jago nebak kek kamu."
"Tapi kamu jago mind reading."
"Kebetulan aja." Asalnya
"Tahu ga? Kebetulan yang terjadi berulang kali bisa disebut 'keajaiban".
"Jadi apa yang tuan putri ini pikirkan?"
"Oke aku akan jujur dengar baik-baik ya! Tapi aku gak yakin bakal dikabulin. Aku pengen camping di hutan pinus, terus liat kunang-kunang. Don't you think it's a great idea?" Ungkapku antusias.
"Selalu seperti itu." Responnya biasa saja, seakan telah mengetahuinya. Ya, aku yakin dia mengetahuinya. Karena tahun lalu pun inginku tetap sama. Tapi ia tak mengabulkannya. Alasannya karena aku tak kan betah tidur tanpa kasur. Ia selalu menyiapkan alasan yang selalu bisa kubenarkan. Karena in fact Dia lebih memahamiku daripada diriku sendiri.
"Suatu hari jika waktunya tiba, kamu akan camping di hari ultahmu ko"
"Gimana caranya?"
"I dunno. Keep waiting that day ok!" Jawabnya sambil menjentik jarinya.
"Gimana kalo ga bisa?" Tanyaku gemas.
"So, I will do other plan." Senyumnya tak pernah lelah mengiriku. Aku selalu terpikat senyum memesonya. Indah sekali. Gorgeous. Ketika aku pura-pura tak percaya, ia malah berkata "believe me!" keyakinan di matanya selalu bisa kubenarkan. Lagi-lagi ia mengatakan apa yang ingin kudengar. Jikalau tidak, jawabannya selalu membuatku tenang. Ia selalu punya cara tersendiri untuk bahagiaku. Ia lebih suka membahagiakan daripada menyenangkan. Karena baginya bahagia itu abadi sedang senang itu sementara.
Ultahku pun datang. Tapi ia malah tak pernah datang lagi setelah percakapan seminggu lalu. Aku berusaha tak cemas sebab dia bilang sibuk dengan seminar-seminarnya. Begitu pula aku yang sibuk dengan peluncuran bukuku.
...
"
0 notes
reinbafu · 3 years
Text
HIRAETH
Part 1
Namanya Adnan. Lengkapnya Muhammad Adnan. Entah kenapa sejak dulu aku selalu tertarik pada nama Muhammad. Alasannya sederhana hanya karena keren saja dimataku.
Aku mengenalnya melalui salah satu app belajar bahasa. Dia mendownloadnya untuk mengisi waktu luang sedang aku murni ingin belajar. Awalnya aku mengabaikan permintaan pertemanannya. Tapi, lama-lama kutanggapi juga. Sebenarnya hubungan sosialku tidak begitu baik. Tapi dia bisa mengubahku. Aku bersyukur untuk itu.
Waktu itu, kupikir menanggapinya bukan masalah besar. In fact hatiku malah berkhianat. Rasanya seperti antara nyata tapi sulit di jangkau. Seperti bercermin di ruang gelap.
Dia selalu berhasil menarik perhatianku. Jujur, aku bukanlah seseorang yang suka menghabiskan waktu berchat ria dengan seseorang. Tapi dengan dia aku suka. Dia selalu bertanya tentang hal baru.
Dia selalu menjelaskan segala keambiguan. Dia selalu lebih paham dariku. Selalu lebih menonjol daripadaku. Selalu menang mengalahkanku. Biasanya aku benci, tapi khusus dia aku fine saja.
"Dunia itu gak sebaik yang kamu pikir Ge." Suatuhari dia menasihatiku
"Tapi agama kita mengajarkan husnudzon kan?"
"Tapi kamu terlalu naif Ge. Aku takut kamu kecewa." Dia sesabar ini berdebat denganku
"Kecewa juga bagian dari hidup yang memberi pelajaran." Honestly, aku selalu suka cara dia membalas argumenku.
"Ada beberapa manusia yang sulit mengambil pelajaran dari kecewa. Aku kurang yakin kamu bisa mengambilnya." Dengan sangat hati-hati ia pilih kata yang tak menyinggung -'kurang yakin'-Yang berarti masih ada keyakinan di sana.
Skakmat. Aku diam. Dia selalu saja lebih memahami diriku lebih dariku. Aku pura-pura sebal padahal hatiku tersenyum suka.
3 notes · View notes