Today 07 Jan 2024. The most heartbreaking day in 2024. My beloved one. Yg selalu anter aku kerja sampai ke grab, yang suka pijit pijit, gangguin solat, sampai si paling manja. Jati Montok aku pergi untuk selamanya.
Allah mengajarkan aku untuk ikhlas, sabar dan bersyukur secara bersamaan.
Masha Allah banget punya kucing baik. Selamanya Jati di hati aku. Alhamdulillah, makasih Ya Allah pernah di amanahkan buat pernah punya kucing Jati. Aku sayang Jati , tp Allah itu Maha Penyayang.
Ya Allah, terima kasih kamu ajarkan itu sifat Rahmat-Mu lewat Jati.
Pernah ada sebuah kisah nyata. Tentang seorang anak kecil yang pernah tumbuh dengan rasa sakit dihatinya dari perlakuan sekitarnya. Kala itu jiwanya menuntunnya bersikap untuk bisa berbuat sama, karena dalam sudut pandang adilnya begitulah semesta bekerja.
Waktu berjalan dan sang anak berubah jadi seseorang. Suatu saat Sang Maha Pengasih datang dalam luka hatinya. Dan dengan sangat lembut sampailah cahaya tepat di jantung pemikirannya.
Seseorang itupun punya asa ingin hidup dengan damai dan sebaik mungkin. Berupaya menjadi mengerti bahwa ia memang tidak pernah punya apa-apa. Bahwa ia memang tidak benar-benar berhak untuk apapun dimilikinya. Bahwa ia harus berupaya untuk mengerti makna porsi kehidupan ia sesungguhnya.
Dari detik itu hingga detik ini, ia itu bercita hidup damai. Ia berupaya untuk menghapus kata sama yang bisa menyakiti siapapun. Walaupun memang tidak bisa sempurna. Karena diam dan matinya pun, akan ada orang lain yang merasa sakit tanpa dimaksudkan disentuh.
Tapi ia pun mulai mengerti, dunia jauh dari surga dan sempurna. Lagipula ia dan pemikirannya tidak pernah benar-benar punya pembenaran.
Ia. Dan kehidupan. Dan setiap langkahnya dalam mempelajari caranya hidup.
Untukmu yang di hari ini harus kembali merasa kecewa,
Tidak ada yang benar-benar tahu sepatah apa hatimu saat ini selain dirimu sendiri.
Tidak ada yang benar-benar paham sekecewa apa yang harus kamu rasakan selain dirimu sendiri.
Untaian kata yang tersusun dengan indahnya barangkali tak cukup menenangkan apa yang saat ini bergemuruh di hatimu. Pun, begitu halnya dengan peluk hangat dari orang orang terdekatmu.
Jatuh memang tak pernah tidak terasa sakit. Gagal memang seringnya sepaket dengan kekecewaan.
Tapi, untuk apa bertahan lama dalam keterpurukan kalau tidak juga membuat kecewamu berangsur reda? Bukankah lebih baik merasa perih dalam upaya mencoba menerima dibanding terus menerus terkungkung oleh rasa kecewa?
Kecewa yang terus menerus kau pelihara tidak akan membuat apa yang telah terjadi mampu direka ulang kembali menjadi sebagaimana yang kamu inginkan.
Maka, meski tidak mudah, cobalah terima segala yang hari ini membuatmu kecewa. Memang demikian jalan yang telah diatur oleh-Nya. Barangkali upayamu untuk bangkit nanti yang justru dinilai berlipat kebaikan oleh-Nya.
Hidup itu tujuannya beribadah kepada Allah. Karena pada akhirnya, di akhirat nanti yang dihitung amal kebaikan kita kan ya, bukan banyaknya gelar ataupun saldo tabungan yang bikin kita tutup mata malu-malu.
Jadi stop merasa superior dan lebih prioritasin pencapaian-pencapaian yang sebenenrnya kali diliat - liat lagi ngga penting-penting bgt utk diprioritasin karena ga ngaruh ke penilaian akhir atas hidup kita nih.
Kayak pencapaian kamu yang sekedar jadi sukses, biar bisa dibanggain ibu-ibu tetangga tapi beban anak - anak tetangga.
Atau terlalu bangga karena berhasil glow up jadi lebih stunning, tapi fomo.
Atau kamu berhasil menang tender dengan nilai bermilyar milyar, bertriliun triliun tapi bingung lalu jd okb norak.
Atau kamu akhirnya menikah dengan anak pengusaha kaya atau mungkin pangeran Eropa, tapi kamu yakin ga cemburuan?
Atau kamu lulus pendidikan di Univ terbaik sejagat raya gelar S1, S2, S3 sampe S Teler dengan cumlaude, dan harus siap klo emang dunia kerja ga semulus pendidikanmu.
Atau mungkin jutaaan pencapaian ideal lainnya yang selama ini 'si mayoritas' tuntut ke hidup kita. Lalu jadi mindset. Tapi nyatanya 'si mayoritas' hanya buat ideologi tapi tidak tanggung jawab ketika kamu sulit.
Dan ya mungkin sekarang ada kamu ada kebagian di timing gagal lalu kamu ngerasa selesai?
Padahal ada kamu yang tinggal kelas atau tidak lulus unian masuk, tapi kamu masih hidup.
Padahal ada kamu yang punya label berpenampilan sederhana, ya kamu masih hidup.
Padahal mulai banyak nih yang masih berstatus lajang di usia yang masuk golongan bukan muda, kamu masih hidup.
Padahal ada yang berkali-kali dikecewakan harapan lewat kenyataan, kamu masih hidup.
Karena walaupun punya kegagalan, kamu bukan berarti yang terburuk.
Ketika dicap terburuk pun, kamu masih hidup. Disana ada makna tersirat kalo kamu masih dipantaskan untuk punya kesempatan jadi lebih baik.
Kamu masih hidup.
Masih ada kesempatan.
Misi kamu belum selesai.
Salah satu bagian terbesarnya dari inti hidup adalah waktu dan kesempatan. Ada kesehatan yang pasti terus menuntut. Ada kesedihanmu juga disana pasti kan menyapa, ada kebahagiaan yang melompat-melompat ingin dilihat, ada juga sebuah cinta yang sudah diposisi menyudut namun begitu indah tidak bisa dielakkan.
Hari ini belajar bahwa hidup adalah kesempatan yang tidak boleh disiakan hanya karna segelintir ataupun banyak kekecewaan.